• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMODELAN KO-EKSISTENSI PARIWISATA DAN PERIKANAN: ANALISIS KONVERGENSI DIVERGENSI (KODI) DI SELAT LEMBEH SULAWESI UTARA 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMODELAN KO-EKSISTENSI PARIWISATA DAN PERIKANAN: ANALISIS KONVERGENSI DIVERGENSI (KODI) DI SELAT LEMBEH SULAWESI UTARA 1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

139

PEMODELAN KO-EKSISTENSI PARIWISATA DAN PERIKANAN:

ANALISIS KONVERGENSI –DIVERGENSI (KODI)

DI SELAT LEMBEH SULAWESI UTARA

1

(Modeling of Co-Existence Between Tourism and Fisheries:

Convergence-Divergence Analiysis in Lembeh Strait North Sulawesi)

Parwinia

2

, Akhmad Fauzi

3

, Dedi Soedharma

4

,

Andin H. Taryoto

5

, dan Mennofatria Boer

6

ABSTRAK

Perlindungan sebagian kawasan pesisir untuk konservasi dan pariwisata bahari akan memberikan manfaat baik secara ekonomi maupun ekologi. Namun demikian dalam kondisi dimana area yang dilindungi ini tumpang tindih dengan area penangkapan ikan tradisional maka diharapkan kegiatan-kegiatan ini dapat saling ko-eksis. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab issu tersebut melalui pemodelan bio-ekonomi. Dila-kukan di Selat Lembeh Sulawesi Utara yang terkenal sebagai area yang dimanfaatkan untuk perikanan tang-kap dan pariwisata. Penelitian ini juga menghasilkan empat tipologi interaksi antara pariwisata dan perikanan tergantung dari besaran kapasitas ekonomi dan kapasitas biofisik. Beberapa alternative kebijakan untuk me-lindungi pengelolaan kawasan pesisir yang mungkin dapat dilakukan adalah melalui kemitraan antara penge-lola kawasan konservasi dan wisata dengan nelayan (sebagai guide diving, pemandu wisata). Analisis dina-mik merupakan interaksi antara kegiatan perikanan yang diwakili dengan potensi perikanan dengan kegiatan pariwisata yang diwakili jumlah wisatawan. Konvergensi terjadi pada tahun ke 40 dengan nilai biomasa ikan sebesar lebih kurang 13 ton dengan jumlah tersebut wisatawan sebanyak 119 orang. Sementara itu interaksi dinamik melalui analisis phase line memiliki keseimbangan stable focus dimana keseimbangan system jangka panjang akan dicapai melalui penyesuaian antara kedua kegiatan tersebut. Artinya bahwa peningkatan jumlah wisatawan hanya bisa dicapai jika kegiatan perikanan dikurangi.

Kata kunci: daerah perlindungan laut, ko-eksistensi, konvergensi, divergensi. ABSTRACT

Protecting same coastal areas for conservation and marine tourism will benefit both economically and ecologically. However, when protected areas are intermingle with traditional fishing ground, the question of how these activities could co-exist becomes a crucial point, was done at Lembeh Strait North Sulawesi that were world renowned for their marine biodiversity. The model shows that there is a significant economic value that could be generated from the Lembeh Strait from fisheries and marine tourism. Based on bio-economic analyses, a co-existence between marine tourism and fisheries would be possible once the benefits accrued in both sides are profitable. This study also yields four typologies of interaction between conserva-tion and fisheries depending upon the magnitude of economic capacity and biophysical capacity. Some pol-icy management alternatives for protecting some coastal areas could be proposed. These include partnership between MPA managers and fishermen, engaging community in marine tourism as well as empowering cur-rent fisheries activities more to value added rather than just fish for consumption. A phase plane analysis us-ing dynamic model between fisheries (biomass) and tourism shows that a stable focus for long run equilib-rium can be achieved with higher rate of tourism at rate of decreasing fisheries activity.

Key words: marine protected area, co-existence, convergence, divergence.

PENDAHULUAN

Perlindungan kawasan pesisir untuk ka-wasan konservasi dan sekaligus pariwisata akan memberikan manfaat baik secara ekonomi mau-pun ekologi. Namun demikian kawasan pesisir sering bersifat multi-guna dimana kegiatan lain-nya seperti perikanan juga memiliki hak atas akses dan pemanfaatan sumberdaya di kawasan tersebut. Dalam situasi seperti itu keberadaan

1 Diterima 16 November 2006 / Disetujui 14 Februari 2007.

2 Mahasiswa Strata 3 Program Studi Pengelolaan Sumberdaya

Pesisir dan Lautan, Sekolah Pascasarjana, IPB.

