• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesadaran, berkurangnya aktivitas otot rangka dan penurunan metabolisme

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesadaran, berkurangnya aktivitas otot rangka dan penurunan metabolisme"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

A. Tidur

1. Definisi

Tidur adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan kesadaran, berkurangnya aktivitas otot rangka dan penurunan metabolisme tubuh (Harkreader et al, 2007). Tidur adalah waktu dimana terjadinya penurunan status kesadaran yang terjadi pada periode waktu tertentu, terjadi secara berulang, dan merupakan proses fisiologis tubuh yang normal (Potter dan Perry, 2010).

Tidur merupakan sebuah proses biologis yang umum pada semua orang dimana individu akan mengalami perubahan status kesadaran yang didalamnya persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungannya (Kozier et al, 2010). Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

Kesimpulan yang dapat diambil peneliti yaitu, tidur merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan statatus kesadaran yang terjadi secara berulang dan normal dialami oleh semua orang.

2. Fisiologis tidur

(2)

menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun (Potter & Perry, 2010). Pengaturan mekanisme tidur dan bangun tersebut dipengaruhi oleh sistem aktivasi retikuler yang selanjutnya disingkat SAR. Sistem Aktivasi Retikuler (SAR) berlokasi di batang otak teratas, dipercayai terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. Bila aktivasi SAR meningkat, oraang tersebut dalam skeadaan sadar. Bila aktivasi SAR menurun, orang tersebut dalam kedaan tidur. Aktivitas SAR sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter. Aktivitas SAR juga dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti ACTH, TSH, dan LH (Triyono dalam Rodiyati, 2011).

Mekanisme serebral secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tertidur dan bangun. Aktivasi tidur diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sitem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir (Hidayat, 2008).

Reticular activating sistem (RAS) di bagian batang otak mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran serta memberikan stimulus visual, auditori, nyeri, dan sensorik raba. Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan katekolamin,

(3)

misalnya norepinefrin untuk tetap siaga, Mencoba untuk tidur menutup mata dan berusaha dalam posisi rileks dengan ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu bulbar synchronizing regional (BSR) mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

3. Jenis dan Tahapan tidur

Dalam prosesnya, tidur dibagi kedalam dua jenis. Pertama, jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam sistem pengaktivasi reticularis, disebut dengan tidur gelombang lambat (slow wave sleep) karena gelombang otak bergerak sangat lambat, atau disebut juga tidur non rapid aye movement (NREM). Kedua, jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran abnormal dari isyarat-isyarat dalam otak meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara berarti, disebut dengan jenis tidur paradox, atau disebut juga dengan rapid eye movement (REM) (Hidayat, 2008). a. Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM)

Tidur NREM atau tidur gelombang lambat dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh, atau juga dikenal tidur yang nyenyak. Pada tidur jenis ini, gelombang otak bergerak lebih lambat, sehingga menyebabkan tidur tanpa mimpi. Tidur gelombang lambat disebut juga tidur gelombang delta, dengan ciri-ciri; betul-betul istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi nafas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang, dan metabolisme menurun.

1) NREM tahap 1. Tahap ini merupakan tahap antara bangun dan tahap awal tidur dengan ciri sebagai berikut; rileks, masih sadar dengan

(4)

lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping kesamping, frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5 menit. Memasuki tahap ini, gambaran EEG memperlihatkan gelombang beta yang berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah (Hidayat, 2008)

2) Tahap 2. Tahap 2 merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan cirri sebagai berikut: mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas menurun, temperatur tubuh menurun, metabolisme menurun, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit dan gambaran EEG memperlihatkan istirahat tenang pada gelombang alfa (Hidayat, 2008).

3) Tahap 3. Tahap 3 merupakan tahap tidur dengan cirri denyut nadi dan frekuensi nafas dan proses tubuh lainnya lambat, disebabkan oleh adanya dominasi sistem saraf parasimpatis, sulit untuk bangun dan gambaran EEG memperlihatkan tidur ringan karena terjadi perlambatan gelombang alfa ke jenis teta atau delta yang bervoltase rendah (Hidayat, 2008).

4) Tahap 4. Tahap 4 merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan pernafasan menurun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun, tonus otot menurun dan gambaran EEG memperlihatkan tidur nyenyak karena gelombang lambat dengan gelombang delta bervoltase tinggi dengan kecepatan 1-2 per detik (Hidayat, 2008).

(5)

b. Tidur Rapid Eye Movement (REM).

Tidur ini berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 80-100 menit, akan tetapi apabila kondisi sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri-ciri tidur REM adalah sebagai berikut (Hidayat, 2008): 1) Biasanya disertai dengan mimpi yang aktif. 2) Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak gelombang lambat. 3) Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis. 4) Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur. 5) Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur. 6) Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah meningkat ataua berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme meningkat. 7) Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi

4. Fungsi tidur

Fungsi tidur ada lima menurut Harkreader, et al (2007), antara lain: a. Sebagai penyimpan energi dan pemulihan, energi tinggi yang digunakan

selama beraktivitas di siang hari diseimbangkan dengan penurunan energi di malam hari. Otot skelet berelaksasi secara progresif, dan tidak adanya kontraksi otot, menyimpan energi kimia untuk proses seluler. Laju metabolisme menurun 5-25% selama tidur, hal ini menunjukkan bahwa tubuh berusaha untuk menyimpan energi.

