• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI EFEK JUS BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia Linn.) TERHADAP AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN M (IgM) DAN IMUNOGLOBULIN G (IgG) PADA MENCIT (Mus musculus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI EFEK JUS BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia Linn.) TERHADAP AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN M (IgM) DAN IMUNOGLOBULIN G (IgG) PADA MENCIT (Mus musculus)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

99

DAN IMUNOGLOBULIN G (IgG) PADA MENCIT (Mus musculus)

Novanita Cisilia Lantapi, Marianti A. Manggau, dan Gemini Alam

Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar

ABSTRAK

Mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) merupakan tumbuhan yang tumbuh luas didaerah tropis, dan buahnya sangat bermanfaat untuk pengobatan. Telah dilakukan penelitian efek jus buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) terhadap aktivitas Imunoglobulin M (IgM) dan Imuno-globulin G (IgG). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek jus buah mengkudu terhadap aktivitas Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG). Lima konsentrasi berbeda untuk jus buah mengkudu yaitu 0,05%, 0,1%, 0,15%, 0,2 %, dan 0,25 % yang diberikan secara peroral sebanyak 1 mL/30 g bobot badan mencit selama 5 hari yang sebelumnya setiap hewan diimunisasi dengan antigen sel darah merah domba (SDMD) 2% v/v secara intraperitoneal sebanyak 1 mL/30 g bobot badan mencit. Pengamatan aktivitas Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG) dilakukan pada hari keenam dan hari kesebelas dengan menggunakan metode hemaglutinasi titer antibodi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa jus buah mengkudu dapat me-ningkatkan aktivitas imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) yang lebih tinggi dari kelompok kontrol. Hasil analisis statistik dengan uji ANNOVA menunjukkan pengaruh pemberian jus yang nyata (p>0,05) untuk aktivitas imunoglobulin M (IgM) dan sangat nyata (p>0,01) untuk imunoglobulin G (IgG). Uji Beda Jarak Nyata Duncan menunjukkan bahwa konsentrasi jus 0,1% b/v menunjukkan efek paling tinggi

dibandingkan kelompok kontrol

..

Kata kunci : buah mengkudu, jus, imunoglobulin, mencit

PENDAHULUAN

Dewasa ini, salah satu metode yang di-kembangkan dalam dunia pengobatan adalah penggunaan obat tradisional dalam meningkatkan sistem imunitas tubuh. Ketika penyakit menyerang termasuk penyakit infeksi, maka sistem imunitas tubuh akan membunuh penyebab penyakit terse-but dengan mekanisme tidak langsung yaitu de-ngan cara meningkatkan ketahanan sel. Ini meru-pakan salah satu alasan untuk meningkatkan sistem imun pasien (1).

Mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) adalah tumbuhan dari famili Rubiaceae. Tanaman ini tum-buh hampir di seluruh wilayah kepulauan Indone-sia. Umumnya tanaman ini tumbuh liar di pantai, ladang, hutan, atau sengaja ditanam orang di pekarangan sebagai tanaman sayur atau tanaman obat (2).

Mengkudu mempunyai berbagai khasiat penyembuhan terhadap berbagai penyakit dege-neratif seperti tumor dan kanker. Masyarakat menggunakannya sebagai obat demam. Di Filipina daun mengkudu dipakai sebagai obat antiartritis. Di Vietnam, buahnya untuk mengobati disentri dan flu. Secara empiris mengkudu bisa meningkatkan daya tahan tubuh, respon imun orang yang meng-konsumsi buah mengkudu mengalami beberapa perubahan signifikan : meningkatkan populasi

lim-fosit T, makrofag, dan aktivitas limlim-fosit. Respon makrofag yang meningkat mendorong fungsi fago-sitosis terhadap bakteri juga meningkat (3).

Buah mengkudu mengandung xeronin – zat yang mengaktifkan fungsi kekebalan tubuh, polisakarida (asam glukoronat) dan glikosida yang bermanfaat sebagai imunostimulan, antikanker, dan antibakteri (2).

Hasil penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa jus buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) secara invitro dengan konsentrasi 1,5 mg/mL da-pat meningkatkan aktivitas imunomodulator pada mencit (4). Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan polisakarida dari buah meng-kudu kemungkinan dapat menekan pertumbuhan tumor melalui pengaktifan sistem kekebalan tubuh inang (5).

