• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa yang telah di bahas dalam bab V sebelumnya, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:

Kondisi tingkat penyalahgunaan narkotika di Indonesia masih tinggi, sehingga untuk masalah yang terkait dengan upaya pencegahan dan pemberantasan merupakan hal yang perlu di khawatirkan oleh seluruh pihak, baik oleh pihak pemerintah atau juga masyarakat sipil. Perlu ada perhatian khusus dalam menangani masalah penyalahgunaan narkotika yang ada di indonesia, memang tidak mudah untuk mengobati permasalahan yang sudah terjadi di Indonesia, tetapi alangkah lebih baiknya jika upaya yang lebih banyak dilakukan adalah melakukan pencegahan penyalahgunaan narkotika semenjak usia dini.

Adanya pelanggaran yang dilakukan oleh salah satu aktor yang bertanggung jawab dalam pemberantasan narkotika di Kota Bandung, sehingga dianggap merupakan faktor jumlah penyalahgunaan narkotika masih meningkat karena adanya banyak kasus pelanggaran yang mungkin diselesaikan dengan cara membayar kepada pihak yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.

(2)

Temuan atau fakta yang terjadi dilapangan bahwa Badan Narkotika Nasional Kota Bandung yang di singkat BNN kota Bandung dalam mengimplementasikan upaya pencegahan primer di kota Bandung, terdapat beberapa indikasi yang menandakan ketidakpatuhan pada beberapa hal seperti apa yang seharusnya di jalankan berdasarkan kebijakan yang menjadi acuan dari peneliti. BNN kota Bandung seharusnya memperhatikan kebijakan yang sudah di tetapkan pelaksanaannya sebagai aktor utama yang menangani permasalahan tersebut. Penyampaian informasi yang melibatkan banyak aktor yang juga memiliki peran dalam upaya pencegahan primer dapat menghambat proses pengambilan keputusan. Tingkat pengambilan keputusan yang diberikan kepada BNN kota Bandung memiliki batasan, sehingga tidak dapat bebas dalam mengabil keputusan. Sumber daya yang di miliki oleh BNN kota Bandung terbatas dan di sesuaikan oleh BNN provinsi dan BNN pusat. Dari beberapa hal tersebut juga dapat dilihat bahwa upaya pencegahan primer yang berjalan di kota Bandung merupakan kegiatan yang rutin dalam upaya mengurangi jumlah penyalahguna narkotika yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia sehingga menyebabkan upaya pencegahan primer menjadi upaya yang sangat vital untuk dilakukan oleh BNN kota Bandung.

Dalam kepatuhan BNN terkait dengan informasi, dapat disimpulkan antara lain :

(3)

o Tidak adanya aturan dari kebijakan yang mengharuskan kepada BNN tingkat Kota/Kabupaten sebagai instansi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pencegahan primer. Sehingga peraturan yang digunakan oleh BNN kota Bandung adalah aturan yang ditetapkan oleh kepala BNN pusat dalam melaksanakan segala jenis kegiatan, sehingga terjadi overlaping kebijakan dan peraturan yang seharusnya dijalankan oleh BNN kota Bandung dalam melaksanakan kegiatan pencegahan primer.

o Informasi yang di berikan oleh BNN pusat dan BNN provinsi kepada BNN kota Bandung sudah dibilang cukup bagus karena BNN kota Bandung dapat menjalankan kegiatan yang sebelumnya sudah dilakukan penugasan oleh BNN provinsi. Informasi dari luar untuk kedalam BNN di lakukan dengan mudah, begitu juga sebaliknya pemberian informasi dari BNN ke pihak luar juga mudah untuk di dapatkan. BNN mengetahui segala macam informasi terkait dengan kebijakan, hanya saja BNN kota Bandung tidak menjadikan peraturan tersebut sebagai hal utama yang menjadi pedoman dalam melakukan kegiatan BNN, khususnya kegiatan pencegahan primer.

o Pencegahan primer yang dilakukan oleh BNN kota Bandung bertujuan untuk menyampaikan informasi terkait bahaya atau dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari penyalahgunaan narkotika kepada pelajar atau seseorang yang masih berusia dini.

