• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI PUSKESMAS ONDONG SIAU BARAT KABUPATEN SITARO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI PUSKESMAS ONDONG SIAU BARAT KABUPATEN SITARO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI PUSKESMAS ONDONG SIAU BARAT KABUPATEN SITARO

Windy N. Tumuwe*, Christian Tilaar*, Franckie R.R Maramis* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK

Kebijakan Pemerintah perihal standar pelayanan minimal bidang kesehatan di Indonesia diatur dalam Permenkes No.741/Menkes/Per/VII/2008 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan di Kabupaten/Kota. Namun masih ada indikator-indikator SPM Bidang kesehatan yang ditetapkan belum terpenuhi. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimanakah Implementasi Standar Pelayanan Minimal di Puskesmas Ondong Siau Barat Kabupaten Sitaro. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, Informasi dikumpulkan dari 6 orang informan yang terkait dalam pelaksanaan standar pelayanan minimal di Puskesmas dengan manggunakan metode triangulasi. Pelaksanaan SPM di Puskesmas Ondong belum mencapai target. Ada beberapa indikator SPM bidang kesehatan yang tidak mencapai target diantaranya komplikasi kebidanan yang ditangani, dan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi. Faktor-faktor penghambat yaitu kurangnya sumberdaya manusia, kurangnya sarana dan prasarana di Puskesmas Ondong, transportasi dan cuaca, budaya dan pola pikir masyarakat, serta kurangnya manajemen evaluasi di Puskesmas Ondong. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam Implementasi SPM bidang kesehatan di Puskesmas Ondong belum terlaksana dengan baik.

Kata Kunci: Implementasi, Standar Pelayanan Minimal (SPM), Puskesmas.

ABSTRACT

Government policy about health minimum service standard in Indonesia regulated in Health Minister Regulation/Permenkes No.741/Menkes/Per/VII/2008 about health minimum service standard in Regencies/Cities. However, there are some indicators that do not reach the target. This Research aims to know how to the

implementation health minimum service standard in Community Health Center of Ondong West Siau Sitaro Regency. This research represent descriptive research type by using approach qualitative. Information collected from six informants the person in charge of health minimum service standard in community health center using the triangulation method. The implementation of minimum service standard in community health center of Ondong still has not hit the target. There are some indicators that do not reach the target including obstetric complications which have been handled, and also Villages had exceptional cases conducted an epidemiological investigation. The lack of resources are the inhibitors factors, lack of infrastructure in Ondong Community Health Center, transportation and weather, culture and mindset of the people, then lack of management evaluation in Ondong Community Health Center. Based on research result it can be concluded that the Implementation of the Health Minimum Service Standard in Ondong Community Health Center has not been implemented well.

(2)

LATAR BELAKANG

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, sehubungan dengan peranan dan kedudukan puskesmas sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Peran puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan dasar dan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Puskesmas diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat, untuk menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan yang bermutu setiap Puskesmas perlu mengembangkan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Ditingkat Internasional pada tahun 1997 sekelompok lembaga kemanusiaan yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (group of

humanitarian NGOs and the Red Cross and Red Crescent movement) meluncurkan standar pelayanan kesehatan minimum (The Minimum

Standards in Health Services) yang terdapat

dalam piagam kemanusian atau Humanitarian

Charter (The Sphere Project, 2004).

Kebijakan Pemerintah perihal standar pelayanan minimal bidang kesehatan di Indonesia diatur dalam Permenkes No.741/Menkes/Per/VII/2008 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan di Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut atau disingkat SPM kesehatan adalah tolak ukur

kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Daerah Kabupaten/Kota. Jenis pelayanan yang wajib diselenggarakan oleh Kabupaten/Kota ada 6 (enam) jenis, yaitu; Pelayanan Kesehatan Dasar, Pelayanan Kesehatan Rujukan, Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB), serta Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2010-2014, pada tahun 2014 Implementasi SPM sudah harus memasuki tahap monitoring dan evaluasi.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sitaro, Jumlah Puskesmas di Kabupaten Sitaro sebanyak 10 Puskesmas, salah satunya yaitu Puskesmas Ondong yang merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Sitaro yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas ini memiliki fungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Terlihat bahwa puskesmas dan jaringannya merupakan ujung tombak Dinas Kesehatan dalam upaya mewujudkan target SPM kesehatan di Kabupaten/Kota. Pada kenyataanya, ditemukan pelayanan kesehatan kurang baik di Puskesmas Daerah Ondong yang merupakan Ibukota dari Kabupaten Sitaro.