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perlu dibuktikan adanya pengaruh jus buah mengkudu pada mencit (Mus musculus) jantan ter-hadap aktivitas IgG dan IgM. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek jus buah mengkudu berefek sebagai imunomodulator khususnya ter-hadap aktivitas imunoglobulin G dan imunoglobulin M pada mencit jantan (Mus musculus).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode hemaglutinasi, yaitu antibodi diinduksi dengan antigen dengan sel darah merah domba (SDMD), 24 jam setelah diinduksi dilakukan

(2)

pemberian jus selama 5 hari berturut-turut untuk pengamatan IgM dan untuk IgG dilakukan pem-berian jus 10 hari berturut-turut. Efek imunomodul-ator diamati dari terjadinya aglutinasi pada serial pengenceran serum (mengandung antibodi) saat sel darah merah domba (SDMD) ditambahkan kembali dalam sumur mikrotiter (6,7)

.

METODE PENELITIAN

Pengambilan dan Penyiapan Sampel

Sampel buah mengkudu matang dengan panjang lebih kurang 7 cm, diameter lebih kurang 4 cm, bobot lebih kurang 40 g, bentuk bulat pan-jang/oval dikumpulkan, dicuci dengan air bersih, kemudian ditiriskan dan dipotong-potong kecil. Setelah itu, dimasukkan ke dalam alat pembuat jus (juicer) untuk dibuat jus dengan konsentrasi 0,05, 0,1, 0,15, 0,2, dan 0,25 %.

Untuk membuat jus 0,05 %, sebanyak 0,05 gram jus buah mengkudu dicukupkan dengan aquadest higga 100 mL di dalam labu tentukur. Jus mengkudu 0,05% setara dengan 0,5 mg/mL.

Untuk membuat jus 0,1 %, sebanyak 0,1 gram jus buah mengkudu dicukupkan dengan aquadest hingga 100 mL di dalam labu tentukur. Jus mengkudu 0,1% setara dengan 1mg/mL.

Untuk membuat jus 0,15 %, sebanyak 0,15 gram jus buah mengkudu dicukupkan dengan aquadest hingga 100 mL di dalam labu tentukur. Jus mengkudu 0,15% setara dengan 1,5 mg/mL.

Untuk membuat jus 0,2 %, sebanyak 0,2 gram jus buah mengkudu dicukupkan dengan aquadest hingga 100 mL di dalam labu tentukur. Jus mengkudu 0,2% setara dengan 2 mg/mL.

Untuk membuat jus 0,25 %, sebanyak 0,25 gram jus buah mengkudu dicukupkan dengan aquadest hingga 100 mL di dalam labu tentukur. Jus mengkudu 0,25% setara dengan 2,5 mg/mL.

Penyiapan Phosphat Buffred Saline (PBS) (7)

Phosphat Buffered Saline (PBS) dibuat dengan cara mencampurkan larutan I yaitu larutan NaH2PO4 1,3 g/l dan NaCl 8,3 g/l sebanyak 280 ml

dengan larutan II yaitu larutan NaH2PO4 1,42 g/l

dan NaCl 8,5 g/l sebanyak 720 mL sampai di-peroleh PBS dengan pH 7,2.

Penyiapan Suspensi Sel Darah Merah Domba (SDMD) 2 % (6)

Sebanyak 1 mL darah domba ditampung dalam tabung yang bersih dan telah dikeringkan yang berisi dengan 1 mg EDTA yang berfungsi sebagai antikoagulan. Kemudian disentrifus pada kecepatan 1500 rpm untuk memisahkan sel darah merah domba (SDMD) dari plasmanya. Sel darah merah domba yang didapatkan dicuci dengan PBS dalam tabung, lalu tabung tersebut dibolak-balik beberapa kali, kemudian disentrifus kembali.

Pencucian dilakukan paling sedikit 3 kali. Setelah disentrifus, PBS dipisahkan sehingga yang ter-tinggal adalah SDMD 100%, lalu ditambahkan lagi PBS dengan jumlah yang sama hingga diperoleh suspensi SDMD 50%, kemudian sebanyak 0,4 mL diencerkan dengan 9,6 mL PBS hingga diperoleh suspensi antigen dengan konsentrasi SDMD 2 % v/v.

Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji (6,8)

Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan (Mus musculus) yang sehat dengan bobot badan 20 – 30 g, sebanyak 6 ekor yang masing-masing akan diberi perlakuan yang. Perlakuan 1 adalah pemberian air suling sebagai kontrol, perlakuan 2 adalah pemberian jus buah mengkudu 0,05%, perlakuan 3 dengan jus 0,1%, perlakuan 4 dengan jus 0,15%, perlakuan 5 dengan jus 0,2%, dan perlakuan 6 dengan jus 0,25%.

Pemberian Perlakuan Pada Hewan Uji (6)

Mula-mula mencit diimunisasi secara intra-peritoneal dengan SDMD 2 % sebanyak 1 mL. Selanjutnya masing-masing diberi sediaan seperti di atas dengan volume 1 ml per 30 gram bobot badan secara oral setiap hari selama 5 hari untuk pengamatan terhadap IgM dan 10 hari untuk IgG. Pada hari ke-6, darah mencit jantan diambil secara intrakardiak untuk mengetahui aktivitas IgM, dan pada hari ke-11, darah mencit jantan diambil untuk mengetahui aktivitas IgG.

Cuplikan darah dibiarkan membeku/meng-gumpal pada suhu kamar selama 2 jam, lalu di-sentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit dan diambil serumnya (supernatan).

Uji Hemaglutinasi (6)

Serum yang diperoleh lalu diencerkan secara “double dilution” dengan PBS dengan perbandingan 1/4, 1/8, 1/16, 1/32, 1/64, 1/128, 1/256, dan 1/512. Dari masing-masing perbanding-an ini dipipet sebperbanding-anyak 50 µL ke dalam 8 sumur piring mikrotiter (well plate 96) untuk setiap kon-sentrasi jus buah mengkudu, setelah itu ditambah-kan 50 µL suspensi sel darah merah domba 2 % pada setiap sumur dan digoyang-goyang selama 5 menit agar homogen. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37ºC selama 60 menit dan didiamkan 24 jam pada suhu kamar. Setelah itu, dilakukan peng-amatan pengenceran tertinggi dari setiap serum darah mencit jantan yang masih dapat meng-aglutinasi sel darah merah domba.

Pengumpulan dan Analisis Data (9)

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan pengenceran tertinggi serum darah mencit jantan yang masih menunjukkan aglutinasi dari sel darah merah domba dikumpulkan dan dikonversi dengan menggunakan rumus [2log(titer)+1]. Selanjutnya,

(3)

data dianalisis secara statistik dengan rancangan acak lengkap (RAL) dan diteruskan dengan Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data uji aktivitas imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) sebelum dan setelah pemberian jus buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) 0,05%, 0,1%, 0,15%, 0,2%, dan 0,25% berdasarkan titer imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) pada mencit jantan setelah diberikan SDMD 2% v/v disajikan pada tabel 1.

Immunoglobulin (antibodi) merupakan mo-lekul yang dihasilkan oleh limfosit B dan makrofag yang dirangsang oleh antigen asing. Antigen yang digunakan untuk diinduksi produksi antibodi adalah sel darah merah domba (SDMD) yang merupakan imunogen, yaitu antigen yang berasal dari gen spesies lain. SDMD merupakan antigen polivalen yang merupakan protein dengan determinan po-tensial yang lebih besar dibandingkan dengan anti-gen monovalen. Semakin asing antianti-gen yang di-gunakan, semakin efektif ia menimbulkan respon imun. Antigen ini diinjeksikan ke tubuh mencit se-cara intraperitoneal sebelum diberi jus. Imunisasi ini dimaksudkan untuk memberikan respon imun pada hewan coba. Setelah satu hari, mencit diberi jus buah mengkudu 0,05% b/v, 0,1% b/v, 0,15% b/v, 0,2% b/v, dan 0,25% b/v secara oral selama 5 hari berturut-turut karena dosis yang diberikan adalah dosis pemeliharaan (7).

Pada hari ke-6, atau 5 hari setelah induksi SDMD, darah mencit diambil secara intrakardiak untuk mengamati aktivitas IgM dan hari ke-11 untuk IgG. Selama kurun waktu tersebut, diharap-kan telah terjadi sensitasi sel B yang adiharap-kan ber-proliferasi, berdiferensiasi dan berkembang men-jadi sel plasma yang memproduksi antibodi yaitu IgM dan IgG (10).

