• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KISARAN INANG Chili veinal mottle virus ISOLAT LEMAH (Host Range Study of Weak Isolates of Chili veinal mottle virus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4 KISARAN INANG Chili veinal mottle virus ISOLAT LEMAH (Host Range Study of Weak Isolates of Chili veinal mottle virus)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

4 KISARAN INANG Chili veinal mottle virus

ISOLAT LEMAH

(Host Range Study of Weak Isolates of

Chili veinal mottle virus)

Abstrak

Chili veinal mottle virus (ChiVMV) merupakan salah satu penyakit penting

pada tanaman cabai dan Solanaceae lainnya. Penelitian dilakukan di rumah kaca untuk mempelajari kisaran inang delapan ChiVMV isolat lemah (KAR, SKT, SPR, CSR, PGL, SLO, STG, dan WTE). Delapan genotipe cabai (IPB C2, IPB C13, IPB C120, Laris, IPB C8, Bara, California Wonder, dan Yolo Wonder) dan sebelas tanaman Solanaceae (Capsicum frutescens, Datura metel, D. stramonium,

Lycopersicon esculentum, Nicotiana benthamiana, N. tabacum cv. Samsun, N. tabacum cv. White Burley, dan N. tabacum cv. Xanthi, Physalis floridana, Solanum melongena, dan S. nigrum) diinokulasi dengan ekstrak daun tanaman

terinfeksi ChiVMV. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tanaman yang diinokulasi dengan ChiVMV isolat lemah tidak menunjukkan gejala walaupun deteksi dengan DAS-ELISA memberikan reaksi positif terhadap ChiVMV. Kisaran inang isolat-isolat ChiVMV yang diuji berbeda dengan isolat-isolat ChiVMV hasil penelitian sebelumnya. Isolat-isolat lemah ChiVMV selanjutnya perlu diuji potensinya sebagai agens proteksi silang.

Katakunci : Chili veinal mottle virus, genotipe cabai, isolat lemah, Solanaceae

Abstract

Chili veinal mottle virus (ChiVMV) is one of the prevalent and important

virus infecting chili pepper and other Solanaceae plants. A research was conducted in the screenhouse to study host range of eight weak isolates of ChiVMV (KAR, SKT, SPR, CSR, PGL, SLO, STG, and WTE). Eight genotypes of chili pepper (IPB C2, IPB C13, IPB C120, Laris, IPB C8, Bara, California Wonder, and Yolo Wonder) and eleven Solanaceae plants (Capsicum frutescens,

Datura metel, D. stramonium, Lycopersicon esculentum, Nicotiana benthamiana, N. tabacum cv. Samsun, N. tabacum cv. White Burley, dan N. tabacum cv.

Xanthi, Physalis floridana, Solanum melongena, and S. nigrum) were artificially inoculated with leaf extract from infected plants. No symptom was observed on plants inoculated by weak isolates of ChiVMV although detection using DAS-ELISA showed positive reaction to ChiVMV antiserum. Host range of the ChiVMV isolates tested in this study was different with those of previously reported ChiVMV isolates. Further study is required to evaluate the potency of weak strains for disease control strategy following cross protection approach. Keywords : Chili veinal mottle virus, genotype of chili pepper, weak isolates,

(2)

Pendahuluan

Chili veinal mottle virus (ChiVMV) merupakan salah satu virus yang

banyak menginfeksi cabai, terutama di daerah-daerah sentra penanaman cabai di Asia, Australia, dan Afrika. Kejadian penyakit yang disebabkan ChiVMV bahkan semakin meningkat di beberapa negara. Dilaporkan bahwa kejadian penyakit pada tanaman cabai di Pakistan akibat ChiVMV mencapai 19.6% pada tahun 1990, tetapi pada tahun 2003 sampai 2004 kejadian penyakit meningkat hingga 50%. Salah satu penyebab meningkatnya kejadian penyakit tersebut adalah sifat virus yang memiliki kisaran inang yang luas (Shah et al. 2009).