3 Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

4 Departemen Ilmu dan Teknologi dan Kelautan, Fakultas

Peri-kanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

5 Departemen Kelautan dan Perikanan, RI.

6 Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perikanan, Departemen

Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

(2)

suatu aktifitas hendaknya bisa memberikan man-faat terhadap kegiatan lain, bukan sebaliknya.

Selama ini kajian-kajian yang menganali-sis ekmenganali-sistensi berbagai aktifitas tersebut masih kurang banyak dilakukan. Sebagian analisis kon-servasi lebih melihat kepada aspek biofisiknya sementara analisis menyangkut perikanan lebih diarahkan pada penentuan efisiensi ekonomis dari usaha perikanan. Akibatnya sering terjadi benturan ekonomi antara berbagai kegiatan ter-sebut. Untuk itu suatu kajian yang memadukan secara komprehensif dalam suatu analisis me-ngenai konvergensi antara kegiatan tersebut sa-ngatlah diperlukan.

Selat Lembeh yang terletak di Kota Bi-tung, Sulawesi Utara adalah daerah yang memi-liki karakteristik seperti disampaikan diatas. Le-taknya yang sangat penting dan strategis ini me-nyebabakan selat ini memerlukan perhatian khusus bagi keberlanjutan aktifitasnya di masa mendatang. Selat ini merupakan multi fungsi dimana beberapa kegiatan ekonomi dilakukan

di wilayah ini. Oleh karenanya digunakan teori konvergensi yang semula dilakukan untuk meng-analisis pertumbuhan ekonomi atau melakukan komperatif studi pertumbuhan ekonomi antara negara maju dengan negara berkembang dalam kasus ini kemudian banyak dilakukan atau di-gunakan untuk menganalisis perbedaan pertum-buhan atau konvergensi antar sektor, dimana pada penelitian ini digunakan untuk mengana-lisis konvergensi sektor perikanan dan sektor konservasi-pariwisata atau menganalisis pola konvergensi/divergensi antara wisata dan peri-kanan di daerah konservasi. Sehingga diharap-kan hasil penelitian ini adiharap-kan memperoleh model pengelolaan yang mengakomodasi ko-eksistensi antara kepentingan konservasi (ekologi) dan pe-manfaatan ekonomi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Selat Lembeh, Kota Bitung, Sulawesi Utara selama periode e-nam bulan dimulai April 2005.(Gambar 1).

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Selat Lembeh.

Teknik Pengumpulan Data

Contoh diambil di empat desa masing-masing dua desa di Kecamatan Bitung Timur: Desa Aertembaga dan Desa Makawide; dan Ke-camatan Bitung Selatan: Desa Binuang dan De-sa Paudean.

Analisis Data

Metode Assessment Konservasi dan Perikanan Assessment nilai ekonomi kawasan pari-wisata dan kegiatan perikanan menggunakan

pendekatan valuasi ekonomi statistik dengan menghitung nilai ekonomi total dari kawasan untuk kedua peruntukan tersebut, yaitu menghi-tung manfaat ekonomi untuk kepentingan per-ikanan melalui perhitungan financail

perform-ance dari kegiatan perikanan. Nilai total dari

perikanan kemudian di hitung berdasarkan Net

Present Value (NPV) dalam jangka waktu yang cukup lama melalui formula:

( ) 1 0 1 1 1 1 t n m i ij ij ij ij ij i ij ij ij ij ij ij t i j NF P h E C E W P h E C E FC δ − ∞ = = = ⎡ ⎤ = = − − − − + ⎣ ⎦ ∑ ∑∑ (1)

(3)

Pij adalah harga ikan kapal i pada lokasi j; Hij adalah tingkat tangkapan kapal i pada lokasi j;

Eij adalah unit input yang digunakan kapal i

pada lokasi j; Cij adalah biaya per unit input; wi

adalah upah tenaga kerja pada kapal i; FCij

adalah biaya tetap alat i pada lokasi j; δ adalah

discount rate; NF adalah nilai perikanan. Nilai ekonomi dari kegiatan non-ekstrak-tif yakni dari wisata dihitung dengan pendekat-an Back of the Envelope (BOTE), dimpendekat-ana nilai wisata diperoleh melalui formula:

( ) ( )

i i i i i i i

NW =DF DUR× + RCB CBU× + RST STU× (2)

DFi adalah Diving Fee lokasi i; DURi adalah

Diving Usage Rate lokasi i; RCBi adalah Rate

chartered boat di lokasi i; RSTi adalah Rate Sea

Taxi lokasi i; STUi adalah Usage Rate Sea Taxi

lokasi i; NW adalah Nilai Wisata.