IgM merupakan imunoglobulin yang per-tama kali diproduksi sebagai respon imun terhadap antigen yang diikuti pengalihan ke produksi IgG atau antibodi kelas lain. Hal ini tergantung dari sinyal sel Th yang memerlukan ikatan dengan li-gan CD40 (CD154) di permukaan sel T, dan de-ngan CD40 di sel B. Di samping itu, sitokin yang diproduksi sel T berpengaruh terhadap gen regio konstan yang menimbulkan pengalihan kelas (10).

Pada penelitian ini, tanaman yang diguna-kan adalah buah mengkudu. Mengkudu (Morinda citrifolia L.) termasuk jenis kopi-kopian yang dapat tumbuh di dataran rendah sampai tinggi. Meng-kudu merupakan tumbuhan asli Indonesia dengan habitus perdu, sistem akar tunggang, daun tunggal berseling berhadapan, ada daun penumpu, per-tulangan daun menyirip, bangun daun bulat telur lebar sampai bentuk ellips, ujung daunnya runcing, permukaan daun bagian atas licin mengkilat. Bunga bongkol majemuk berbenjol-benjol tidak teratur, daging buah berwarna putih jika sudah tua.

Pada penelitian ini, sampel buah mengku-du (Morinda citrifolia L.) yang diperoleh dicuci ke-mudian ditiriskan dan dipotong-potong kecil. Sete-lah itu, dimasukkan ke dalam alat pembuat jus (juicer) dengan konsentrasi 0,05%, 0,1 %, 0,15%, 0,2%, dan 0,25%. Tujuan dilakukan pengamatan terhadap jus buah mengkudu ini adalah untuk me-ngetahui aktivitas buah mengkudu (Morinda citri-folia L.) terhadap imunoglobulin M (IgM) dan imu-noglobulin G (IgG) yang telah digunakan secara empiris oleh masyarakat sejak lama.

Hewan coba yang digunakan adalah men-cit jantan karena informasi menyatakan bahwa banyak penelitian toksikologi menggunakan men-cit. Dipilih mencit jantan, karena tidak dipengaruhi oleh siklus hormonal, yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Hasil penelitian dipengaruhi juga oleh variasi biologik hewan coba, misalnya jenis, berat bobot badan, umur, jenis kelamin, dan kon-disi lingkungan (7,8).

Pengujian terhadap serum darah mencit dilakukan dengan menambahkan antigen yang sama yaitu sel darah merah domba. Interaksi anta-ra antigen dengan antibodi menyebabkan terjadi-nya reaksi sekunder, yaitu berupa aglutinasi atau presipitasi sebab antigen merupakan partikel-partikel kecil yang tidak larut (10). Gumpalan yang terbentuk antara antigen dan anti serum spesifik akan bersatu dan akhirnya mengendap sebagai gumpalan-gumpalan besar dan mudah terlihat dengan cairan di atasnya tetap jernih. Hal ini ter-jadi karena pada umumnya antibodi memiliki lebih dari satu reseptor pengikat antigen sehingga anti-bodi bereaksi dengan molekul antigen lain yang mungkin sudah berikatan dengan salah satu mole-kul antibodi dan terbentuklah gumpalan.

Pencampuran serum dengan antigen di-buat dalam pelarut PBS (NaCl dalam buffer fosfat) dengan pH 7,2 yang dianggap baik adalah pH netral, yaitu antara 6 - 7,5. pH sebaiknya tidak kurang dari 6 dan tidak lebih dari 8,6 menye-babkan kompleks antigen-antibodi mudah berdiso-siasi sehingga tidak terjadi aglutinasi. Selanjutnya, dilakukan pengadukan (“shaker”) serta inkubasi selama 1 jam sebelum dibiarkan selama 1x24 jam pada suhu kamar. Hal ini dilakukan karena reaksi aglutinasi baru dapat terjadi bila rasio antara antigen dan antibodi seimbang (10), sehingga ter-bentuk zona ekuivalen, dibantu oleh suhu yang tinggi (37 - 56oC) dan oleh gerakan yang menam-bah kontak antigen dan antibodi (misalnya mengo-cok, mengaduk dan memutar) serta ber-kumpulnya gumpalan memerlukan garam-garam yang berasal dari PBS yang digunakan (6).