(6)

b. NINDS (2005) berpendapat bahwa aktivitas pada bagian otak yang mengatur emosi, proses membuat keputusan, dan interaksi sosial menurun secara drastis selama tidur dalam, sehingga dapat membantu seseorang untuk mempertahankan emosional, dan fungsi sosial secara optimal ketika terbangun.

c. Tidur memberikan waktu kepada neuron untuk beristirahat dan memulihkan diri. Tidur juga penting bagi sistem syaraf untuk bekerja dengan baik. Seseorang yang hanya tidur sebentar saat terbangun masih mengantuk dan tidak mampu berkonsentrasi di keesokan harinya dan mengalami gangguan memori, penampilan fisik serta berkurangnya kemampuan untuk berhitung. Untuk itu, tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif, membantu penyimpanan memori dan pembelajaran. Selama tidur, otak menyaring informasi yang disimpan tentang aktivitas hari tersebut.

d. Ficca dan Salzarulo (2004) memberikan hipotesis bahwa tidur NREM dan REM membantu dalam proses memori saat orang tertidur. Deprivasi tidur merupakan hasil dari seseorang yang tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup. Selama tidur dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaiki sel epitel dan khusus untuk sel otak. Tidur NREM menjadi sangat penting khususnya pada anak-anak. Tidur juga memiliki peran untuk memulihkan penyakit, mengontrol nyeri, mengurangi kelelahan, meningkatkan sirkulasi darah ke otak, meningkatkan sintesis protein,

(7)

menyeimbangkan mekanisme melawan penyakit pada sistem imun, membantu tubuh melakukan detoksifikasi alami untuk membuang racun dalam tubuh, meningkatkan perbaikan dan pertumbuhan sel, meningkatkan penyembuhan dan menurunkan ketegangan (Potter & Perry, 2010).

e. Tidur memberikan pengaruh fisiologis pada sistem saraf dan struktur tubuh lain. Tidur memulihkan tingkat aktivitas normal dan keseimbangan normal nrmal di antara bagian sistem saraf. Tidur juga penting untuk sintesis protein, yang memungkinkan terjadinya proses perbaikan. Peran tidur dalam kesejahteraan psikologis paling terlihat dengan memburuknya fungsi mental akibat tidak tidur (Kozier et al, 2010).

B. Kualitas Tidur

1. Definisi kualitas tidur

Kualitas tidur adalah karakter tidur yang penting yang diperlihatkan oleh individu. Kualitas tidur merupakan perilaku individu mengenai kenyenyakan tidur, persepsi tentang pergerakan selama dan pengkajian umum dari kualitas tidur. Kualitas tidur yang baik diperlihatkan dengan mudahnya seseorang memulai tidur pada jam tidur, mempertahankan tidur, menginisiasi untuk tidur kembali setelah terbangun di malam hari, dan peralihan dari tidur dan bangun di pagi hari dengan mudah (Le Bourgeosis et al, 2005). Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur Rapid

(8)

Eye Movement (REM) dan Non Rapid Eye Movement (NREM) yang pantas (Kozier et al, 2010).

Menurut Stamburg & Olsen (1997) dalam Syarif (2005), beberapa variabel dan parameter yang berhubungan dengan tidur adalah waktu yang dihabiskan ditempat tidur, kuantitas tidur atau total waktu yang dibutuhkan untuk tidur, waktu atau persentase yang dihabiskan pada tahapan-tahapan tidur, waktu yang diperlukan untuk tertidur, kesulitan atau kemudahan dalam tertidur, kebiasaan tidur, penggunaan obat-obat untuk tidur, kepuasaan terhadap tidur, kemudahan atau kesulitan untuk terbangun di pagi hari, rasa segar saat bangun dari tidur, kecapekan dan rasa berenergi saat beraktivitas. Persepsi mengenai kualitas tidur ini sangat bervariasi dan individual dapat dikaji dengan cara subjektif yaitu hasil dari ungkapan individu terhadap apa yang dirasakan sebelum dan sesudah tidur.

2. Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur

Potter & Perry (2010) menyatakan bahwa kualiatas tidur individu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur antara lain :

a. Penyakit

Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik atau masalah suasana hati seperti kecemasan atau depresi dapat mempengaruhi tidur. Penyakit juga memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak bisa seperti ketika tangan atau lengan diimobilisasi pada traksi yang pada akhirnya mengganggu tidur.

(9)

b. Stress emosional

Kecemasan tentang masalah pribadi dapat mempengaruhi situasi tidur. Stres menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali mengarah frustasi apabila tidak tdur. Kemudian seseorang tersebut mencoba untuk tidur, namun selama siklus tidurnya klien sering terbangun atau terlalu banyak tidur (hipersomnia). Stress yang berlanjut dapat mempengaruhi kebiasaan tidur yang buruk.

c. Obat-obatan

Obat tidur seringkali membawa efek samping. Dewasa muda dan dewasa tengah dapat mengalami ketergantungan obat tidur untuk mengatasi stresor. Lansia seringkali menggunakan variasi obat untuk mengontrol dan mengatasi sakit kroniknya, dan beberapa obat dapat mengganggu tidur.

