1
Analisis dan Usulan Perbaikan Kualitas Layanan
Menggunakan Model Kano dan Quality Function Deployment (QFD)
di Restoran Siap saji X Cabang Plaza Surabaya
Analysis and Improvement Proposal of Service Quality
Using The Kano Model and Quality Function Deployment (QFD)
in X Fast Food Restaurant Branch Plaza Surabaya
Merlyana Kusuma Wardani1), Wike Agustin Prima Dania2), Mas’ud Effendi2)
1)Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya 2)Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Brawijaya
Jl. Veteran No. 1 Malang 65145 *email: merlyana.kusuma@gmail.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah memberikan usulan atribut perbaikan guna meningkatkan kualitas pelayanan di restoran siap saji X, sehingga restoran mempunyai keunggulan pelayanan dibandingan dengan restoran siap saji lainnya. Penelitian ini dapat dilakukan dengan bantuan model Kano dan metode
Quality Function Deployment (QFD). Model Kano memiliki tujuan mengkategorikan atribut-atribut dari
produk atau jasa. Metode Quality Function Deployment (QFD) merupakan metode sistematik yang menentukan permintaan konsumen kemudian menerjemahkan tuntutan tersebut secara akurat ke dalam desain teknis, manufacturing dan perencanaan produksi yang tepat. Kedua metode tersebut akan menghasilkan beberapa atribut perbaikan yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas pelayanan di restoran siap saji X. Hasil yang diperoleh dari penelitian dengan menggunakan model kano dan QFD bahwa konsumen cukup puas terhadap pelayanan di restoran siap saji X. Hal tersebut berdasarkan nilai IBT dengan tingkat kepuasan kurang dari nilai 1 yaitu sebesar 0,43, IWT dengan tingkat ketidakpuasan mendekati nilai -1 yaitu sebesar -0,53 dan nilai CSP (Customer Satisfaction Performance) dari metode QFD diperoleh sebesar 3,79 dan restoran pesaing sebesar 4,03. Analisis dengan metode QFD didapatkan bahwa pihak restoran siap saji X harus berfokus pada atribut respon teknis memberikan training pada karyawan. Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan dalam penentuan respon teknis memberikan reward dan
punishment bagi karyawan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam perbaikan
kualitas pelayanan di restoran siap saji X.
Kata kunci : CSP, Kualitas layanan, Model Kano, Metode QFD, Restoran Siap Saji Abstract
The purpose of this study is to provide suggestion to improve the attributes of service quality improvements in X fast food restaurant, so that the restaurant service as compared to other fast food restaurants. In this studies can be done with the help of Kano model and method of Quality Function Deployment (QFD). A Kano model has the aim to categorize attributes of a product or service. Quality Function Deployment (QFD) methods is a systematic method of determining consumer demand then accurately translates these demands into the technical design and production planning of manufacturing proper. Both of these methods will result in some improvement attributes that serve to improve the quality of service in the X fast food restaurant. The result obtained from studies using the Kano model and QFD that consumers are quite satisfied with the service in the X fast food restaurant. It based on the level is satisfaction with the IBT value less than the value of 1 is equal to 0,43, IWT with dissatisfaction level approaching a value of -1 is equal to -0,53 and the value of CSP (Customer Satisfaction Performance) of QFD method obtained of 3.79 and 4,03 for the top restaurant competitors. Analysis with QFD method was found that the x fast food restaurant should focus on the attribute technical response provided training to employees. Suggestions for further studies are expected in the determination of the technical response give rewards and punishment for employees to improve the performance of employees in the improvement of services quality in X fast food restaurant.
Keywords: CSP, Service quality, Kano model, QFD method,Fast food restaurant PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi ini, lingkungan usaha yang semakin cepat berubah, persaingan semakin tajam sehingga hanya pelayanan
berkualitaslah yang mampu bertahan. Kualitas pelayanan yang baik menjadi tolak ukur bagi konsumen untuk datang membeli kembali. Menurut Hermawan (2009), kualitas pelayanan
2
menjelaskan atau memprediksi variabilitas dari loyalitas konsumen. Diduga semakin tinggi kualitas pelayanan maka semakin tinggi loyalitas konsumen.
Restoran siap saji X adalah salah satu perusahaan terkemuka yang menggeluti usaha restoran cepat saji. Perusahaan ini menggunakan sistem waralaba (franchise) dan memiliki gerai berjumlah sekitar 200-an tersebar di seluruh Indonesia, salah satunya di cabang Plaza Surabaya. Restoran siap saji X cabang Plaza Surabaya pernah menerima komplain mengenai kecepatan pelayanan yang diberikan, sehingga restoran perlu melakukan perbaikan kualitas layanan dan dapat mempunyai keunggulan
pelayanan dibandingan dengan restoran
makanan siap saji lainnya.
Penelitian tentang analisis dan usulan perbaikan kualitas layanan di restoran siap saji X ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen dan mendapatkan atribut yang menjadi prioritas utama dalam perbaikan kualitas pelayanan. Beberapa metode yang
dapat digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut diantaranya adalah metode servqual (service quality), model kano, root
cause analysis, IPA (Importance Performance Analysis) dan QFD (Quality Fuction Deployment).
Dari berbagai metode tersebut, model kano dan QFD (Quality Function Deployment) dipilih dalam penelitian ini. Menurut Soedjono (2012), model kano digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan dan tingkat ketidakpuasan dari tiap-tiap atribut pelayanan yang dimiliki restoran siap saji X dan QFD digunakan sebagai prioritas usulan perbaikan untuk menentukan kebutuhan pelanggan.
