• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. METODE PENELITIAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

36 IV. METODE PENELITIAN

4.1. Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian

Penelitian ini membahas tentang kondisi industri gula di Indonesia, kinerja dan dayasaing industri gula sebagai komoditas yang pokok di Indonesia. Lingkup penelitian ini meliputi pengolahan data gula secara nasional (makro). Penelitian ini mengambil data industri gula di Indonesia tahun 2007 hingga 2011.

Waktu penelitian dilakukan dari bulan Februari hingga Desember 2012 dari mulai penyusunan proposal hingga penyerahan skripsi. Pada peneilitian ini, terdapat beberapa hal yang dijelaskan pada proses penyusunan proposal hingga proses sidang. Proses pra penelitian dilakukan pada awal tahun dengan melakukan pengumpulan data awal di lembaga yangterkait dengan industri gula Indonesia Pada pra penelitian, peneliti melakukan kunjungan langsung ke pabrik gula di Jawa Timur yang mendapatkan gambaran awal terhadap industri gula di Indonesia dan permasalahan yang ada di Indonesia. Serta setelah itu, peneliti melakukan kunjungan ke pabrik gula di Thailand untuk mendapatkan informasi sebagai perbandingan antara industri gula Indonesia dean Thailand. Kemudian, proses penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data inti untuk pembahasan serta pengolahan data yang melibatkan proses secara kualitatif.

4.2. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan data primer. Dalam penelitian ini, data sekunder yang digunakan adalah berupa data laporan tahunan kinerja industri gula Indonesia yang dikeluarkan oleh Dewan Gula Indonesia dan Laporan kinerja perkebunan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan. Kemudian, data primer dalam penelitian ini data yang didapatkan dari in depth interview dengan peneliti PRIDE tentang keterkaitan antar komponen dayasaing dalam Berlian Porter dan farm visit yang dilakukan ke pabrik gula di Jawa Timur dan Thailand. Dalam konteks sumber data, data yang

(2)

37 digunakan adalah data kuantitatif yang berupa data produktivitas tebu dan produktivitas gula untuk ruang lingkup pabrik, wilayah, dan nasional yang ada pada tahun 2011. Selain itu, dalam penelitian ini digunakan data kualitatif yang terkait dengan industri gula di Indonesia. Data kualitatif ini berupa pendapat ahli dari peneliti PRIDE sebagai acuan dalam menilai keterkaitan komponen dayasaing pada Berlian Porter. Serta, data kualitatif yang didapatkan dari farm

visit ke pabrik gula di Jawa Timur dan Thailand. Instrumen atau alat pengumpul

data yang digunakan berupa daftar panduan wawancara yang telah disusun secara tertulis sesuai dengan masalah, studi literatur, dan alat pencatat.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis dan pengolahan data dilakukan dalam penelitian ini adalah secara kualitatif. Alasan penggunaan analisis secara kualitatif adalah terdapat beberapa hal yang dapat digali dan diketahui secara mendalam untuk menjawab permasalahan penelitian. Jawaban tersebut dapat diperoleh melalui penggunaan analisis kualitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis situasi dan kondisi faktor penentu kinerja industri, khususnya industri gula. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan Matriks Perbandingan Berpasangan dan Teori Berlian Porter. Proses pengolahan data untuk Matriks Perbandingan Berpasangan dilakukan dengan menggunakan Software Microsoft Excel 2007 untuk mendapatkan nilai bobot dari hasil perbandingan antara variabel berdasarkan komponen yang ditentukan. Adapun kesulitan bagi peneliti dalam metode pengolahan dan analisis data adalah sulitnya menggabungkan data kuantitatif dan data kualitatif yang telah dikumpulkan untuk membuat analisis yang komprehensif dan tepat sesuai tujuan penelitian.

4.4.1. Matriks Perbandingan Berpasangan

Matriks perbandingan berpasangan merupakan pendekatan untuk meringkas dan melihat keunggulan variabel yang dihadapkan pada indikator yang telah ditentukan. Pendekatan matriks perbandingan berpasangan digunanakan untuk melihat kondisi pelaku industri gula di Indonesia, dengan melihat posisi dari para pelaku industri berdasarkan komponen yang ditentukan. Matriks ini juga

(3)

38 dapat memberikan dasar untuk mengidentifikasi variabel yang dapat bersaing melalui posisi yang ditempati oleh variabel tersebut. Langkah-langkah matriks perbandingan berpasangan dibagi menjadi wilayah penghasil gula dalam menilai wilayah penghasil gula yang dapat bersaing pada industri gula Indonesia, antara lain:

1. Menentukan indikator inti dalam melakukan matriks perbandingan berpasangan wilayah agar membatasi ruang lingkup analisis, adapun komponen yang digunakan adalah luas lahan (ha), jumlah pabrik (pabrik), produktivitas tebu (ton tebu/ha), produktivitas gula (ton gula/ton tebu), dan produksi tebu (ton). Data yang digunakan adalah data tahun 2011 agar mendapatkan hasil kinerja terbaru dari industri gula. Perbandingan awal dilakukan dengan menggunakan data numerik sesuai dengan komponen yang ditentukan.

