• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis gender dalam penyelenggaraan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan (kasus di desa Kemang, kecamatan Bojongpicung kabupaten Cianjur, provinsi Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis gender dalam penyelenggaraan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan (kasus di desa Kemang, kecamatan Bojongpicung kabupaten Cianjur, provinsi Jawa Barat)"

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(PNPM) MANDIRI PERDESAAN

(Kasus di Desa Kemang, Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat)

Oleh

ASRI SULISTIAWATI I34070091

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

ABSTRACT

ASRI SULISTIAWATI, STUDY ANALYSIS GENDER IN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN (Case: Kemang Village, Bojongpicung Sub-district, Cianjur District, West Java Province). Supervised by SITI SUGIAH MUGNIESYAH.

This study found that the majority of the Sosial Dasar Pasticipants (male participants) and SPKP Participants (female participants) were in the high category of their acces toward the PNPM MP but relatively low in terms of control toward the program. Therefore, their participation level on the program were mostly low. This relates to the fact that the majority of participants status were as a member.

One indicator of success of the program PNPM MP can be viewed through the output of a program that is felt by the community. Benefit analysis in this study includes Levels of Business Development and Income Level. More than half of the PNPM MP claimed that the business activities carried out after any assistance is growing especially Pembangunan Infrastruktur Jalan and SPKP. Similarly, the income level where the majority of participants PNPM MP claimed that income increased along with increasing business activity being undertaken.

This study found that the participation of poor households are less involved in the planning and implementation of PNPM MP. This is thought to be caused because (1) lack of awareness of poor households to participate, (2) lack of transparency of the actors at the village level in running the program so it does not all the public aware of the PNPM MP, and (3) facilitators who are less responsive to the existing problems in the field.

The fact that the relatively high proportion of women who participated in the planning and implementation of programs that are not followed by high access and control over their resources PNPM MP on the one side, in contrast to the male participants; KKG reflect that the principle underlying the planning and implementation of the PNPM MP Village Kemang has not succeeded in meeting the strategic needs of gender. This is supported by the fact that although women are involved in every meeting, but their presence is still limited to physical presence, have not been able to improve their leadership. Conversely, if it refers to the fact that both the PSD and SPKP states to benefit from a stimulant high they get, it can be concluded that PNPM MP in Kemang Village can meet practical gender needs..

(3)

RINGKASAN

ASRI SULISTIAWATI. ANALISIS GENDER DALAM

PENYE-LENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN. Kasus di Desa Kemang, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Di bawah bimbingan SITI SUGIAH MUGNIESYAH).

Prinsip Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) merupakan salah satu prinsip yang melandasi pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP), yang tujuan umumnya untuk meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan/atau kelompok perempuan dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan melalui tiga unsur utama, yakni pengembangan/penguatan kelembagaan, stimulan dana untuk kegiatan ekonomis produktif dan dana bergulir untuk modal Kelompok SPKP, serta penyediaan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Profil rumahtangga peserta PNPM MP, (2) proporsi peserta PNPM MP laki-laki dan perempuan yang berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan PNPM MP baik dalam hal kelembagaan, stimulan dana bergulir kelompok simpan pinjam maupun sarana sosial dasar ekonomi perdesaan, (3) akses dan kontrol peserta PNPM MP laki-laki dan perempuan, terhadap sumberdaya program, serta manfaat yang diperoleh dari akses dan kontrol mereka terhadap sumberdaya PNPM MP, (4) hubungan antara partisipasi dan manfaat yang diperoleh peserta PNPM MP, laki-laki dan perempuan, dari adanya program tersebut, serta mengevaluasi keberhasilan program dalam mewujudkan pemenuhan kebutuhan praktis dan strategis gender.

Desa Kemang, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, dipilih secara sengaja sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa desa ini menjadi desa penerima PNPM MP sejak tahun 2009. Penelitian ini dilaksanakan selama sebulan, yaitu pada pertengahan April sampai dengan Mei 2011. Pendekatan kuantitatif dengan metode survei dan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam digunakan untuk memperoleh data primer yang mencakup semua variabel bebas dan variabel tidak bebas dalam penelitian ini. Data sekunder juga digunakan dalam penelitian ini, khususnya yang bersumber dari monografi desa, laporan dan/atau dokumen pelaksanaan PNPM MP di Desa Kemang. Pengujian hipotesis dalam penelitian dilakukan dengan analisis statistik non parametrik dengan uji korelasi Rank Spearmann.

(4)

para pengelola program di tingkat desa dalam menjalankan program sehingga tidak semua masyarakat mengetahui adanya PNPM MP, dan (3) terbatasnya kemampuan dan tanggungjawab fasilitator untuk mendampingi peserta dalam mengatasi permasalahan yang mereka hadapi. Namun demikian, pelaksanaan PNPM MP di desa ini telah memenuhi persyaratan yang dituntut oleh PTO PNPM, karena dari sekitar 116 orang sumberdaya manusia yang berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan PNPM MP di Desa Kemang, 54,3 persen diantaranya peserta perempuan, yang berperan terutama sebagai pengurus dan anggota SPKP.

Tingkat akses PSD terhadap sumberdaya PNPM MP tergolong kategori tinggi, sebaliknya pada Peserta SPKP tergolong rendah. Sayangnya, karena norma pelaksanaan program harus sesuai PTO PNPM MP, maka kontrol kedua kategori peserta terhadap sumberdaya PNPM MP tergolong rendah. Namun demikian, para peserta PNPM MP menyatakan memperoleh banyak manfaat, khususnya dari segi ekonomi; sebagaimana ditunjukkan oleh tingkat perkembangan usaha dan tingkat pendapatan mereka yang tergolong tinggi.

Kondisi tersebut di atas tampaknya mempengaruhi hasil uji statistik atas sejumlah hipotesis dalam penelitian ini. Di kalangan PSD (laki-laki) masing-masing terdapat satu variabel yang mempengaruhi setiap komponen analisis gender pada taraf α=0,05, sebaliknya tidak satu variabel pun di kalangan peserta SPKP (perempuan). Di kalangan PSD, jumlah aggota rumahtangga berhubungan nyata dengan tingkat akses terhadap PNPM MP, sementara status kategori rumahtangga berhubungan nyata dengan tingkat kontrol serta tingkat perkembangan usaha dan pendapatan. Selain itu, tingkat pendidikan formal berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi, perkembangan usaha dan tingkat pendapatan. Di kalangan peserta SPKP, tidak satupun variabel bebas yang berhubungan dengan tingkat akses dan kontrol mereka terhadap perencanaan dan pelaksanaan PNPM MP; namun ada sejumlah variabel bebas berhubungan dengan komponen gender dalam program pada taraf α=0,10; yakni status kategori rumahtangga berhubungan dengan tingkat partisipasi; tingkat pendidikan formal dan jumlah anggota rumahtangga yang bekerja berhubungan dengan perkembangan usaha, serta tingkat pendidikan formal berhubungan dengan tingkat pendapatan.

(5)

ANALISIS GENDER DALAM PENYELENGGARAAN

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(PNPM) MANDIRI PERDESAAN

(Kasus di Desa Kemang, Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat)

Oleh:

ASRI SULISTIAWATI I34070091

Skripsi

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(6)

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh:

Nama Mahasiswa : Asri Sulistiawati

NIM : I34070091

Judul : Analisis Gender dalam Penyelenggaraan Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Perdesaan (Kasus di Desa Kemang,

Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur,

Provinsi Jawa Barat)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ir. Siti Sugiah Mugniesyah, MS. NIP 19511121 197903 2 003

Mengetahui

Ketua Departemen Sains Komunikasi

dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS. NIP. 19550630 198103 1 003

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

ANALISIS GENDER DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM

NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI

PERDESAAN (KASUS DI DESA KEMANG, KECAMATAN BOJONGPICUNG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK

TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA

MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA

SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH

DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI

BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2011

Asri Sulistiawati

(8)

RIWAYAT HIDUP

Asri Sulistiawati lahir di Bandung pada tanggal 22 Juni 1989. Penulis

merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari ayah bernama Aang Suarsa dan ibu

bernama Rosmawati. Pendidikan formal ditempuh penulis di SDN Cihideung Ilir 03,

Ciampea Bogor pada periode tahun 1995-2001, dan kemudian melanjutkan di SLTP

Negeri I Dramaga, Kabupaten Bogor pada periode tahun 2001-2004. Selanjutnya,

penulis melanjutkan pendidikan ke SMA KORNITA Bogor pada periode tahun

2004-2007. Setelah lulus SMA, penulis menempuh pendidikan tinggi di Institut

Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan kemudian

memilih mayor (program studi) Sains Komunikasi dan Pengembangan Mayarakat

(SKPM) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Mayarakat

(SKPM), Fakultas Ekologi Manusia (FEMA).