Permasalahan yang dihadapi oleh restoran siap saji X dapat diselesaikan dengan menggunakan metode Kano dan QFD (Quality
Function Deployment). Kedua metode tersebut
dapat memperbaiki kualitas pelayanan yang lebih tepat dan efektif serta kelemahan pada tiap-tiap metode dapat saling ditutupi. Model Kano mengkategorikan atribut berdasarkan pada seberapa baik produk atau jasa tersebut mampu memuaskan kebutuhan konsumen. Menurut Bakhtiar dkk (2010), Kano dibedakan menjadi tiga tipe produk yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen yaitu
must-be requirements, one-dimensional requirements dan attractive requirements. Pada prinsipnya, QFD
membantu mendengarkan suara atau keinginan konsumen dan berguna untuk brainstorming
sessions bagi tim pengembang dalam menentukan cara terbaik memenuhi keinginan konsumen (Wijaya, 2011).
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di restoran siap saji X cabang plaza Surabaya pada bulan April 2014 sampai dengan Juli 2014. Tahapan penelitian diawali dari survei pendahuluan, perumusan masalah dan penetapan tujuan, studi
literatur, metode pengumpulan data,
pengambilan sampel, penyusunan kuesioner, pengujian kuesioner, penyebaran kuesioner analisis data dengan model Kano dan QFD serta
kesimpulan dan rekomendasi perbaikan
pelayanan.
Identifikasi dan perumusan masalah digunakan peneliti untuk memudahkan dalam menentukan arah penyelesaian masalah di tempat penelitian. Responden yang terdapat pada penelitian adalah semua konsumen yang menikmati dan membeli makanan di restoran siap saji X. Metode yang digunakan dalam penentuan responden adalah teknik non
probabilistik sampling dengan metode accindental sampling. Alasan penggunaan metode ini karena
responden yang digunakan sebagai sampel adalah siapa saja yang kebetulan membeli dan telah lama serta berpengalaman dalam mengkonsumsi makanan di restoran siap saji X cabang Plaza Surabaya. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin yang menghasilkan 100 responden. Kuesioner kemudian disusun setelah dilakukan penentuan sampel responden.
Analisis data terdiri dari beberapa tahapan diantaranya adalah menentukkan konsep atribut terlebih dahulu yang terdiri dari lima dimensi yaitu reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangible. Dalam penelitian ini, variabel yang
digunakan adalah kepuasan konsumen.
Pengukuran variabel terhadap kepuasan
konsumen dapat dilakukan dengan
menggunakan 2 sub-variabel yaitu kinerja pelayanan dan tingkat kepentingan yang terdiri dari lima tingkat skala penilaian yaitu antara 1-5. Berdasarkan atribut yang telah ditetapkan, disusun pertanyaan-pertanyaan yang bersifat tertutup, pertanyaan dibuat dengan membatasi jawabannya. Pertanyaan dibagi menjadi dua kategori yaitu functional dan disfunctional. Pertanyaan functional adalah pertanyaan mengenai pendapat konsumen jika atribut ada, pertanyaan disfunctional adalah pertanyaan mengenai pendapat konsumen jika atribut tidak ada.
Metode analisis data yang digunakan adalah model Kano dan QFD. Data yang diolah adalah hasil kuesioner. Menurut Wijaya dkk (2013), langkah-langkah dalam model Kano dapat dilihat pada Gambar 1.
3
Mengkombinasikan jawaban pertanyaan
functional dan disfunctional
Menghitung frekuensi kategori kano menggunakan Blauth’s formula
Menghitung Consumer
Satisfaction Coefficient (CSC)
Menggambarkan nilai koefisien kepuasan konsumen dalam grafik
koefisien kepuasan Kano
Gambar 1. Langkah-langkah model Kano Tahapan-tahapan analisis data selanjutnya adalah dengan menggunakan QFD, dengan tahapan sebagai berikut (Zagloel dan Nurcahyo, 2013):
1. Fase Pengumpulan Suara Konsumen. 2. Fase Penyusunan House of Quality (HoQ)
Langkah-langkah dalam pembuatan rumah kualitas adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan Matrik Kebutuhan Konsumen.
b. Pembuatan Matrik Perencanaan yang
meliputi:
1. Importance to Customer (IOC)
2. Customer Satisfaction Performance (CSP) 3. Goal
4. Improvement Ratio
5. Sales Point
6. Raw Weight dan Normalized Row Weight c. Pembuatan Respon Teknis
1. Menentukan hubungan respon teknis dengan kebutuhan konsumen ditentukan setelah respon teknis dan harapan pelanggan
didapatkan. Simbol hubungan yang
digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
2. Menentukan hubungan teknis ditentukan untuk memudahkan dalam menentukan keputusan yang akan diambil dengan menggunakan simbol hubungan yang dapat dilihat pada Tabel 2.
3. Benchmarking menentukan penilaian kualitas pelayanan pada Restoran siap saji X cabang Plaza Surabaya dengan pelayanan pada Restoran siap saji KFC.
