• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEDISIPLINAN KERJA GURU MELALUI PENYELENGGARAAN WORKSHOP. Siti Maryam Nasution

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEDISIPLINAN KERJA GURU MELALUI PENYELENGGARAAN WORKSHOP. Siti Maryam Nasution"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELENGGARAAN WORKSHOP Siti Maryam Nasution

Pengawas Madrasah di Kabupaten Deli Sedang Sumatera Utara Medan e-mail: pengawassitimaryam@gmail.com

Abstract: This research uses school action research. The research aims to

determine the activity, improvement of discipline and teacher response to the implementation of the workshop. The research data collection technique is done qualitatively namely with interviews, observations, and documentation, while quantitative data with formative tests for teachers. The results of this study were the activities of the teacher when attending the workshop activities increased from 59.80% to 80.82%. Teachers ' working discipline increased, this was demonstrated through the acquisition of teacher test results from 41.49 to 60.73 on one cycle, then 80.13 on the cycle of two. The teacher's attitude towards the conduct of workshops conducted by the school supervisor makes teachers can improve their understanding of the teacher's working discipline, and this workshop is also fun for teachers

Keyword: Discipline, Work, Workshop PENDAHULUAN

Kedisiplinan sangat penting untuk ditegakkan dalam suatu organisasi atau instansi pemerintah. Tanpa adanya du-kungan disiplin yang baik, maka akan sulit bagi organisasi untuk dapat mewujudkan berbagai tujuannya. Dengan demikian, keberhasilan suatu organisasi dalam men-capai suatu tujuan selain sangat ditentu-kan oleh mutu dan profesionalitas, juga sangat ditentukan oleh disiplin para anggotanya.

Masalah kedisiplinan sering diang-gap hal yang kurang begitu penting, padahal banyak sekali pelanggaran-pelanggaran yang dilakakuan dikarenakan kekurang disiplinan terhadap suatu aturan yang telah ditetapkan. Demikian pula yang terjadi di lembaga pendidikan seperti sekolah/madrasah.

Lembaga pendidikan yang seharus-nya menjadi miniatur masyarakat dalam membina disiplin ternyata tidak dapat diandalkan. Tidak sedikit pelanggaran yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru, maupun peserta didik, mulai dari penyalahgunaan dana bantuan

operasi-onal oleh kepala sekolah, pembocoran soal atau kunci jawaban oleh guru yang bermuara pada tawuran dan perkelahian pelajar. Semua itu disebabkan antara lain karena kurangnya atau lemahnya disiplin yang memerlukan pembinaan.1

Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh disiplin kerja guru yang tinggi.

Begitu pula di masyarakat menem-patkan guru sebagai orang yang dapat dipercaya di masyarakat, sehingga guru diberikan sebuah istilah guru itu sebagai “digugu dan ditiru” sebagaimana ung-kapan Ki Hajar Dewantara, yaitu: “ing

1Aninditya Sri Nugraheni dan Ratna

Rahmayanti, “Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru di MI Al Islam Tempel dan MI Al Ihsan Medari.” Jurnal Pendidikan Madrasah, Vol. 1, No. 2, 2016. 277-293.

(2)

ngarsa sung tuladha ing madya mangun

karsa tut wuri handayani”2 (di depan

menjadi suri tauladan, di tengah-tengah member semangat membangun dan di belakang memberikan dorongan).

Slameto berpendapat bahwa disiplin kerja itu dikarenakan oleh dua unsur, yaitu unsur dari dalam diri seseorang (intern) dan unsur dari luar diri seseorang (ekstern). Unsur dari dalam diri berkaitan dengan tujuan belajar, minat, kemauan, kesiapan, cara serta kelelahan belajar.3 Adapun unsur dari luar diri siswa menyangkut lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Setiap guru dituntut untuk memiliki disiplin kerja yang tinggi, karena dengan disiplin kerja yang tinggi maka akan mempengaruhi proses belajar mengajar menjadi lancar, sehingga peserta didik akan semakin termotivasi untuk belajar.

