• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ragam Hias Tenun Songket Nusantara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ragam Hias Tenun Songket Nusantara"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

RAGAM HIAS TENUN SONGKET NUSANTARA | 115115115115115

Ragam Hias Tenun

Songket Nusantara

A. RINGKASAN

Dalam bab ini kita akan mempelajari kebiasaan masyarakat Nusantara dalam membuat hiasan, khususnya menghias dengan menggunakan teknik benang tambah (songket). Selain itu akan dibahas juga jenis-jenis tenun benang tambah, lungsi, pakan, serta daerah-daerah penghasilnya di Nusantara. Di samping itu, aneka bahan lain yang ikut memperkaya ragam hias tenun dengan benang tambah, seperti manik-manik, kerang-kerangan dan sebagainya akan dijelaskan pula. Penjelasan lainnya mencakup keanekaragaman corak dan warna tenun benang tambah Nusantara, peran serta makna simbolisnya.

Tenun songket Nusantara masih terus diproduksi hingga kini. Masyarakat domestik dan luar negeri pun menggemarinya. Per-mintaan pasar yang beraneka ragam menyebabkan ragam hias yang dikembangkan pun senantiasa baru.

(2)

116 116 116

116 116 | TEKSTIL

B. TUJUAN

Setelah mempelajari bab ini kita diharapkan mampu:

1. Memahami teknik songket, daerah penghasil, jenis dan ciri corak tenun songket.

2. Menghayati keragaman corak ragam hias, peran dan makna simbolik pada kain tenun songket Nusantara.

3. Membangun kesadaran dan toleransi akan adanya perbedaan berdasarkan keunikan budaya bangsa kita.

C. RAGAM HIAS TENUN SONGKET NUSANTARA

Masyarakat Nusantara dikenal sebagai orang-orang yang menyukai hiasan. Rumah-rumah keluarga Nusantara tidak lepas dari aneka hiasan, pernik, cenderamata, baik yang asli maupun imitasi. Tiada tembok atau sudut yang dibiarkan kosong. Lihatlah rumah-rumah adat Nusantara. Rumah Toraja, misalnya, penuh dengan ukiran. Lalu rumah adat Minangkabau yang konon disebut sebagai rumah yang paling sarat hiasan. Sifat suka menghias ini tampil kembali secara menyakinkan dalam menenun.

Keindahan hiasan tenunan dibuat dengan berbagai cara, seperti memberi benang tambahan, baik lungsi maupun pakan, atau kedua-duanya. Itu pun dengan benang-benang warna-warni yang kontras dengan bidang tenunan dasar. Tidak jarang juga digunakan benang-benang emas atau perak. Terkadang masih ditambah pula dengan aneka manik-manik, kerang-kerangan, sulam, corak ikat dan banyak lagi. Keinginan untuk menghias dengan menggunakan berbagai bahan sangat menonjol. Bahan-bahan itu adalah antara lain benang emas dari Singapura, katun cetak dari Belanda, benang tenun buatan India, manik dari Cina, kerang dari laut, serta zat warna dari tanam-an. Semua bertemu dan disusun amat cantik dalam sehelai kain. Kain tampil ibarat pesta yang semarak dengan hiasan dari aneka bahan dan corak.

Teknik menghias tenunan yang paling sering ditemui adalah songket. Tenun songket merupakan teknik menenun dengan

(3)

RAGAM HIAS TENUN SONGKET NUSANTARA | 117117117117117

menambah benang-benang pakan pada struktur tenun dasar yang sudah ada. Teknik ini merupakan salah satu jenis teknik tenun pakan tambah (supplementary weft). Istilah songket ini terutama di-kenakan pada kain suku-suku Melayu di Sumatera, seperti Nangro Aceh Darussalam, Mi-nangkabau, Jambi, Palembang, Riau dan lain sebagainya. Namun istilah dan teknik ini juga berlaku untuk kain-kain dari suku Bugis, Makasar, Bali dan Sasak. Penam-bahan benang-benang pakan pada songket ditujukan untuk

pemben-tukan corak. Caranya adalah dengan cara melompatkan benang-benang tambahan itu melewati benang-benang-benang-benang lungsi tertentu. Ini dikerjakan dengan mengacu pada desain corak yang telah dibuat.