Dari daftar obat di PDR 1990, dengan 584 obat resep atau obat bebas menuliskan mengantuk sebagai salah satu efek samping, 486 menulis insomnia, 281 menyebabkan kelelahan. Lansia seringkali menggunakan variasi obat untuk mengontrol penyakit kroniknya (Potter dan Perry, 2010). Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain: diuretik menyebabkan insomnia, antidepresan menyupresi REM, kafein meningkatkan saraf simpatis, beta-bloker menimbulkan insomnia dan Narkotika menyupresi REM (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

(10)

d. Lingkungan

Lingkungan tempat orang tidur berpengaruh pada kemampuan untuk tertidur. Ventilasi yang baik memberikan kenyamanan untuk tidur tenang. Ukuran, kekerasan dan posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur. Tingkat cahaya, suhu dan suara dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Ada sebagian individu yang menyukai tidur dengan lampu yang dimatikan, remang-remang atau tetap menyala. Suhu yang panas atau dingin bisa menyebabkan individu gelisah. Beberapa orang menyukai kondisi tenang untuk tidur dan ada yang menyukai suara untuk membantu tidurnya seperti dengan musik lembut.

Ukuran, kekerasan, dan posisi mempengaruhi kualitas tidur. Tidur tanpa ketenangan adanya suara keras atau tingkat kebisingan yang tinggi, tingkat cahaya yang tinggi dan suhu ruangan yang tidak nyaman dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Suara juga mempengaruhi tidur, Webster dan Thompson (1986) menyatakan tingkat suara yang diperlukan untuk membangunkan orang tergantung pada tahap tidur (Potter dan Perry, 2010).

e. Asupan Makanan

Makan besar, berat, dan atau berbumbu pada makan malam dapat menyebabkan tidak dapat dicerna yang akhirnya mengganggu tidur. Kafein dan alkohol yang dikonsumsi pada malam hari mempunyai efek produksi-insomia sehingga mengurangi atau menghindari zat tersebut secara drastis adalah strategi penting yang digunakan untuk

(11)

meningkatkan tidur. Alergi makanan juga dapat menyembuhkan insomnia.

f. Aktivitas Fisik dan kelelahan

Seseorang yang kelelahan menengah biassanya memeperoleh tidur yang baik, khususnya jika kelelahan tersebut hasil dari kerja atau latihan yang menyenangkan.

3. Pengukuran kualitas Tidur

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah suatu metode penilaian yang berbentuk kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur dan gangguan tidur orang dewasa dalam interval satu bulan. PSQI dikembangkan untuk beberapa tujuan, seperti untuk memberikan ukuran yang valid dan memiliki nilai kualitas tidur yang terstandar, untuk membedakan antara orang dengan tidur yang baik atau memiliki gangguan tidur, dan untuk memudahkan peneliti untuk menafsirkan dan penilaian klinis yang berguna untuk menentukan kualitas tidur seseorang. Ketentuan kuisioner PSQI:

a. PSQI terdiri dari 19 kuesioner tersebut tidak diikutkan dalam perhitungan dan hanya digunakan untuk informasi medis saja.

b. Sembilan belas kuesioner yang berkaitan untuk penilaian individu tersebut diberikan mampu menilai varietas yang sangat luas berkaitan dengan kualitas tidur seseorang termasuk estimasi dari durasi tidur, latensi tidur, frekuensi tidur serta tingkat keparahan permasalahan tidur seseorang.

(12)

c. Sembilan belas item ini akan digrupkan kedalam 7 komponen skor, antara lain : kualitas tidur, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, disfungsi tidur di siang hari d. Tiap itemnya dibobotkan dengan bobot seimbang dalam rentang skala 0-3. Ketujuh komponen tersebut pada akhirnya akan dijumlahkan sehingga didapatkan skor global PSQI yang memiliki rentang skor 0-21.

C. Perawat

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Hidayat, 2008).

Asuhan keperawatan dilakukan dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama (primary health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang tanggung jawab serta etika profesi keperawatan, yang memungkinkan setiap penduduk / orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif. Rangkaian kegiatan praktik keperawatan yang diberikan pada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dalam menggunakan

(13)

proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etika dan etiket keperawatan disekolah secara profesional dalam kontek kebutuhan asuhan keperawatan (Gaffar, 2009).

Menurut Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, perawat adalah mereka yang memiliki keahlian dan kualifikasi yang diberi kewenangan berdasarkan pendidikannya setelah melalui proses registrasi dan pemberian izin dari pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ellis dan Hartley (1984) menjelaskan pengertian perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, cedera dan proses penuaan (Gaffar, 2009).