Sebagaimana penelitian yang dilaku-kan oleh Aninditya dkk, menunjukdilaku-kan bahwa disiplin kerja sangat berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru sebesar 0,686 atau 68,9%.4

Kenyataannya, terkadang ada kala-nya guru melakukan kesalahan dan tin-dakan menyimpang dari peraturan. Misal-nya masuk kerja/masuk kantor terlambat, pulang kantor sebelum waktunya tanpa keterangan yang jelas, mengobrol seenak-nya saat jam kantor, meninggalkan peker-jaan sesuka hatinya, tidak menyelesaikan tugasnya tepat waktu, keluar dari kantor tanpa ijin, asyik membaca koran dan majalah seenaknya dengan meninggalkan pekerjaan sampai bermain game kom-puter. Hal ini akan menghambat pen-capaian tujuan dan menimbulkan efek negatif bagi organisasi.

Begitu pula dengan yang terjadi di

2Hasbulloh, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan.

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), h. 87.

3Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Renika Cipta, 1994), h. 210.

4Aninditya Sri Nugraheni dan Ratna

Rahmayanti, “Pengaruh Disiplin...” h. 76.

MIS Nurul Falaq masih terlihat fenomena yang mencirikan bahwa disiplin kerja guru masih kurang optimal, hal tersebut dapat dilihat dengan adanya terdapat guru yang masih kurang disiplin, hal itu terlihat dari datangnya guru ke sekolah tidak tepat waktu, dalam mengajar ada guru yang hanya memberikan tugas setelah itu hanya ditinggalkan begitu saja tanpa diawasi.

Untuk itu perlu, upaya dan tindakan yang efektif yang harus dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah.

Pengawas sekolah selaku pembina suatu sekolah yang mengatur semua yang ada di sekolah, mempunyai peranan sangat penting untuk kemajuan pendi-dikan.

Dikarenakan, keberhasilan sekolah adalah keberhasilan pengawas sekolah dan keberhasilan pengawas sekolah ada-lah keberhasilan sekoada-lah.

Guru akan menjadi disiplin ketika mengetahui pengawas dan kepala sekolah mereka lebih disiplin, guru akan terus maju ketika mengetahui atasanya mereka berusaha memberikan kontribusi yang baik kepada guru guna memajukan mutu pendidikan sekolah dan mensejahterakan guru.

Mengingat pentingnya kontribusi pengawas sekolah dalam pembentukan disiplin guru maka dalam hal ini peneliti tertarik dengan pola pengawas sekolah dalam bentuk kontribusi yang diberikan untuk meningkatkan kualitas sekolahnya sekaligus meningkatkan disiplin guru yaitu dengan melaksanakan workshop.

LANDASAN TEORETIS Disiplin Kerja

Wukir menjelaskan bahwa kata disiplin berasal dari kata disciple yang artinya pengikut atau pelajar dari pemim-pin yang berpendidikan.5

Disiplin berasal dari bahasa Inggris “discipline” yang artinya ketertiban.

5 Wukir, H., Manajemen Sumber Daya Manu-sia Ddalam Organisasi Sekolah (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2013), h. 92.

(3)

|11 Sebagaimana yang dijelaskan Arikunto

bahwa disiplin adalah kepatuhan sese-orang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh sesuatu yang datang dari luar.6

Secara sederhana disiplin berarti ke-patuhan, dan ketertiban dalam mengikuti aturan.

Dijelaskan kembali secara termino-logi oleh Wukir bahwa disiplin berarti

systemic instruction given to disciples to train them as students in a craft or trade, or to follow a particular code of conduct or order. 7

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin itu adalah instruksi sis-tematik yang diberikan kepada murid untuk melatih mereka sebagai pelajar dalam bidang perdagangan dan kerajinan, atau untuk mengikuti suatu kode etik atau aturan tertentu. Istilah disiplin seringkali mengandung arti konotasi negatif. Hal ini dikarenakan adanya paksaan aturan dengan sanksi hukuman untuk memasti-kan pelaksanaan instruksi.

Disiplin menurut Poerwadarminta dapat berarti: (1) latihan batin dan watak dengan maksud segala perbuatan selalu menaati tata tertib (di sekolah atau kemiliteran, dll), (2) ketaatan pada tata tertib. Kedua makna ini mengisyaratkan bahwa kata disiplin mengandung banyak arti dan dapat diterapkan kepada berbagai segi kehidupan manusia.8

Ditambahkan oleh Imam Barnadib bahwa disiplin adalah menyangkut pengawasan diri (self control), yaitu pengendalian diri agar perilaku tersebut tidak menyimpang dari nilai, moral atau aturan yang telah ditetapkan.9

6Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 144

7 Wukir, H., Manajemen... h. 54.

8W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 254.