Corak-corak songket ada yang ditenun rapat memenuhi seluruh bidang kain. Ada pula yang hanya sedikit menampakkan kain dasar seperti banyak ditemui pada songket Minangkabau. Namun ada pula yang berserakan, jarang dan menyebar letaknya, seperti pada kain-kain songket dari daerah Donggala, Sulawesi Tengah. Menenun kain-kain songket memang memerlukan keterampilan dan kesabaran tinggi, karena cukup rumit. Sebelum mulai menenun, berbagai pola lom-patan benang lungsi pembentuk corak harus dirampungkan terlebih dahulu. Caranya adalah dengan merapikan jajaran benang lungsi lalu menghitung jumlahnya. Barisan benang lungsi yang terangkat untuk membentuk corak ditandai. Pada bagian bertanda tersebut benang pakan tambah akan lewat untuk membentuk corak. Kekaya-an budaya songket yKekaya-ang tampak jelas di Sumatera, khususnya dapat dilihat di Palembang, Pandai Sikat dekat Bukittinggi, Silungkang, Bangka dan Pasemah. Beberapa perkembangan baru antara lain dapat dilihat di Jambi.

Gambar 10.1: Kain songket Padang, Sumatera Barat

(4)

118 118 118

118 118 | TEKSTIL

Songket buatan Palembang umumnya menggunakan alat tenun gedogan berlungsi tak lanjut. Sementara penenun-penenun Minang-kabau menggunakan alat tenun tijak. Keunikan songket dari daerah-daerah ini antara lain dari kekayaannya dalam meng-gunakan benang emas dan perak. Songket dari kedua daerah ini sangat indah dan memiliki kesan mewah yang menakjubkan. Di masa lam-pau tidak jarang daerah lain di sekitarnya memesan dan membeli songket dari Palem-bang dan Minangkabau untuk digunakan sebagai pakaian pengantin.

Keterampilan menghias tenunan dengan menambah benang pada bidang tenunan Gambar 10.2: Kain songket dari Palembang, Sumatera Selatan

Gambar 10.3: Kain kapal dari Krui, Lampung Barat. Kain ini dibuat dengan teknik songket

(5)

RAGAM HIAS TENUN SONGKET NUSANTARA | 119119119119119

juga berkembang di Lampung. Kain-kain kapal, palepai, tatibin, dan

tampan, merupakan kain khas Lampung yang dikerjakan dengan

teknik pakan tambah. Namun berbeda dengan Palembang dan Minangkabau, teknik songket di Lampung menggunakan benang katun berwarna-warni. Alat tenun yang digunakan penenun Lampung adalah gedogan berlungsi tak lanjut yang dilengkapi dengan sisir.

Umumnya corak dalam songket berasal dari bentuk-bentuk alam sekitar. Aneka bunga dan sulur tanaman menjadi unsur-unsur yang paling sering digunakan. Namun tidak jarang ada pula aneka bentuk manusia dan peralatannya. Corak-corak seperti ini umum-nya ditenun pada kain-kain yang mempuumum-nyai fungsi adat khusus. Kain kapal dari Lampung, misalnya, diperuntukkan bagi Upacara

Papadun. Corak kain ini menggambarkan sebuah kapal lengkap

dengan isinya, yaitu manusia, hewan dan tanaman. Corak lain yang juga sering ditemui dalam kain songket adalah bentuk tumpal. Tum-pal adalah bentuk segitiga yang disusun pada bagian sisi lebar keTum-pala kain. Corak yang dipakai berasal dari tanaman khas Nusantara, yaitu tunas bambu (rebung). Corak ini diberi nama Pucuk Rebung. Bali juga memiliki tradisi membuat songket. Alat tenun yang digunakan mirip dengan Lampung, yaitu gedogan berlungsi tak lan-jut yang dalam bahasa daerah disebut cag-cag. Alat tenun di Bali ini juga menggunakan sisir, tempat setiap benang lungsi akan me-lewatinya terlebih dahulu sebelum proses menenun dilaksanakan. Benang pakan tambah digulung pada kertas tebal agar mudah melewati bukaan benang lungsi saat menenun. Corak songket Bali dapat saja berupa desain baru, tetapi seringkali diambil dari corak-corak kuno. Kegiatan menenun songket juga terdapat di masyarakat Bugis, Makasar, dan Sasak di pulau Lombok. Demikian pula masya-rakat suku Iban di Kalimantan, Seram, Talaud, Ternate dan Tidore. Sumatera Utara juga mengenal penenunan teknik pakan tambah. Kain adatnya dikenal dengan nama ulos. Umumnya teknik ini digabungkan dengan beberapa teknik lain, seperti ikat lungsi dan tenun manik-manik. Salah satu kain ulos yang menggunakan gabungan teknik ini adalah sadum. Kain ini memiliki aneka corak

(6)