Selama menempuh studi di IPB, penulis berpartisipasi sebagai asisten dosen

pada Mata Kuliah (MK) Dasar-dasar Komunikasi (KPM 210) sejak semester 5 tahun

ajaran (TA) (2008/2009) sampai dengan sekarang dan MK Pendidikan Orang Dewasa

(KPM 310) pada semester 8 TA 2010/2011. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti

kegiatan non-akademik seperti aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Peminat

Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) yang tergabung

(9)

KATA PENGANTAR

Pudji serta syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Gender

dalam Penyelenggaraan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Perdesaan (Kasus Di Desa Kemang, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten

Cianjur, Jawa Barat) ini dengan sebaik-baiknya.

Sebagaimana tertulis dalam Petunjuk Teknis Operasional (PTO) PNPM

Mandiri, salah satu prinsip dasar yang menjadi pedoman dalam program ini adalah

keadilan dan kesetaraan gender (KKG), dimana masyarakat, baik laki-laki maupun

perempuan, mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahapan program dan

dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan. Sehubungan dengan itu, penelitian

ini bertujuan untuk mengevaluasi program berdasarkan perspektif gender.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang memperkaya wawasan mengenai

gender dalam penyelenggaraan PNPM serta memperkaya hasil-hasil studi

sebelumnya yang menggunakan analisis gender dalam program pembangunan desa.

Bogor, Agustus 2011

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pudji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala, sembah sujud kepada-Mu yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah, dan curahan kasih sayang-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih, khususnya kepada mereka sebagaimana penulis kemukakan di bawah ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya ditujukan kepada dosen pembimbing penulis, Ir. Siti Sugiah Mugniesyah, MS, yang telah berbagi pengalaman, mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran, sejak penyusunan proposal penelitian sampai dengan penulisan skripsi ini; serta atas fasilitas dan dukungan materil dalam pelaksanaan penelitian di lapangan.

Selanjutnya, kepada Prof. Dr. Ir. Aida V.S. Hubeis dan Ir. Nuraini. W. Prasodjo, MS berturut-turut selaku Dosen Penguji utama dan Dosen penguji wakil komisi pendidikan.

Penulis berterima kasih kepada Dr. Ir. Machfud, MS yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukan beliau untuk membantu penulis belajar teknik pengolahan data.

Kepada Kepala Desa Kemang, Bapak Dadan R. Subarna, penulis berterima kasih atas izin dan fasilitas yang diberikan selama melakukan penelitian di lapangan. Selanjutnya, kepada Bapak Uloh, Bapak Kiki, Bapak Ajat, Ibu Enung selaku Pengurus PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Kemang, penulis berterima kasih karena telah mengizinkan penulis akses terhadap data sekunder berkenaan dengan PNPM MP di Desa Kemang. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada warga Desa Kemang, khususnya kepada mereka yang bersedia menjadi responden dan informan atas kesediaan mereka berbagi pengalaman selama berpartisipasi dalam PNPM Mandiri Perdesaan.

Kepada segenap pimpinan dan staf penunjang kependidikan di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, FEMA IPB, penulis berterima kasih atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi pada mayor SKPM. Selain itu, kepada semua staf penunjang di Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI) IPB, penulis berterima kasih atas bantuan mereka dalam pencarian dan mengopy literatur yang relevan bagi skripsi ini.

(11)

sekeluarga yang telah mengizinkan penulis memanfaatkan semua fasilitas yang ada di rumah beliau.

Kepada Laras Sirly Safitri, penulis berterima kasih atas kesediaannya menjadi sahabat seperjuangan, motivator, serta berbagi semangat, doa dan waktu guna mendiskusikan permasalahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada Dedi Kurniawan, teman seperjuangan penulis yang telah berbagi semangat selama penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya, kepada keluarga besar SKPM tercinta, penulis berterima kasih atas kebersamaan dan kerjasamanya selama tiga tahun menempuh studi bersama, sekaligus menjalin keakraban dan mengukir kenangan indah.

Penulis berterima kasih kepada sejumlah sahabat, khususnya kepada Nayunda, Sigit, Lora, Norihiko, dan Novri atas doa dan dukungan mereka yang tiada henti kepada penulis. Demikian pula halnya kepada sahabat-sahabat sepermainan, khususnya: Dimit, Nesia, Laila, Bio, Hirma, Fera, Lita, Karin, Pia, Dinda, Dewi dan Oci, yang telah menjadi sahabatku yang baik, yang bersedia berbagi cerita, canda dan tawa. Juga kepada sahabat-sahabat petualang, Ira, Wina, Rajib, Haidar, Lukman, Zaky, Wira, Aji dan Helmy, yang telah memberikan berbagai pengalaman, dorongan dan semangat yang berharga bagi penulis..

Secara tulus penulis berterima kasih kepada keluarga tercinta. Kepada ibunda Rosmawati, penulis berterima kasih atas doanya yang tidak pernah putus dan kasih sayangnya yang tidak pernah hilang; demikian pula halnya kepada ayahanda Aang Suarsa, penulis berterima kasih atas semua cucuran keringat dan perjuangan tiada henti dalam mendukung semangat dalam melangkah guna melalui segala tantangan dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada kakak-kakakku tercinta, Aida Nuryasin dan Ari Prasetya, penulis berterima kasih karena telah memberiku keponakan yang pintar dan lucu; serta pada adikku tersayang Ega Putu Amy jaya.

Akhirnya, saya dedikasikan tulisan ini khususnya kepada semua pihak yang telah secara langsung memungkinkan terselesaikannya skripsi ini dan kepada semua pihak yang membutuhkan informasi yang tertuang dalam skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Masalah Penelitian ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II PENDEKATAN TEORETIS... 7

2.1 Tinjauan Pustaka... 7

2.2 Kerangka Pemikiran ... 14

2.3 Hipotesis Pengarah ... 17

2.4 Definisi Operasional ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 22

3.1 Strategi Penelitian ... 22

3.2 Lokasi dan Waktu ... 22

3.3 Pemilihan Subjek Penelitian ... 23

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 23

BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG... 25

4.1 Kondisi Geografis dan Luas Wilayah ... 25

4.2 Keadaan Umum Penduduk ... 26

4.3 Kelembagaan ... 29

(13)

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG... 33

5.1 Sejarah dan Struktur Organisasi PNPM MP di Desa Kemang ... 33

5.2 Pelaksanaan PNPM MP di Desa Kemang... 37

BAB VI PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN PNPM MP) DI DESA KEMANG... 44

6.1 Karakteristik Individu ... 44

6.2 Karakteristik Rumahtangga Peserta PNPM MP ... 50

BAB VII STIMULAN PNPM MP DAN PENGELOLAAN PNPM MP... 56

7.1 Stimulan PNPM MP... 56

7.2 Pengelolaan PNPM MP ... 58

7.3 Ikhtisar ... 59

BAB VIII ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DI DESA KEMANG... 60

8.1 Hubungan Karakteristik Sumberdaya Individu dengan Tingkat Akses dan Kontrol Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP terhadap Komponen PNPM MP... 60

8.2 Hubungan Antara Karakteristik Sumberdaya Individu dengan Tingkat Partisipasi Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP ... 63

8.3 Hubungan Karakteristik Sumberdaya Individu dengan Tingkat Perkembangan Usaha Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP ... 65

8.4 Hubungan Karakteristik Sumberdaya Individu dengan Tingkat Pendapatan Usaha Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP... 67

8.5 Hubungan Antara Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga dengan Akses dan Kontrol Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP... 69

8.6 Hubungan Antara Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga dengan Tingkat Partisipasi Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP... 71

(14)

9.10 Ikhtisar ... 77

BAB IX PENUTUP... 79

9.1 Kesimpulan ... 79

9.2 Saran... 81

DAFTAR PUSTAKA... 83

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1 Luas Wilayah Desa Kemang menurut Penggunaannya………... 26 Tabel 2 Distribusi Penduduk Desa Kemang menurut Golongan Umur dan Jenis

Kelamin……… 27

Tabel 3 Distribusi Penduduk Desa Kemang menurut Mata Pencaharian dan Jenis Kelamin... 28 Tabel 4 Distribusi Penduduk Desa Kemang menurut Tingkat Pendidikan yang

Ditamatkandan Jenis Kelamin………..………. 29

Tabel 5 Jumlah Pemanfaat Proyek Pengaspalan Jalan menurut Kategori

Pemanfaat dan Jenis Kelamin……….. 38

Tabel 6 Distribusi Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa Kemang menurut Kategori Stimulan, Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin……… 46