9 Imam Barnadib, Falsafat Pendidikan.

(Yog-yakarta: Andi Ofset, 1896), h. 23.

Sedangkan pendapat Handoko mengemukakan bahwa disiplin merupa-kan kegiatan manajemen untuk menjalan-kan standar-standar organisasional.10

Sutisna mengutip penjelasan dalam

Good’s Dictionary Of education tentang

disiplin:11

a. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan atau kepentingan demi suatu cita-cita untuk mencapai tindakan yang lebih efektif dan dapat diandalkan.

b. Pencarian cara-cara bertindak yang terpilih dengan gigih, aktif dan diarah-kan sendiri, sekalipun menghadapi rintangan dan gangguan.

c. Mengendalikan perilaku murid dengan langsung atau otoriter melalui hukuman dan atau hadiah.

d. Secara negatif, pengekangan terhadap setiap dorongan dengan cara-cara yang tidak enak dan menyakitkan. e. Suatu cabang ilmu pengetahuan.

Mulyasa mengemukakan bahwa disiplin adalah suatu keadaan tertib, ketika orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati.12

Dari pengertian tersebut di atas, memberikan dua pengertian pokok tentang disiplin. Pertama, proses atau hasil pengembangan karakter, pengendali-an diri, keadapengendali-an teratur atau efisiensi atau juga disebut disiplin positif (konstruktif).

Kedua, disiplin negatif (otoriter) yang

meliputi penggunaan hukuman atau an-caman supaya orang atau siswa mematuhi peraturan atau perintah, norma dan ketentuan yang berlaku.

Di dalam proses belajar mengajar yang diharapkan adalah disiplin yang

10Hani T. Handoko, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, (Yogyakarta: BPFE, 2012), h. 208.

11 Otteng Sutisna. Administrasi Pendidikan

(Jakarta: Angkasa, 1983), h.7.

12 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Men-ciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), h. 191.

(4)

disertai kesadaran, bukan taat dan patuh karena takut semata, melainkan disertai kesadaran dan rasa tanggung jawab serta penguasaan diri.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Slameto bahwa Disiplin kerja itu dikarena-kan oleh dua unsur, yaitu unsur dari dalam diri seseorang (intern) dan unsur dari luar diri seseorang (eksternal). 13

Unsur dari dalam diri berkaitan dengan tujuan belajar, minat, kemauan, kesiapan, cara serta kelelahan belajar. Adapun unsur dari luar diri siswa menyangkut lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa disiplin berarti adanya kesediaan untuk mematuhi peraturan-peraturan dan larangan-larangan. Kepatuhan disini bukan berarti hanya patuh karena adanya tekanan-tekanan dari luar melainkan kepatuhan yang disadari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan-peraturan dan larangan-larangan tersebut.

Adapun indikator disiplin kerja yaitu 1) Memberi salam ketika masuk kerja; kebiasaan memberi dan membalas salam, hubungan antar sesama semakin harmoni, tali persaudaraan semakin erat dan rasa simpati terhadap orang lain semakin tumbuh dan merata.14 2) Mengajukan pertanyaan dengan sopan; 3) Menyimak pemberian tugas dengan baik; 4) Tidak membuat kegaduhan dalam ruang kerja, 5) Tidak suka membolos kerja atau mengajar.

Sebagaimana Leteiner mengemuka-kan bahwa pelaksanaan disiplin pegawai mencakup berbagai aspek, yaitu: a) datang dengan teratur dan tepat pada waktunya, b) berpakaian baik pada tempat pekerjaan c) mempergunakan alat dan perlengkapan dengan hati-hati, d) menghasilkan jumlah dan kualitas pekerjaan yang memuaskan, e) mengikuti cara bekerja yang

13Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Renika Cipta, 1994), h. 210.

14 Slameto. Belajar....h. 306.

kan, f) menyelesaikan pekerjaan dengan semangat baik.15

Akhirnya, seseorang yang memiliki rasa displin tinggi, akan berusaha men-jauhi hal-hal yang merusak kedisiplinan dalam bekerja, seperti membolos, jarang hadir, ketika kegiatan belajar berlangsung. Orang yang disiplin adalah orang yang selalu tepat dalam waktu dan tin-dakan, mengerjakan pekerjaan dengan baik dan mematuhi peraturan dan norma yang berlaku. Orang yang disiplin mem-punyai aspek-aspek ketepatan, mengerja-kan pekerjaan dengan baik, dan mematuhi tata tertib.