Organisasi Keperawatan Sedunia yaitu International Council of Nurses atau ICN (1972) merumuskan fungsi unik perawat yaitu melakukan pengkajian dari individu sehat maupun sakit dimana segala aktivitas yang dilakukan berguna untuk kesehatan atau pemulihan kesehatan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Aktivitas ini dilakukan dengan berbagai cara untuk mengembalikan kemandirian pasien secepat mungkin (Gaffar, 2009).

Perawat dalam melaksanakan tugas perawatan harus selalu mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien serta tidak mengabaikan dirinya. Menurut Abraham Maslow, bahwa kebutuhan dasar manusia yang nomor dua adalah kebutuhan rasa aman tersebut terhadap pasien yang dirawatnya. Lingkungan tempat perawatan pasien yang tertib dan aman akan membantu mempercepat penyembuhan pasien, untuk itu bila

(14)

melaksanakan tugas harus memperhatikan prinsip keamanan keselamatan dan kesehatan kerja (Tarigan dalam Sriyati, 2008).

D. Tekanan Darah

1. Definisi

Tekanan darah adalah kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung (Potter dan Perry, 2010). Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncakterjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2012)

2. Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Tekanan darah tidak konstan namun dipengaruhi oleh banyak faktor secara kontinu sepanjang hari. Tidak ada pengukuran tekanan darah yang dapat secara adekuat menunjukan tekanan darah klien. Meskipun saat dalam kondisi yang paling baik, tekanan darah berubah dari satu denyut jantung ke denyut lainnya.

a. Usia

Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan. Meningkat masa anak-anak. Tingkat tekanan darah anak-anak atau

(15)

remaja dikaji dengan memperhitungkan ukuran tubuh atau usia. Tekanan darah dewasa cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia. Lansia tekanan sistoliknya meningkat sehubungan dengan penurunan elastisitas pembuluh darah.

Tabel 2.1 Tekanan Darah Normal Rata - Rata

Usia Tekanan darah mmHg

Bayi baru lahir ( 3000 gr ) 1 bulan 1 tahun 6 tahun 10 – 13 tahun 14- 17 tahun Dewasa tengah Lansia 40 ( rerata ) 85/54 9565 105/65 110/65 120/75 120/80 140/90 (Sumber : Potter dan Perry, 2005 dalam Hamarno, R, 2010 ) b. Stres

Ansietas, takut, nyeri dan stres emosi mengakibatkan stimulasi simpatik yang meningkat frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer. Efek stimulasi simpatik meningkatkan tekanan darah. Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik mengharuskan seseorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Potter dan Perry, 2010).

c. Ras

Frekuensi hipertensi (tekanan darah tinggi) pada orang Afrika Amerika lebih tinggi dari pada orang Eropa Amerika. Kematian yang dihubungkan dengan hipertensi juga lebih banyak orang Afrika Amerika. Kecenderungan populasi ini terhadap hipertensi diyakini berhubungan dengan genetik dan lingkungan.

(16)

d. Jenis Kelamin

Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada anak laki-laki atau perempuan. Setelah punertas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia tersebut.

E. Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas batas normal atau optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu lama dan terus menerus bisa memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik (Baradero et al, 2008).

Hipertensi adalah tekanan darah dimana sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan diastolik lebih besar dari 90 mmHg (Casey dan Benson, 2006). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh

(17)

darah tepi dan peningkatan volume aliran darah darah (Hani et al, 2010). Hipertensi (tekanan darah tinggi) didefinisikan sebagai peningkatan dari tekanan darah sistolik pada tingkat 140 mmHg atau lebih tinggi dan tekana darah diastolik pada tingkat 90 mmHg atau lebih tinggi yang didasarkan dari rata-rata 2 atau lebih pengukuran dalam waktu yang berkala (LeMone & Burke, 2008).

Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa di atas 18 tahun.

2. Patofisiologi Hipertensi

Patofisiologi pasti yang menyokong hipertensi primer belum ditetapkan. Banyak faktor yang menghasilkan perubahan tekanan vakuler perifer, jumlah nadi atau volume sekuncup yang mempengaruhi tekanan darah arterial sistemik. Empat sistem kontrol yang berperan besar dalam mempertahankan tekanan darah yaitu :

a. Sistem baroreseptor arteri dan kemoreseptor.

Baroreseptor dan kemoreseptor arteri bekerja untuk mengontrol tekanan darah. Baroreseptor memonitor tingkat tekanan darah dan melakukan perlawanan bila terjadi peningkatan dengan cara vasodilatasi dan menurunkan kecepatan nadi melalui saraf vagus. Kemoreseptor peka terhadap perubahan konsentrasi oksigen, karbondioksida dan ion hidrogen dalam darah. Peran baroreseptor dan kemoreseptor dalam

(18)

hipertensi belum dapat dipahami dengan baik. Reseptor yang teregang mungkin menjadi tidak peka menyebabkan harus terus menerus untuk disetel sehingga meningkatkan tekanan yang berkelanjutan. Autoregulasi kemoreseptor mungkin menyebabkan perubahan volume darah dan rangsangan berlebihan simpatik terjadi.