Selain menginfeksi cabai besar (Capsicum annuum), ChiVMV juga dapat menginfeksi berbagai spesies tanaman dari famili Solanaceae termasuk gulma-gulma yang biasa tumbuh di sekitar pertanaman cabai di lapangan. Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui beberapa inang lain ChiVMV yaitu cabai kecil (C. frutescens), tomat (Lycopersicon esculentum), tembakau (Nicotiana tabacum),

N. glutinosa, N. benthamiana, N. occidentalis, Datura metel, Physalis floridana, Solanum nigrum (Shah et al. 2008), D. stramonium, S. melongena (Siriwong et al. 1995).

Dalam upaya mendapatkan ChiVMV isolat lemah yang akan digunakan sebagai agens proteksi silang, perlu dilakukan pengujian kisaran inang isolat-isolat lemah tersebut karena salah satu kriteria untuk agens proteksi silang adalah tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan gejala lemah pada tanaman termasuk tanaman yang bukan target proteksi silang (Lecoq 1998). Strain lemah ZYMV-WK menimbulkan gejala lemah pada Cucurbitaceae (melon, ketimun, gambas, dan semangka) dan Chenopodium amaranticolor (Lecoq et al. 1991). Penelitian terdahulu (BAB 3 Eksplorasi Chili veinal mottle virus isolat lemah dari pertanaman cabai) telah mendapatkan isolat-isolat lemah ChiVMV (KAR, SPR, EAK, SKT, LGM, SKR, CSR, PGL, KRS, KMT, KRD, STG, KLT, BTL, SLO, dan WTE). Isolat-isolat tersebut merupakan isolat lapangan yang tidak menimbulkan gejala baik pada pertanaman cabai di lapangan maupun di rumah kaca (inokulasi mekanis). Penelitian dilanjutkan dengan mempelajari kisaran inang isolat-isolat lemah ChiVMV untuk memperoleh informasi isolat-isolat lemah ChiVMV yang tidak menimbulkan gejala atau menimbulkan gejala ringan pada berbagai genotipe cabai dan tanaman Solanaceae.

Bahan dan Metode Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Cikabayan dan Laboratorium Virologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan Juni sampai September 2011.

Perbanyakan Inokulum ChiVMV

Delapan ChiVMV isolat lemah yang menunjukkan kejadian penyakit yang tinggi (KAR, SPR, SKT, CSR, PGL, STG, SLO, dan WTE), dan satu isolat kuat CKB dipelihara dan diperbanyak pada tanaman cabai C.annuum genotipe IPB C13 mengikuti metode yang diuraikan sebelumnya. Konfirmasi infeksi

(3)

masing-masing isolat ChiVMV pada tanaman cabai dilakukan dengan metode deteksi DAS-ELISA menggunakan antibodi ChiVMV (Clark dan Adam 1977).

Inokulasi ChiVMV Isolat Lemah pada Tanaman Uji

Pengujian kisaran inang isolat-isolat lemah ChiVMV dilakukan menggunakan beberapa genotipe cabai dan beberapa spesies tanaman lain dari famili Solanaceae. Genotipe cabai yang digunakan terdiri dari cabai merah besar (IPB C2, IPB C13), cabai merah keriting (IPB C120, Laris), cabai rawit (IPB C8, Bara), dan paprika (California Wonder, Yolo Wonder) (Tabel 4.1). Spesies tanaman lain yang diuji terdiri dari C. frutescens, D. metel, D. stramonium, L. esculentum, N. benthamiana, N. tabacum cv. Samsun, N. tabacum cv. White

Burley, dan N. tabacum cv. Xanthi, P. floridana, S. melongena, dan S. nigrum. Masing-masing tanaman uji diinokulasi dengan isolat ChiVMV secara mekanis menggunakan cairan perasan tanaman sakit seperti yang diuraikan sebelumnya. Pengamatan dilakukan setiap hari selama empat minggu setelah inokulasi meliputi masa inkubasi, tipe gejala, dan kejadian penyakit.

Tabel 4.1 Karakteristik genotipe cabai yang digunakan dalam pengujian kisaran inang isolat-isolat Chili veinal mottle virus

Genotipe Asal Tipe buah Keterangan * Sumber* IPB C2 IPB C13 IPB C120 Laris IPB C8 Bara California Wonder Yolo Wonder AVRDC AVRDC AVRDC Lokal komersil AVRDC Lokal komersil Lokal komersil Lokal komersil Besar Besar Keriting Keriting Rawit Rawit Paprika Paprika Tahan Phytopthora

Sangat rentan ChiVMV Tahan Geminivirus, Phytopthora TI TI Tahan ChiVMV Tahan ChiVMV, CMV, PVY TI TI Syukur (2007) Opriana (2009) Syukur (2007) TI TI Opriana (2009) Syukur (2007) TI TI *TI, tidak ada informasi mengenai sifat ketahanan terhadap patogen tertentu.