Workshop

Lokakarya atau dalam bahasa Inggris disebut workshop adalah suatu acara di mana beberapa orang berkumpul untuk memecahkan masalah tertentu dan men-cari solusinya. Sebuah lokakarya atau

workshop adalah pertemuan ilmiah yang

kecil.

Hal di atas sebagaimana yang diung-kapkan oleh Suprijanto, lokakarya adalah pertemuan orang yang bekerja sama dalam kelompok kecil, biasanya dibatasi pada masalah yang dihadapi sendiri.16

Peran peserta diharapkan untuk dapat menghasilkan produk tertentu. Susunan acara lokakarya meliputi identifikasi masalah, pencarian, dan usaha pemecahan masalah dengan mengguna-kan referensi dan materi latar belamengguna-kang yang cukup tersedia.

Workshop dapat diartikan sebagai

tempat berkumpulnya para pelaku aktivi-tas (berkaitan dengan bidang dunia kerja) tertentu yang mana dalam tempat ini, para pelaku melakukan interaksi saling men-jual gagasan yang ditujukan untuk me-mecahkan suatu permasalahan tertentu.

15Sukarman, Studi Tentang Kedisiplinan Pegawai Tata Usaha di SMK Negeri 1 Makassar (Makassar: Skripsi FIS UNM, 2012), h. 15.

16 Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari Teori Hingga Aplikasi. (Banjarbaru: Bumi Aksara, 2007), h. 65

(5)

|13 Disimpulkan bahwa workshop

me-rupakan sebuah kegiatan yang sengaja diadakan sebagai tempat berkumpulnya orang-orang yang berasal dari latar belakang serumpun untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu dengan jalan berdiskusi ataupun saling memberikan pendapat antar satu anggota dengan anggota lainnya.

Sekelompok orang yang memiliki perhatian yang sama berkumpul bersama di bawah kepemimpinan beberapa orang ahli untuk menggali satu atau beberapa aspek khusus suatu topik. Sub-sub kelom-pok dibentuk untuk tujuan mendengarkan ceramah-ceramah, melihat demonstrasi-demonstrasi, mendiskusikan berbagai as-pek topik, mempelajari, mengerjakan, mempraktekkan, dan mengevaluasinya.

Workshop biasanya fokus pada

sebuah suatu topik tertentu yang khusus (sama seperti training), di mana mereka yang hadir dapat berpartisipasi secara aktif. Namun, workshop seringkali dilak-sanakan dalam bentuk dialog dengan moderator, atau melalui sebuah presentasi hasil penelitian dalam bentuk yang formal. Kadang kala ada sesi debat dan ada kala berbagi pengalaman, walaupun topik yang dibahas adalah masalah sehari-hari.

Dalam membahas masalah, tujuan-nya adalah mencari suatu pemecahan, oleh karena itu suatu workshop selalu diakhiri dengan kesimpulan atau keputusan-keputusan yang merupakan hasil pendapat bersama, yang kadang-kadang diikuti dengan resolusi atau rekomendasi.

Pembahasan dalam workshop ber-pangkal pada makalah atau kertas kerja yang telah disusun sebelumnya oleh beberapa orang pembicara sesuai dengan pokok-pokok bahasan yang diminta oleh sesuatu panitia penyelenggara. Pokok-pokok bahasan yang diminta oleh suatu penitia penyelenggara. Pokok bahasan yang telah ditentukan, akan dibahas secara teoritis dan dibagi menjadi be-berapa subpokok bahasan bila

masalah-nya sangat luas. Pada awal workshop, dapat dibuka dengan suatu pandangan umum oleh orang berwenang (yang ditun-juk panitia) sehingga tujuan workshop terarah.

Kemudian hadirin (massa) dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mem-bahas permasalahan lebih lanjut. Tiap kelompok dapat diserahi tugas membahas suatu sub pokok bahasan untuk dibahas dalam kelompok yang biasanya juga disebut seksi/komisi, di bawah pimpinan seorang ketua komisi (kelompok). Dari hasil-hasil kelompok, disusun suatu perumusan yang merupakan suatu kesim-pulan.