Tabel 7 Distribusi Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa Kemang menurut Kategori Stimulan, Jenis Pekerjaan dan Jenis Kelamin………... 47 Tabel 8 Distribusi Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa Kemang

menurut Kategori Stimulan, Status Pekerjaan dan Jenis

Kelamin……… 48

Tabel 9 Distribusi Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa Kemang menurut Kategori Stimulan, Status Bekerja dan Jenis Kelamin…………. 49 Tabel 10 Rata-rata Kepemilikan Benda Berharga pada Rumahtangga Peserta

PNPM MP di Desa Kemang menurut Kategori Stimulan ……….. 51 Tabel 11 Rata-rata Kepemilikan Ternak pada Rumahtangga Peserta PNPM MP di

Desa Kemang menurut Kategori Stimulan……….. 52 Tabel 12 Tingkat Bantuan Dana BLM yang Diperoleh Anggota SPKP PNPM MP

di Desa Kemang………... 57

Tabel 13 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal dan Status Bekerja dengan Tingkat Akses dan Kontrol Peserta Sosial Dasar dan SPKP terhadap Komponen PNPM MP di Desa Kemang…………... 69 Tabel 14 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal dan Status Bekerja dengan

Tingkat Partisipasi Peserta Sosial Dasar dan SPKP dalam PNPM MP di Desa Kemang………..………... 64 Tabel 15 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal dan Status Bekerja dengan

Tingkat Perkembangan Usaha Peserta Sosial Dasar dan SPKP ………….. 66 Tabel 16 Tingkat Pendapatan Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP di Desa

Kemang menurut Tingkat Pendidikan Formal dan Status Bekerja………. 68 Tabel 17 Hubungan antara Jumlah ART yang Bekerja dan Status Kategori

(16)

Rumahtangga dengan Tingkat Partisipasi Peserta Sosial Dasar dan SPKP terhadap Komponen PNPM MP di Desa Kemang…………... 71 Tabel19 Hubungan antara Jumlah ART yang Bekerja dan Status Kategori

Rumahtangga dengan Tingkat Perkembangan Usaha Peserta Sosial Dasar

dan SPKP………..………... 73

Tabel 20 Hubungan antara Jumlah ART yang Bekerja dan Status Kategori Rumahtangga dengan Tingkat Pendapatan Peserta Sosial Dasar dan

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1 Bagan Hubungan Antar Variabel dalam Penelitian Analisis Gender dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM MP) Mandiri Perdesaan………... 18 Gambar 2 Bagan Struktur Tim Pelaksana PNPM MP di Desa Kemang……... 34 Gambar 3 Persentase Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa

Kemang menurut Kategori Stimulan dan Jenis Kelamin………….. 45 Gambar 4 Persentase Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP Sosial Dasar

di Desa Kemang menurut Tingkat Pendidikan Formal dan Jenis

Kelamin……….. 50

Gambar 5 Persentase Rumahtangga Peserta PNPM MP SPKP di Desa Kemang menurutKategori Stimulan dan Penguasaan Lahan…….. 53 Gambar 6. Persentase Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa Kemang

menurut Kategori Stimulan dan Status Kategori

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1 Jadwal Penelitian……….. 85

Lampiran 2 Peta Desa Kemang Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten

Bogor……….……… 86

Lampiran 3 Kriteria Kemiskinan Menurut Kriteria Lokal……… 87 Lampiran 4 Peserta PNPM MP Menurut Kategori Kriteria dari Semua

Variabel Karakteristik Sumberdaya Individu dan

Rumahtangga………. 88

Lampiran 5. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Antara Variabel-variabel pada Karakteristik Sumberdaya Individu dan

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagaimana tertulis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pemerintah menetapkan visi pembangunan yaitu

“Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan”, dimana salah satu misinya yaitu mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan. Dalam misi tersebut pemerintah mencanangkan sejumlah hal, di antaranya adalah menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis, menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial, sarana dan prasarana ekonomi, serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek, termasuk gender. Sehubungan dengan itu, arah kebijakan penanggulangan kemiskinan pada RPJMN 2010-2014 antara lain menurunkan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1 persen pada tahun 2009 menjadi 8-10 persen pada akhir tahun 2014, perbaikan distribusi perawatan dan perlindungan sosial, pemberdayaan masyarakat dan perluasan kesempatan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah.

Badan Pusat Statistik (BPS 2010) melaporkan bahwa pada tahun 2010 penduduk miskin di Indonesia berjumlah 31,03 juta jiwa atau 13,33 persen dari total penduduk nasional. Dari total penduduk miskin tersebut, mayoritasnya (64,23 persen) merupakan penduduk perdesaan. Umum diketahui bahwa meskipun data yang ditunjukkan oleh pemerintah merujuk data kemiskinan pada tingkat individu, namun tidak satu pun data yang ditampilkan terpilah menurut jenis kelamin, sehingga data tersebut tidak dapat memberikan gambaran mengenai fenomena gender dalam kemiskinan.

(20)

mengakses dan mendapatkan manfaat pembangunan, serta meningkatkan partisipasi dan mengontrol proses pembangunan. Sasaran utama PUG ini antara lain meningkatnya kualitas hidup dan peran perempuan, terutama di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi termasuk akses terhadap penguasaan sumber daya, dan politik.

Tertulis dalam RPJMN 2010-2014, pemerintah juga menyatakan bahwa upaya untuk mengentaskan kemiskinan dilakukan melalui empat fokus prioritas, salah satu di antaranya adalah menyempurnakan dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan program yang berbasis pemberdayaan masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Mulai tahun 2007, Pemerintah Indonesia mencanangkan PNPM Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan serta PNPM Mandiri Wilayah Khusus dan Daerah Tertinggal. Dalam Pedoman Umum dinyatakan bahwa PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan, yang dalam pelaksanaan pengambilan keputusannya dilandasi oleh sejumlah prinsip atau nilai-nilai dasar, di antaranya prinsip kesetaraan dan keadilan gender (KKG), dimana masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahapan program dan dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan.

(21)

bahwa dalam penelitiannya menggunakan teknik analisis gender dalam pemberdayaan perempuan melalui PNPM, namun fokus penelitiannya hanya pada Kelompok SPKP, dan tidak melakukan analisis gender dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan (keluaran) yang seharusnya dicapai dalam PNPM. Selain itu, dalam ketiga studi terakhir tersebut, responden dalam penelitian hanya terdiri dari perempuan, padahal PNPM menyatakan secara eksplisit bahwa program PNPM ditujukan untuk mewujudkan KKG bagi keluarga miskin baik di perdesaan maupun perkotaan.

Sebagaimana diketahui tujuan program PNPM Mandiri adalah meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan/atau kelompok perempuan dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan melalui tiga unsur utama, yakni pengembangan/penguatan kelembagaan, stimulan dana untuk kegiatan ekonomis produktif dan dana bergulir untuk modal Kelompok SPKP, serta penyediaan sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan masyarakat. Dengan demikian, penelitian tentang analisis gender dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan yang lebih komprehensif menjadi penting dilakukan, khususnya guna memperoleh pemahaman yang lebih baik atas keberhasilan PNPM Mandiri Perdesaan dalam mewujudkan pengentasan kemiskinan yang dilandasi keadilan dan kesetaraan gender.

1.2 Masalah Penelitian

(22)

Dalam konteks pengembangan kelembagaan PNPM Mandiri yang berbasis KKG dinyatakan bahwa dalam proses perencanaan kegiatan, khususnya pada tahap Musyawarah Antar Desa (MAD), Sosialisasi tingkat Kecamatan serta Musyawarah Desa (Musdes) Sosialisasi disyaratkan adanya perwakilan perempuan berturut-turut sekitar 50 persen per desa dan sekurang-kurangnya sekitar 40 persen. Dalam pelaksanaannya, baik itu menyangkut kelembagaan, peningkatan kapasitas kelompok usaha dan dana bergulir kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP), serta sarana sosial dasar juga harus dilandasi KKG. Sehubungan dengan itu, bagaimanakah proporsi laki-laki dan perempuan yang berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan?

(23)

Dalam konteks pendekatan kebijakan pembangunan, Moser (1993) dalam Mugniesyah (2006) memperkenalkan suatu konsep yang dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh dari manfaat yang dapat dipenuhi oleh program-program pembangunan yang dikenal sebagai pemenuhan kebutuhan praktis gender (practical gender needs) dan strategis gender (strategical gender needs). Sehubungan dengan hal itu, serta merujuk pada manfaat yang bisa diperoleh rumahtangga miskin dari adanya PNPM Mandiri Perdesaan, apakah PNPM Mandiri Perdesaan mampu memenuhi kedua kategori kebutuhan gender tersebut? Faktor-faktor apakah yang mempengaruhinya?

1.3 Tujuan Penelitian

Merujuk pada rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa hal sebagai berikut, yaitu:

1. Profil rumahtangga peserta PNPM Mandiri Perdesaan, yang meliputi aspek demografi sosial dan ekonomi.

2. Proporsi peserta PNPM Mandiri Perdesaan laki-laki dan perempuan yang berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, baik dalam hal kelembagaan, stimulan dana bergulir kelompok simpan pinjam maupun sarana sosial dasar ekonomi perdesaan.