Deteksi ChiVMV Menggunakan Metode Dot Immunobinding Assay (DIBA) Konfirmasi infeksi ChiVMV pada tanaman yang diinokulasi dilakukan dengan DIBA menurut metode Mahmood et al. (1997). Membran nitroselulosa (HybondTM-P, Amersham Biosciences UK) direndam dalam metanol 100%

selama 10 detik dan dikering anginkan. Daun tanaman terinfeksi ChiVMV digerus dalam tris buffer saline (TBS) (Tris-HCL 0.02 M dan NaCl 0.15 M, pH 7.5) dengan perbandingan 1:10 (b/v). Cairan daun tanaman tersebut diteteskan ke membran nitroselulosa sebanyak 10 µl. Setelah tetesan sampel mengering, membran direndam dalam 10 ml larutan blocking non fat milk 2% dalam TBS yang mengandung Triton X-100 dengan konsentrasi akhir 2%. Membran di inkubasi pada suhu ruang sambil digoyang dengan kecepatan 50 rpm selama 2 jam menggunakan EYELA multi shaker MMS. Membran dicuci 5 kali dengan dH2O, setiap pencucian berlangsung 5 menit sambil digoyang dengan kecepatan

100 rpm. Membran direndam dalam 5 ml TBS yang mengandung antibodi ChiVMV 5 µl di tambah non fat milk dengan konsentrasi akhir 2%, membran di

(4)

inkubasi semalam pada suhu kamar sambil digoyang dengan kecepatan 50 rpm. Membran selanjutnya dicuci sebanyak 5 kali dengan Tween 0.05% dalam TBS (TBST). Membran direndam dalam 5 ml TBS yang mengandung konjugat 5 µl

goat anti rabbit-IgG (Sigma, USA) ditambah non fat milk dengan konsentrasi

akhir 2%, kemudian membran diinkubasi selama 60 menit sambil digoyang dengan kecepatan 50 rpm, selanjutnya membran dicuci dengan TBST. Membran direndam dalam larutan campuran nitro blue tetrazolium (NBT) 66 µl dan bromo

chloro indolil phosphate (BCIP) 30 µl yang dicampur dengan 10 ml bufer

substrat (Tris-HCL 0.1 M, NaCL 0.1 M dan MgCl2 5 mM) selama 5 menit.

Reaksi positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna putih menjadi ungu pada membran nitroselulosa yang telah ditetesi cairan daun tanaman dan reaksi dapat dihentikan dengan merendam membran dengan dH2O, kemudian

dikeringkan.

Hasil dan Pembahasan

Respon beberapa Genotipe Cabai terhadap Isolat Kuat ChiVMV-CKB

Respon 8 genotipe cabai terhadap infeksi isolat kuat ChiVMV-CKB dapat dibedakan menjadi 3 kelompok berdasarkan jenis gejala yaitu, 1) gejala belang berat, malformasi, ujung daun meruncing dan lamina menyempit, serta tanaman kerdil, terjadi pada genotipe IPB C13, California Wonder dan Yolo Wonder; 2) gejala belang berat, malformasi, ujung daun meruncing dan lamina menyempit, terjadi pada genotipe IPB C2 dan Laris; dan 3) tidak menunjukkan gejala sampai selesai pengamatan terjadi pada genotipe IPB C120, IPB C8, dan Bara (Tabel 4.2 dan Gambar 4.1). Konfirmasi infeksi ChiVMV-CKB melalui DIBA menunjukkan bahwa genotipe IPB C120, IPB C8, dan Bara yang tidak menunjukkan gejala ternyata positif terinfeksi ChiVMV-CKB.