Dalam dunia pendidikan workshop adalah suatu device dalam in-service

education, cara belajar sesuatu (a way learning) dengan menggunakan sharing of ideas, prosedure give and take “suatu

sistem kerja yang selaras dengan jiwa gotong–royong”. Tujuan dari workshop ialah untuk memperoleh informasi melalui pengalaman langsung dan saling menyam-paikan informasi.

Berdasarkan jenisnya, terdapat

workshop yang bersifat mengikat, dan

bebas (tidak mengikat). Prosedur yang dilakukan dalam pelaksanaan workshop mencakup beberapa hal, diantaranya (1) merumuskan tujuan untuk memperoleh

output/hasil akhir yang akan dicapai, (2)

merumuskan pokok - pokok masalah yang akan dibahas secara rinci yang dimaksud-kan untuk mempermudah proses ber-jalannya kegiatan, serta (3) menentukan prosedur pemecahan masalah.17

Beberapa ciri-ciri workshop antara lain :

a. Masalah yang dibahas bersifat “life

centered” dan muncul dari peserta

b. Cara yang digunakan ialah metode pemecahan masalah “musyawarah dan penyelidikan”

17Rosmayanti, H.P, Mengenal Ilmu Komuni-kasi (Bandung: Widya Padjajaran, 2010), h. 81.

(6)

c. Menggunakan resource person dan

resource materials yang memberi

ban-tuan yang besar sekali dalam mencapai hasil yang sebaik-baiknnya.

Jika dirancang dan digunakan secara benar, workshop dapat menjadi pengalaman pembelajaran yang sangat baik dan memberi dampak yang besar bagi peserta. Kewajiban dari perancang dan pembicara untuk memastikan bahwa semua karakteristik workshop dapat dialami dalam pembelajaran, dan bahwa dasar-dasar pembelajaran pada workshop dapat dimaksimalkan sehingga memberi-kan pengalaman yang positif, baik bagi peserta maupun pembuat acara.

Sejak awal sesi, peserta perlu mengetahui hasil yang diharapkan dari

workshop ini dan mengapa penting bagi

mereka untuk mencapainya. Tidak seperti peserta didik yang lebih muda, orang dewasa biasanya tidak termotivasi oleh nilai.

Pembicara harus dengan jelas mem-perlihatkan tujuan pembelajaran loka-karya dan menjelaskan bagaimana peserta akan dapat menerapkan tujuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Instruksi untuk orang dewasa harus dibangun dengan cara menyelesaikan tugas atau memecahkan masalah yang peserta hadapi. Peserta juga harus diberi-kan kesempatan untuk berbagi pengala-man mereka sendiri sesuai topik yang dibicarakan. Hal ini membuat mereka terlibat dan memberikan contoh-contoh yang dapat digunakan untuk menggam-barkan konsep-konsep kunci (tujuan) dari sesi lokakarya. Perancang workshop perlu memusatkan untuk memberikan pengala-man belajar yang berkualitas.

Adapun langkah-langkah pembela-jaran melalui workshop adalah sebagai berikut:

1. Dalam sebuah workshop, penting bahwa peserta telah memiliki pengala-man dengan topik tersebut, bahkan jika hanya minimal saja. Hal ini akan memberikan mereka pengalaman yang

nyata, relevan dan dapat diterap-kan yang bisa mereka refleksikan. Karena itu setelah diberikan informasi, maka pembelajaran dilanjutkan dengan mem-berikan penerapan dari konsep-konsep tersebut.

2. Setelah memiliki pengalaman nyata, peserta perlu ditolong untuk meref-leksikan pengalaman tersebut, dengan cara membahas: Apa yang terjadi, apa yang saya amati. Refleksi ini perlu dilakukan secara pribadi yang dilanjut-kan dengan refleksi baik oleh kelompok kecil maupun kelompok besar.

3. Setelah itu peserta perlu mengkonsep-kan apa yang ia alami. Peserta perlu menjawab pertanyaan: Apa kesim-pulannya. Lewat instruksi, pengamatan, pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain maka peserta dapat mengembangkan pemahaman dan keterampilan yang baru.

4. Setelah itu peserta akan dapat menerapkan keterampilan tersebut dengan cara melakukannya secara mandiri dalam kehidupannya sehari-hari sambil terus dapat menkonsepkan pemahaman yang baru.