3. Akses dan kontrol peserta PNPM Mandiri Perdesaan, laki-laki dan perempuan, terhadap sumberdaya PNPM Mandiri Perdesaan, baik dalam hal kelembagaan, stimulan dana bergulir untuk kelompok simpan pinjam dan/atau sarana sosial dasar ekonomi, serta manfaat yang mereka peroleh dari akses dan kontrol mereka terhadap sumberdaya PNPM Mandiri Perdesaan.

(24)

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis merupakan bagian dari proses belajar dalam menyintesis beragam konsep dan teori yang relevan untuk menelaah keberhasilan program penanggulangan kemiskinan berdasarkan perspektif gender.

2. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan awal bagi bahan kajian lebih lanjut mengenai fenomena gender dalam penyelenggaraan program pengentasan kemiskinan.

(25)

BAB II

PENDEKATAN TEORETIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Definisi Gender dan Teknik Analisis Gender

Mugniesyah (2007a) mengemukakan pendapat sejumlah ahli dan lembaga yang merumuskan definisi gender, di antaranya dari International Labour Organization (ILO) dan Wood (2001). Menurut ILO (2000), gender mengacu pada perbedaan-perbedaan dan relasi sosial antara laki-laki dan perempuan yang dipelajari, bervariasi secara luas di antara masyarakat dan budaya dan berubah sejalan dengan perkembangan waktu/zaman. Adapun menurut Wood (2001), gender adalah suatu konstruksi sosial yang bervariasi lintas budaya, berubah sejalan perjalanan waktu dalam suatu kebudayaan tertentu, bersifat relasional, karena femininitas dan maskulinitas memperoleh maknanya dari fakta dimana masyarakat kitalah yang menjadikan mereka berbeda. Dalam konteks Indonesia, dalam Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan, dinyatakan bahwa gender adalah konsep yang mengacu pada peran-peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat. Selanjutnya, dinyatakan bahwa perspektif gender harus diintegrasikan ke dalam siklus program pembangunan, sejak perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Adapun perencanaan yang responsif gender diartikan sebagai perencanaan yang dilakukan dengan memasukkan perbedaan-perbedaan pengalaman, aspirasi, permasalahan dan kebutuhan yang dihadapi perempuan dan laki-laki dalam proses penyusunan perencanaan program.

(26)

antara laki-laki dan perempuan yang timpang, yang di dalam pelaksanaannya memperhatikan faktor-faktor lainnya seperti kelas sosial, ras, dan suku bangsa.

Menurut Moser (1993) sebagaimana dikutip oleh Mugniesyah (2002), teknik analisis gender diartikan sebagai pengujian secara sistematis terhadap peranan-peranan, hubungan-hubungan dan proses-proses yang memusatkan perhatiannya pada ketidakseimbangan kekuasaan, kesejahteraan dan beban kerja antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Istilah ini diterapkan terhadap proses pembangunan, khususnya untuk melihat bagaimana suatu kebijaksanaan pada program pembangunan mempunyai dampak yang berbeda pada laki-laki dan perempuan. Menurut Surbakti dkk. (2001) dalam Mugniesyah (2007b) analisis gender merupakan langkah awal penyusunan tujuan pembangunan yang responsif gender. Analisis gender dilakukan dengan memperhatikan 4 (empat) faktor utama guna mengidentifikasi ada tidaknya kesenjangan gender. Keempat faktor tersebut adalah:

1) Faktor akses. Apakah perempuan dan laki-laki memperoleh akses yang sama terhadap sumber-sumber daya pembangunan?

2) Faktor kontrol. Apakah perempuan dan laki-laki memiliki kontrol (penguasaan) yang sama terhadap sumber-sumber daya pembangunan? 3) Faktor partisipasi. Bagaimana perempuan dan laki-laki berpartisipasi

dalam program-program pembangunan?

4) Faktor manfaat. Apakah perempuan dan laki-laki menikmati manfaat yang sama dari hasil pembangunan?

(27)

subordinasi perempuan. Adapun pemenuhan kebutuhan strategis gender berhubungan dengan upaya untuk mengurangi atau meniadakan subordinasi perempuan, dalam arti meningkatkan kontrol perempuan terhadap program pembangunan sehingga tercipta kesetaraan gender. Pemenuhan kategori kedua ini berupaya menghilangkan ketidaksetaraan (ketimpangan) antara perempuan dan laki-laki di dalam dan luar rumahtangga serta menjamin hak dan peluang perempuan untuk memenuhi kebutuhan mereka.

2.1.2 Pengertian dan Evaluasi Program

Maunder (1972) dalam Mugniesyah (2006) menyatakan bahwa program penyuluhan adalah suatu pernyataan tentang tujuan-tujuan suatu pelayanan penyuluhan yang didasarkan pada suatu hasil analisis situasi yang ada dan kebutuhan-kebutuhan orang di wilayah dimana penyuluhan dilakukan, serta sejumlah masalah yang harus diatasi agar tujuan-tujuan tersebut tercapai.

Menurut Raudabough dalam Maunder (1972) sebagaimana dikutip oleh Mugniesyah (2006), evaluasi program dapat didefinisikan sebagai suatu proses penilaian atas keberhasilan yang dicapai suatu tujuan program, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam program tersebut. Oleh karena itu, dalam evaluasi terkandung di dalamnya proses pemberian nilai kepada pencapaian tujuan program dan kemudian menetapkan derajat keberhasilan pencapaian tujuan yang dinilai tersebut. Dengan demikian, evaluasi dapat diartikan sebagai pengukuran dari konsekuensi yang dikehendaki dan tidak dikehendaki dari suatu tindakan yang telah dilakukan dalam rangka mencapai beberapa tujuan yang akan dinilai.

(28)

evaluasi adalah mengubah seperangkat sumberdaya yang tersedia (input) untuk menghasilkanoutputatau keluaran,effect atau pengaruh danimpactatau dampak. Input(masukan) adalah semua jenis barang, jasa, dana, tenaga manusia, teknologi dan sumberdaya lainnya, yang perlu tersedia untuk terlaksananya kegiatan dalam rangka menghasilkan output (hasil) dan mencapai suatu tujuan program atau proyek.

Menurut The United Nations ACC Task Free on Rural Develeopment on Monitoring and Evaluation (1984), program adalah seperangkat aktivitas, proyek, proses atau jasa yang diorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan-tujuan yang spesifik. Adapun proyek merupakan bagian dari program yang terencana di dalamnya terdapat serangkaian aktivitas yang berhubungan satu dengan lainnya yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan khusus tertentu dengan anggaran dana dan periode waku tertentu. Lebih lanjut dinyatakan bahwa sebuah program atau proyek dirancang untuk merubah seperangkat sumberdaya (input) ke dalam hasil-hasil yang diinginkan (sesuai tujuan-tujuan) melalui serangkaian-serangkaian akivitas atau proses. Hasil-hasil tersebut dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu: keluaran (outputs), pengaruh (effects)dan dampak (impacts).

Input atau asupan sebuah program atau proyek bisa berupa barang-barang, jasa, dana, teknologi, informasi dan sumberdaya lainnya yang diberikan kepada mereka yang menjadi sasaran (obyek) program/proyek untuk terlibat dalam aktivitas-aktivitas dengan harapan agar tercapai keluaran (output). Keluaran (output) adalah produk atau jasa yang diharapkan dihasilkan melalui aktivitas yang memanfaatkaninputdalam rangka mencapai tujuan-tujuan program.

Keluaran (output) sebuah program bisa berupa: (a) fisik, seperti jumlah kelompok tani atau koperasi primer tani, jumlah kilometer jalan dan atau saluran irigasi yang dibangun, (b) jasa, seperti petani dan/atau layanan jasa. Sebuah keluaran program/proyek dimungkinkan menjadi input bagi keluaran lainnya. Sebagai contoh, keluaran berupa jalan beraspal menjadi input bagi aksesibilitas petani terhadap pasar.

(29)

sebagai hasil dari penerapan teknologi budidaya suatu komoditi tertentu. Pengaruh proyek umumnya terjadi setelah selesainya suatu pelaksanaan sebuah proyek.

Adapun dampak (impact) adalah hasil-hasil (outcomes) dari terjadinya pengaruh proyek (project effects). Dampak biasanya berlangsung pada tingkatan yang lebih luas, bisa pada tingkat rumahtangga, keluarga dan/atau komunitas tertentu. Perbedaan antara keluaran, efek dan dampak tergantung pada sifat, lingkup dan ukuran proyek, dan lebih dari itu, tergantung pada tujuan-tujuan spesifik dari sebuah program/proyek.