Untuk nilai intrinsik sumberdaya alam (terumbu karang, padang lamun dan mangrove), nilai total sumberdaya ini di hitung berdasarkan

(

)

(

)

(

)

/ cov / cov / cov i NI NC ha erage NSG ha erage NM ha erage = × + × + × (3)

Dengan demikian nilai total kawasan (NTK) ter-sebut untuk perikanan, wisata dan konservasi merupakan penjumlahan total dari kedua nilai diatas yakni,

(

)

1

(

)

i i i

PV NTK

NF

NW

N

δ

=

+

+

(4)

Model Konservasi dengan Perikanan

Untuk melihat seberapa besar dampak penutupan suatu kawasan menjadi kawasan konservasi terhadap kegiatan penangkapan i-kan, penelitian ini menggunakan model bioeko-nomi yang telah dikembangkan Gordon dan Schaefer (1954) kemudian dimodifikasi untuk mengakomodasi dampak wisata terhadap peri-kanan. Jika dimisalkan bahwa populasi ikan mengikuti pertumbuhan logistik atau

(

)

. 1 dx x rx x k dt = = − (5)

r adalah intrinstic growth rate (laju

pertumbuh-an intrinsik) dpertumbuh-an k adalah carrying capacity, dpertumbuh-an tangkapan oleh nelayan mengikuti fungsi Cobb-Douglas

h qxE= (6)

dengan q sebagai koefisien daya tangkap (catchability coefisien) dan E sebagai input/u-paya penangkapan (effort) maka, dinamika po-pulasi ikan kemudian menjadi

(

)

. 1 dx x rx x k qxE dt = = − − (7)

Jika sebagian kawasan penangkapan ter-sebut menjadi daerah konservasi dengan pro-porsi luasan sebesar σ, maka fungsi tangkapan kemudian berubah menjadi :

(1 )

h= −σ qxE (8)

x adalah biomas; E adalah input yang

diguna-kan untuk memanen idiguna-kan; q adalah parameter biologi yang menggambarkan koefisien daya tangkap; r adalah parameter biologi yang meng-gambarkan koefisien pertumbuhan; k adalah parameter biologi yang menggambarkan koefi-sien daya dukung lingkungan.

Untuk mengetahui konvergensi antara wisata dan perikanan penelitian ini mengikuti pengembangan model Willen,

(1 / ) (1 )

x rx&= −x K − −σ qxE (9)

( )

E& =η pqx c E− (10)

Dinamika effort sendiri atau E& (E dot) akan di-pengaruhi keuntungan yang diperoleh dikalikan

dengan effort yang digunakan, koefisien

η

(e-ta) menunjukan koefisien respon.

Jika kemudian dengan adanya wisata,

effort akan berkurang maka persamaan di atas dapat dimodifikasi untuk menunjukan dinamika wisata. Di asumsikan bahwa hubungan antara wisata dan effort dalam bentuk:

LE (11) 0 < φ< 1. Dengan demikian

E

L

φ

=

, jika di-misalkan bahwa

γ

1

φ

=

maka dapat dinyatakan

bahwa

E

=

γ

L

sehingga persamaan di atas

da-pat diubah untuk menunjukan interaksi antara wisata dan perikanan dalam bentuk:

(1 / ) (1 / ) ( ) x rx x K qx L rx x K q xL γ γ = − − = − − & sehingga ( ) L&=η pqx c L− (12)

(4)

dengan asumsi bahwa jika usaha perikanan menguntungkan akan menurunkan wisata maka

koefisien

η

0

. Pemecahan kedua persamaan di

atas secara simultan dengan software Madonna akan menghasilkan pola konvergensi dan diver-gensi antara wisata dan biomass (lingkungan) yang mewakili konservasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dampak Kawasan Konservasi Terhadap Perikanan

Estimasi parameter biofisik dilakukan de-ngan menggunakan metode CYP dan diperoleh hasil sebagai berikut: pertumbuhan intrinsik (r) 0.1802; Kapasitas daya dukung (K) 487.0401; Kemampuan daya tangkap (q) 0.00003. Dengan menggunakan parameter biaya (c) Rp. 32 000/ trip dan harga ikan (p) Rp. 3 400/kg, serta mengubah skenario luasan KKL (σ) masing masing 0.1; 0.3; 0.5; 0.7; 0.9 diperoleh hasil sebagaimana disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis Bioekonomi Perikanan dengan skenario luasan KKL