120 120 120

120 120 | TEKSTIL

yang kaya warna. Bahan pakan tambah yang digunakan pada awalnya adalah benang katum berwarna. Namun sejak adanya benang akrilik di pasar corak songket pun beralih pada bahan ini. Benang akrilik termasuk benang dari serat sintetis. Umumnya warna-warnanya mencolok, sehingga banyak digu-nakan untuk membuat corak pada teknik rekarakit. Corak ulos me-nampilkan bunga-bungaan dan rangkaian bunga bertangkai. Namun tidak jarang juga menam-pilkan aneka bentuk geometris sederhana namun sarat makna simbolis, seperti mata panah, sulur dan sebagainya. Bunga yang sering tampil antara lain bunga manggis (tapok manggis). Bunga ini disederhanakan menjadi bentuk geometris bersudut delapan, sehingga mudah untuk ditenun. Di samping itu, ada pula manik-manik yang dimasukkan ke dalam benang pakan, kemu-dian ditenun menjadi corak disebut simata. Ulos-ulos lainnya yang juga memiliki tenun pakan tambah, antara lain ulos Ragidup, Ragihotang, Si rara namor

simata, dan lain sebagainya.

Teknik songket menampilkan corak-corak halus yang menim-bulkan tekstur pada latar kain. Karena teknik ini memiliki kekhasan sehingga orang mau menggunakannya hingga kini. Karena itu, para Gambar 10.4: Ulos Sadum dari Tapanuli,

Sumatera Utara, dibuat dengan teknik songket, dengan penambahan manik-manik. Bagian bawah ditutup dengan sebaris anyaman manik-manik

Gambar 10.5: Sarung (mandar) buatan Tapanuli Utara. Corak dibentuk melalui teknik songket

(7)

RAGAM HIAS TENUN SONGKET NUSANTARA | 121121121121121

penenun tidak kehilangan gagasan untuk membuat ragam hias baru yang sesuai dengan perkembangan jaman. Ulos-ulos lama masih dibuat untuk keperluan upacara adat. Namun kain-kain dengan co-rak dan kombinasi warna yang baru juga berkembang dengan baik. Kain-kain mandar, misalnya. Kain-kain ini dibuat dengan corak yang lama tetapi sudah mengalami pengembangan dan penyesuaian pe-nataan dan kombinasi warna yang lebih modern. Kain juga dibuat tidak hanya dalam bentuk lembaran, tetapi sudah menjadi pasangan sarung dan selendang. Mandar banyak diminati masyarakat.

Semacam songket lain tetapi lebih menyerupai sulam adalah

sungkit. Sungkit adalah istilah dalam bahasa Melayu yang berarti

jarum. Teknik sungkit mirip sekali dengan menyulam. Teknik ini berkembang antara lain di Kalimantan dan Timor. Suku Dayak Iban menggunakan teknik ini pada kain-kain pua, kalambi, dan sirat (cawat) mereka. Orang-orang Atoni dan Belu di Timor gemar meng-gunakannya pada kain sarung, selendang, dompet dan tempat-tempat sirih. Sungkit lebih dikenal dengan nama sotis.

Corak dengan teknik sungkit dibuat dengan cara melilit-lilit be-nang lungsi dengan pakan tambah. Lilitan ini mengikuti pola corak yang diinginkan. Lilitan ini kemudian diperkuat dengan beberapa baris pakan dasar. Biasanya teknik ini digunakan untuk menampil-kan corak-corak kecil yang menyebar. Corak yang dibuat dengan sungkit akan terlihat sama pada kedua latar kain, baik bagian depan maupun belakang kain. Hal ini terjadi karena lilitan benang akan tampak pada bagian belakang pula. Seringkali bagian-bagian rinci dari teknik ini diselesaikan dengan sulam, sehingga hasil akhir menjadi seperti disulam.

Kemampuan menghias kain pada masyarakat Nusantara juga ditunjukkan melalui teknik lungsi tambah (supplementary warp). Dalam hal ini corak kain ditampilkan oleh benang-benang lungsi. Umumnya benang lungsi yang akan membentuk corak berukuran lebih besar. Benang-benang ini ditempatkan di atas benang lungsi pembentuk tenunan dasar. Melalui penempatan batang-batang pemisah lungsi besar, seorang penenun membuat pola-pola corak tertentu. Saat menenun batang-batang itu diangkat secara bergilir

(8)

122 122 122

122 122 | TEKSTIL

untuk membuka jalan pada benang pakan yang akan lewat. Lang-kah-langkah ini dilakukan secara berkelanjutan sampai corak akhir-nya terbentuk.