Tabel 4.2 Respon genotipe cabai terhadap isolat Chili veinal mottle virus-CKB (isolat kuat)

Genotipe cabai Masa inkubasi

(hari)

Gejala Kejadian penyakit

(%) * IPB C2 IPB C13 IPB C120 Laris IPB C8 Bara California Wonder Yolo Wonder 5-7 3-4 NA 5-6 NA NA 4-6 4-6 BB,M,U BB,M,U,K TM BB,M,U TM TM BB,M,U,K BB,M,U,K 80 100 80 100 70 100 100 100 *Kejadian penyakit ditentukan berdasarkan hasil DIBA.

NA, tanaman tidak menunjukkan gejala sampai selesai pengamatan.

TM, tidak muncul; BB, belang berat; M, malformasi; U, ujung daun meruncing dan lamina menyempit; K, tanaman kerdil.

(5)

Gambar 4.1 Genotipe cabai yang diinokulasi dengan Chili veinal mottle virus. A) IPB C13, B) IPB C2, C) IPB C120, D) Laris, E) IPB C8, F) Bara, G) Yolo Wonder, dan H) California Wonder

Hasil inokulasi isolat kuat ChiVMV-CKB pada beberapa genotipe cabai tersebut membuktikan bahwa respon tanaman terhadap infeksi virus dipengaruhi oleh sifat genetik tanaman. Goodman et al. (1986) dan Rashid et al. (2007) menyatakan kemampuan virus untuk menimbulkan gejala berbeda-beda pada setiap tanaman tergantung pada genotipe tanaman. Demikian pula Agrios (2005) menyatakan bahwa jenis gejala yang muncul pada tanaman merupakan hasil dari interaksi spesifik virus dengan tanaman, dan tanaman berpengaruh langsung terhadap infeksi virus.

Isolat kuat ChiVMV-CKB mampu menginfeksi semua genotipe cabai yang digunakan dan menimbulkan gejala yang berat pada genotipe IPB C13, California Wonder, dan Yolo Wonder. Hal tersebut menunjukkan ChiVMV-CKB mempunyai gen virulen yang berperanan dalam patogenisitas, dan ketiga genotipe cabai tersebut tidak mampu menahan infeksi ChiVMV-CKB, sehingga isolat CKB bereplikasi dan menyebar dengan cepat. Laju replikasi virus ditandai dengan munculnya gejala yang berat bahkan tanaman menjadi kerdil. Menurut Agrios (2005) genotipe yang rentan terhadap isolat patogen sesungguhnya tidak mempunyai gen ketahanan yang efektif untuk mengatasi isolat tersebut.

Whitham dan Wang (2004) menyatakan bahwa gen tahan dapat menjadi pasif karena mutasi spontan di alam atau keragaman genetik tanaman. Bila virus menginfeksi genotipe rentan maka virus mengkondisikan keadaan yang menguntungkan untuk infeksi dengan menekan sistem pertahanan inang. Ketika virus mengganggu sistem pertahanan tanaman, terutama yang berhubungan dengan fungsi sel, bahaya terhadap inang akibat infeksi virus yang cepat berkembang dalam jaringan adalah terjadi perubahan karakteristik fenotipe tanaman seperti munculnya gejala penyakit.

Infeksi ChiVMV-CKB pada genotipe IPB C2 dan Laris menimbulkan gejala belang berat, malformasi, ujung daun meruncing dan lamina menyempit. Gejala yang ditimbulkan tersebut tidak separah gejala pada genotipe IPB C13, California Wonder, dan Yolo Wonder. Masa inkubasi ChiVMV-CKB pada IPB C2 dan Laris lebih lambat dibanding masa inkubasi pada tiga genotipe sebelumnya. Dari penelitian ini ada indikasi jenis gejala pada genotipe cabai berkorelasi dengan masa inkubasi yaitu semakin cepat masa inkubasi maka gejala semakin berat. Menurut Shah et al. (2011) faktor genetik tanaman mempengaruhi gejala yang

E F G H

(6)

muncul pada cabai akibat infeksi ChiVMV. Kajian sifat genetik tanaman cabai terhadap infeksi ChiVMV perlu dilakukan agar diperoleh informasi yang lengkap.