MPA h* E* phi Eoa hoa 0 0.1 0.3 0.5 0.7 0.9 21.85 21.94 21.94 21.94 21.94 21.94 2 809.29 3 002.18 3 002.03 3 001.75 3 001.12 2 997.93 74.28 74.58 74.58 74.58 74.58 74.58 5 618.58 5 575.59 5 452.79 5 231.74 4 715.96 2 137.04 5.29 5.25 5.13 4.92 4.44 2.01 Dari Tabel 1 di atas dapat diketahui bah-wa terdapat perbedaan antara kondisi produksi optimal (h*), effort optimal (E*), rente optimal (phi), effort pada kondisi open akses (Eoa) dan produksi pada kondisi open akses (hoa). Pada kondisi tidak diterapkan KKL, nilai produksi optimal ternyata lebih rendah dibandingkan pa-da kondisi diterapkan kawasan KKL dengan berbagai luasan.

Gambar 2 dan Gambar 3 menyajikan kur-va yield effort dalam kondisi tanpa KKL dan dengan KKL luasan 0.3. dan 0.9. Dari gambar terlihat adanya kurva yang mengkerut

(shrink-ing curve) pada kondisi tanpa KKL. Perubahan itu menjadi semakin jelas pada luasan KKL le-bih tinggi (0.9). Pengerutan kurva Yield-Effort ini terjadi karena adanya perubahan koefisien

Yield – Effort dari 1 menjadi (1-σ) dengan de-mikian akan mempengaruhi penurunan

keseim-bangan kurva namun tidak akan mengubah ben-tuk kurva itu sendiri. Penambahan besaran lu-asan area KKL akan mempengaruhi lulu-asan

fish-ing ground sehingga dengan effort yang sama, jumlah yang diproduksi akan berkurang. Se-mentara itu, hasil analisis bioekonomi untuk perubahan nilai luasan KKL masing masing 0.1; 0.3; 0.5; 0.7 dan 0.9, menunjukkan bahwa semakin besar luasan KKL maka masing-ma-sing nilai Effort open acces dan tangkap open

acces menunjukkan penurunan, sedangkan nilai

effort optimal, tangkap optimal dan rente opti-mal tidak menunjukkan perubahan yang nyata (tetap).

Gambar 2. Grafik Yield Effort dengan KKL (0.3) dan tanpa KKL.

Gambar 3. Grafik Yield Effort dengan KKL (0.9) dan tanpa KKL

Nilai Ekonomi Kawasan Selat Lembeh

Hasil perhitungan nilai ekonomi dan ske-nario terhadap penerapan KKL di sajikan pada

(5)

Tabel 2. Dari Tabel 2 terlihat bahwa nilai

pre-sent value dari kegiatan ekstraktif dan non-eks-traktif yang ada di Selat Lembeh adalah sekitar Rp 194 milyar dalam kurun waktu jangka pan-jang. Nilai ini sekaligus juga menunjukkan

op-portunity cost atau biaya korbanan yang harus ditanggung jika Selat Lembeh mengalami keru-gian ekosistem.

Tabel 2. Nilai Ekonomi Total Selat Lembeh (Rp juta). Skenario KKL Indikator Aggregat NPV 15% 25% 50% Ekstraktif: Total Revenue 36.31 453.83 41.75 45.38 54.46 Net Revenue 134.22 1 677.70 154.35 167.77 201.32 Value Added 30.10 376.31 34.62 37.63 45.16 Boat Income 28.12 351.48 32.34 35.15 42.18 Non-Ekstraktif: Wisata 415.20 5190.00 477.48 519.00 622.80 Ekosistim 15 000.00 187 500.00 17 250.00 18 750.00 22 500.00 Nilai Total 15 643.95 195 549.32 17 990.54 19 554.93 23 465.92

Nilai Agregat dihitung dari rata-rata per vessel dikalikan dengan jumlah vessel (282).

Model Konvergensi dan Tipologi KKL

Untuk menentukan Konvergensi dan Di-vergensi secara dinamik antara kawasan wisata dan perikanan, dalam penelitian ini digunakan pendekatan Willen dengan memodifikasi persa-maan Willen untuk wisata. Persapersa-maan Willen

untuk perikanan telah dijelaskan pada persama-an (9), (10) dpersama-an (11). Persamapersama-an tersebut meng-gambarkan bahwa dinamika stok ikan akan ter-gantung pertumbuhannya dalam (hal ini diwa-kili oleh fungsi pertumbuhan logistik sebagai-mana sudah di jelaskan pada bab sebelumnya) dikurangi produksi yang tergantung fungsi effort (E). Di sisi lain dinamika effort sendiri atau E& (E dot) akan dipengaruhi keuntungan yang di-peroleh (π) dikalikan effort yang digunakan, a-dapun koefisien η menunjukan koefisien respon. Dengan asumsi bahwa jika usaha per-ikanan menguntungkan akan menurunkan wisa-ta maka koefisien η<0. Hasil iterasi dengan software Madonna dapat dilihat pada Gambar 4.