2.1.3 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP)

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. Secara umum PNPM Mandiri dimaksudkan untuk mengurangi kemiskinan melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam penyediaan layanan umum, dan peningkatan kapasitas lembaga lokal yang berbasis masyarakat.

(30)

(3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal, (4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat, dan (5) pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.

Terdapat sejumlah kegiatan yang dibiayai melalui Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM MP, meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana sarana dasar yang dapat memberikan manfaat langsung secara ekonomi bagi RTM.

2. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan, termasuk kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat (pendidikan nonformal).

3. Kegiatan peningkatan kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumberdaya lokal, namun tidak termasuk penambahan modal.

4. Penambahan permodalan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPKP).

Tujuan dari PNPM MP adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. Adapun tujuan khusus dari PNPM MP antara lain :

1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan.

2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumberdaya lokal.

3. Mengembangkan kapasitas pemerintah desa dalam memasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif.

4. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat.

5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir.

(31)

7. Mengembangkan kerjasama antar pelaku pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Sehubungan dengan tujuan diatas, Program dari PNPM Mandiri Perdesaan diharapkan dapat menghasilkan keluaran seperti berikut :

1. Terjadinya peningkatan keterlibatanan RTM dan kelompok perempuan mulai perencanaan sampai dengan pelestarian kegiatan.

2. Terlembaganya sistem pembangunan partisipatif di desa dan antar desa. 3. Terjadinya peningkatan kapasitas pemerintah desa dalam memfasilitasi

pembangunan partisipatif.

4. Berfungsi dan bermanfaatnya hasil kegiatan PNPM MP bagi masyarakat. 5. Terlembaganya pengelolaan dana bergulir dalam peningkatan pelayanan

sosial dasar dan ketersediaan akses ekonomi terhadap RTM.

6. Terbentuk dan berkembangnya BKAD dalam pengelolaan pembangunan. 7. Terjadinya peningkatan peran serta dan kerja sama para pemangku

kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan.

2.1.4 Hasil-hasil Studi tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

(32)

tingkat bantuan dana P2KP yang dialokasikan kepada mereka, dan status atau jabatan mereka di dalam masyarakat.

Hasil studi Nugroho (2009) menunjukkan bahwa belum berhasilnya PNPM dalam mengentaskan kemiskinan, disebabkan oleh adanya keterbatasan kemampuan rumahtangga miskin untuk mengakses dan memanfaatkan lembaga sosial yang ada di perdesaan. Selain itu, dikemukakan bahwa waktu pelaksanaan kegiatan PNPM yang relatif singkat menyebabkan perolehan pendapatan masyarakat dalam keterlibatannya dalam program ini tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap total pendapatan mereka.

Hasil penelitian Soraya (2009) yang berjudul Peranan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPKP) dalam PNPM-PPK terhadap Pendapatan Rumahtangga, melaporkan bahwa penerimaan usaha berpengaruh nyata terhadap sumber pendapatan total. Hal itu didukung oleh hasil dimana perubahan pendapatan yang bersumber dari usaha menunjukkan peningkatan yang positif (sebesar 163,65 persen). Selain itu, jenis usaha juga berpengaruh terhadap sumber pendapatan, antara lain didukung bukti bahwa usaha warung kelontong meningkatkan pendapatan sebesar 284,8 persen, sementara pada usaha dagang makanan hampir separuhnya, sebesar 154,4 persen. Adapun hasil penelitian Anggraini (2011) yang berjudul Pemberdayaan Perempuan dalam Program PNPM-P2KP menemukan bahwa relasi gender menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan program PNPM-P2KP, dimana secara umum akses perempuan terhadap program dan lancarnya pengembalian pinjaman tidak memiliki hubungan dengan pemenuhan kebutuhan praktis maupun strategis gender.

2.2 Kerangka Pemikiran

(33)

Disamping itu juga merujuk pada berbagai aspek berkenaan pelaksanaan PNPM MP sebagaimana tercantum dalam Petunjuk Teknis Operasional (PTO) PNPM MP (Depdagri 2008).

Sebagaimana tertulis dalam PTO PNPM MP, dinyatakan bahwa pelaksanaan program ini berlandaskan pada prinsip Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG), dalam arti bahwa anggota masyarakat laki-laki dan perempuan, mempunyai kesetaraan dalam peranannya pada setiap tahapan program dan dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan. Merujuk pada pengertian evaluasi program, serta dengan menggunakan teknik analisis gender, penerapan prinsip KKG tersebut akan tercermin dari keluaran (output) PNPM MP sebagaimana ditetapkan dalam tujuan PNPM MP.

Merujuk pada komponen stimulan dan tujuan PNPM MP yang meliputi aspek-aspek: kelembagaan, dana bergulir atau simpan pinjam, serta sarana sosial dasar dan ekonomi, maka dalam penelitian ini indikator keluaran (output) program PNPM MP menjadi variabel terpengaruh (variabel tidak bebas). Lebih lanjut, dengan merujuk pada Teknik Analisis Gender, terdapat empat variabel terpengaruh, yaitu: Tingkat Akses Laki-laki dan Perempuan terhadap Komponen PNPM MP (Y1), Tingkat Kontrol Laki-laki dan Perempuan terhadap komponen PNPM MP (Y2), dan Tingkat Partisipasi Laki-laki dan Perempuan sesuai komponen PNPM MP (Y3). Adapun komponen PNPM MP tersebut mencakup sejumlah aspek pada tahap perencanaan dan pelaksanaan PNPM MP sebagaimana ditetapkan dalam PTO PNPM MP (Depdagri 2008).

(34)

peserta penerima stimulan PNPM MP dalam melaksanakan kegiatan PNPM MP, karenanya keluaran PNPM MP juga diduga berhubungan dengan variabel Frekuensi Kunjungan Pendampingan oleh Fasilitator(X3).

Mengingat sasaran program adalah rumahtangga miskin dan bahwa stimulan dana diberikan kepada individu-individu yang memiliki usaha, maka diduga karakteristik individu dan rumahtangga tersebut juga mempengaruhi keluaran PNPM MP. Dalam penelitian ini masing-masing ada dua variabel yang diduga mempengaruhi keluaran PNPM MP dari kedua aspek tersebut. Pada karakteristik sumberdaya individu peserta PNPM MP, kedua variabel tersebut adalah Tingkat Pendidikan Formal (X4) dan Status Bekerja (X5). Adapun pada karakteristik sumberdaya rumahtangga yang diduga mempengaruhi adalah Jumlah ARTM Peserta PNPM MP yang bekerja dan/atau berusaha (X6) dan Status Kategori Rumahtangga Peserta PNPM MP(X7).

(35)

Berdasar penjelasan di atas, hubungan antara variabel-variabel terpengaruh (dependent variables) dan sejumlah variabel pengaruh (independent variables) dalam penelitian ini selengkapnya disajikan pada Gambar 1.

2.3 Hipotesis Pengarah

1. Pengalokasian Stimulan PNPM MP yang responsif gender berhubungan positif dengan akses, kontrol, partisipasi, dan manfaat yang diperoleh peserta PNPM MP, baik laki-laki maupun perempuan.

2. Frekuensi Kunjungan Fasilitator PNPM MP berhubungan positif dengan Tingkat Akses, Tingkat Kontrol, dan Tingkat Partisipasi Laki-laki dan Perempuan dalam penyelenggaraan PNPM MP.

3. Karakteristik sumberdaya individu berhubungan positif dengan Tingkat Akses, Tingkat Kontrol, dan Tingkat Partisipasi Laki-laki dan Perempuan dalam penyelenggaraan PNPM MP.

4. Karakteristik sumberdaya rumahtangga berhubungan positif dengan Tingkat Akses, Tingkat Kontrol, dan Tingkat Partisipasi Laki-laki dan Perempuan dalam penyelenggaraan PNPM MP.

5. Tingkat akses, kontrol dan partisipasi peserta laki-laki dan perempuan terhadap sejumlah komponen Program PNPM MP berhubungan positif dengan tingkat manfaat PNPM MP yang diperoleh peserta PNPM MP. 6. Penyelenggaraan PNPM MP yang dilandasi KKG memberikan manfaat

secara setara kepada peserta PNPM MP laki-laki dan perempuan.