Infeksi ChiVMV-CKB pada genotipe IPB C120, IPB C8, dan Bara tidak menunjukkan gejala walaupun deteksi dengan DIBA menunjukkan hasil yang positif. Hal tersebut menunjukkan adanya pertahanan tanaman terhadap infeksi virus, sehingga tanaman dapat menekan replikasi dan pergerakan virus. Infeksi ChiVMV-CKB pada genotipe cabai tersebut tergolong bersifat laten. Menurut Keller et al. (2000) tanaman dapat terinfeksi oleh virus tetapi tanaman mampu bertahan terhadap keberadaan dan perkembangan virus sehingga muncul gejala laten. Mekanisme ketahanan ketiga genotipe ini diduga adalah membatasi replikasi dan penyebaran virus dalam tanaman.

Respon beberapa Genotipe Cabai terhadap Isolat-isolat Lemah ChiVMV Delapan genotipe cabai yang sama diinokulasi dengan ChiVMV isolat lemah (SKT, SPR, KAR, CSR, PGL, SLO, STG, dan WTE) tetapi sampai akhir pengamatan (4 minggu setelah inokulasi) semua tanaman tidak menunjukkan gejala. Konfirmasi infeksi ChiVMV melalui DIBA menunjukkan bahwa 8 genotipe cabai yang diinokulasi dengan 8 ChiVMV isolat lemah ternyata positif terinfeksi (Tabel 4.3). Hasil inokulasi isolat-isolat lemah ChiVMV pada beberapa genotipe cabai tersebut membuktikan bahwa respon tanaman terhadap infeksi virus, tidak hanya dipengaruhi oleh sifat genetik tanaman tetapi juga oleh virulensi virus.

Tabel 4.3 Kejadian penyakit pada berbagai genotipe cabai yang terinfeksi isolat- isolat Chili veinal mottle virus

Genotipe cabai Isolat ChiVMV

SPR SKT KAR CSR PGL STG SLO WTE CKB

Kejadian penyakit (%) * IPB C2 IPB C13 IPB C120 Laris IPB C8 Bara California Wonder Yolo Wonder 80 100 70 100 100 30 100 90 70 100 70 100 60 70 100 100 70 90 60 100 100 50 100 100 80 100 60 100 80 30 100 100 70 100 60 100 100 30 100 100 80 100 80 100 100 70 100 80 70 100 60 80 100 50 80 100 80 100 60 80 50 30 80 100 80 100 80 100 70 100 100 100 *Kejadian penyakit ditentukan berdasarkan hasil DIBA.

ChiVMV isolat lemah (SKT, SPR, KAR, CSR, PGL, SLO, STG, dan WTE) mampu menginfeksi berbagai genotipe cabai, mampu bereplikasi, dan menyebabkan infeksi sistemik, tetapi tidak menimbulkan gejala pada tanaman. Hal yang sama dilaporkan oleh Kosaka et al. (2006) yaitu tanaman ketimun yang diinokulasi dengan strain lemah ZYMV (ZYMV-2002) tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman.

Terdapatnya tanaman yang tidak bergejala dan variasi gejala pada genotipe cabai yang di inokulasi dengan masing-masing isolat ChiVMV memperkuat hipotesis bahwa interaksi virus dengan tanaman inang ditentukan oleh sifat

(7)

genotipe tanaman dan virulensi isolat virus. Shah et al. (2009) lebih lanjut menyatakan bahwa isolat dengan virulensi tinggi mampu menimbulkan gejala yang sangat parah pada tanaman yang terinfeksi, sedangkan isolat dengan virulensi rendah seringkali tidak menimbulkan gejala atau hanya menyebabkan gejala ringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 8 genotipe cabai uji dapat terinfeksi baik oleh isolat kuat maupun isolat lemah. Tanaman cabai IPB C13 menunjukkan kejadian penyakit paling tinggi pada semua isolat ChiVMV dibanding genotipe cabai lainnya (Tabel 4.3), dengan demikian tanaman cabai IPB C13 dapat digunakan sebagai inang perbanyakan isolat ChiVMV baik isolat lemah maupun isolat kuat, sebagai tanaman uji pada pengujian interaksi antara ChiVMV isolat lemah dengan isolat kuat ChiVMV-CKB dan evaluasi proteksi silang. Isolat-isolat lemah ChiVMV sangat perlu dievaluasi potensinya sebagai agens proteksi silang.