(4)

Tujuan dilakukannya pencegahan primer adalah mencegah seseorang untuk tidak menyalahgunakan narkotika semenjak ia masih berada di sekolah, dengan harapan bahwa informasi yang telah diberikan oleh BNN kota Bandung dapat terserap dan di pahami oleh pelajar tersebut, dan mampu untuk membuat jumlah penyalahguna narkotika kedepannya akan berkurang.

Dalam kepatuhan BNN terkait dengan insentif dan sanksi, dapat disimpulkan antara lain :

o Dalam hal insentif seperti adanya suatu penghargaan /reward guna dapat mendorong kepatuhan dari aparatur Badan Narkotika Nasional Kota Bandung, temuan menunjukan tidak terdapatnya insetif kepada BNN kota Bandung yang sudah melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan perundang – undangan ,hal tersebut menjadi salah satu indikator terjadinya ketidakpatuhan dari BNN dalam melaksanakan upaya pencegahan primer yang dilakukan. o Dalam hal sanksi yang diberikan kepada aparatur BNN guna

mendorong terjadinya kepatuhan terhadap peraturan perundang – undangan, temuan menunjukan bahwa tidak terdapat sanksi yang dibuat oleh BNN kota Bandung yang di tujukan kepada pegawai yang tidak melaksanakan kegiatan, karena pernyataan yang dikatakan kepada peneliti bahwa hal tersebut belum pernah terjadi. Sedangkan sanksi yang diberikan jika ada pelanggaran dari sasaran kegiatan yaitu pelajar dan masyarakat, sanksi yang di berikan oleh

(5)

BNN adalah sesuai dengan peraturan perundang – undangan, dan permasalahan penyelesaian kasusnya di lakukan oleh kepolisian. Dalam kepatuhan BNN terkait dengan sumberdaya, dapat disimpulkan antara lain :

o Sumberdaya yang dimiliki BNN kota Bandung baik itu adalah sumberdaya manusia atau sumberdaya non-manusia, dinilai sudah mencukupi untuk melakukan kegiatan pencegahan primer, selain sumberdaya yang dimiliki oleh BNN kota Bandung dalam menjalankan kegiatan, adanya sumberdaya yang diberikan dari instansi lainnya juga mendukung rangkaian kegiatan pencegahan primer.

o Sumber daya tersebut dinilai sudah mencukupi dikarenakan jumlah kegiatan yang dilakukan oleh BNN kota Bandung dapat dinilai memenuhi target dari apa yang sudah di rencanakan oleh BNN kota Bandung dalam kegiatan pencegahan primer. Kegiatan pencegahan primer merupakan kegiatan rutin yang selalu di lakukan oleh BNN kota Bandung karena upaya pencegahan dari usia dini sudah menjadi prioritas utama dalam mencegah meningkatnya tindak penyalahgunaan narkotika yang ada di kota bandung.

o tujuan dari upaya pencegahan primer diharapkan dapat membuat sumber daya manusia yang lebih baik tanpa adanya penyalahgunaan narkotika, karena sasaran dari kegiatan

(6)

pencegahan primer disini adalah pelajar jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA yang merupakan generasi penerus bangsa Indonesia yang di harapkan dapat merubah budaya dan pola pikir yang lebih baik dari saat ini.

Dalam kepatuhan BNN terkait dengan otonomi, dapat disimpulkan antara lain :

o Pengambilan keputusan yang dapat dilakukan oleh BNN kota Bandung terbatas pada izin yang di berikan oleh BNN tingkat Provinsi dan pusat. Rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh BNN kota Bandung harus mendapatkan keputusan dari BNN provinsi, sehingga kewenangan yang dimiliki oleh BNN kota Bandung dalam proses perencanaan terbatas.

o Keterlibatan antar instansi yang turut serta dalam kegiatan pencegahan primer dapat menyebabkan terhambatnya kegiatan pencegahan primer, karena untuk dapat menjalankan kegiatan tersebut diharuskan untuk melibatkan beberapa perwakilan dari instansi yang memang memiliki tugas dan wewenang dalam kegiatan yang terkait dengan penyalahgunaan narkotika seperti kepolisian, dinas kesehatan dan pemerintah kota Bandung.