Workshop memiliki kelebihan dan

kelemahan sebagai berikut:

1. Kelebihan: Membangkitkan pemikiran yang logis, Mendorong pada analisa menyeluruh, Prosedurnya dapat di-terapkan untuk berbagai jenis prob-lema, Membangkitkan tingkat konsen-trasi yang tinggi pada diri peserta, Meningkatkan keterampilan dalam mengenal problema.

2. Kelemahan: Membutuhkan banyak waktu, Memerlukan pimpinan yang terampil, Sulit dipakai bila kelompok terlalu besar, Mengharuskan setiap anggota kelornpok untuk mempelajari terlebih dahulu, Mungkin perlu di-lanjutkan pada diskusi yang lain.

Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa

workshop pada dasarnya memiliki

kele-bihan dan kekurangan tidak ada yang sempurna.

(7)

|15

METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan ran-cangan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksana-kan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus dilaksanakan dengan menyelesaikan 1 (satu) penyelenggarakan workshop selama 1 (satu) kali pertemuan.

Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan bagi guru di MIS Nurul Falaq, dan ditujukan untuk semua guru dari masing-masing bidang studi agar lebih meningkatkan disiplin kerja melalui penyelenggarakan workshop.

Adapun guru yang terlibat dalam suatu penelitian Tindakan Sekolah ini sebanyak 40 orang guru dari berbagai bidang studi.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang dalam beberapa tahapan, yaitu:

a. Tahap Orientasi. Tahap orientasi me-rupakan tahap persiapan pengumpulan data

b. Tahap Eksplorasi. Tahap Eksplorasi adalah memaparkan hasil wawancara dan observasi.

c. Tahap Member Check. Tahap ini me-rupakan kegiatan pengecekan kebe-naran dari data dan informasi yang didapat di lapangan agar hasil pene-litian lebih kredibel dan dapat diper-caya secara ilmiah, yang tahapannya.

Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data dikumpulkan melalui beberapa teknik, yaitu Observasi, Wawancara, dan Teknik Dokumentasi.

Data yang sudah terkumpul melalui beberapa teknik pengumpul data, kemu-dian kemu-dianalisis dengan cara mendeskripsi-kan arti masing-masing data berkaitan dengan perubahan kemampuan guru setelah diupayakan melalui perlakuan (treatement) yang diterapkan, dalam hal

ini model-model pembelajaran terpilih untuk mengatasi permasalahan yang ada.

Analisis data dilakukan terhadap data yang telah direduksi baik data perencanaan, pelaksanaan maupun data evaluasi. Hal ini dimasukkan agar dapat ditemukan berbagai informasi yang spesifik dan terfokus pada berbagai informasi yang mendukung pembelajaran dan yang menghambat pembelajaran. Dengan demikian pengembangan dan perbaikan atas berbagai kekurangan dapat dilakukan tepat pada aspek yang ber-sangkutan. Hasil penelitian ini, selain berbentuk narasi juga berbentuk angka dan bilangan. Jadi, dalam pengolahan datanya juga digunakan analisis data kuantitatif

Analisis data kuantitatif dilakukan terhadap hasil belajar dengan mengguna-kan pendekatan presentase.

HASIL PENELITIAN

Aktivitas Guru Selama Mengikuti Workshop

a. Kondisi Awal

Dari hasil wawancara terhadap 40 orang guru, peneliti memperoleh infor-masi bahwa dari 40 orang guru, infor-masih sebagian besar yang belum disiplin dalam melaksanakan pekerjaannya, hanya seba-gian kecil orang guru yang pernah mengikuti pelatihan peningkatan disiplin kerja guru, kebanyakan guru masih kurang memiliki disiplin kerja yang tinggi.

b. Aktivitas Guru Mengikuti workshop Siklus I

Uraian analisis pengamatan ter-hadap aktivitas guru pada tabel 1:

Tabel 1. Persentase Frekuensi Aktivitas Guru Mengikuti workshop Siklus I

Aspek yang Diamati %

Mendengarkan/memperhatikan

penjelasan Pengawas sekolah 61,7 Membaca bahan pola

peningkatan disiplin kerja guru 59,8 Berdiskusi/bertanya antar

(8)

Menuliskan kesimpulan hasil

diskusi 53,2

Mengerjakan Soal / Evaluasi 62,9

Jumlah 299

Rata-rata 59,80

Aktivitas guru ketika mengikuti kegiatan workshop pada siklus I berada dalam kategori kurang yaitu 59,80%.