Respon beberapa Tanaman Solanaceae terhadap Isolat-isolat ChiVMV

Menurut Siriwong et al. (1995) dan Shah (2006) kisaran inang ChiVMV terbatas pada famili Solanaceae. Selain menginfeksi berbagai genotipe cabai (C. annuum), ChiVMV dilaporkan dapat pula menginfeksi D. metel, P. floridana, S.

nigrum (Shah et al. 2008), L. esculentum (Prakash et al. 2002), C. frutescens, D. stramonium (Siriwong et al. 1995).

Hasil inokulasi isolat kuat ChiVMV-CKB pada 11 tanaman indikator menunjukkan bahwa tanaman yang diinokulasi tidak menunjukkan gejala sampai selesai pengamatan (Gambar 4.2), walaupun hasil deteksi dengan DIBA membuktikan bahwa C. frutescens, D. metel, D. stramonium, L. esculentum, P. floridana, S. melongena, dan S. nigrum ternyata positif terinfeksi dengan kejadian penyakit berkisar antara 20% sampai 100% (Tabel 4.4).

Empat jenis tanaman tembakau (N. benthamiana, N. tabacum cv. Samsun, N. tabacum cv. White Burley, dan N. tabacum cv. Xanthi) tidak menunjukkan gejala dan bereaksi negatif pada deteksi ChiVMV dengan DIBA. Terbatas pada metode yang dilakukan pada penelitian ini semua isolat ChiVMV yang diuji tidak dapat menginfeksi tanaman tembakau. Dengan demikian terdapat perbedaan karakter biologi kisaran inang ChiVMV yang digunakan dalam penelitian ini dengan isolat ChiVMV lainnya yaitu isolat Pakistani, Beijing, dan Taiwan. Isolat Pakistani dapat menginfeksi N. tabacum cv. Samsun dan N. tabacum cv. White Burley (Shah et al. 2008), isolat Beijing dan Taiwan dapat menimbulkan gejala pada N. benthamiana, tetapi tidak menimbulkan gejala pada N. tabacum (Moury

et al. 2005). Penelitian Tsai et al. (2008) menggunakan isolat ChiVMV dari

Indonesia, yaitu Cikabayan-2 dan Pataruman, juga menghasilkan respon yang sama dimana isolat Cikabayan-2 dan Pataruman tidak dapat menginfeksi tembakau, berbeda halnya dengan 22 isolat ChiVMV lainnya dari China, India, Taiwan, dan Thailand.

Perbedaan respon tanaman juga tampak pada tanaman tomat (L.

esculentum). Isolat ChiVMV dapat menginfeksi tomat dengan kejadian penyakit

berkisar antara 20% sampai 100% walaupun tidak menimbulkan gejala. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Prakash et al. (2002), tetapi kontradiksi dengan Shah et al. (2008) dimana ChiVMV isolat Pakistani tidak dapat menginfeksi L. esculentum.

(8)

Tabel 4.4 Kejadian penyakit yang disebabkan oleh isolat-isolat Chili veinal

mottle virus pada tanaman Solanaceae

Tanaman Solanaceae Isolat ChiVMV

SPR SKT KAR CSR PGL STG SLO WTE CKB

Kejadian penyakit (%)* Capsicum frutescens Datura metel D. stramonium Lycopersicon esculentum Nicotiana benthamiana N. tabacum cv. Xanthi N. tabacum cv. Samsun N. tabacum cv. White Burley Physalis floridana Solanum melongena S. nigrum 70 100 30 30 0 0 0 0 100 50 100 70 60 70 100 0 0 0 0 100 80 100 50 90 60 100 0 0 0 0 100 70 100 0 80 30 50 0 0 0 0 100 30 100 20 100 30 30 0 0 0 0 100 30 100 50 100 70 30 0 0 0 0 100 30 100 0 100 50 20 0 0 0 0 100 0 100 50 50 30 100 0 0 0 0 100 100 100 80 30 20 100 0 0 0 0 100 100 100 *Kejadian penyakit ditentukan berdasarkan hasil DIBA.

Gambar 4.2 Tanaman Solanaceae yang diinokulasi dengan isolat Chilli veinal

mottle virus: A) Capsicum frutescens, B) Datura metel, C) Datura stramonium, D) Lycopersicon esculentum, E) Nicotiana benthamiana, F) Nicotiana tabacum cv. Samsun, G) Nicotiana tabacum cv. White Burley, H) Nicotiana tabacum cv. Xanthi, I) Physalis floridana, J) Solanum melongena, dan K) Solanum nigrum.