Dalam kepatuhan BNN terkait dengan pemantauan, dapat disimpulkan antara lain :

o BNN kota Bandung selaku lembaga yang memiliki kewenangan terhadap upaya pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan dan

(7)

peredaran gelap narkotika. Kegiatan yang paling awal harus dilakukan yaitu adalah kegiatan pencegahan, kegiatan pencegahan yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah pencegahan primer. Hampir seluruh bentuk kegiatan yang dilakukan oleh BNN kota Bandung merupakan pengawasan, mulai dari pencegahan hingga pemberantasan peredaran gelap narkotika. Tingkat pengawasan yang di tujukan kepada BNN kota Bandung dari instansi vertikal yaitu BNN provinsi Jawa Barat dan BNN pusat juga tinggi, karena hampir keseluruhan kegiatan yang di lakukan oleh BNN kota Bandung mendapatkan pengawasan dan diharuskan untuk memberikan laporan terkait dengan kegiatan yang telah dilakukan, dalam hal ini khususnya kegiatan pencegahan primer.

Dalam kepatuhan BNN terkait dengan perilaku dan nilai, dapat disimpulkan antara lain :

o Dalam kegiatan BNN kota Bandung, upaya pencegahan primer yang dilakukan oleh bidang pencegahan dan pemberdayaan masyarakat, temuan menunjukan hasil kepada adanya kepatuhan pada BNN kota Bandung terhadap peraturan yang di buat oleh kepala BNN pusat. Namun kepatuhan berdasarkan perilaku dan nilai yang di tunjukan oleh BNN kota bandung terhadap Undang – undang No 35 tahun 2009 tentang narkotika masih belum sepenuhnya dilakukan oleh BNN kota Bandung karena peraturan tersebut masih bersifat umum dan belum secara spesifik

(8)

menyebutkan standar pengaturan pencegahan primer, sehingga kegiatan pencegahan primer merupakan upaya yang dilakukan oleh BNN dalam mencegah terjadinya tindak kriminal seperti penyalahgunaan narkotika yang ada di negara Indonesia dengan menggunakan standar yang di berikan oleh UNODC. Sehingga tingkat kepatuan dari BNN kota Bandung terhadap Undang – undang No 35 tahun 2009 tentang narkotika masih belum patuh.

Berdasarkan seluruh dimensi kepatuhan dari Badan Narkotika Nasional kota Bandung yang sudah di jelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadinya kepatuhan dari BNN kota Bandung dalam menjalankan kegiatan pencegahan primer terhadap poin – poin dari pedoman kegiatan yang di buat oleh BNN pusat, temuan dilapangan menunjukan bahwa terdapat aktor lain yang ikut terlibat dalam upaya pencegahan primer yang harus dilakukan oleh BNN kota Bandung sebagai penghubung dan pihak yang melakukan koordinasi antara sasaran kegiatan dengan aktor yang turut serta dalam upaya menyelesaikan permasalahan narkotika di Indonesia. ketidakpatuhan juga disebabkan karena Undang – undang no 35 tahun 2009 yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan kegiatan BNN pusat dan BNN kota Bandung dalam menjalankan kegiatan pencegahan primer dianggap belum memenuhi seluruh kebutuhan dari keseharusan sebuah kebijakan untuk menjadi landasan kegiatan BNN kota Bandung, maka dengan demikian kepatuhan BNN kota Bandung terhadap Undang – undang no 35 tahun 2009 adalah tidak patuh karena tidak mendukung secara jelas dan rinci terkait dengan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan, jalur

(9)

informasi yang harus dilalui dalam menjalankan kegiatan pencegahan primer tidak dijelaskan, sumber daya yang di haruskan untuk menjadi standar dalam menjalankan kegiatan, kewenangan dari setiap aktor yang terkait dalam kegiatan tersebut tidak dijelaskan batasan – batasannya sehingga berdasarkan dengan kegiatan dan kebijakan yang seharusnya dan yang sudah dilakukan oleh BNN kota Bandung menjadi tidak dapat patuh karena kebijakan tersebut belum sempurna.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas, saran yang dapat diberikan oleh peneliti kepada BNN kota Bandung dan pemerintah Kota Bandung juga seluruh jajaran aktor yang saling terkait dengan kegiatan pencegahan penyalahgunaan narkotika yang khususnya adalah kegiatan pencegahan Primer adalah sebagai berikut :