b. Regulasi volume cairan tubuh

Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Ketidak normalan transport sodium dalam tubulus ginjal mungkin menyebabkan hipertensi primer. Peningkatan sodium dan cairan berlebih, volume darah total meningkat sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat.

c. Sistem renin – angiotensin tubuh

Renin adalah enzim yang dihasilkan oleh ginjal untuk merubah angiotensinogen menjadi angiotensin I. Angiotensin I kemudian dirubah oleh converting enzyme yang dikeluarkan oleh paru menjadi angiotensin II. Angiotensin II sebagai vasokonstriktor dan merangsang pengeluaran aldosteron.

d. Autoregulasi vaskuler

Hipertensi juga dapat terjadi karena kirangnya zat vasodilator seperti prostaglandin, ketidaknormalan kongenital dalam tahanan pembuluh darah atau gangguan sekresi neuroendokrin.

3. Tanda Gejala

a. Hipertensi primer

(19)

etiologinya. Hipertensi esensial bersifat multifaktor, antara lain faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga. Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa sensitivitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitas vaskuler, dan resistensi urin. Pada faktor lingkungan ada 3 hal yang dapat menyebabkan hipertensi, yaitu konsumsi garam (natrium) berlebihan, stress psikis dan obesitas. Awitan hipertensi esensial biasanya terjadi antara usia 20 sampai 50 tahun (Casey dan Benson, 2006).

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang dapat diketahui penyebabnya, seperti penyakit ginjal (hipertensi renal), penyakit endokrin (hipertensi endokrin) dan obat. Sekitar 20 % populasi dewasa mengalami hipertensi, 90 % diantaranya menderita hipertensi esensial dan 5 – 8 % diantaranya tergolong hipertensi sekunder.

4. Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi

Menurut Black & Hawk (2005) dan LeMone & Burke (2008) faktor risiko terjadinya hipertensi adalah :

a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi 1) Riwayat Keluarga

Hipertensi dihasilkan dari banyak gen dan faktor dalam seseorang dalam suatu keluarga yang menderita hipertensi. Faktor genetik membuat keluarga menderita hipertensi berkaitan dengan peningkatan

(20)

jumlah sodium di intraseluler dan penurunan ratio potassium dan sodium. Klien dengan kedua orangtuanya menderita hipertensi lebih besar resikonya terjadi pada usia lebih muda.

2) Usia

Hipertensi primer muncul antara usia 30 - 50 tahun. Angka kejadian meningkat pada usia 50 - 60 tahun dari pada usia 60 tahun lebih. Studi epidemiologi, prognosis lebih buruk bila klien menderita hipertensi usia muda.

3) Jenis Kelamin

Secara umum angka kejadian hipertensi lebih tinggi laki-laki dari pada wanita sampai usia 55 tahun. Antara usia 55 – 74 tahun resikonya hampir sama, setelah usia 74 tahun wanita lebih besar resikonya. 4) Etnik

Angka kematian pada hipertensi orang dewasa, berturut-turut terjadi paling rendah pada wanita kulit putih yaitu 4,7 %, pria kulit putih 6,3 %, pria kulit hitam 22,5 %, dan yang paling tinggi adalah wanita kulit hitam yaitu 29,3 %. Alasan peningkatan pada kulit hitam itu tidak jelas tetapi peningkata ini didukung oleh tanda jumlah renin yang lebih rendah, sensitivitas vasopresin lebih tinggi, pemasukan garam lebih tinggi dan stres lingkungan yang lebiih tinggi.

(21)

b. Faktor yang dapat dimodifikasi 1) Stres

Faktor lingkungan atau kejadian, tipe personal dan fenomena fisik dapat menyebabkan stres. Stres meningkatkan tahanan vaskuler perifer dan kardiak output dan merangsang aktifitas sistem saraf simpatik, selanjutnya hipertensi dapat terjadi. Pada hipertensi primer peran stres belum jelas, tetapi bila sering dan berkelanjutan dapat menyebabkan hipertropi otot halus vaskuler atau mempengaruhi jalur koordinasi pusat di otak.

2) Kegemukan

Kegemukan terutama pada bagian tubuh atas dimana terjadi peningkatan jumlah lemak di pinggang, abdomen dapat dihubungkan dengan perkembangan hipertensi. Seseorang yang kelebihan berat badan pada daerah pantat, pinggul dan paha beresiko lebih rendah untuk terjadi hipertensi sekunder.

3) Zat makanan

Mengkonsumsi tinggi sodium dapat menjadi faktor penting terjadinya hipertensi primer. Diet tinggi garam mungkin merangsang pengeluaran hormon natriuretik yang mungkin secara tidak langsung meningkatkan tekanan darah. Muatan sodium juga merangsang mekanisme vasopresor dalam sistem saraf pusat. Studi juga menunjukan bahwa diet rendah kalsium, kalium, dan magnesium berkontribusi terhadap hipertensi.