Analisis dinamik pada Gambar 4 merupa-kan interaksi antara kegiatan perimerupa-kanan yang di-wakili biomas (simbol x) dengan kegiatan kon-servasi/wisata yang diwakili jumlah wisatawan (simbol L) pada kondisi baseline, yaitu pada σ (sigma) 0.3; η (etha) 0.3 dan biaya (w) sebesar 0.032. Dari Gambar diatas terlihat bahwa pada awal-awal periode hubungan kedua kegiatan bergerak berdampingan. Ketika kegiatan kon-servasi/wisata mengalami peningkatan, biomas mulai mengalami penurunan sampai kemudian bertemu/konvergensi pada t samadengan 39.35 de-ngan nilai biomas sebesar lebih kurang 13 250

ton dan jumlah wisata sebanyak 119 orang.

80 70 60 50 40 30 20 10 0 2e+4 1.8e+4 1.6e+4 1.4e+4 1.2e+4 1e+4 8000 6000 4000 2000 0 1600 1400 1200 1000 800 600 400 TIME x L x:1 L:1 STARTTIME = 0 STOPTIME = 75 DT = 3.125e-4 DTOUT = 0 x = 2592.52 L = 439.858 r = 0.18 K = 487040 q = 3e-4 p = 0.034 w = 0.032 sigma = 0.3 eta = 0.3

Gambar 4. Hubungan Konvergensi – Divergensi antara Perikanan dan Wisata pada Kondisi Baseline.

Sementara itu, jika dilihat dari analisis dinamik pada Gambar 5 dengan skenario peru-bahan biaya (pada nilai η dan sigma kondisi a-wal), maka dapat dilihat bahwa perubahan bia-ya semakin besar menyebabkan biomas dan jumlah wisatawan meningkat sehingga

konver-gensi lebih cepat tercapai. Hal ini dapat diarti-kan bahwa biaya sangat responsif terhadap pro-fit perikanan dan wisata. Pada kondisi biomas naik atau dapat dikatakan dalam kondisi mem-baik tentunya kegiatan konservasi juga mening-kat sehingga lebih menarik wisatawan.

(6)

Feno-mena yang sama terjadi pada berbagai tingkat η dan sigma (luasan kawasan konservasi). Pada Gambar 6 dengan skenario perubahan nilai η (0.5 dan 0.8) dan Gambar 7 dengan skenario perubahan besaran luasan KKL (σ = 0.5 dan 0.8)

tampak konvergensi juga semakin cepat terca-painya. Pada Tabel 3 ditampilkan hasil skena-rio bermacam-macam perubahan nilai parame-ter parame-tersebut yang mempengaruhi konvergensi antara kedua kegiatan tersebut.

80 70 60 50 40 30 20 10 0 3e+4 2.5e+4 2e+4 1.5e+4 1e+4 5000 0 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 TIME x L x:1 L:1 x:2 L:2 x:3 L:3 STARTTIME = 0 STOPTIME = 75 DT = 3.125e-4 DTOUT = 0 x = 2592.52 L = 439.858 r = 0.18 K = 487040 q = 3e-4 p = 0.034 w = 0.032...0.075 sigma = 0.3 eta = 0.3

Gambar 5 Hubungan Konvergensi – Divergensi antara Perikanan dan Wisata dengan Perubahan Biaya 0.032, 0.050 dan 0.075. 80 70 60 50 40 30 20 10 0 7e+4 6e+4 5e+4 4e+4 3e+4 2e+4 1e+4 0 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 TIME x L x:1 L:1 x:2 L:2 x:3 L:3 STARTTIME = 0 STOPTIME = 75 DT = 3.125e-4 DTOUT = 0 x = 2592.52 L = 439.858 r = 0.18 K = 487040 q = 3e-4 p = 0.034 w = 0.032 sigma = 0.3...0.8 eta = 0.3

Gambar 6. Hubungan Konvergensi – Divergensi antara Perikanan dan Wisata dengan Perubahan Sig-ma 0.3, 0.5 dan 0.8. 80 70 60 50 40 30 20 10 0 2e+4 1.8e+4 1.6e+4 1.4e+4 1.2e+4 1e+4 8000 6000 4000 2000 0 1600 1400 1200 1000 800 600 400 TIME x L x:1 L:1 x:2 L:2 x:3 L:3 STARTTIME = 0 STOPTIME = 75 DT = 3.125e-4 DTOUT = 0 x = 2592.52 L = 439.858 r = 0.18 K = 487040 q = 3e-4 p = 0.034 w = 0.032 sigma = 0.3 eta = 0.3...0.8

Gambar 7. Hubungan Konvergensi – Divergensi antara Perikanan dan Wisata dengan Perubahan Nilai Eta 0.3, 0.5 dan 0.8.