Semua tanaman yang diinokulasi dengan ChiVMV tidak menunjukkan gejala sampai selesai pengamatan

A A A A B B A A A B C D E F G H I J K

(9)

Hasil inokulasi isolat-isolat lemah ChiVMV pada 11 tanaman indikator tidak menimbulkan gejala sampai akhir pengamatan. Isolat lemah dengan virulensi rendah tidak mampu menimbulkan gejala pada semua tanaman yang diinokulasi, sebaliknya isolat kuat dengan virulensi tinggi dapat menimbulkan berbagai variasi gejala mulai dari tidak bergejala sampai gejala berat tergantung pada genotipe dan tanaman yang diinfeksi.

Fenomena gejala laten infeksi ChiVMV pada tanaman-tanaman indikator ini perlu diwaspadai keberadaannya karena menunjukkan potensi adanya inang alternatif (sumber inokulum) dan dapat berperan dalam kelangsungan hidup virus di lapangan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk eradikasi beberapa tanaman atau gulma yang menjadi inang ChiVMV, sehingga tanaman cabai dapat terhindar dari infeksi. Shah (2006) melaporkan infeksi ChiVMV pada gulma D. metel yang ditemukan secara alami di pertanaman cabai di Punjab.

Pengujian kisaran inang isolat-isolat lemah ChiVMV membuktikan bahwa isolat-isolat lemah ChiVMV yang diuji (SKT, SPR, KAR, CSR, PGL, SLO, STG, dan WTE) memenuhi persyaratan sebagai agens proteksi silang karena tidak menimbulkan gejala pada tanaman yang diuji baik dari kelompok tanaman cabai maupun spesies Solanaceae lainnya.

Kesimpulan

Berdasarkan respon beberapa genotipe cabai (IPB C2, IPB C13, IPB C120, Laris, IPB C8, Bara, California Wonder, dan Yolo Wonder) dan tanaman Solanaceae lainnya (C. frutescens, D. metel, D. stramonium, L. esculentum, P. floridana, S. melongena, dan S. nigrum) terhadap infeksi ChiVMV isolat lemah, didapatkan delapan isolat lemah (KAR, SPR, SKT, CSR, PGL, STG, SLO, dan WTE) yang berpotensi sebagai agens proteksi silang. Isolat-isolat lemah tersebut selanjutnya perlu di evaluasi interaksinya dengan isolat kuat ChiVMV-CKB.

Gambar

Gambar 4.1  Genotipe cabai yang diinokulasi dengan   Chili veinal mottle virus.
Tabel  4.4  Kejadian penyakit yang disebabkan oleh isolat-isolat Chili veinal  mottle virus pada tanaman Solanaceae

Referensi

Dokumen terkait

A akan memiliki energi sinyal yang besar dan dapat mengurangi noise yang terjadi pada saat transmisi, sehingga jaringan ini lebih efisien jika digunakan untuk layanan

Permasalahan sering kali timbul jika rencana produksi ditetapkan berdasarkan target pasar yang ingin diraih tanpa melihat keterbatasan resources dari perusahaan, akibatnya

 Kombinasi perubahan kebijakan pada proses pemenuhan kebutuhan retailer, pasokan gudang pemasaran dan pasokan gudang utama tidak berpengaruh pada tingkat

Tujuan yang ingin dicapai Yayasan Wisnu tahun 2007 diuraikan dalam setiap program kerja, di mana secara umum sama dengan tujuan sebelumnya: 1.. Masyarakat mampu mengelola

Nilai FRR nelayan Payang sebesar 28,64% yang artinya usaha penangkapan dengan alat tangkap Payang yang diperoleh tingginya nilai FRR dibandingkan suku bunga bank BRI sebesar

Dari analisis statistik data aliran minimum sungai Cisadene pada periode musim-musim kemarau (debit air ekstrem kering) dari penelurusan debit air kering di

Instalasi pengolahan air direncanakan akan dibangun pada lokasi dengan elevasi yang tertinggi agar dapat dialirkan dengan gravitasi atau dapat mengurangi penggunaan pompa.

Namun saat ini terjadi perluasan mengenai makna perselisihan hasil pemilu yang dapat ditangani oleh MK, dimana berdasarkan tafsiran MK dalam Putusan nomor