(22)

4) Penyalahgunaan zat

Merokok, pengkonsumsi alkohol berat, penggunaan obat terlarang merupakan faktor terjadinya hipertensi. Nikotin dan obat-obatan seperti kokain dapat menyebabkan tekanan darah meningkat segera dan menjadi ketergantungan sehingga dapat menyebabkan terjadinya hipertensi di lain waktu. Angka kejadian hipertensi lebih tinggi pada klien yang minum lebih dari 30 cc etanol setiap hari. Dampak kafein masih kontroversial, kafein meningkatkan tekanan darah akut tetapi tidak menghasilkan efek berkepanjangan.

5. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa menurut Program Pendidikan Tekanan Darah Tinggi Nasional tahun 2003, laporan ketujuh menurut JNC (The Joint National Committee) seperti pada tabel di bawah ini (Black & Hawk, 2005)

Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa Klasifikasi tekanan darah Sistolik Diastolik Normal Normal tinggi Hipertensi tingkat 1 Hipertensi tingkat 2 Hipertensi tingkat 3 Hipertensi tingkat 4 Dibawah 130 mmHg 130 - 139 mmHg 140 – 159 mmHg 160 – 179 mmHg 180 – 209 mmHg 210 mmHg atau lebih Dibawah 85 mmHg 85 – 89 mmHg 90 – 99 mmHg 100 - 109 mmHg 110 – 119 mmHg 120 mmHg atau lebih (Sumber : Triyanto, 2014) 6. Manifestasi Klinik

Pada tahap awal perkembangan hipertensi, tidak ada manifestasi klinik yang dirasakan oleh klien. Kadang – kadang tekanan darah akan naik

(23)

darahnya meningkat. Jika ini tidak terdiagnose maka tekanan darah akan meningkat terun dan muncul manifestasi klinik. Klien akan melaporkan keluhan seperti nyeri kepala yang menetap, kelelahan, pusing, berdebar – debar, penglihatan kabur atau epistaksis (Black & Hawk, 2005). Penyakit arteri koronaria seperti angina pectoris dan infark miokard juga dapat terjadi sebagai konsekuensi adanya hipertensi. Hipertropi ventrikel kiri juga dapat terjadi sebagai akibat peningkatan kerja ventrikel melawan tekanan sistemik yang meningkat. Gagal jantung kerusakan ginjal dan gangguan vaskuler di otak juga dapat ditemukan (Smeltzer & Bare, 2012).

7. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi akan menimbulkan komplikasi atau kerusakan pada berbagai organ sasaran, yaitu pembuluh darah otak, mata, jantung, dan ginjal (Sustrani, Alam & Hadibroto, 2015) sebagai berikut :

a. Komplikasi pada otak

Tekanan darah yang terus menerus tinggi menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah yang disebut disfungsin endotel. Hal ini memicu pembentukan plak aterosklerosis dan trombosis (pembekuan darah yang berlebihan). Akibatnya, pembuluh darah tersumbat dan jika penyumbatan terjadi pada pembuluh darah otak dapat menyebabkan stroke.

b. Komplikasi pada mata

Komplikasi pada mata dapat menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.

(24)

c. Komplikasi pada jantung

1) Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Selain pada otak, penyumbatan pembuluh darah juga dapat terjadi pada pembuluh koroner dan dapat menyebabkan PJK dan kerusakan otot jantung (infark jantung).

2) Gagal jantung

Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan menyesuaikan sehingga terjadi pembesaran jantung dan semakin lama otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa dan menampung darah dari paru sehingga banyak cairan tertahan di paru maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau edema. Kondisi seperti ini disebut gagal jantung.

d. Komplikasi pada ginjal

Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah pada ginjal mengkerut (vasokonstriksi) sehingga aliran nutrisi ke ginjal terganggu dan mengakibatkan kerusakan sel-sel ginjal yang pada akhirnya terjadi gangguan fungsi ginjal.

8. Penatalaksanaan

a. Modifikasi gaya hidup

Fakta penelitian yang kuat menyatakan bahwa modifikasi gaya hidup efektif menurunkan tekanan darah dan resiko yang minimal. Menurut

(25)

JNC 7, modifikasi gaya hidup di sarankan untuk dijadikan terapi secara definitif digaris pertama sekurang kurangnya 6-12 bulan setelah diagnosis awal.

b. Penurunan berat badan

Turunkan berat badan ke normal (IMT 18,5-24,9 kg), menurunkan berat badan bisa merendahkan tekanan darah sistolik 5-20 mmHg per 10 kg penurunan berat badan (Karyawan, 2009). Kelebihan berat badan, yang ditunjukan dengan IMT bila melebihi 27 kg, berhubungan kuat dengan peningkatan tekanan darah (Black & Hawk, 2005).

c. Pembatasan sodium

Kira – kira 40 % orang dengan hipertensi peka terhadap sodium. Diet garam < 100 mmol/hari (2,4 gr atau 6 gr) bisa menurunkan tekanan darah sistolik 2-8 mmHg. Pembatsan sedang pemasukan sodium (6 gr garam) dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada beberapa kasus hipertensi tingkat 1.

d. Modifikasi diet lemak

Modifikasi masukan diet lemak dapat menurunkan lemak jenuh dan meningkatkan lemak tak jenuh sehingga membeirikan dampak penurunan tekanan darah tetapi juga menurunkan tingkat kolesterol. Ditambah lagi rekomendasi DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) diet yang dianjurkan adalah kaya buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, dan makanan rendah lemak.