KESIMPULAN DAN SARAN

Nilai ekonomi di Selat Lembeh akan ber-ubah tergantung besaran atau luasan untuk ka-wasan konservasi. Berdasarkan teknik skena-rio, perubahan tingkat pemanfaatan sebesar 25% akan meningkatkan manfaat ekonomi lebih dari

50%. Pada kondisi tidak ada KKL, nilai pro-duksi optimal, effort optimal dan rente optimal lebih rendah dibandingkan pada kondisi dite-rapkan KKL dengan berbagai luasan. Sebalik-nya pada kondisi open access, nilai produksi dan

effort pada penerapan KKL lebih rendah daripa-da daripa-dalam kondisi tanpa KKL.

(7)

Tabel 3. Hasil Simulasi Perubahan Parameter KODI.

Kondisi Baseline

Eta Sigma W (tahun) T (ton) X (orang)L

0.3 0.3 0.032 39.35 13 250 119

Simulasi Perubahan Biaya (pada Eta dan Sigma Kondisi Baseline)

W T x L 0.032 0.050 0.075 39.35 39.01 38.86 13 250 16 640 21 700 119 120 121

Simulasi Perubahan Eta (pada Biaya dan Sigma Kondisi Baseline)

Eta T x L 0.3 0.5 0.8 39.35 31.36 25.34 13 250 11 770 10 160 119 111 101

Simulasi Perubahan Sigma (pada Eta dan Biaya Kondisi Baseline)

Sigma T x L 0.3 0.5 0.8 39.35 34.70 30.76 13 250 21 220 44 340 119 181 570

Analisis dinamik untuk melihat sensitivi-tas biaya terhadap sifat konvergensi –

divergen-si menunjukkan bahwa pada nilai koefidivergen-sien

ad-justment (η) sebesar 0.8, peningkatan biaya me-laut cenderung mengakibatkan turunnya effort sehingga kondisi stok /biofisik menjadi baik dan stabil dan menyebabkan terjadinya konvergensi lebih cepat. Karena tingginya biaya melaut, ne-layan cenderung lebih memilih keluar dari kegi-atan perikanan dan mencari kesempkegi-atan kerja di sektor lain. perubahan biaya yang semakin be-sar akan menyebabkan tingkat effort cenderung turun. Artinya bahwa biaya sangat responsive terhadap profit dari kegiatan perikanan.

Tipologi pengelolaan yang ideal adalah dimana kondisi baik kapasitas ekonomi dan ka-pasitas biofisik tinggi, sehingga dapat terjadi kon-vergensi antara wisata dan perikanan.

Salah satu alternatif kebijakan yang mung-kin dapat dilakukan adalah melalui kemitraan antara pengelola kawasan konservasi dan wisata dengan nelayan. Pada saat nelayan tidak sedang musim ikan (tidak melaut), mereka dapat diber-dayakan untuk menjadi guide/pemandu wisata-wan untuk mengunjungi kawasan konservasi dan melakukan diving disekitar KKL.

Interaksi Biaya dan Tahun

38.60 38.70 38.80 38.90 39.00 39.10 39.20 39.30 39.40 0.032 0.050 0.075 Bia y a Tahu n

Int eraksi Biay a dan Biom as (Ton)

0 5000 10000 15000 20000 25000 0.032 0.050 0.075 Biay a Bi o m a s

Int eraksi Biay a dengan Jum lah wisat awan (oran g)

118 119 120 121 122 0.032 0.050 0.075 Biaya Ju m lah W isa ta w an

In t era ksi Sigm a da n T a h u n

0.00 1 0.00 2 0.00 3 0.00 4 0.00 5 0.00 0.3 0.5 0.8 Sigm a Tahu n

Interaksi Sigm a dan Biom as (Ton)

0 10000 20000 30000 40000 50000 0.3 0.5 0.8 Sigm a Bi o m as

Interaksi Sigma dan Jumlah Wisatawan (orang) 0 100 200 300 400 500 600 0.3 0.5 0.8 Sigm a Ju m lah W is a ta wan