1. pemerintah pusat perlu untuk menyempurnakan kebijakan (UU No 35 tahun 209) agar dapat lebih jelas mengenai aktor yang seharusnya atau yang bertanggung jawab dalam melakukan kegiatan pencegahan primer dan juga seluruh rangkaian kegiatan lainnya untuk menyelesaikan permasalahan NAPZA di Indonesia. hal ini penting untuk dilakukan agar setiap aktor yang terkait dalam menyelesaikan permasalahan ini dapat mengetahui batasan dan standar yang harus dipenuhi oleh setiap aktor.

2. Badan Narkotika Nasional Kota Bandung perlu menjelaskan kembali terkait pemberian sanksi dan insentif , agar pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh

(10)

BNN kota Bandung dapat mematuhi da menjalankan tugasnya sesuai dengan standar yang di berikan oleh BNN pusat dan juga melaksanakan seluruh kegiatan yang telah di rencanakan tanpa ada yang terlewati juga sesuai dengan peraturan perundang – undangan.

3. Badan Narkotika Nasional Kota Bandung perlu menyediakan sumber daya manusia yang lebih baik dengan cara rekrutmen pegawai baru ataupun dengan peningkatan kompetensi pemberdayaan sumber daya melalui diklat – diklat agar dapat memaksimalkan capaian kegiatan pencegahan primer.

4. Badan Narkotika Nasional kota Bandung perlu untuk melanjutkan koordinasi yang sudah terjalin dengan baik seperti saat ini, sehingga dalam melakukan kegiatan pencegahan primer dapat berjalan lebih baik dari saat ini. Koordinasi antara aktor yang memiliki tugas dan fungsi dalam menyelesaikan permasalahan penyalahgunaan narkotika yang ada di kota Bandung dengan segala macam hambatan yang mungkin dapat terjadi.

5. BNN pusat dan Provinsi perlu untuk menguatkan kembali pengawasan dan pemantauan yang dilakukan oleh BNN kota Bandung dan meningkatkan kembali kegiatan yang terkait dengan pengawasan oleh BNN kota Bandung, sehingga capaian kegiatan akan dapat berlangsung dengan lebih sering sehingga meminimalisir jumlah penyalahgunaan narkotika yang mungkin terjadi.

6. BNN kota Bandung meningkatkan kembali kinerjanya terkait dengan kompetensi pegawai, menyesuaikan pengawasan yang dilakukan oleh BNN kota Bandung dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini merupakan suatu langkah

(11)

yang sudah tepat karena saat ini pelajar jenjang SD, SMP dan SMA sudah menggunakan jaringan internet dan media sosial setiap hari dan di anggap sudah menjadi kebutuhan sehari – hari, sehingga rangkaian kegiatan yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dari pelajar tersebut sudah tepat dilakukan oleh BNN kota Bandung.

7. diperlukannya pengawasan yang lebih kepada aktor yang bertanggungjawab dalam menyelesaikan permasalahan narkotika agar tidak adanya lagi bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh aktor tersebut dalam menyelesaikan permasalahan narkotika, tidak adanya lagi bentuk sogok menyogok yang terjadi antara pihak yang melakukan pelanggaran dan juga pihak yang menindak pelanggaran tersebut secara aturan yang berlaku.

Demikian saran yang dapat di berikan peneliti dengan harapan bahwa BNN kota Bandung dapat bersinergi dalam mengimplementasikan Undang – Undang No 35 tahun 2009 terkait dengan upaya pencegahan primer penyalahgunaan narkotika pada kalangan Pelajar yang ada di kota bandung, dan peneliti berharap pula setelah kegiatan pencegahan primer dilakukan dapat memberikan dampak untuk mengurangi tingkat penyalahgunaan narkotika kedepannya, setiap aktor yang terlibat dalam kegiatan tersebut memiliki harapan dan usaha yang lebih dari saat ini untuk dapat mencapai masa depan yang lebih baik.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdul Wahab, Solichin 2008, Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakann NegaraEdisi Kedua,Jakarta, Bumi Aksara.

Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan. Bandung: Alfabeta.

Dunn, William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Edward, George. 1980. Implementing Public Policy. Washington, DC : Congresional Querterly Inc.

John W Creswell. 2009. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixes. Yogyakarta. Pustaka Belajar.

Keban, Yeremias T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik: Konsep teori dan isu.

Lexy J. Moleong. 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik Formulasi Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Ripley, B., Randall. 1985. Policy Analysis In Political Science. Chicago: Nelson Hall Publisher.

(13)

Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama Bandung.

Thaler, Richard H, Cass R. Sunstein, Nudge. 2008. Improving decisions about health, wealth, and happiness. New Haven, CT: Yale University Press

Wahab, Solichin Abdul. 2005. Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Weaver, R Kent. 2009. Target Compliance: The Final Frontier of Policy Implementation

B. WEBSITE

Anto Darmanto, “Kasus Narkoba di Kota Bandung Tiap Tahun Meningkat”, dalam .http://bandung.pojoksatu.id/read/2016/06/27/kasus-narkoba-di-kota-bandung-tiap-tahun-meningkat/ Diakses pada tanggal 27 juni 2016

United Nations Office on Drugs and Crime, Crime Prevention, http://www.unodc.org/unodc/en/justice-and-prison-reform/CrimePrevention.html di akses pada tanggal 25 desember 2017

(14)

C. DOKUMEN

Undang – Undang No 35 tahun 2009 tentang narkotika.

Peraturan Presiden No 23 tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional

Instruksi Presiden No 12 tahun 2011 tentang pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba tahun 2011 - 2015

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No 25 tahun 2012 tentang pencegahan dan rehabilitasi sosial penyalahgunaan NAPZA.

Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional No 5 tahun 2015 tentang pedoman pembentukan instansi vertikal di lingkungan badan narkotika nasional.

Laporan P4GN tentang Kebijakan dan Strategi Nasional di Bidang P4GN

Peraturan kepala Badan Narkotika Nasional No 18 tahun 2012 tentang tata tertib kerja pegawai Badan Narkotika Nasional

United Nations Office on Drugs and Crime, UNODC, ‘United Nations Standards and norms in crime prevention at your fingger tips’, 1, (2008),

Laporan akhir survei nasional (Dinas Kesehatan) perkembangan penyalahguna narkoba tahun anggaran 2014

Referensi

Dokumen terkait

Piagam ini mulai berlaku pada 24 Oktober 1945 setelah ditandatangani oleh lima anggota pendirinya-Republik China (Taiwan), Perancis, Uni Soviet, Britania Raya, Amerika Serikat

Maka dari itu dapat di simpulkan bahwa akreditasi lembaga pendidikan Islam adalah suatu proses penilaian kualitas madrasah, baik madrasah negri maupun swasta

Pemecahan saham biasan ya d ilakukan p ada saat harga saham d inila i ter lalu tinggi se hin gga mengurangi k emampuan investor untuk membe linya.Apabila harga pasar sah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Pengembangan model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (citizenship education) di perguruan tinggi sebagai kelompok Mata kuliah

Faktor time budget pressure dapat terjadi ketika jumlah waktu yang dianggarkan kurang dari waktu yang tersedia, auditor memiliki kemampuan untuk merespon tekanan dengan

Bagaimana al- 4XU·DQ PHQGLG ik jiwa bangsa Arab dan mengubah kepribadian mereka adalah merupakan gambaran yang baik untuk menjelaskan pendidikan jiwa menurut

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol temulawak dengan dosis 17,5 mg/kgBB dapat menurunkan kadar kolesterol total darah tikus hiperglikemia setelah 7 hari

ANALISIS HUBUNGAN, ANALISIS PERBEDAAN, ANALISIS CAMPURAN, DAN ANALISIS UNTUK 2 VARIABEL TERIKAT ATAU LEBIH. • ANALISIS DESKRIPTIF: MEAN,