Aktivitas Guru Mengikuti workshop siklus II.

Uraian analisis pengamatan ter-hadap aktivitas guru pada tabel 2:

Tabel 2. Persentase Frekuensi Aktivitas Guru Mengikuti workshop Siklus II

Aspek yang Diamati %

Mendengarkan/memperhatikan

penjelasan Pengawas sekolah 78,7 Membaca bahan pola

peningkatan disiplin kerja guru 81,4 Berdiskusi/bertanya antar

Pengawas sekolah dan guru 77,9 Menuliskan kesimpulan hasil

diskusi 84,4

Mengerjakan Soal/ Evaluasi 81,7

Jumlah 404,1

Rata-rata 80,82

Aktivitas guru MIS Nurul Falaq ketika mengikuti kegiatan workshop pada siklus II kategori baik yaitu 80,82%. Aktivitas guru selama mengikuti workshop didominanasi Menuliskan kesimpulan hasil diskusi.

Rata-rata tingkat aktivitas guru MIS Nurul Falaq ketika mengikuti kegiatan

workshop disajikan dalam bentuk grafik 1:

Data di atas menunjukkan bahwa aktivitas guru MIS Nurul Falaq dalam

mengikuti workshop mengalami pening-katan pada siklus I sebesar 59,80% men-jadi 80,82% pada siklus II.

Peningkatan Disiplin dan Respon Guru

Hasil observasi mengenai pema-haman guru terhadap peningkatan disiplin kerja guru diperoleh dari skor hasil tes pra tindakan, pelaksanaan siklus I, siklus II dan tes formatif setelah tindakan I dan II.

Diperoleh nilai rata-rata tentang pemahaman guru terhadap materi peningkatan disiplin kerja guru pra tin-dakan sebesar 41,49, pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 60,73, terjadi peningkatan lagi pada siklus II menjadi 80,13. Artinya, pada pembela-jaran siklus II pemahaman guru terhadap materi peningkatan disiplin kerja guru meningkat.

Dapat kita lihat pada grafik 2 berikut ini:

Setelah mengikuti workshop dan pemberian tes akhir selesai dilaksanakan, guru diberi daftar isian untuk mengetahui bagaimana sikap/respon guru terhadap penyelenggarakan workshop yang ber-pengaruh pada pemahaman guru terhadap peningkatan disiplin kerja guru, menyenangkan atau tidaknya, dan bagaimana minat guru mengikuti kegiatan

workshop.

Hasil menunjukkan bahwa yang menyatakan menyenangkan sebesar 82,50%, dan hanya kurang menyenangkan sebesar 7,50%. Mengenai soal tes yang diberikan, yang menyatakan mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal sebanyak 39,6% sedangkan 47,3% menyatakan bahwa soal tes biasa-biasa saja artinya tidak mudah dan tidak pula

0 50 100

Siklus I Siklus II

58,8 80,82

Grafik 1. Aktivitas guru Mengikuti Kegiatan workshop Siklus I dan II

0 20 40 60 80 100

Pra TindakanSiklus I Siklus II 41,49 60,73

80,13

Grafik 2. Peningkatan rata-rata Peningkatan disiplin kerja guru

(9)

|17 sukar. Ada pula guru yang menyatakan

bahwa soal tes yang diberikan mudah yaitu 14,1%.

Terdapat 75,8% guru menyatakan bahwa pemahaman tentang peningkatan disiplin kerja semakin bertambah, artinya adanya peningkatan pemahaman guru sehingga dampaknya guru menjadi lebih disiplin lagi dalam melaksanakan peker-jaannya. Hasil ini dapat dilihat pada tebel 3 berikut:

Tabel 3. Skor Respon Guru terhadp Kegiatan Wokrshop No Pernyataan Jawaban f (%) 1 Kesan anda tentang diadakannya Penyelenggarakan Workshop Menyenangkan 82,5 Kurang Menyenangkan 17,5 2 Bagaimana pendapat anda mengenai soal tes yang diberikan Susah 39,6 Sedang-sedang saja 47,3 Mudah 14,1 3 Bagaimana pendapat anda mengenai Penyelenggarakan Workshop Senang 69,7 Biasa-biasa saja 30,3 Tidak senang 4 Menurut anda, apakah Penyelenggarakan Workshop dapat meningkatkan pemahaman guru dalam peningkatan disiplin kerja Ya 75,8 Tdk Kadang-kadang 24,2