(26)

e. Latihan

Rutin olahraga minimal 30 menit per hari bisa menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mmHg. Tekanan darah dapat diturunkan dengan aktifitas sedang seperti berjalan cepat 30-45 menit sesering mungkin dalam satu minggu.

f. Pembatasan alkohol

Konsumsi lebih dari 30 cc alkohol per hari meningkatkan kejadian hipertensi, kadang-kadang sulit disembuhkan dan terapi anti hipertensi yang jelek. Menghindari alkohol bisa menurunkan tekanan darah sistolik 2-4 mmHg.

g. Pembatasan kafein

Meskipun minum kafein yang cepat dapat meningkatkan tekanan darah, minum yang terus menerus tidak memberikan efek terhadap peningkatan tekanan darah. Bagaimanapun juga pembatasan kafein tidak begitu penting kecuali memberikan respon yang berlebihan kepada jantung. h. Teknik relaksasi

Berbagai terapi relaksasi seperti relaksasi otot progresif, meditasi transcendental, yoga, biofeedback dan psikoterapi dapat menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi.

i. Larangan merokok

Meskipun merokok tidak berhubungan statistik terhadap perkembangan hipertensi, nikotin dapat meningkatkan jumlah nadi dan menghasilkan

(27)

vasokonstriksi perifer yang mana tekanan darah dapat meningkat dalam waktu pendek atau setelah merokok.

j. Suplemem kalium, kalsium, magnesium, serat dan vitamin C

Rasio yang tinggi dari netrium dan kalium dapat dipertanggungjawabkan terjadinya perkembangan hipertensi. Mengkonsumsi makanan yang mengandung kalium, kalsium, magnesium, serat dan vitamin C mungkin membantu dalam menurunkan tekanan darah. Pola makan sehat dapat menurunkan tekanan darah sistolik 8-14 mmHg.

k. Intervensi farmakologi

Obat anti hipertensi dapat diklasifikasikan dalam beberpa katagori yaitu diuretik, antagonis adrenergic alfa dan beta (beta blocker), vasodilator, kalsium antagonis, ACE inhibitor dan angiotensin reseptor bloker. Jika terapi dipilih dengan hati-hati, lebih dari setengah kasus hipertensi ringan dapat dikontrol dengan saru atau dua obat. Banyak klien membutuhkan dua atau tiga obat untuk menurunkan tekanan darah.

F. Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah

Hipertensi dapat merusak sel-sel yang melapisi dinding dalam arteri, sehingga tidak lagi halus. Biasanya lemak gemar menumpuk pada dinding arteri yang rusak ini, sehingga menimbulkan plak dan mengeraskan dinding arteri, ini dikenal dengan sebutan arterioskeloris. Kejadian ini menyebabkan terhambatnya suplai darah ke organ-organ tubuh seperti ke jantung, ginjal, otak, tangan dan kaki. Selanjutnya dapat menyebabkan angina (nyeri dada), serangan jantung, gagal jantung, gagal ginjal, stroke, sumbatan pada tangan

(28)

dan kaki (penyakit arteri perifer), dan aneurisme (Sihombing, 2008).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah yaitu faktor umur, jenis kelamin, genetik, nutrisi, obesitas, olah raga, stres, merokok dan kualitas tidur (Susilo & Wulandari, 2011). Dari beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah, tidur merupakan suatu fenomena dasar yang penting bagi kehidupan, kurang lebih sepertiga dari kehidupan manusia dijalankan dengan tidur. Tidur adalah fenomena alami, tidur menjadi kebutuhan hidup manusia. Tidur merupakan bagian hidup manusia yang memiliki porsi banyak, rata-rata hampir seperempat hingga sepertiga waktu digunakan untuk tidur. Tidur merupakan proses yang diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (Natural Healing Mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh (Noviani et al, 2011).

Tidur dapat mempengaruhi fungsi sistem saraf otonom simpatis maupun parasimpatis yang dapat menjejaskan tekanan darah. Pada waktu tidur yang normal, akan terjadi penurunan tekanan darah relatif sekitar 10-20 persen jika dibandingkan dengan saat kita berada keadaan sadar (Calhoun dan Harding, 2010). Walaupun mekanismenya belum jelas secara pasti, tetapi berdasarkan penelitian yang diteliti pada journal of the American Heart Association, ditemukan bahwa penurunan durasi tidur akan mengakibatkan gangguan endokrin dan metabolik yang sangat berpengaruh dalam mengatur regulasi tekanan darah sehingga terjadi gangguan dalam meningkatkan resiko terjadinya

(29)

hipertensi. Selain itu, juga dilaporkan bahwa durasi tidur yang rendah dapat menyebabkan terjadinya hipertensi, tetapi efisiensi tidur yang rendah dilaporkan menyebabkan hipertensi dibandingkan dengan durasi tidur yang rendah (Javaheri et al, 2012).