Tabel 1. Simbol Hubungan Atribut whats dengan hows
Simbol Keterangan Nilai
● Hubungan Kuat 9
O Hubungan Sedang 3
Δ Hubungan Lemah 1
Kosong Tidak ada hubungan 0
Tabel 2. Simbol Hubungan antar Respon Teknis
Simbol Keterangan
++ Hubungan Kuat Positif
+ Hubungan Positif
Kosong Tidak ada hubungan
- Hubungan Negatif
-- Hubungan Kuat Negatif
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan
Restoran siap saji X sendiri bermula dari minuman root beer yang diciptakan pertama kali oleh Roy W. Allen, pada tahun 1919 di California. Pada tahun 1922 Allen mengambil pasangan untuk rekan kerjanya, yaitu Frank Wright. Kedua mitra tersebut menggabungkan inisial nama mereka, "A" untuk Allen dan "W" untuk Wright. Pada tahun 1970, anak perusahaan Amerika diakuisisi oleh The AMK
Corporation yang membentuk perusahaan baru, Amerika Brands Company. Cabang restoran siap
saji X tersebar di setiap regional Surabaya, mulai dari Surabaya Utara, Surabaya Selatan, Surabaya Pusat, Surabaya Barat dan Surabaya Timur. Umumnya, cabang restoran berada dalam satu gedung pusat perbelanjaan yang tersebar di Surabaya.
Gambaran Umum Responden
Responden yang dijadikan sampel untuk penelitian ini adalah masyarakat yang pernah mengkonsumsi makanan di Restoran siap saji X dalam kurun waktu 6 bulan terakhir dengan usia minimal 17 tahun. Jumlah responden sebanyak 100 orang. Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Karakteristik Responden
Karakteristik Kelompok JJumlah Presentase
Frekuensi Berkunjung 1-2 kali ≥ 3 kali 77 23 77% 23% Frekuensi Berkunjung selain di restoran X KFC McDonald’s Texas Lainnya 75 20 5 0 75% 20% 5% 0% Usia 17-25 th 69 50% 26-35 th 27 7% 36-60 th 4 18% Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir Laki-laki Perempuan SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Diploma D1/D2/D3 Sarjana S1/S2/S3 37 63 0 2 59 16 23 37% 63% 0% 2% 59% 16% 23% Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa Wiraswasta/Pengusaha Pegawai Negeri 48 10 9 48% 10% 9% Pegawai Swasta Lainnya 33 0 33% 0% Pendapatan Perbulan < Rp 2.000.000 Rp 2.000.000-3.000.000 > Rp 3.000.000 46 43 11 46% 43% 11%
4
Hasil Analisis Model Kano
Tabel 4. Frekuensi Kategori Kano dan Hasil Kategori Kano Setiap Atribut
No Nama Atribut A O M I R Q A+O+M I+R+Q Total Kategori
1 Kecepatan karyawan dalam memberikan daftar pilihan menu 53 15 10 22 0 0 78 22 100 A
2 Kecepatan pelayanan 22 23 38 17 0 0 83 17 100 M
3 Ketepatan makanan dan minuman yang disajikan sesuai
pesanan 11 24 42 23 0 0 77 23 100 M
4 Pengetahuan dan kemampuan karyawan dalam menjelaskan
menu 41 11 21 27 0 0 73 27 100 A
5 Ketelitian pencatatan pemesanan 11 22 16 51 0 0 49 51 100 I
6 Kesediaan karyawan dalam menjawab pertanyaan konsumen 12 19 35 34 0 0 66 34 100 M
7 Kebersihan makanan dan minuman 18 20 42 20 0 0 80 20 100 M
8 Kesesuaian harga dengan produk 17 24 40 19 0 0 81 19 100 M
9 Keamanan makanan dan minuman yang disajikan 17 17 41 25 0 0 75 25 100 M
10 Kemudahan karyawan berkomunikasi dengan konsumen 23 37 19 21 0 0 79 21 100 O
11 Keramahan karyawan 15 24 39 22 0 0 78 22 100 M
12 Intonasi dan emosi karyawan yang baik dalam berkomunikasi
dengan konsumen 18 19 39 24 0 0 76 24 100 M
13 Kebersihan ruangan 16 44 19 21 0 0 79 21 100 O
14 Kebersihan dan kerapian penampilan fisik karyawan 13 23 9 55 0 0 45 55 100 I
15 Ketersediaan jumlah tempat duduk yang memadai 20 19 35 26 0 0 74 26 100 M
16 Ketersediaan fasilitas pendukung (toilet, pencuci tangan dan
cermin) 16 24 45 15 0 0 85 15 100 M
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Tabel 5. Nilai CSC Setiap Atribut
No Nama Atribut A+O M+O A+O+M+I IBT IWT
1 Kecepatan karyawan dalam memberikan daftar pilihan menu 68 25 100 0,68 -0,25
2 Kecepatan pelayanan 45 61 100 0,45 -0,61
3 Ketepatan makanan dan minuman yang disajikan sesuai pesanan 35 66 100 0,35 -0,66
4 Pengetahuan dan kemampuan karyawan dalam menjelaskan menu 52 32 100 0,52 -0,32
5 Ketelitian pencatatan pemesanan 33 38 100 0,33 -0,38
6 Kesediaan karyawan dalam menjawab pertanyaan konsumen 31 54 100 0,31 -0,54
7 Kebersihan makanan dan minuman 38 62 100 0,38 -0,62
8 Kesesuaian harga dengan produk 41 64 100 0,41 -0,64
9 Keamanan makanan dan minuman yang disajikan 34 58 100 0,34 -0,58
10 Kemudahan karyawan berkomunikasi dengan konsumen 60 56 100 0,60 -0,56
11 Keramahan karyawan 39 63 100 0,39 -0,63
12 Intonasi dan emosi karyawan yang baik dalam berkomunikasi dengan
konsumen 37 58 100 0,37 -0,58
13 Kebersihan ruangan 60 63 100 0,60 -0,63
14 Kebersihan dan kerapian penampilan fisik karyawan 36 32 100 0,36 -0,32
15 Ketersediaan jumlah tempat duduk yang memadai 39 54 100 0,39 -0,54
16 Ketersediaan fasilitas pendukung (toilet, pencuci tangan dan cermin) 40 69 100 0,40 -0,69
Rata-rata 0,43 -0,53
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Hasil perhitungan frekuensi kategori kano untuk setiap atribut dan kategori kano dapat dilihat pada Tabel 4. Pada tabel tersebut dapat diketahui frekuensi kategori setiap atribut. Kategori tersebut terdiri dari kategori must be,
one dimensional, attractive dan indifferent.