(3)

Setelah peneliti melakukan observasi di lapangan, peneliti menemukan beberapa masalah berupa target indikator-indikator SPM Bidang kesehatan yang ditetapkan pada Puskesmas Ondong masih ada yang belum terpenuhi, padahal target yang ditentukan merupakan ukuran minimal pelayanan yang harus dicapai oleh Puskesmas Ondong. Berdasarkan Laporan SPM Puskesmas Ondong, menunjukan bahwa ada beberapa target indikator SPM di Puskesmas Ondong belum terpenuhi, selain indikator-indikator yang tidak terpenuhi, berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat diketahui bahwa sumber daya berupa tenaga kesehatan di Puskesmas Ondong masih kurang, dan fasilitas pelayanan kesehatan belum memadai. Hal inilah yang mendorong peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Implementasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Puskesmas Ondong Siau Barat Kabupaten Sitaro”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-September 2014 di Puskesmas Ondong Siau Barat Kabupaten Sitaro. Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Puskesmas, Kepala Bagian Tata Usaha Puskesmas Ondong, Dokter dan Perawat Puskesmas Ondong. Dan triangulasi sumber dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Sitaro, Kepala Bagian Umum dan Perlengkapan Dinas Kesehatan Kabupaten Sitaro. Instrumen yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan instrumen tambahan berupa pedoman wawancara, alat perekam suara (voice recorder) dan alat tulis-menulis.

Data

yang sudah terkumpul, diolah secara manual

dengan

membuat

transkrip

kemudian

disusun

dalam

bentuk

matriks

dan

selanjutnya dianalisis dengan memakai

metode analisis isi (content analysis), yaitu

membandingkan hasil penelitian dengan

teori - teori yang ada di kepustakaan.

Pemeriksaan keabsahan data dengan triangulasi sumber dan triangulasi metode.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1 Indikator-indikator yang tidak tercapai sesuai SPM di Puskesmas Ondong

Berdasarkan hasil wawancara kepada Kepala Puskesmas Ondong dengan pertanyaan “Indikator mana sajakah dalam SPM yang tidak

dapat dilaksanakan?” diberikan penjelasan

seperti berikut ini “Indikator yang paling sulit

sih sebenarnya cuman dua, kalau secara gamblangnya. Yang pertama itu jumlah kelahiran itu rendah. Yang kedua ada yang tidak mencapai itu kalau tahun ini cuma ada 1 KLB itu rabies”. Semua indikator dilaksanakan,

hanya saja masalah terletak pada targetnya yang tidak sebanding karena Kabupaten Kepulauan berbeda dengan Kota dan Provinsi. Dapat

(4)

disimpulkan bahwa implementasi standar pelayanan minimal bidang kesehatan di Puskesmas Ondong belum terlaksana dengan baik karena ada beberapa indokator yang tidak mencapai target diantaranya komplikasi kebidanan yang ditangani, dan Desa/Kelurahan mengalami KLB rabies yang dilakukan penyelidikan epidemiologi. Selain kedua indikator tersebut, masalah yang ada terletak pada target capaian indikator SPM. Penetapan target capaian terlalu tinggi sehingga menyusahkan daerah Kabupaten/Kota untuk mengimbangi dengan Provinsi. Pelaksanaan standar pelayanan minimal diserahkan pada masing-masing daerah, karena melihat kemampuan pada setiap daerah yang berbeda namun pelaksanaannya tetap mengacu pada Permenkes No. 741 tahun 2008. Setiap daerah berhak menentukan presentase target yang sesuai dengan ketentuan yang telah di-Standar Pelayanan Minimal-kan, namun kebijakan Standar Pelayanan Minimal di daerah boleh ada yang berbeda disesuaikan dengan kebutuhan, karakteristik dan potensi daerah.