5 Menurut dengan mengikuti anda, Tidak Ya 82,70 -

Workshop, guru mudah dalam memahami peningkatan disiplin kerja Tidak tahu 17,30 6 guru menjadi lebih senang dan bersemangat untuk dapat memahami peningkatan disiplin kerja Ya 100 Tidak - KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diungkapkan, dapat ditarik kesim-pulan bahwa Pemahaman guru terhadap peningkatan disiplin kerja guru dengan mengikuti workshop semakin meningkat. Aktivitas guru MIS Nurul Falaq ketika mengikuti kegiatan workshop meningkat dari siklus I sebesar 59,80% meningkat menjadi 80,82% pada siklus II. Disiplin kerja guru mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan lewat perolehan hasil tes guru yang meningkat. Nilai rata-rata hasil tes guru sebelum dilakukan tindakan sebesar 41,49 meningkat menjadi 60,73 pada tindakan siklus I, kemudian men-capai 80,13 pada tindakan siklus II. Sikap guru terhadap Penyelenggarakan

work-shop yang dilakukan oleh Pengawas

sekolah membuat guru dapat meningkat-kan pemahamannya terhadap pening-katan disiplin kerja guru, dan Penyeleng-garakan workshop ini pun menyenangkan bagi guru.

DAFTAR BACAAN

Arikunto. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rineka Cipta, 1993. Barnadib, Imam. Falsafat Pendidikan.Yogyakarta: Andi Ofset, 1896.

Handoko, Hani T. Manajemen Personalia Dan Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: BPFE. 2012.

(10)

Mulyasa, E. Menjadi Pengawas sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan

KBK, Remaja RoMISa Karya, 2003.

Nugraheni, Aninditya Sri dan Ratna Rahmayanti. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja

Guru di MI Al Islam Tempel dan MI Al Ihsan Medari. Jurnal Pendidikan Madrasah,

Volume 1, No. 2, 2016. 277-293.

Poerwadarminta, W.J.S.. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003. Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997.

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Renika Cipta, 1994. Sukarman. Studi Tentang Kedisiplinan Pegawai Tata Usaha di SMK Negeri 1 Makassar.

Makassar: Skripsi FIS UNM, 2012.

Suprijanto. Pendidikan Orang Dewasa dari Teori Hingga Aplikasi. Banjarbaru: Bumi Aksara, 2007.

Gambar

Tabel 3. Skor Respon Guru terhadp  Kegiatan Wokrshop  No  Pernyataan  Jawaban  f (%)  1  Kesan  anda tentang diadakannya  Penyelenggarakan  Workshop   Menyenangkan  82,5 Kurang Menyenangkan  17,5  2  Bagaimana pendapat  anda  mengenai  soal  tes  yang dibe

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penulisan laporan akhir ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem akuntansi penjualan kredit baik dari prosedur, struktur organisasi,

yaitu tampilan visual, pertambahan bobot, kekerasan dan waktu hancur.. dapat memenuhi persyaratan yaitu tampilan visual 94,4%,

Jalur yang sebaiknya diutamakan menurut saya, adalah dengan menempuh pendidikan kejuruan formal, karena tidak hanya mendapatkan ilmu dan keterampilan dalam

Dalam hal ini, solusi untuk permasalahan tersebut adalah membangun aplikasi monitoring dan evalusi kinerja Divisi Kapal Niaga berdasarkan strategi perusahaan yang

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mendirikan Rumah Baca ( Reading House ) di Desa Godong, sehingga dapat meningkatkan minat baca anak- anak.. Rumah Baca

(BPHN) telah secara tegas mengisyaratkan bahwa perlunya suatu grand design reformasi hukum yang sinergis k dan sistemik, yang berkorelasi dengan bidang ekonomi,

Hasil penelitian terhadap perbanyakan tanaman krisan se-cara in vitro dapat disimpulkan bahwa respon masing-masing genotipe tanaman sangat berbeda satu dengan lainnya dalam

Tantangan dari sistem ini adalah rasa kepercayaan tinggi antara penjual dengan pembeli dalam melakukan transaksi jual beli secara online.. Berikut adalah toko online yang ada