(36)

Y6. Tipe Pemenuhan Kebutuhan Gender

 Pemenuhan Kebutuhan Praktis Gender

 Pemenuhan Kebuuhan Strategis Gender Analisis Gender dalam PNPM Mandiri

Pedesaan

Y1. Tingkat Akses Peserta PNPM MP Laki-laki dan perempuan terhadap Komponen PNPM MP

Y2. Tingkat Kontrol Peserta PNPM MP Laki-laki dan Perempuan terhadap PNPM MP ---Y3. Tingkat Partisipasi Peserta PNPM MP

Laki-laki dan Perempuan dalam Kelembagaan PNPM MP

Y4. Tingkat Perkembangan Usaha Peserta PNPM MP laki-laki dan Perempuan Y5. Tingkat Pendapatan Peserta PNPM MP

Laki-laki dan Perempuan

Karakteristik Sumberdaya Individu

Pesera PNPM MP

X4. Tingkat Pendidikan Formal

X5. Status Bekerja

Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga Peserta

PNPM MP

X6. Jumlah ARTM yang Bekerja/Berusaha X7. Status Kategori

Rumahtangga

Peserta PNPM MP

X1. Tingkat Bantuan Dana untuk :

(a) Sosial Dasar (b) SPKP

X2. Tingkat kemudahan sistem Alokasi dan Pengembalian Dana SPKP

Pendampingan oleh Fasilitator PNPM MP

[image:36.791.86.721.66.420.2]

X3. Frekuensi Kunjungan Pendampingan oleh Fasilitator

(37)

2.4 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tingkat Akses peserta PNPM MP Laki-laki dan Perempuan (selanjutnya ditulis Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP terhadap komponen PNPM MP) (Y1) adalah jumlah total skor akses yang diperoleh mereka dalam mengikuti semua aktivitas pada kegiatan persiapan dan pelaksanaan PNPM MP; dibedakan ke dalam tiga kategori, yakni rendah, sedang, dan tinggi berturut-turut dengan total skor antara skor 45-60, 61-76, dan 77-92.

2. Tingkat Kontrol Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP (Y2) adalah jumlah total skor yang diperoleh mereka pada proses pengambilan keputusan berkenaan semua aktivitas pada kegiatan persiapan dan pelaksanaan PNPM MP. Selanjutnya, berdasar jawaban atas semua kegiatan dalam persiapan dan pelaksanaan PNPM MP, Tingkat Kontrol Peserta Sosial Dasar dan PEserta SPKP dibedakan ke dalam tiga kategori, yakni rendah, sedang, dan tinggi berturut-turut dengan total skor antara skor 45-60, 61-76, dan 77-92.

3. Tingkat Partisipasi Peserta Sosial Dasar dan SPKP (Y3) diukur dari jumlah total skor atas keikutsertaan mereka dalam kelembagaan PNPM MP tingkat Desa, khususnya pada tiga kelembagaan yang ada di tingkat desa, yaitu Tim Pengelola Kegiatan (TPK), Tim Penulis Usulan (TPU), dan Kelompok SPKP. Mengingat pada setiap lembaga terdapat status ketua, sekretaris, bendahara dan anggota, kepada setiap jabatan tersebut diberi skor berturut-turut: skor tiga, dua, dan satu. Selanjutnya skor yang diperoleh mereka, dibedakan ke dalam tiga kategori, yakni (a) rendah, jika skor nya 3-4, (b) sedang, jika skornya 5-6 (c) tinggi, jika skor nya 7-9.

(38)

tiga), jika dana bergulir digunakan untuk mengembangkan usaha yang telah mereka miliki.

5. Tingkat Pendapatan Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP (Y5) adalah jumlah rupiah yang diperoleh mereka dari usaha yang dikembangkan dengan menggunakan dana yang diperoleh dari PNPM MP; dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu: (a) rendah, jika total rupiah yang diperoleh dari suatu siklus usaha antara Rp 425.000,- sampai dengan Rp 1.418.500,- (b) sedang, jika total rupiah yang diperoleh antara Rp 1.418.500,- sampai dengan Rp 2.794.100,- (c) tinggi jika Rp 2.794.100,- sampai dengan Rp 4.170.000,-.

6. Tingkat Bantuan Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) (X1) adalah jumlah bantuan (rupiah) yang diberikan kepada anggota kelompok SPKP sebagai tambahan modal usaha. Adapun tingkat bantuan dana BLM yang diberikan kepada Peserta SPKP dikategorikan: (a) rendah, jika dana yang diperoleh kurang dari Rp1.000.000-, (b) sedang, jika dana yang diperoleh anggota sama dengan Rp1.000.000,- (c) tinggi, jika dana yang diperoleh lebih dari Rp1.000.000,-.

7. Tingkat Kemudahan Sistem Alokasi dan Pengembalian Dana Simpan-pinjam untuk Kelompok Perempuan (X2) adalah tingkat kemudahan sistem alokasi dana serta penilaian mudah tidaknya persyaratan yang harus dipenuhi oleh anggota SPKP untuk memperoleh dana bantuan dan pengembaliannya, dibedakan ke dalam kategori: (a) rendah, jika anggota SPKP hanya dapat memenuhi satu syarat administrasi (anggota RTM/KK/KTP) dan (b) sedang, jika dua syarat administrasi dapat dipenuhi, (c) tinggi, jika semua syarat administrasi (anggota RTM, KK, dan KTP) dapat terpenuhi.

(39)

9. Tingkat Pendidikan Formal Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP (X4) adalah jenjang pendidikan tertinggi yang diikuti Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP di bangku sekolah; dibedakan ke dalam tiga kategori: (a) rendah, jika tidak lulus SD atau tamat SD, (b) sedang, jika tamat SMP dan SMA, dan (c) tinggi, jika tamat akademi/perguruan tinggi.

10. Status Bekerja Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP (X5) adalah kondisi bekerja yang dialami individu dalam hubungannya dengan ada tidak adanya dukungan tenaga kerja lainnya, dibedakan ke dalam: (1) bekerja/berusaha sendiri, (2) Berusaha dibantu dengan buruh tidak tetap, (3) berusaha dibantu dengan buruh tetap, (4) buruh karyawan/pekerja yang dibayar (tenaga upahan), dan (5) pekerja tidak dibayar (pekerja keluarga). Berdasar hal ini, selanjutnya status bekerja dikategorikan menjadi: (a) rendah, jika berstatus sebagai pekerja keluarga, (b) sedang, jika bekerja selaku buruh tidak tetap atau berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain/pekerja keluarga, dan (c) tinggi, jika bekerja sebagai karyawan PNS/swasta (dengan gaji tetap) dan/atau berusaha sendiri dengan bantuan pekerja upahan.

11. Jumlah Anggota Rumahtangga (ART) Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP yang Bekerja dan/atau Berusaha(X6)adalah banyaknya anggota rumahtangga yang bekerja untuk membantu perekonomian keluarga, diukur dengan banyaknya anggota keluarga yang bekerja, dibedakan ke dalam: (a) rendah, jika hanya kepala keluarga yang bekerja, (b) sedang, jika kepala keluarga dan istri/suami yang bekerja, dan (c) tinggi, jika seluruh anggota keluarga yang tergolong usia kerja.

12. Status Kategori Rumahtangga Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP (X7) adalah kondisi rumahtangga mereka berdasarkan kriteria rumahtangga miskin menurut kriteria lokal sebagaimana ditetapkan dalam PTO PNPM MP; dibedakan ke dalam tiga kategori: (a) rendah, jika rumahtangga tergolong tidak miskin, (b) sedang, rumahtangga tergolong miskin, dan (c) tinggi, rumahtangga tergolong sangat miskin.

(40)
(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Strategi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi hasil (sumatif) yang menggunakan teknik pengumpulan data secara kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode survei menggunakan kuesioner terstruktur, yang di dalamnya memuat sejumlah pertanyaan dan/atau pernyataan yang mengukur semua variabel terpengaruh dan yang mempengaruhinya sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1. Adapun pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara mendalam dan observasi, hal ini dilakukan untuk mempelajari berbagai aspek berkenaan perkembangan kelembagaan PNPM MP di tingkat desa.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang mencakup semua variabel terpengaruh dan yang mempengaruhinya, sebagaimana tertulis pada Gambar 1. Selain itu, juga data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan observasi. Adapun data sekunder dalam penelitian ini meliputi semua data dan informasi yang terdapat dalam dokumen tertulis (antara lain laporan) berkenaan penyelenggaraan PNPM MP di Desa Kemang. Di samping itu, juga mencakup data Monografi Desa Kemang, serta dokumen lainnya yang relevan dalam penelitian ini.

3.2 Lokasi dan Waktu

(42)

evaluasi PNPM terdahulu, yang sebagian besar dilakukan di daerah perkotaan dan pada komunitas padi sawah. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada April sampai Mei 2011. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.3 Pemilihan Subjek Penelitian

Populasi sampling pada penelitian ini adalah seluruh rumahtangga miskin di Desa Kemang. Adapun populasi sasaran pada penelitian ini adalah anggota rumahtangga miskin penerima stimulan PNPM MP. Penentuan rumahtangga contoh (sampel) dilakukan secara sengaja (purposive), dengan mempertimbangkan proporsinya dalam kelembagaan dan/atau kegiatan yang diintroduksikan oleh PNPM MP di desa ini, dan dengan mempertimbangkan kemungkinan untuk pengolahan data, baik dengan menggunakan tabulasi silang maupun analisis statistik. Total keseluruhan responden pada penelitian ini berjumlah 60 orang yang terdiri dari 30 individu laki-laki yang berasal dari peserta PNPM MP Sosial dasar dan 30 individu perempuan yang tergabung ke dalam SPKP.