2 Faktor-faktor penghambat Implementasi SPM di Puskesmas Ondong

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada indikator yang tidak mencapai target SPM di Puskesmas Ondong diantaranya: komplikasi kebidanan yang ditangani, faktor penghambatnya adalah jumlah kelahiran rendah dan target capaian indikator terlalu tinggi. Indikator yang tidak mencapai target SPM di Puskesmas Ondong lainnya adalah

Desa/Kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies yang dilakukan penyelidikan epidemiologi, faktor penghambatnya berdasarkan hasil penelitian dengan wawancara kepada Kepala Puskesmas adalah pola-pola pikir masyarakat tentang pemeliharaan ternak, yang menjadi masalah itu seperti hewan anjing, ternak babi yang masih dipelihara di dalam halaman rumah. Hewan seperti anjing disayang dan dianggap anggota keluarga. Masalah yang ada ini akan di intervensi lewat perubahan paradigma, lewat memberikan masukan, atau mendekati masyarakat dan pasti pemerintah harus membuat regulasi yang jelas mengenai aturan ternak, selain itu harus ada kerjasama antara Pemerintah, Puskesmas dengan Dinas Peternakan setempat untuk melakukan vaksinasi anjing. Berdasarkan hasil penelitian dengan triangulasi metode didapatkan dari observasi bahwa masalah transportasi dan kurangnya prasarana seperti puskesmas keliling laut menjadi hambatan dalam mencapai indikator Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Ondong. Di wilayah kerja Puskesmas Ondong ada satu Pulau yang harus di tempuh menggunakan kapal kecil oleh karena itu penambahan puskesmas keliling laut berupa speedboat sangat dibutuhkan untuk menunjang pelayanan kesehatan. Masalah transportasi merupakan hal yang penting dalam akses pelayanan kesehatan untuk itu Pemerintah melalui Dinas Kesehatan memberikan bantuan Puskesmas keliling laut berupa speedboat namun kendala yang ada ditemukan pada sumberdaya manusia yang tidak berkompetensi

(5)

dan tidak memiliki sertifikat serta surat izin untuk mengemudikan speedboat. Dan saat ini

speedboat yang ada tidak dioperasionalkan

dengan baik karena selain tidak adanya sumberdaya manusia, Pemerintah Daerah tidak mampu membiayai Puskesmas keliling laut karena harga bahan bakar dan biaya perawatan serta pemeliharaanya sangat mahal. Masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan harus menunggu jadwal kapal laut yang melewati pulau tersebut menuju ke Ondong dan biasanya seminggu sekali jadwal kapal melewati pulau tersebut. Hambatan lainya juga terletak pada cuaca, untuk menjangkau pulau tersebut harus melihat cuaca, apabila cuaca baik maka diizinkan oleh syahbandar untuk melakukan perjalanan dengan kapal atau speedboat, apabila cuaca buruk maka tidak diizinkan adanya keberangkatan ke pulau tersebut. Karena pulau tersebut berada di laut lepas atau laut Pacific yang memiliki ombak tinggi pada musim-musim tertentu. Masalah sumberdaya manusia, transportasi dan cuaca menjadi hambatan dalam mencapai indikator Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Ondong. Hambatan lainnya yang ditemukan berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa tingkat evaluasi di Puskesmas masih rendah. Evaluasi dilakukan namun pencatatan, notulen dan tata cara saat melakukan evaluasi tidak ada. Manajemen evaluasi sangat dibutuhkan dan harus dilaksanakan pada periode dan waktu tertentu serta dibicarakan bersama. 3 Sumberdaya di Puskesmas Ondong