Kemudian dengan menggunakan Blauth’s
Formula yang dilanjutkan dengan menghitung
nilai IBT dan IWT nya. Tahapan yang terakhir adalah dengan menggambarnya dalam grafik koefisien kepuasan kano.
Nilai CSC (Consumer Satisfaction Coeffisient) dapat dilihat pada Tabel 5. Dimana nilai CSC
menunjukkan nilai atribut produk
mempengaruhi kepuasan bila diberikan atau menyebabkan ketidakpuasan apabila diberikan
atau menyebabkan ketidakpuasan apabila tidak diberikan. Atribut yang dihitung nilai CSC-nya adalah atribut yang layak untuk dikembangkan (tidak ditolak oleh konsumen). Rumus untuk menghitung nilai Consumer Satisfaction Coefficient (CSC) yaitu (Trisna dkk, 2013):
IBT = ……… (1) IWT = - ( ) ……….…. (2)
Berdasarkan Tabel 5. maka nilai IBT dan nilai IWT setiap atribut dapat diketahui. IBT menunjukkan kepuasan konsumen berkisar antara 0-1 dan IWT menunjukkan ketidakpuasan konsumen dengan nilai -1. Nilai IBT tertinggi terdapat pada atribut (V1) kecepatan karyawan
5
dalam memberikan daftar pilihan menu sebesar 0,68. Hal ini menunjukkan konsumen sudah puas terhadap atribut kecepatan karyawan dalam memberikan daftar pilihan menu karena sikap karyawan cepat tanggap terhadap kedatangan konsumen yang akan memesan. Hal ini didukung dengan pendapat Eilers (2008), yaitu pengetahuan para pelayan, kecekatan layanan, suasana kekeluargaan, dan bahasa yang ramah yang dipancarkan oleh seorang pegawai akan menimbulkan kesan yang baik sehingga akan berdampak positif bagi tamu atau konsumen yang datang. Nilai IWT tertinggi terdapat pada atribut (V16) ketersediaan fasilitas pendukung (toilet, pencuci tangan dan cermin) sebesar -0,69. Hal ini menunjukkan konsumen merasa tidak puas terhadap atribut ketersediaan fasilitas pendukung (toilet, pencuci tangan dan cermin) karena restoran siap saji x belum memiliki toilet dan konsumen merasa kurang nyaman. Nilai IWT yang mendekati nilai -1 menunjukkan bahwa ketidakpuasan konsumen sangat besar. V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 V9 V10 V11 V12 V13 V14 V15 V16 0 -0,5 -1 0,5 1 O A M I
Gambar 2. Koefisien Kepuasan Kano Restoran Siap Saji X
Berdasarkan grafik koefisien kepuasan kano pada Gambar 2 didapatkan hasil bahwa terdapat 10 atribut dalam kuadran must-be (M), kuadran
one-dimensional (O) terdiri dari 2 atribut, kuadran attractive (A) terdiri dari 2 atribut dan kuadran indifferent (I) terdiri dari 2 atribut. Kuadran must-be (atribut dasar) yaitu atribut yang harus ada
dalam produk, jika atribut ini dirasa buruk oleh konsumen maka konsumen akan merasa sangat tidak puas (Handoko dkk, 2013). Kuadran
one-dimensional (atribut yang diharapkan), dimana
kepuasan konsumen berhubungan linier dengan kinerja atribut, sehingga kinerja atribut yang tinggi akan mengakibatkan tingginya kepuasan konsumen (Amran dan Ekadeputra, 2010). Menurut Maulia dkk (2013), kuadran attractive yaitu tidak akan menimbulkan penurunan
tingkat kepuasan apabila atribut ini tidak ada dalam produk. Kategori lain yaitu indifference tidak akan menimbulkan reaksi apapun pada konsumen dan sebaliknya kategori reverse yang bahkan akan menimbulkan ketidakpuasan pada konsumen apabila dikembangkan dalam produk Hasil Analisis Metode QFD
Analisis data merupakan cara yang digunakan dalam menganalisis dan mengolah data. Analisis data yang digunakan selanjutnya adalah QFD (Quality Function Deployment).
Tahapan-tahapan analisis data dengan
menggunakan QFD adalah sebagai berikut: 1.Voice Of Customer (Tabel Whats)
Langkah awal yang dilakukan dalam
menyusun metode QFD yaitu dengan
mengetahui dan mengidentifikasi apa yang dibutuhkan oleh suatu konsumen atau sering dikenal dengan voice of customer (VOC). Tahap ini dilakukan survey untuk memperoleh suara konsumen yang tentu akan memakan waktu dan membutuhkan ketrampilan mendengarkan. Proses QFD membutuhkan data konsumen yang ditulis sebagai atribut-atribut dari produk atau
service.
2.Penyusunan House of Quality (HoQ)
Penyusunan house of quality dilakukan dengan beberapa tahap, pertama yaitu dengan pembuatan matriks kebutuhan. Selanjutnya pembuatan importance customer, customer satisfaction, goal, improvement ratio, row weight, normalized row weight dan respon teknis yang
saling berhubungan. Selain itu pada house of
quality tepatnya pada bagian yang terbawah juga
terdapat bobot dari respon teknis, benchmarking, target, dan prioritas yang dicapai oleh restoran siap saji X.