Interaksi Eta dan Tahun

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 0.3 0.5 0.8 Et a Ta h u n

In t era ksi Et a dan Biom as (T on)

0 5000 10000 15000 0.3 0.5 0.8 Et a Bi o m a s In t er a ksi Et a da n Ju m la h Wisa t a wa n (or a n g) 9 0 9 5 1 00 1 05 1 1 0 1 1 5 1 2 0 1 2 5 0 .3 0 .5 0.8 Et a J m la h wi sa ta wa n

Interaksi Biaya dan Tahun

38.60 38.70 38.80 38.90 39.00 39.10 39.20 39.30 39.40 0.032 0.050 0.075 Bia y a Tahu n

Int eraksi Biay a dan Biom as (Ton)

0 5000 10000 15000 20000 25000 0.032 0.050 0.075 Biay a Bi o m a s

Int eraksi Biay a dengan Jum lah wisat awan (oran g)

118 119 120 121 122 0.032 0.050 0.075 Biaya Ju m lah W isa ta w an

In t era ksi Sigm a da n T a h u n

0.00 1 0.00 2 0.00 3 0.00 4 0.00 5 0.00 0.3 0.5 0.8 Sigm a Tahu n

Interaksi Sigm a dan Biom as (Ton)

0 10000 20000 30000 40000 50000 0.3 0.5 0.8 Sigm a Bi o m as

Interaksi Sigma dan Jumlah Wisatawan (orang) 0 100 200 300 400 500 600 0.3 0.5 0.8 Sigm a Ju m lah W is a ta wan

Interaksi Eta dan Tahun

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 0.3 0.5 0.8 Et a Ta h u n

In t era ksi Et a dan Biom as (T on)

0 5000 10000 15000 0.3 0.5 0.8 Et a Bi o m a s In t er a ksi Et a da n Ju m la h Wisa t a wa n (or a n g) 9 0 9 5 1 00 1 05 1 1 0 1 1 5 1 2 0 1 2 5 0 .3 0 .5 0.8 Et a J m la h wi sa ta wa n

Gambar 8. Grafik Interaksi Masing-masing Parameter (Biaya, Sigma, Eta).

Program Konservasi Kawasan Laut di Se-lat Lembeh memerlukan keterlibatan masyara-kat di sekitar Selat Lembeh. Oleh karenanya perlu ada kegiatan sosialisasi program

konser-vasi masyarakat yang komprehensif agar tidak menimbukan persepsi negatif, sehingga sosiali-sasi dan law enforcement merupakan kata kun-ci. Kebijakan KKL tidak dapat berdiri sendiri,

(8)

karena permasalahan seperti over capacity pada jangka panjang masih memungkinkan terjadi, sehingga dibutuhkan instrumen tambahan lain-nya dalam mengelola sumber daya ikan, misal-nya rasionalisasi melalui pajak, kuota, dan seba-gainya.

Pengembangan model ko-eksistensi anta-ra konservasi-wisata dengan perikanan secaanta-ra teoritis dapat dikembangkan lebih lanjut untuk menjembatani beberapa keterbatasan yang ada dalam penelitian ini. Penelitian mendalam se-lanjutnya dapat difokuskan pada luasan yang optimal untuk Kawasan Konservasi Laut (KKL) guna memperoleh tingkat konvergensi optimal terhadap kegiatan pariwisata dan perikanan. Ka-rena bagaimanapun baiknya suatu model pada dasarnya hanyalah merupakan simplifikasi dari dunia nyata, dengan demikian penyempurnaan model untuk penelitian lebih lanjut akan me-nambahkan kesempurnaan dari model yang di-kembangkan dalam penelitian ini.

Dalam menetapkan KKL, pemodelan yang lebih komprehensif dapat dilakukan dengan me-masukkan faktor-faktor pemanfaatan lainnya dari selat Lembeh seperti kegiatan industri dan budidaya perikanan.

Dari sisi spasial, untuk pengembangan penelitian mendatang, model yang dikembang-kan dalam penelitian ini dapat dimodifikasi le-bih jauh dengan mengakomodasikan aspek regi-onal yang ditimbulkan akibat interaksi perikan-an-industri atau pariwisata – industri. Lebih lu-as lagi apabila timbul mlu-asalah dengan adanya pencemaran akibat adanya kegiatan industri. Dengan mengakomodasi cakupan wilayah yang lebih luas, model ini dapat dimodifikasi untuk melihat dampak spasial yang ditimbulkan serta implikasi kebijakannya.