Hasil penelitian menunjukan bahwa sumberdaya manusia di Puskesmas Ondong masih kurang dan sangat di butuhkan tenaga bidan serta tenaga administrasi dan sarjana komputer untuk menunjang pelayanan kesehatan di Puskesmas Ondong. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di Puskesmas Ondong diketahui bahwa sumberdaya non manusia atau sarana-prasarana di Puskesmas Ondong masih diperlukan tambahan, gedung puskesmas masih perlu tambahan, dan direncanakan dalam waktu dekat, Puskesmas Ondong akan dibangun menjadi dua tingkat karena mempertimbangkan jumlah masyarakat dan Desa Ondong merupakan Ibukota Kabupaten Sitaro. Untuk prasarana seperti ambulans, umur kendaraan ambulans sudah lebih dari sepuluh tahun sehingga sudah memasuki masa pemeliharaan yang membutuhkan biaya operasional dan perawatan lebih serta diperbaiki apabila ada kerusakan. Dari hasil triangulasi sumber dengan mewawancarai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sitaro didapatkan bahwa untuk prasarana di daerah terpencil akan diupayakan penambahan puskesmas keliling.

4 Perilaku tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan berdasarkan Juknis SPM di Puskesmas Ondong

Berdasarkan hasil penelitian dengan mewawancarai Kepala Puskesmas Ondong, Kepala Tata Usaha Puskesmas Ondong, Dokter serta Perawat di Puskesmas Ondong didapatkan hasil bahwa perilaku dalam memberikan

(6)

pelayanan kesehatan di Puskesmas Ondong sudah berlangsung dengan baik sesuai dengan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal. Dibuktikan juga dengan triangulasi metode yaitu melakukan observasi di Puskesmas Ondong dengan melihat laporan yang dibuat Puskesmas Ondong, dan tidak adanya keluhan dari masyarakat tentang pelayanan kesehatan yang tidak baik di Puskesmas Ondong.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Implementasi standar pelayanan minimal bidang kesehatan di Puskesmas Ondong belum terlaksana dengan baik sesuai dengan Kebijakan Pemerintah perihal Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan di Indonesia (Permenkes No. 741 Tahun 2008) karena sesuai dengan petunjuk teknis SPM ada 18 Indikator yang harus tercapai, sedangkan di Puskesmas Ondong ada 2 indikator yang tidak mencapai target diantaranya komplikasi kebidanan yang ditangani, dan Desa/Kelurahan mengalami KLB rabies yang dilakukan penyelidikan epidemiologi.

2. Indikator yang tidak mencapai target SPM di Puskesmas Ondong diantaranya: komplikasi kebidanan yang ditangani, faktor penghambatnya adalah jumlah kelahiran rendah dan target indikator capaian terlalu tinggi. Indikator yang tidak

mencapai target SPM di Puskesmas Ondong lainnya adalah Desa/Kelurahan mengalami KLB rabies yang dilakukan penyelidikan epidemiologi, faktor penghambatnya adalah pola-pola pikir masyarakat tentang pemeliharaan ternak dan hewan anjing. Hambatan lainnya dalam mencapai target indikator Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Ondong adalah masalah transportasi, cuaca dan kurangnya prasarana seperti puskesmas keliling laut, serta sumberdaya manusia yang berkompetensi mengemudikan puskesmas keliling laut dan tingkat evaluasi di Puskesmas masih rendah.

3. Sumberdaya manusia di Puskesmas Ondong masih kurang dan sangat dibutuhkan tenaga bidan, tenaga administrasi serta sarjana komputer untuk menunjang pelayanan kesehatan di Puskesmas Ondong. Sumberdaya non manusia atau sarana-prasarana di Puskesmas Ondong masih diperlukan tambahan, untuk daerah terpencil Puskesmas mengupayakan penambahan Puskesmas keliling.

4. Perilaku dalam memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas Ondong sudah berlangsung dengan baik sesuai dengan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal.

(7)

1. Pelaksanaan standar pelayanan minimal

diserahkan pada masing-masing daerah,

karena melihat kemampuan pada setiap

daerah

yang

berbeda

namun

pelaksanaannya tetap mengacu pada

Peemenkes No. 741 tahun 2008. Setiap

daerah berhak menentukan presentase

target yang sesuai dengan ketentuan

yang

telah

di-Standar

Pelayanan

Minimal-kan, namun kebijakan Standar

Pelayanan Minimal di daerah boleh ada

yang

berbeda

disesuaikan

dengan

kebutuhan, karakteristik dan potensi

daerah.