Menurut Calhoun & Harding (2010), apabila tidur mengalami gangguan dan tidak terjadi penurunan tekanan darah saat tidur, maka akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi yang berujung kepada penyakit kardiovaskular. Setiap 5% penurunan normal yang seharusnya terjadi dan tidak dialami oleh seseorang, maka kemungkinan 20% akan terjadi peningkatan tekanan darah. Selain itu salah satu faktor dari kualitas tidur yang buruk yaitu kebiasaan durasi tidur yang pendek juga dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah. Kebutuhan waktu tidur bagi setiap orang adalah berlainan, tergantung pada kebiasaan yang dibawa selama perkembangannya menjelang dewasa, aktivitas pekerjaan, usia dan kondisi kesehatan. Kurang tidur yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan fisik dan psikis. Dari segi fisik, kurang tidur akan menyebabkan muka pucat, mata sembab, badan lemas dan daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit. Adapun dari segi psikis, kurang tidur akan menyebabkan timbulnya perubahan suasana kejiwaan, sehingga penderita akan menjadi lesu, lamban menghadapi rangsangan dan sulit berkonsentrasi (Endang, 2007 dalam Komalasari, 2012).

Ketidakcukupan kualitas dan kuantitas tidur dapat merusak memori dan kemampuan kognitif. Bila hal ini berlanjut hingga bertahun-tahun, akan berdampak pada tekanan darah tinggi, serangan jantung, stroke, hingga

(30)

masalah psikologis seperti depresi dan gangguan perasaan lain. Apabila hal ini berlangsung dalam waktu yang lama, akan menyebabkan individu tersebut mengalami kurang tidur yang mengakibatkan peningkatan risiko penyakit yang dideritanya (Potter & Perry, 2010).

(31)

G. Kerangka Teori

Kerangka teori atau kerangka pikir adalah kesimpulan dari Tinjauan Pustaka yang berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan (Suparyanto, 2009)

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Potter and Perry (2010), Maryam (2008), Susilo & Wulandari (2011) Faktor yang mempengaruhi

Tekanan Darah: a. Faktor umur b. Jenis kelamin c. Genetic d. Nutrisi e. Obesitas f. Olahraga g. Stress h. Merokok i. Kualitas tidur

Faktor yang mempengaruhi tidur:

a. Faktor dari dalam (intrinsik) yaitu: kecemasan, motivasi dan umur.

b. Faktor dari luar (ekstrinsik) yaitu: gaya hidup, aktivitas, penggunaan obat-obatan, gangguan medis umum dan lingkungan) Kualitas Tidur 1. Kualitas tidur baik 2. Kualitas tidur buruk 1. Rendah 2. Normal 3. Tinggi Tekanan Darah

(32)

H. Kerangka Konsep

Kerangka konsep atau kerangka berfikir merupakan dasar pemikiran pada penelitian yang dirumuskan dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan pustaka. Kerangka konsep menurut teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar untuk melakukan penelitian (Saryono, 2009)

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Ket:

I. Hipotesis

Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian, maka hipotesis dapat benar atau salah, bisa diterima bisa ditolak (Notoatmodjo, 2010). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah perawat kelas III di RSUD dr. R. Goetoeng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2017.

Kualitas Tidur Tekanan Darah

Gambar

Tabel 2.1 Tekanan Darah Normal Rata - Rata
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa  Klasifikasi tekanan  darah  Sistolik  Diastolik  Normal  Normal tinggi  Hipertensi tingkat 1  Hipertensi tingkat 2  Hipertensi tingkat 3  Hipertensi tingkat 4  Dibawah 130 mmHg 130 - 139 mmHg 140 – 159 mmHg 160 –
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep  Ket:

Referensi

Dokumen terkait

n Hasil yang diperoleh dari metoda ini sangat baik, sehingga metoda ini dapat diterapkan sebagai tindakan sementara untuk konstruksi terowongan dibawah dasar sungai atau kebocoran

Jika data eksperimen tidak ada, kita harus mempunyai metoda yang reasonable -berdasar pada asumsi sesuai dengan pengetahuan kita- sebelum kita menerapkan pada masalah yang akan

Dari hasil Pelaksanaan Audit Internal Mutu Akademik (AIMA) Siklus II STKIP Bina Bangsa Getsempena Tahun 2016 dengan fokus audit terhadap standar mutu dan akademik terkait :

Peran dan Fungsi Tenaga Kesehatan Pada Home Care.. Kondisi

Jika saya punya dua file yang keduanya mengandung informasi alamat pelanggan dan saya mengubah salah satu file tapi lupa untuk mengubah lain, file saya sekarang berbeda dan saya

Penulis menanyakan apa upaya yang sedang atau telah dilakukan untuk meningkatkan usaha Sate Pasar Lama, kemudian pemilik Sate Pasar Lama menjawab bahwa beliau

Bukan pegawai PNS atau pekerjaan tetap lainnya (guru, pengajar, dosen tetap) dalam masa kontrak dengan pihak manapun pada masa Surat Perjanjian Kerja berlaku,

Tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.. Penulis menyadari tugas akhir ini masih jauh