Selanjutnya, untuk melihat dampak posi-tip dengan makin berkembangnya pariwisata di kawasan Selat Lembeh, seperti peningkatan ke-sejahteraan masyarakat setempat, disarankan da-lam pengembangan ke depan, model ini dapat

dikembangkan dengan melibatkan peran serta masyarakat atau aspek sosial lebih menjadi fo-kus penelitian. Hal ini dikarenakan akan berpe-ngaruh kepada diversifikasi ekonomi yaitu ber-tambahnya jumlah usaha masyarakat tersebut.

Untuk melihat seberapa besar kegiatan pariwisata dapat mempengaruhi kawasan kon-servasi, penelitian lebih lanjut yang perlu dila-kukan adalah analisis yang melihat skala/besar-an dari kegiatskala/besar-an pariwisata yskala/besar-ang optimal untuk kawasan konservasi dalam pengertian bahwa ada skala jumlah turis, tingkat hunian hotel

(oc-cupation rate), jenis kegiatan pariwisata, besar-nya pemanfaatan (skala pemanfaatan), magni-tude yang optimal dalam arti sesuai daya du-kung pada lokasi KKL.

Pemodelan yang dilakukan belum mema-sukkan faktor ketidak pastian, sehingga akan le-bih baik bila dimasukkan faktor ketidak pastian ini dalam analisis KODI

Penelitian ini hanya mengadopsi 3 peu-bah kegiatan, padahal secara riil di lapangan kawasan pesisir memiliki multiple activities, se-hingga lebih baik apabila model dikembangkan pada kegiatan yang lebih banyak lagi, misalnya tambahan kegiatan budidaya dan industri.

PUSTAKA

Fauzi, A dan S. Anna, 2005. Studi Valuasi Ekonomi Pe-rencanaan Kawasan Konservasi Selat Lembeh, Su-lawesi Utara. Bahan untuk Naskah Akademik Kawas-an Konservasi Laut Selat Lembeh.

Noronha, L. et al. 2003. Coastal Tourism, Environment, and Sustainable Local Development. TERI. New Delhi. India.

Pratasik, S. B. H., D. Toho, D. Emor, L. Manoppo, R. Telleng, J. Madjid, and L. M. Rarung. 2001. A Pre-liminary Study on Socio-Economic Conditions and Biological Aspects of Lembeh Strait, Bitung North Sulawesi, Indonesia. Sam Ratulangi University. Ma-nado.

Sanchirico, J. M., K. A. Cohran, and P. M. Emerson. 2002. Marine Protected Areas: Economic and Social Implication. Resource for the Future. Wash-ington D. C.

Gambar

Gambar 1.  Peta Lokasi Penelitian Selat Lembeh.
Tabel 1.  Hasil Analisis Bioekonomi Perikanan  dengan skenario luasan KKL
Tabel 2.  Nilai Ekonomi Total Selat Lembeh (Rp  juta).  Skenario KKL  Indikator Aggregat  NPV  15% 25% 50%  Ekstraktif:  Total  Revenue  36.31 453.83 41.75 45.38 54.46 Net Revenue  134.22  1 677.70  154.35  167.77 201.32 Value  Added  30.10 376.31 34.62 37
Gambar 5   Hubungan Konvergensi – Divergensi antara Perikanan dan Wisata dengan Perubahan Biaya      0.032,  0.050  dan  0.075
+2

Referensi

Dokumen terkait

Seperti, bahasa, seni (bernyanyi dan banjari), jurnalistik, serta kajian keilmuan. Santriwan dan santriwati bebas memilih program pengembangan talenta yang telah

Spondilosis lumbalis dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang dengan ciri khas bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang diikuti perubahan pada

Berdasarkan penelitian para ahli tentang perkembangan anak yang sangat pesat pada usia sebelum memasuki sekolah dasar dan pernyataan tentang pentingnya lingkungan bagi perkembangan

ditindaklanjuti Ruang Rapat Biro Organisasi Setda Provinsi Jawa Tengah, Gedung A Lantai 9 LS : SEKDA Prov... Gajah

Berdasarkan data hasil kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dalam menghitung keliling bangun datar persegi dan persegi panjang dengan menggunakan

Grafik 6.1 menunjukkan bahwa Penambahan Myofascial Release Technique pada intervensi kombinasi ultrasound dan Stretching Metode Janda dengan signifikan lebih baik

Pada tahap ini yaitu menganalisis masalah untuk kebutuhan pembangunan aplikasi yang akan dibuat, dengan cara mengumpulkan data – data untuk pembangunan

Hasil uji kelarutan tersebut menunjukkan ekstrak daun sirih merah mengandung senyawa dengan gugus polar sehingga dapat larut dalam pelarut polar.. Penetapan titik