2. Melakukan pembagian wilayah sebagai basis menilai wilayah yang dapat bersaing di industri gula Indonesia, dimana pembagian menjadi tujuh wilayah yaitu Jawa Barat-Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo. Dasar pembagian wilayah ini adalah menurut lokasi yang memiliki pabrik gula di Indonesia.

2. Mendaftarkan seluruh wilayah penghasil gula yang ada di Indonesia sebagai basis wilayah yang akan digunakan dalam analisis perbandingan wilayah tersebut, dimana keseluruhan wilayah tersebut berjumlah tujuh wilayah di Indonesia. Alasan pemilihan tujuh wilayah ini adalah melihat kondisi sebenarnya dari pelaku industri gula di Indonesia yang notabenenya diisi olehtujuh wilayah tersebut.

3. Analisis matriks perbandingan berpasangan ini dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap kuantitatif dengan memasukkan data-data berdasarkan indikator untuk wilayah ke dalam matriks dan tahap kualitatif dengan mengulas hasil dari matriks tersebut. Pada tahap kuantitatif, perbandingan dilakukan menggunakan matriks berpasangan yang nantinya akan dibagi menurut pasangan perbandingan yang telah ditentukan pada kelima komponen pembanding, yaitu antar wilayah-wilayah. Adapun tahap kualitatif yaitu dengan membandingkan antar wilayah dengan wilayah lain. Dasar dari tahapan

(4)

39 yang dilakukan adalah untuk melihat kondisi pelaku industri satu dengan pelaku lain, yang dalam penelitian ini berfokus pada wilayah penghasil gula. 5. Penilaian matriks dengan menggunakan tabel dan rumus menghitung bobot

dalam analisis matriks perbandingan berpasangan ini diadaptasi dari teori Internal dan Eksternal Matriks yan terdapat dalam Management Strategies (David, 2006). Penilaian matriks berpasangan yang didasarkan dari komponen pembanding yang telah ditetapkan, komponen 1,2,3,4, dan 5 dalam matriks merupakan komponen pembanding yang akan dibandingkan dari wilayah A dengan wilayah B. Setiap komponen digunakan skala 1, 2, dan 3 untuk menentukan bobot. Bobot ini digunakan untuk mengukur nilai keunggulan antara wilayah A dan wilayah B pada indikator yang telah ditentukan. Skala yang digunakan untuk menetukan bobot adalah:

1 = jika Wilayah A lebih buruk daripada Wilayah B 2 = jika Wilayah A sama dengan Wilayah B

3 = jika Wilayah A lebih baik dari Wilayah B

Tabel 3. Matriks Perbandingan Berpasangan Wilayah penghasil gula dalam Industri Gula Indonesia

Wilayah A Total Bobot

Komponen Pembanding 1 2 3 4 5 Wilayah B 1 Xi 2 3 4 5 Total

Sumber: Internal dan Eksternal Matriks dalam Managemen Strategies (David, 2006)

Wilayah A dalah variabel horizontal, Wilayah B adalah variabel vertikal. Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel baris atau variabel horizontal (variabel X) dibandingkan variabel kolom atau variabel vertikal

(5)

40 (variabel Y) dan harus konsisten. Dibawah ini adalah matriks perbandingan berpasangan wilayah penghasil gula dalam industri gula Indonesia. Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan dengan menggunakan rumus:

∝i =

Dimana,

∝i = Bobot variabel ke-i Xi = Nilai variabel ke-i n = jumlah data i = 1,2,3,...n

Sumber: Internal dan Eksternal Matriks (Diadaptasi)

6. Mendaftarkan kembali dengan tabel peringkat wilayah penghasil gula berdasarkan urutan dari bobot yang terbesar hingga terkecil. Bobot terbesar membuktikan bahwa wilayah A tersebut memiliki nilai yang lebih baik dibanding wilayah B menurut komponen yang dibandingkan. Serta bobot terkecil membuktikan bahwa wilayah A tersebut memiliki nilai yang lebih buruk dibanding wilayah B menurut komponen yang dibandingkan.

7. Setelah itu, didapatkan wilayah penghasil gula yang memiliki kinerja yang baik dalam industri gula Indonesia adalah wilayah yang menempati posisi teratas dalam kelima komponen pembanding.

4.4.2. Analisis Berlian Porter

Pendekatan yang digunakan untuk mengetahui dayasaing Industri gula di Indonesia adalah Teori Berlian Porter. Analisis dilakukan pada tiap komponen yang terdapat pada Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond Theory). Komponen tersebut meliputi :

1) Factor Condition (FC), yaitu keadaan faktor–faktor produksi dalam suatu industri seperti tenaga kerja dan infrastuktur.