Pulau Sumba adalah salah satu penghasil kain-kain dengan teknik lungsi tambah. Dalam bahasa daerah ini teknik lungsi tambah disebut pahikung. Bahan utama penenunan kain ini adalah benang dari serat katun. Penenun-penenun dari pulau ini membuat corak-corak yang dalam bentuk geometris, antroponorfis, dan dunia fauna. Penenunan menggunakan alat tenun gedogan berlungsi sinambung. Kain dari Bali yang menggunakan teknik ini dapat dilihat pada kain lamak. Lamak adalah semacam umbul-umbul kecil (bendera vertikal untuk hiasan). Kain ini ditujukan untuk menghormati Dewi Sri. Biasanya kain ini digantung dalam pura selama hari raya

Galungan. Contoh-contoh lainnya bisa ditemui pada tenun Timor,

Ternate dan Tidore.

Gambar 10.6: Selendang dari Sumba Timur,

(9)

RAGAM HIAS TENUN SONGKET NUSANTARA | 123123123123123

Latihan 10.1

Kompetensi Konsepsi

1. Pilihlah kain tenun songket yang kamu paling sukai.

- Perhatikan dan jelaskan beragam corak dan warna yang terdapat pada kain tersebut.

- Perhatikan dan jelaskan pola corak dan warna yang terdapat pada kain tenun tersebut.

Kompetensi Apresiasi

2. Uraikan penilaianmu terhadap keragaman corak dan warna pada kain songket tersebut.

3. Uraikan penilaianmu terhadap proses pembuatan ragam hias pada kain songket tersebut.

4. Ungkapkan perasaanmu tentang perbedaan kedua teknik tersebut ke dalam cerita, atau puisi.

Latihan 10.2

Kompetensi Konsepsi

1. Pilihlah kain tenun songket yang kamu paling sukai dari dua daerah yang berbeda.

- Perhatikan dan uraikan berbagai corak dan warna yang terdapat pada kain songket dari kedua daerah tersebut. - Perhatikan dan uraikan pola corak dan warna yang terdapat

pada kain songket dari kedua daerah tersebut.

Kompetensi Apresiasi

2. Uraikan penilaianmu terhadap keragaman corak dan warna yang terdapat pada kain songket dari kedua daerah tersebut. 3. Ungkapkan perasaanmu tentang keragaman corak dan warna

yang terdapat pada kain songket dari kedua daerah tersebut ke dalam cerita, atau puisi.

Ragam Hias Tenun Songket Nusantara

Ragam Hias Tenun Songket Nusantara

Ragam Hias Tenun Songket Nusantara

Ragam Hias Tenun Songket Nusantara

Ragam Hias Tenun Songket Nusantara

(10)

124 124 124

124 124 | TEKSTIL

4. Uraikan penilaianmu terhadap proses pembuatan ragam hias kain songket dari kedua daerah tersebut.

5. Ungkapkan perasaanmu tentang perbedaan teknik pembuatan kain songket dari kedua daerah tersebut ke dalam cerita, atau puisi.

Gambar

Gambar 10.1: Kain  songket Padang, Sumatera Barat
Gambar 10.2: Kain  songket dari Palembang, Sumatera Selatan
Gambar 10.5: Sarung (mandar) buatan Tapanuli Utara. Corak dibentuk melalui teknik  songket
Gambar 10.6: Selendang dari Sumba Timur,

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian mengkaji 15 kain songket yang menunjukkan bahwa dari karya perajin dalam menenun kain songket Melayu Siak terdapat beberapa ornamen yang sering

Berkaitan dengan sejarah dari kain tenun songket Melayu Batu Bara, terdapat beberapa sumber yang menyebutkan bahwa pada masa kesultanan, raja dari bagian Utara

Hasil penelitian ini berujung pada beberapa pertanyaan besar yaitu, (1) Apakah prestasi belajar siswa sekolah unggulan diakibatkan oleh kemampuan guru dalam mengajar

Berdasarkan permasalahan tersebut, dibutuhkan suatu upaya pengenalan kembali mengenai ragam motif kain Tenun Songket Siak dengan tetap mempertahankan aturan penyusunan dan

tenun menjadi berkualitas dan tahan lama. Kain songket sendiri, memiliki jenis-jenis yang dapat dibedakan berdasarkan motif dari benang tersebut. Beberapa contoh dari jenis

Fokus dalam penelitian ini adalah media komunikasi pemasaran kain tenun songket silungkang yang menjadi salah satu ciri khas kerajinan kain di kota ini.. Komunikasi merupakan

Buatlah latihan yang bertujuan untuk memahami keterkaitan antara pola corak celup ikat (jumputan, sasirangan, kain pelangi dan lain-lain) pada kain, dengan teknik ikatan dan

 Analogus: adalah warna yang letaknya berdekatan dalam lingkaran warna dalam analogus terdapat warna hangat dan sejuk:Warna hangat adalah warna yang menyolok dan bersifat mendekat