2. Dibutuhkan intervensi lewat perubahan

paradigma masyarakat, atau mendekati

masyarakat dan bekerjasama dengan

Pemerintah dan Dinas Peternakan untuk

vaksinasi hewan anjing. Manajemen

evaluasi juga sangat dibutuhkan dan

harus dilaksanakan pada periode dan

waktu tertentu seperti evaluasi ditingkat

Puskesmas harus dilaksanakan setiap

minggu dan evaluasi di tingkat Dinas

Kesehatan dilakukan setiap bulan dan

hasil evaluasi dicatat untuk dievaluasi

kembali serta dibicarakan bersama.

3. Dibutuhkan

pelatihan

dan

pengembangan

serta

penambahan

tenaga

bidan

untuk

membantu

persalinan,

penambahan

tenaga

kesehatan seperti tenaga administrasi

dan sarjana komputer di Puskesmas

Ondong. Diperlukan juga kerjasama dan

koordinasi serta kesamaan persepri

antara Dinas Kesehatan kabupaten

Sitaro dan Puskesmas Ondong untuk

melakukan

pembangunan.

dan

mengupayakan penambahan prasrana

berupa puskesmas keliling laut dan

sumberdaya

manusia

yang

berkompetensi dan memiliki izin untuk

mengoperasionalkan puskesmas keliling

laut tersebut.

4. Kinerja Puskesmas tahun ini yang

sudah baik ditingkatkan lagi untuk

tahun-tahun kedepan.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous,

2008.

Juknis

SPM

Bid

Kesehatan. Jakarta: Biro Hukum dan

Organisasi Setjen Depkes RI.

Anonimous, 2008. Peraturan Menteri

Kesehatan

Nomor:

741/Menkes/Per/VII/2008

tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan.

Laksono, A. 2010. Standar Pelayanan

Minimal Kesehatan Sebuah Panduan

Formulasi

Di

Tingkat

Puskesmas/Kecamatan.

Surabaya:

Health Advocacy.

Notoatmodjo,

S.

2012.

Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Saryono, 2013.

Metodologi Penelitian

Kualitatif

dan Kuantitatif

dalam

Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha

Medika.

The Sphere Project, 2004. Humanitarian

Charter and Minimum Standards in

Disaster Response. Switzerland: The

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini telah menghasilkan produk media pembelajaran 3 dimensi pada materi polinasi dan fertilisasi tumbuhan berbiji yang memperoleh kriteria sangat layak dari

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi mengenahi perencanaan supervisi akademik kepala.. sekolah di SDN Pongangan berdasarkan uraian- uraian di atas dapat disimpulkan

Permasalahan yang terjadi adalah sistem pengelolaan saat ini untuk penyelenggaraan konferensi nasional tersebut masih bersifat konvensional, pendaftaran dilakukan dengan

Sebagaimana kita ketahui, bahwa identitas dan jati diri nasional adalah jati diri yang dimiliki oleh warga negara atau suku bangsa dari suatu negara. Jika demokrasi sebagai

Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa kelas 5 yang menggunakan metode simulasi dengan yang tidak menggunakan metode simulasi

Aplikasi Phymar C 117 dengan frekuensi 2 kali aplikasi menunjukkan peningkatan persentase kesembuhan tanaman jeruk yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan

Praktek pelacuran atau prostitusi dengan menggunakan media online, merupakan cara-cara baru dari cara yang selama ini berkembang dalam masyarakat.. Yakni terlokalisir

6HODLQ LQIUDVWUXNWXU MDODQ GLSHUOXNDQ LQIUDVWUXNWXU WUDQVSRUWDVL VHSHUWL SHPEDQJXQDQ GHUPDJD SHQ\HEHUDQJDQ GDQ NDSDO SHQ\HEHUDQJDQ XQWXN PHQJDQJNXW ZLVDWDZDQ VHUWD NHQGDUDDQ \DQJ