Untuk memperoleh kejelasan berkenaan semua data sekunder dan informasi berkenaan penyelenggaraan PNPM MP di Desa Kemang, dilakukan wawancara mendalam dengan delapan orang informan (enam laki-laki dan dua orang perempuan) yang mencakup semua pelaku yang menurut PTO PNPM MP memiliki tanggung-jawab dalam pelaksanaan PNPM MP, antara lain Kepala Desa, Ketua TPK, Sekretaris TPK, Ketua TPU, Pendamping Lokal, Ketua BPD, KPMD Laki-laki dan KPMD Perempuan.

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

(43)

khususnya untuk menyajikan hasil yang akan memperjelas ada tidaknya hubungan antara variabel pengaruh dan terpengaruh sebagaimana disajikan dalam Gambar 1. Selain itu, juga untuk menyajikan informasi yang berbasis pada data sekunder, khususnya berkenaan dengan kondisi di Desa Kemang dan pelaksanaan PNPM MP. Dengan menggunakan program SPSS 16 for windows dilakukan pengolahan data lebih lanjut, utamanya untuk menguji kecenderungan diterima atau ditolaknya sejumlah hipotesis pengarah dalam penelitian ini. Hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis tersebut selanjutnya dianalisis dengan mengacu kepada sejumlah pendekatan dan teori yang dirujuk dalam kerangka pemikiran.

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan statistik non parametrik Uji Korelasi Rank Spearman (rs). Uji korelasi Rank Spearman

dipilih dengan pertimbangan bahwa variabel-variabel bebas dan tidak bebas dalam penelitian ini menggunakan pengukuran dalam skala ordinal. Dalam interpretasi hasil uji statistik, digunakan interpretasi menurut Purnaningsih (2006),

yaitu: (1) signifikansi α= 0,05, artinya berhubungan dan signifikan, (2)

signifikansi α= 0,10, artinya cukup berhubungan dan cukup signifikan, (3)

signifikansi α= 0,20 sampai α= 0,30, artinya kurang baik berhubungan dan tidak

(44)

BAB IV

KEADAAN UMUM DESA KEMANG

4.1 Kondisi Geografis dan Luas Wilayah

Desa Kemang merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Desa ini terletak berturut-turut sekitar 7 km dari kecamatan Bojongpicung, 24 km dari ibukota Kabupaten Cianjur dan 62 km dari ibukota Provinsi Jawa Barat. Untuk mencapai desa ini dapat menggunakan kendaraan motor dan/atau mobil, dengan waktu tempuh berturut-turut satu jam, tiga jam lima puluh menit dan 24 jam. Adapun waktu tempuh menuju ke desa ini, khususnya menggunakan mobil dari Bogor, diperlukan waktu selama sekitar empat jam.

Secara umum keadaan topografi Desa Kemang merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian 400-800 di atas permukaan air laut (dpl). Sebagaimana desa-desa lainnya di wilayah Indonesia, Desa Kemang memiliki dua musim, yakni musim kemarau dan penghujan dengan curah hujan 1945 mm per tahun dan suhu rata-rata harian 250C.

Secara administratif, Desa Kemang berbatasan dengan sejumlah desa lain yang ada di Kecamatan Bojongpicung, yaitu dengan Desa Sukaratu di sebelah Utara dan dengan Desa Cibitung di sebelah Selatan. Adapun di sebelah Timur dan Barat, berturut-turut berbatasan dengan Desa Cihea dan Desa Sukarama.

(45)

Luas wilayah Desa Kemang sekitar 2.499,21 hektar dengan distribusi penggunaan lahan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Luas Wilayah Desa Kemang menurut Penggunaannya, Tahun 2009 (dalam hektar dan persen)

Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) %

Hutan 1250,00 50,02

Tegalan 994,45 39,79

Persawahan 94,11 3,77

Pemukiman 88,51 3,54

Kebun 20,00 0,80

Pekarangan 12,41 0,50

Kuburan 10,02 0,40

Perkantoran 4,21 0,17

Lainnya 25,51 1,02

Total 2499,21 100,00

Sumber : Potensi Desa Kemang 2009

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah Desa Kemang didominasi oleh hutan, dimana hutan tersebut merupakan milik Perhutani, yakni sekitar 50 persen. Lahan terbesar kedua setelah hutan merupakan Tegalan dengan luas sekitar 11 persen lebih rendah dari luas hutan yang selanjutnya diikuti oleh persawahan, pemukiman dan kebun dengan berturut-turut sekitar 3,7 persen, 3,5 persen dan 0,8 persen.

4.2 Keadaan Umum Penduduk

Untuk diketahui, data sekunder yang tersedia di Desa Kemang adalah data yang tertulis dalam dokumen Potensi Desa Tahun 2009. Menurut sumber tersebut, jumlah penduduk Desa Kemang adalah 5501 jiwa, yang terdiri dari 2742 penduduk laki-laki (49,85 persen) dan 2759 penduduk perempuan (50,15 persen). Dengan demikian, rasio jenis kelaminnya1 sekitar 99 persen, artinya untuk tiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 99 penduduk laki-laki.

Terdapat 1514 Kepala Keluarga (KK) di desa ini, sehingga rata-rata jumlah anggota keluarganya kurang dari 4 orang per KK. Dengan demikian,

1

Rasio Jenis Kelamin = ∑ Penduduk laki-laki x 100

(46)

diduga keluarga di Desa Kemang cenderung menerapkan Program Keluarga Berencana (KB). Adapun komposisi penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Distribusi Penduduk Desa Kemang menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin, Tahun 2009 (dalam persen)

Kelompok Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan Total

0–4 2,51 2,69 5,20

5–9 7,54 7,71 15,25

10–14 7,33 6,67 14,00

15–19 8,05 7,45 15,51

20–24 4,73 4,45 9,18

25–29 2,38 2,53 4,91

30–34 3,56 3,73 7,29

35–39 2,53 2,62 5,14

40–44 1,89 1,64 3,53

45–49 2,16 2,33 4,49

50–54 1,38 1,66 3,14

55–59 1,76 2,13 3,89

60–64 1,58 1,67 3,25

65–69 1,22 1,51 2,73

70–74 0,91 1,04 1,95

≥75 0,31 0,24 0,55

Total 49,85 50,15 100,00

Sumber : Potensi Desa Kemang 2009

Sebagaimana terlihat pada Tabel 2, secara umum, mayoritas penduduk Desa Kemang tergolog ke dalam usia produktif (15-64 tahun), yakni sekitar 60 persen. Selanjutnya disusul oleh kelompok usia Sekolah Dasar sampai Menengah (5-19 tahun) yakni sekitar 13 persen lebih rendah daripada kelompok usia produktif. Adapun, penduduk yang tergolong lanjut usia (>65 tahun) yaitu sekitar lima persen. Jika dilihat menurut jenis kelaminnya, diketahui bahwa persentase penduduk perempuan pada kedua kelompok tersebut di atas sedikit lebih tinggi dibanding penduduk laki-laki; yakni lebih tinggi sekitar 0,2 persen bagi mereka yang tergolong usia kerja dan sekitar 0,4 persen pada mereka yang tergolong lanjut usia.

[image:46.612.130.509.175.433.2]
(47)
[image:47.612.133.508.178.381.2]

ragam jenis pekerjaan penduduk desa, dimana sebagian besar penduduk desa ini bermata pencaharian sebagai petani. Adapun distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Distribusi Penduduk Desa Kemang menurut Mata Pencaharian dan Jenis Kelamin, Tahun 2009 (dalam persen)

Mata Pencaharian Laki-laki Perempuan Jumlah

Petani 56,85 8,75 65,6

Buruh Tani 13,78 5,34 19,12

Buruh Migran 0,34 2,56 2,91

Pegawai Negeri Sipil 1,03 0,21 1,24

TNI 0,05 0,00 0,05

POLRI 0,03 0,00 0,03

Pensiunan PNS 0,34 0,24 0,58

Industri Rumahtangga 5,05 0,87 5,92

Pedagang keliling 2,56 0,4 2,96

Montir 0,05 0,00 0,05

Pembantu Rumahtangga 0,00 1,37 1,37 Dukun Kampung Terlatih 0,00 0,16 0,16

Total 80,09 19,91 100,00

Sumber : Potensi Desa Kemang 2009

Sebagaimana terlihat pada Tabel 3 diatas terlihat bahwa sejumlah mata pencaharian didominasi oleh penduduk laki-laki dengan persentase 80 persen atau sekitar 60 persen lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk perempuan. Dari sejumlah mata penceharian tersebut, 84 persen penduduk bekerja di bidang pertanian dimana 19 persen di antaranya merupakan buruh tani. Yang menarik adalah terlihat kecenderungan mata pencaharian bagi penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Seperti pada persentase penduduk bekerja sebagai petani, PNS, pengrajin dan pedagang yang didominasi laki-laki, sementara buruh migran, pembantu rumahtangga dan dukun kampung terlatih, cenderung ditempati oleh perempuan.