3. Pembuatan Matriks Kebutuhan
Pembuatan matriks kebutuhan didasarkan dari atribut yang telah ditentukan sebelumnya. Matriks kebutuhan pada penelitian ini dapat dilihat pada House of Quality. Pada House of
Quality dapat dilihat bahwa pada sisi kiri
terdapat atribut whats dan pada sisi atas terdapat atribut respon teknis (hows).
Importance to Customers (IOC)
Perhitungan nilai importance to customers mencerminkan tingkat kepentingan pelayanan terhadap atribut yang ada berdasarkan kuesioner (Wijaya, 2011). Nilai importance to
customers dapat dilihat pada Tabel 6.
Berdasarkan nilai importance to consumers yang telah diperoleh, dapat diketahui bahwa atribut
6
yang diatas rata-rata paling dipentingkan oleh konsumen adalah kebersihan makanan dan minuman. Hal tersebut dipentingkan karena kebersihan makanan dan minuman merupakan faktor utama yang dilihat konsumen sebelum menikmati suatu makanan. Apabila suatu produk mempunyai keadaan yang bersih, maka produk tersebut dapat dinyatakan aman untuk
dikonsumsi. Atribut kesediaan karyawan
menjawab pertanyaan konsumen tidak dianggap penting karena memiliki nilai dibawah rata-rata. Tabel 6. Nilai Importance to Customers
No Atribut Nilai
Importance to Customers
1 Kecepatan karyawan dalam memberikan daftar pilihan menu
4,40
2 Kecepatan pelayanan 4,57
3 Ketepatan makanan dan minuman yang disajikan sesuai pesanan
4,48
4 Pengetahuan dan kemampuan karyawan dalam menjelaskan menu
4,32
5 Ketelitian pencatatan pemesanan 4,35 6 Kesediaan karyawan dalam
menjawab pertanyaan konsumen
4,22
7 Kebersihan makanan dan minuman
4,66
8 Kesesuaian harga dengan produk 4,38 9 Keamanan makanan dan
minuman yang disajikan
4,45
10 Kemudahan karyawan
berkomunikasi dengan konsumen
4,38
11 Keramahan karyawan 4,44
12 Intonasi dan emosi karyawan dalam berkomunikasi dengan konsumen 4,23 13 Kebersihan ruangan 4,44 14 15 16
Kebersihan dan kerapian penampilan fisik karyawan Ketersediaan jumlah tempat duduk yang memadai
Ketersediaan fasilitas pendukung (toilet, pencuci tangan dan cermin)
4,32
4,40
4,49
Rata-rata 4,41
Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Customers Satisfaction Performance
Nilai customer satisfaction performance (CSP) didapatkan dari hasil penilaian konsumen
berdasarkan kepuasan mereka terhadap
pelayanan restoran siap saji X dan restoran siap saji KFC sebagai pesaing. Nilai CSP dapat diliihat pada Tabel 7. Menurut Nasution (2006), CSP adalah persepsi atau pandangan konsumen tentang bagus atau tidaknya produk yang telah dihasilkan saat ini dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Berdasarkan Tabel 7, dapat diperoleh nilai perbandingan antara restoran siap saji x dan restoran siap saji KFC. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa sebagian besar nilai pada restoran siap saji x lebih rendah dibandingkan nilai dari restoran siap saji KFC. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa pelayanan di restoran siap saji x belum mampu memuaskan apa yang diinginkan oleh konsumen.
Tabel 7. Nilai Customers Satisfaction Performance
No Atribut
Nilai CSP Restoran X Restoran KFC
1 Kecepatan karyawan dalam memberikan daftar pilihan menu
3,83 3,91
2 Kecepatan pelayanan 3,90 4,02
3 Ketepatan makanan dan minuman yang disajikan sesuai pesanan
3,86 4,19
4 Pengetahuan dan kemampuan karyawan dalam menjelaskan menu
3,53 3,92
5 Ketelitian pencatatan pemesanan 3,89 4,25
6 Kesediaan karyawan dalam menjawab pertanyaan konsumen
3,74 4,07
7 Kebersihan makanan dan minuman
3,88 3,97
8 Kesesuaian harga dengan produk 3,18 3,76
9 Keamanan makanan dan minuman yang disajikan
3,82 3,91
10 Kemudahan karyawan
berkomunikasi dengan konsumen
3,70 3,94
11 Keramahan karyawan 4,03 4,10
12 Intonasi dan emosi karyawan dalam berkomunikasi dengan konsumen 3,84 3,96 13 Kebersihan ruangan 3,80 3,96 14 15 16
Kebersihan dan kerapian penampilan fisik karyawan Ketersediaan jumlah tempat duduk yang memadai
Ketersediaan fasilitas pendukung (toilet, pencuci tangan dan cermin) 4,01 3,97 3,58 4,02 4,26 4,23 Rata-rata 3,79 4,03
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Goal dan Improvement Ratio
Nilai goal didapatkan dengan
membandingkan nilai terbaik pada tingkat kepuasan konsumen. Nilai improvement ratio didapatkan dari perbandingan antara nilai goal dengan nilai CSP. Nilai goal dan improvement
ratio dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan
Tabel 8, dapat diketahui bahwa nilai improvement
ratio yang mendekati nilai goal atau 1 yaitu