2) Demand Condition (DC), yaitu keadaan permintaan atas barang dan jasa dalam negara.

3) Related and Supporting Industries (RSI), yaitu keadaan para penyalur dan industri lainnya yang saling mendukung dan berhubungan.

(6)

41 4) Firm, Strategy, Structur, and Rivalry (FSSR), yaitu strategi yang dianut perusahaan pada umumnya, stuktur industri dan keadaan kompetisi dalam suatu industri domestik.

Gambar 2. The Complete System of National Competitive Advantage (Porter, 1990)

Keterangan:

Garis ( ), menunjukan keterkaitan antar komponen utama yang saling mendukung

Garis ( ), menunjukan keterkaitan antar komponen penunjang yang mendukung komponen utama

Garis ( ), menunjukan keterkaitan antar komponen utama yang tidak saling mendukung

Garis ( ), menunjukan keterkaitan antar komponen penunjang yang tidak terjalin atau tidak mendukung komponen utama

Selain itu ada komponen lain yang terkait dengan keempat komponen utama tersebut yaitu faktor pemerintah dan kesempatan. Keempat faktor utama

(7)

42 dan dua faktor pendukung tersebut saling berinteraksi. Dari hasil analisis komponen penentu dayasaing kita dapat menentukan komponen yang menjadi keunggulan dan kelemahan dayasaing industri gula di Indonesia. Hasil keseluruhan interaksi antar komponen yang saling mendukung sangat menentukan perkembangan yang dapat menjadi competitive advantage dari suatu industri.Komponen–komponen dalam Teori Berlian Porter dapat dilihat pada Gambar 2.

Pendekatan analisis Berlian Porter digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi dari setiap atribut yang ada, seperti kondisi permintaan domestik, kondisi faktor sumberdaya, industri pendukung dan terkait, serta struktur, persaingan, dan strategi industri gula di Indonesia. Selain hal tersebut, tedapat juga dua atribut tambahan yaitu peran pemerintah dan peran dari kesempatan yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan industri gula di Indonesia.

4.5 Definisi Operasional

1. Gula yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gula tebu khususnya white

sugar. White sugar adalah gula berkualitas baik, putih, persen pol > 99,5 dan

dapat dikonsumsi langsung.

2. Produksi gula Indonesia adalah total produksi gula konsumsi masyarakat di Indonesia yang dinyatakan dalam satuan ton per tahun.

3. Konsumsi gula Indonesia adalah total konsumsi gula langsung masyarakat Indonesia yang dinyatakan dalam satuan ton per tahun.

4. Produksi tebu Indonesia adalah total produksi tebu di Indonesia yang dinyatakan dalam satuan ton per tahun.

5. Luas areal perkebunan tebu adalah luas seluruh areal produktif tanaman tebu di Indonesia yang dinyatakan dalam satuan hektar.

6. Produktivitas tebu adalah hasil bagi antara produksi tebu Indonesia dengan luas perkebunan tebu yang dinyatakan dalam satuan ton per hektar.

7. Rendemen adalah kadar kandungan gula dalam setiap batang tebu yang dinyatakan dalam satuan persen.

(8)

43 8. Impor gula adalah jumlah seluruh impor gula yang dijual atau dipasarkan di pasar domestik dan tidak termasuk impor ilegal yang dinyatakan dalam satuan ton.

Gambar

Tabel 3. Matriks Perbandingan Berpasangan Wilayah            penghasil gula dalam Industri Gula Indonesia
Gambar 2. The Complete System of National Competitive Advantage  (Porter, 1990)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbandingan bubur pepaya dan bubur terung belanda berpengaruh nyata terhadap nilai total padatan terlarut selai yang

Dalam upaya pengembangan literasi informasi terdapat beberapa potensi yang belum secara optimal dimanfaatkan, potensi tersebut antara lain potensi kewenangan,

Transportasi memiliki posisi yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan bangsa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional, dan tercemin pada

Gambar 3 memperlihatkan struktur frame biasa dengan satu Poly frame, yang terdiri dari tiga frame yang masing-masing frame terdapat dua slot data yang dapat diperuntukkan

13 Antara berikut, bukti manakah yang dikemukakan oleh John Crawford tentang kedatangan Islam ke Asia Tenggara. I Penemuan Batu Bersurat Terengganu II Perkampungan Arab

bahwa Keputusan Bupati Kayong Utara Nomor 68 Tahun 2009 tentang Standar Satuan Biaya Pendidikan dan Pelatihan Aparatur di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kayong

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM-BANDA ACEH 2014/2015 Jagalah kebersihan, ketertiban, kedisiplinan dan ketelitian selama praktikum

Hubungan antara masa kerja dengan fungsi pendengaran pekerja yang didapatkan dari penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa masa kerja mempengaruhi fungsi