(48)

Tabel 4 Distribusi Penduduk Desa Kemang menurut Tingkat Pendidikan yang ditamatkan dan Jenis Kelamin, Tahun 2009 (dalam persen)

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

SD/Sederajat 40,53 40,95 81,48

SMP/Sederajat 7,35 5,09 12,44

SMA/Sederajat 2,67 1,65 4,33

Diploma 1- D3/Sederajat 0,64 0,32 0,95 Strata 1- S2/Sederajat 0,64 0,16 0,80

Total 51,83 48,17 100,0

Sumber : Potensi Desa Kemang 2011

Program Wajib Belajar 12 tahun sebagai bagian capaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals), khususnya berkenaan dengan gerakan Program Pendidikan Untuk Semua atau PUS (Education For ALL) nampaknya belum berlaku di desa ini, hal ini berhubungan dengan fakta bahwa mayoritas penduduk Desa Kemang merupakan tamatan Sekolah Dasar, yakni sekitar 81 persen. Adapun relatif masih rendahnya mereka yang berpendidikan lanjutan dan menengah berturut-turut sekitar 69 persen dan 77 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang berpendidikan SD.

Seperti terlihat pada Tabel 4, secara umum terdapat kecenderungan dimana semakin tinggi tingkat pendidikan semakin menurun persentase penduduk yang menikmati pendidikan. Lebih lanjut, jika dilihat menurut jenis kelaminnya, ternyata persentase perempuan yang berpendidikan sekolah lanjutan dan perguruan tinggi menunjukkan persentase yang lebih rendah dibanding laki-laki, berturut-turut lebih rendah sekitar dua persen pada tingkat SMP, satu persen SMU, dan 0,8 persen pada tingkat perguruan tinggi.

4.3 Kelembagaan

(49)

Kelompok Wanita Tani (KWT) dibentuk pada tahun 2010, karena dilatarbelakangi oleh dasar keikutsertaan Desa Kemang sebagai peserta lomba bina wilayah. Kelompok tani ini beraktivitas membudidayakan Tanaman Obat Keluarga (TOGA).

Kelembagaan lainnya di Desa Kemang adalah Koperasi Kemang Lestari yang berdiri sejak tahun 2008. Tujuan dibentuknya koperasi tersebut adalah untuk memasarkan beragam produk yang diproduksi oleh masyarakat setempat. Koperasi ini disebut sebagai koperasi serba usaha karena didalamnya menampung semua jenis produk yang ada di Desa Kemang salah satunya gula aren. Selain kegiatan usaha, koperasi yang diketuai oleh Bapak K. ini juga menjalankan kegiatan simpan pinjam modal bagi para anggotanya. Adapun keanggotaan yang ada pada koperasi ini tidak dibatasi untuk masyarakat Desa Kemang saja, melainkan juga bagi warga masyarakat di luar desa seperti Desa Sukaratu dan desa Cihea dapat tergabung dalam koperasi ini.

Terkait kelembagaan yang berhubungan dengan Jejaring Pengaman Sosial (JPS), terdapat beberapa program yang diterima warga Desa Kemang. Pertama adalah program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diterima sejak tahun 2008, namun hanya diberikan sebanyak dua kali saja, sementara saat ini sudah dihapuskan. Selain itu, Program Beras Miskin atau Raskin yang dialokasikan kepada rumahtangga miskin di desa ini pada setiap bulan, serta Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang diberikan kepada setiap individu yang membutuhkan, namun mereka harus membuat pengajuan kartu Jamkesmas melalui kantor desa.

(50)

kelompok arisan ibu-ibu pengajian, dan sebagainya. Selanjutnya, terdapat pula kelompok olahraga, seperti bola voli yang biasanya hanya aktif bertanding pada acara-acara tertentu, khususnya berrhubungan dengan hari peringatan tingkat nasional

Dalam hal Posyandu, terdapat empat unit Posyandu di Desa Kemang yang tersebar di setiap dusun, masing-masing satu Posyandu di Dusun I (Posyandu Anggrek) dan Dusun II (Posyandu Mawar), sedangkan di Dusun III terdapat dua unit, yaitu Teratai I di Kampung Jaringao dan Teratai II di Kampung Cikoneng. Kegiatan Posyandu dilaksanakan secara rutin, yakni sebulan sekali. Bersamaan dengan kegiatan Posyandu, terdapat pula kelembagaan Bina Keluarga Balita (BKB) dan Bina Keluarga Lansia (BKL). Kegiatan dalam BKB berupa penimbangan dan pemberian makanan tambahan pada anak pada kelompok usia 0-5 tahun, sedangkan pada BKL, kegiatannya berupa penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, dan pemeriksaan kesehatan lainnya bagi warga lanjut usia. Selain itu, terdapat Bina Keluarga Remaja (BKR) yang kegiatannya berupa penyuluhan-penyuluhan yang diberikan oleh para kader dari kantor kecamatan, di antaranya penyuluhan tentang Narkoba.

4.4 Sarana dan Prasarana

Desa Kemang memiliki sejumlah sarana dan prasarana yang menunjang berbagai kegiatan masyarakat desa. Prasarana transportasi darat yang tersedia berupa jalan desa (beraspal) sepanjang 1 km dan berupa jalan tanah sepanjang sekitar 2,6 km, namun kondisinya dalam keadaan rusak. Selain itu, tersedia pula jalan aspal antar desa sepanjang 1,85 km di antaranya dalam keadaan baik, sedangkan sisanya (sekitar 3 km) dalam keadaan buruk. Untuk menempuh perjalanan tersebut, tersedia sarana transportasi darat berupa motor ojek sebanyak 35 unit.

(51)

Dalam hal sarana peribadatan, di Desa Kemang terdapat 21 unit mesjid dan 31 unit “langgar”/surau/mushola. Adapun prasarana olahraga yang ada mencakup enam lapangan bulutangkis dan 37 lapangan voli, serta sepuluh buah meja pingpong. Khusus prasarana pendidikan, di desa ini terdapat, lima unit Sekolah Dasar (SD), dan masing-masing satu unit sekolah PAUD (yang merupakan hasil dari PNPM), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Sejak tahun 2010 Desa Kemang memiliki sarana dan prasarana komunikasi dan informasi, berupa dua buah BTS (Based Transceiver Station) telepon seluler dari perusahaan swasta, XL dan Telkomsel. Jumlah pelanggan GSM di desa ini sebanyak 1895 pelanggan atau 34,45 persen dari total penduduk desa. Selain itu , terdapat prasarana informasi, di antaranya 721 unit televisi da

Gambar

Gambar 1 Bagan Hubungan Antar Variabel dalam Penelitian Analisis Gender DalamProgram  Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP)
Tabel 2 Distribusi Penduduk Desa Kemang menurut Golongan Umur dan JenisKelamin, Tahun 2009 (dalam persen)
Tabel 3 Distribusi Penduduk Desa Kemang menurut Mata Pencaharian dan JenisKelamin, Tahun 2009 (dalam persen)
Gambar 2 Bagan Struktur Tim Pelaksana PNPM MP Tingkat Desa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian Jawa Pos selalu berusaha untuk menyajikan berita-berita yang dibutuhkan oleh masyarakat, dengan menampilkan pesan secara lengkap

Pentingnya loyalitas pelanggan bagi perusahaan sudah tidak diragukan lagi, banyak perusahaan sangat berharap dapat mempertahankan pelanggannya dalam jangka panjang, bahkan

Tujuan penulisan laporan akhir ini adalah membuat sistem informasi e-learning pada SMA Negeri 4 Palembang yang meliputi proses pengolahan data kelas, data mata pelajaran,

[r]

Dikaitkan dengan objektif terakhir kajian ini iaitu memaparkan kekurangan dan kelemahan yang dibawa oleh peruntukan keterangan yang sedia ada, maka dapatan kajian

Stuart dan Sundeen (1998) mengidentifikasi tiga kategori konfrontasi yaitu: 1) Ketidaksesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal

Hal senada juga di ungkapkan oleh Kang Usep Kholiluddin (pembimbing Da’i Center) di mana ia mengatakan bahwa yang menjadi faktor pendukung Da’i Center dalam

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk melihat pengaruh kenaikan pH cairan developer dengan penambahan antara NaOH dan Na2CO3 terhadap densitas citra