atribut kebersihan dan kerapian penampilan fisik karyawan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa atribut ini sudah mencapai nilai yang diinginkan sehingga tidak lagi diperlukan usaha perbaikan untuk mencapai nilai tersebut. Zagloel dan Nurcahyo (2013) juga menambahkan bahwa nilai improvement ratio menandakan besarnya usaha perbaikan yang perlu dilakukan. Selain itu, hasil yang didapat menunjukkan bahwa sebagian besar nilai IR pada restoran siap saji x memiliki nilai lebih dari 1. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pelayanan di restoran siap saji x belum mampu
memuaskan apa yang diinginkan oleh
7
Tabel 8. Nilai Goal dan Improvement Ratio
No Atribut Goal
Nilai IR
1 Kecepatan karyawan dalam memberikan
daftar pilihan menu 3,91 1,02
2 Kecepatan pelayanan 4,02 1,03
3 Ketepatan makanan dan minuman yang disajikan sesuai pesanan
4,19 1,08 4 Pengetahuan dan kemampuan karyawan
dalam menjelaskan menu 3,92 1,11
5 Ketelitian pencatatan pemesanan 4,25 1,09 6 Kesediaan karyawan dalam menjawab
pertanyaan konsumen
4,07 1,08 7 Kebersihan makanan dan minuman 3,97 1,02 8 Kesesuaian harga dengan produk 3,76 1,18 9 Keamanan makanan dan minuman yang
disajikan 3,91 1,02
10 Kemudahan karyawan berkomunikasi
dengan konsumen 3,94 1,06
11 Keramahan karyawan 4,10 1,01
12 Intonasi dan emosi karyawan dalam
berkomunikasi dengan konsumen 3,96 1,03
13 Kebersihan ruangan 3,96 1,04
14 15 16
Kebersihan dan kerapian penampilan fisik karyawan
Ketersediaan jumlah tempat duduk yang memadai
Ketersediaan fasilitas pendukung (toilet, pencuci tangan dan cermin)
4,02 4,26 4,23 1,00 1,07 1,18
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Row Weight dan Normalized Row Weight Semakin besar nilai row weight suatu atribut maka semakin tinggi prioritas pengembanganya (Suryaningrat, 2010). Menurut Gharakhani dan Eslami (2012), row weight didapatkan dari nilai
importance to customer dikalikan dengan improvement ratio. Perhitungan normalitas bobot
setiap atribut dimaksudkan untuk memudahkan dalam menentukan prioritas pengembangan. Nilairow weight dan normalized row weight dapat
dilihat pada Tabel 9.
Berdasarkan nilai yang telah didapat, dapat diketahui bahwa nilai row weight dan nilai
normalized row weight memiliki hasil yang sama.
Nilai paling tinggi yaitu atribut ketersediaan fasilitas pendukung (toilet, pencuci tangan dan cermin) dengan nilai sebesar 7,95. Bahwa telah dijelaskan sebelumnya apabila restoran siap saji x tidak memiliki fasilitas toilet sehingga atribut ini menjadi atribut prioritas utama dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa atribut ini harus mendapat perhatian yang sangat besar dikarenakan atribut tersebut merupakan yang paling diprioritaskan dan paling membutuhkan usaha yang besar agar dapat mencapai nilai yang dinginkan. Menurut Barata (2004), kualitas pelayanan internal berkaitan dengan interaksi jajaran pegawai organisasi/perusahaan dengan berbagai fasilitas pendukung yang tersedia.
Tabel 9. Nilai Row Weight dan Normalized
No Atribut Row
Weight
Normalized Row Weight
1 Kecepatan karyawan dalam memberikan daftar pilihan menu
6,73 0,0598
2 Kecepatan pelayanan 7,06 0,0627
3 Ketepatan makanan dan minuman yang disajikan sesuai pesanan
7,26 0,0645
4 Pengetahuan dan kemampuan karyawan dalam menjelaskan menu
7,19 0,0639
5 Ketelitian pencatatan pemesanan 7,11 0,0632 6 Kesediaan karyawan dalam menjawab
pertanyaan konsumen
6,84 0,0607
7 Kebersihan makanan dan minuman 7,13 0,0633 8 Kesesuaian harga dengan produk 7,75 0,0689 9 Keamanan makanan dan minuman yang
disajikan
6,81 0,0605
10 Kemudahan karyawan berkomunikasi dengan konsumen
6,96 0,0619
11 Keramahan karyawan 6,73 0,0597
12 Intonasi dan emosi karyawan dalam berkomunikasi dengan konsumen
6,54 0,0581 13 14 15 16 Kebersihan ruangan
Kebersihan dan kerapian penampilan fisik karyawan
Ketersediaan jumlah tempat duduk yang memadai
Ketersediaan fasilitas pendukung (toilet, pencuci tangan dan cermin)
6,93 6,48 7,06 7,95 0,0615 0,0576 0,0627 0,0706
Sumber: Data Primer Diolah, 2014 4.Penentuan Respon Teknis
Tahap selanjutnya pada metode QFD yaitu pembuatan respon teknis atau hows. Respon teknis ini diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak manajemen dengan diperkuat literatur-literatur dan jurnal-jurnal. Respon teknis atau hows merupakan representasi dari
tingkat kebutuhan operasional untuk
memuaskan fungsi-fungsi whats (voice of
customer) (Hidayat, 2007).
5.Penentuan Hubungan Atribut Hows dengan Atribut Whats
Langkah selanjutnya dalam penyusunan
HoQ adalah menghubungkan antara atribut
harapan konsumen (whats) dengan respon teknik (hows). Setiap atribut hows mungkin akan mempengaruhi lebih dari satu atribut whats.
Penentuan hubungan dilakukan melalui
wawancara dengan pihak manager dan melihat kondisi nyata yang ada pada restoran siap saji x. Matriks hubungan atribut whats dengan atribut
hows menunjukkan derajat hubungan antara
harapan konsumen dengan respon teknis. Hubungan atribut hows dengan whats dapat dilihat pada Gambar 3.
8
Gambar 3. Matriks Hubungan Atribut Whats dengan Atribut Hows
6.Penentuan Hubungan Antara Atribut Hows Pada metode QFD, hubungan antar atribut
hows juga harus ditentukan. Hal ini untuk
mengetahui apakah suatu proses dalam atribut
hows saling menguntungkan (positif) atau
merugikan (negatif). Hubungan antar atribut
hows dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hubungan Antar Atribut Hows
7.Bobot Respon Teknis dan Prioritas
Dalam metode QFD, khususnya pada house
of quality di dalamnya terdapat prioritas yang
diperoleh dari bobot respon teknis. Prioritas ini bertujuan untuk mengetahui atribut mana atau urutan mana yang harus diprioritaskan atau didahulukan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Chen (2007), bahwa pelayanan yang efektif harus sesuai dengan urutan prioritas dari respon teknis. Nilai prioritas untuk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Bobot Respon Teknis dan Prioritas
No Atribut Bobot respon
teknis
Prioritas
1 Menyediakan fasilitas pendukung yang lengkap
160,25 3
2 Mengadakan promosi menu pada saat-saat tertentu
65,04 5
3 Melakukan perluasan dan penataan ruang
66.63 4
4 Memberikan training pada karyawan
448,68 1
5 Peningkatan keahlian pelayanan dan penyajian tepat waktu
396,45 2
6 Pemanfaatan sarana kotak saran
13,14 6
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Urutan prioritas tertinggi pertama yaitu atribut respon teknis memberikan training pada karyawan. Hal ini karena tamu atau konsumen merupakan orang yang memiliki harapan lebih ketika akan menikmati suatu makanan dan ketika mendapatkan pelayanan sehingga pihak restoran harus secara maksimal memenuhi atau melebihi harapan tersebut yang dimulai dari proses pemesanan, penyajian dan sampai tamu atau konsumen meninggalkan restoran. Hal ini mengartikan atribut tersebut memiliki kontribusi yang besar dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut Andriatantri (2008), bahwa prioritas yang memiliki peringkat tertinggi maka prioritas tersebut akan memiliki kontribusi yang besar guna pemenuhan kebutuhan konsumen. 8.Benchmarking dan Target
Benchmarking merupakan suatu proses
pengukuran kinerja dengan cara
membandingkan dengan kinerja perusahaan yang lebih baik (Sugiono, 2006). Pada penelitian ini melakukan perbandingan kinerja restoran siap saji X dengan restoran siap saji KFC. Selanjutnya nilai benchmarking sendiri diperoleh dari hasil kuesioner evaluasi yang didalamnya memuat nilai perbandingan antara restoran siap saji X dan restoran siap saji KFC. Nilai
benchmarking bisa dilihat pada Tabel 11. Hows
Whats
Kecepatan karyawan dalam memberikan daftar pilihan menu
● ●
Kecepatan pelayanan ● ●
Ketepatan makanan dan minuman yang disajikan sesuai pesanan
Δ ● ●
Pengetahuan dan
kemampuan karyawan dalam menjelaskan menu
Δ O ● ●
Ketelitian pencatatan pemesanan
Δ ● ●
Kesediaan karyawan dalam menjawab pertanyaan konsumen
O ● ●
Kebersihan makanan dan
minuman O ● ●
Kesesuaian harga dengan
produk Δ ●
Keamanan makanan dan
minuman yang disajikan Δ O
Kemudahan karyawan berkomunikasi dengan konsumen
● ● O
Keramahan karyawan ● ●
Intonasi dan emosi karyawan yang baik dalam
berkomunikasi dengan konsumen
● ●
Kebersihan ruangan ● ●
Kebersihan dan kerapian
penampilan fisik karyawan Δ ●
Ketersediaan jumlah tempat
duduk yang memadai ● O
Ketersediaan fasilitas pendukung (toilet,pencuci tangan dan cermin)
● O P en in gk at an k ea hl ia n pe la ya na n da n pe ny aj ia n te pa t w ak tu P eman fa at an saran a ko ta k saran T ra in in g p ad a ka ry aw an M en ye di ak an f asi lt as pe nd uk un g ya ng le ng ka p P ro mo si men u pa da saa t-saa t te rt en tu P er lu asan d an p en at aa n ru an g + + + + + + + + + + + + + + + + P en in g k at an k ea h li an p el ay an an d an p en y aj ia n t ep at w ak tu P eman fa at an saran a k o ta k saran T ra in in g p ad a k ar y aw an M en y ed ia k an f asi lt as p en d u k u n g y an g le n g k ap P ro mo si men u p ad a saa t-saa t te rt en tu P er lu asan d an p en at aa n ru an g
9
Tabel 11. Nilai Benchmarking dan Target
No Atribut Restoran X Restoran KFC Targ et 1 Menyediakan fasilitas pendukung yang lengkap
3,78 4,11 4,11
2 Mengadakan promosi menu pada saat-saat tertentu
3,36 3,85 3,85
3 Melakukan perluasan dan penataan ruang
3,79 4,07 4,07
4 Memberikan training pada karyawan
3,84 4,03 4,03
5 Peningkatan keahlian pelayanan dan penyajian tepat waktu
3,82 4,03 4,03
6 Pemanfaatan sarana kotak saran
3,70 3,94 3,94
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa semua nilai atribut respon teknis restoran siap saji X lebih rendah daripada nilai atribut respon teknis pada restoran siap saji KFC. Hal ini dapat diartikan bahwa pihak restoran siap saji X harus meningkatkan semua yang berkaitan
dengan atribut respon teknis meliputi
menyediakan fasilitas pendukung yang lengkap, mengadakan promosi menu pada saat-saat tertentu, melakukan perluasan dan penataan ruang, memberikan training pada karyawan, peningkatan keahlian pelayanan dan penyajian tepat waktu dan pemanfaatan sarana kotak saran. Hal tesebut bertujuan agar kualitas baik produk, kinerja dan penyajian menjadi lebih baik lagi sehingga dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.
KESIMPULAN
1. Hasil analisis dengan model kano dan QFD didapatkan bahwa konsumen cukup puas terhadap pelayanan di restoran siap saji X. Hal tersebut berdasarkan nilai IBT dengan tingkat kepuasan kurang dari nilai 1 yaitu
sebesar 0,43, IWT dengan tingkat
ketidakpuasan mendekati nilai -1 yaitu sebesar -0,53 dan nilai CSP (Customer
Satisfaction Performance) dari metode QFD
diperoleh sebesar 3,79 dan restoran pesaing sebesar 4,03.
2. Hasil analisis dengan metode QFD
didapatkan bahwa pihak restoran siap saji X harus berfokus pada atribut respon teknis memberikan training pada karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Adriantantri, E. 2008. Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dalam Usaha Memenuhi Kepuasan pelanggan
terhadap Produk Aqua Gelas 240 ml pada PT Tirta Investama Pandaan. Prosiding Seminar Nasional Teknoin : 37-44.
Amran T.G., dan Ekadeputra P. 2010.
Pengukuran Kepuasan Konsumen
Menggunakan Metode Kano dan Root Cause Analysis (Studi Kasus PLN Tangerang). Jurnal Teknik Industri 2 (2): 160-172.
Bakhtiar A., Susanty A dan Massay F. 2010. Analisis Kualitas Pelayanan yang
Berpengaruh terhadap Kepuasan
Konsumen Menggunakan Metode
Servqual dan Model Kano (Studi Kasus PT. PLN UPJ Semarang Selatan). J@TI Undip 5(2): 78-79.
Barata, A.A. 2004. Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Elex Media Komputindo. Jakarta. Hal 37-44.
Chen, S. 2007. Using Quality Function Deployment to Plan Curricula in Higher Education. The Journal of Human Resource
and Adult learning 3 (2): 39-49.
Eilers, J. F. 2008. Berkomunikasi dalam
Pelayanan dan Misi. Kanisius.
Yogyakarta. Hal : 54-57.
Gharakhani, D. And Eslami, J. 2012. Determining Customer Needs Priorities for Improving Service Quality Using QFD. International
Journal of Economics and Management Science 1(6):21-28.
Handoko, H., Matondang, A. R., dan Ishak, A.
2013. Analisis Persepsi Jasa
Pelayanan Pendidikan dengan
Menggunakan Model Kano dan IPA pada Peguruan XYZ. Jurnal Teknik Industri FT USU 2 (1): 9-14.
Hidayat,A. 2007. Strategi Six Sigma. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Hal 210-211. Hermawan, A. 2009. Penelitian Bisnis
Paradigma Kuantitatif. Grasindo. Jakarta. Hal 54.
Maulia E., Matondang A. R dan Ginting R. 2013. Analisis Kepuasan Konsumen dengan Pendekatan Model Kano Serta Aplikasi Quality Function Deployment (QFD) untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Jasa Perbankan. Jurnal Teknik Industri FT USU 1 (2): 1-7.
Nasution, A. H. 2006. Manajemen Industri. Penertbit ANDI. Yogyakarta. Hal 71. Sugiono. 2006. Metode Penelitian Administrasi.
Alfabeta. Bandung. Hal 72-76.
Suryaningrat,I .B, Djumarti, Ruriani, E dan Kurniawati, I. 2010. Aplilkasi Metode QFD untuk Peningkatan Kualitas
10
Produk Mie Jagung. Jurnal Agrotek 4 (1) : 8-17.
Soedjono, M. 2012. Analisis dan Usulan
Perbaikan Kualitas Layanan
Menggunakan Integrasi Metode
Servqual, Model Kano dan QFD di
Warung Ipang Cabang Mayjed
Sungkono Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya 1 (1):1-19.
Trisna, Ma’arif S dan Akerman, Y. 2013. Strategi Pengembangan Produk Susu Kedelai dengan Penentuan Karakteristik Produk. Jurnal Teknik Industri 3 (2): 160-161. Wijaya, T. 2011.Manajemen Kualitas Jasa –
Desain Servqual, QFD, dan Kano Disertai Contoh Aplikasi dalam Kasus Penelitian. PT Indeks. Jakarta. Hal 45.
Wijaya, D., Santoso, E. F dan Hidayat, N. 2013. Penentuan Karakteristik Produk Sebagai Bahan Pertimbangan dalam Perencanaan Pengembangan Produk Keripik Tempe (Studi Kasus di Industri Keripik Tempe “Abadi” Malang). Jurnal Industri 1 (3): 140-141.
Zagloel, T.Y.M. dan Nurcahyo, R. 2013. TQM:Manajemen Kualitas Total dalam Perspektif Teknik Industri. PT. Indeks. Jakarta. Hal 82-83.