Pengamatan aktivitas imunoglobulin dila-kukan dengan melihat titer antibodi yaitu peng-enceran tertinggi dari larutan yang masih menun-jukkan reaksi aglutinasi. Hasil perhitungan dengan mengkonversi nilai titer antibodi dengan rumus [2 log (titer) + 1]. Hasil perhitungan digambarkan dalam grafik perbandingan titer antara perlakuan seperti pada gambar 1.

(4)

Tabel 1. Data Titer* Imunoglobulin Setelah Pemberian Jus Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

R

e

p

lika

si Konsentrasi Pemberian dan Tipe Ig

0,05% 0,1% 0,15% 0,2% 0,25% Kontrol

IgM IgG IgM IgG IgM IgG IgM IgG IgM IgG IgM IgG

1 1/64 1/16 1/128 1/64 1/128 1/32 1/32 1/16 1/8 1/8 1/8 1/8

2 1/64 1/32 1/256 1/128 1/64 1/64 1/16 1/8 1/16 1/4 1/4 1/8

3 1/32 1/32 1/256 1/128 1/128 1/64 1/32 1/16 1/16 1/4 1/4 1/4

Ket : * titer immunoglobulin merupakan pengenceran tertinggi yang masih dapat mengaglutinasikan antigen.

Gambar 1. Profil Aktivitas Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG) pada Mencit Setelah Pemberian Jus Buah Mengkudu

Pada gambar 1 di atas, terlihat adanya pe-ningkatan aktivitas imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) optimum pada kelompok perlakuan yang diberi jus buah mengkudu 0,1% b/v jika dibandingkan dengan kontrol negatif yang hanya diberi air suling, sehingga dapat disimpul-kan bahwa peningkatan konsentrasi hingga 0,1% menunjukkan peningkatan aktivitas imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG). Hal ini diduga karena senyawa aktif sebagai imunostimulator telah mencapai puncaknya pada konsentrasi jus buah mengkudu 0,1% b/v. Ini telah dibuktikan bah-wa salah satu kandungan buah mengkudu yaitu alkaloid dapat mengaktifkan sistem kekebalan tu-buh dengan telah dilakukannya uji identifikasi ter-hadap kandungan buah mengkudu dengan cara

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan mengguna-kan 2 eluen yang berbeda yaitu Hexan : Etil asetat = 1 : 3 dan Kloroform : Metanol = 1 : 3 yang diper-oleh bahwa buah mengkudu mengandung senya-wa nonpolar yaitu alkaloid (2). Namun, pada kon-sentrasi 0,25% b/v diduga reaksi aglutinasi tidak terjadi karena perbandingan antara antigen dan antibodi tidak seimbang. Perbandingan antigen dan antibodi merupakan faktor terpenting dalam reaksi presipitasi. Pembentukan presipitat terjadi apabila antara kon-sentrasi antigen dan antibodi terjadi keseimbangan. Kondisi antigen berlebihan akan mengakibatkan melarutnya kembali kompleks yang terbentuk, sedangkan antibodi berlebihan menyebabkan kompleks antigen-antibodi tetap ada dalam larutan tanpa membentuk presipitat (6). 2,41 1,81 3,61 3,01 3,01 2,41 1,81 1,21 1,21 0,40 0,61 0,61 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 IgM IgG perlakuan 0,05% perlakuan 0,10% perlakuan 0,15% perlakuan 0,20% perlakuan 0,25% perlakuan kontrol

Ti te r an ti b od i*

(5)

Pada penelitian ini, metode analisis statis-tik yang digunakan adalah metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) karena media atau bahan percobaan “seragam” karena hanya ada satu sum-ber keragaman, yaitu perlakuan (disamping penga-ruh acak).

Berdasarkan analisis statistika dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan Analisis Sidik Ragam (ASR) mem-perlihatkan bahwa pemberian jus buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) memberikan pengaruh yang sangat nyata (p>0,01) terhadap peningkatan aktiv-itas Imunoglobulin M (IgM) dan aktivaktiv-itas imuno-globulin G (IgG). Analisis antarperlakuan dilakukan dengan metode Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND). Hasil yang diperoleh menunjukkan semua kelompok perlakuan berbeda nyata terhadap kon-trol negatif, dan hasil optimum adalah kelompok yang diberi jus dengan konsentrasi 0,1%.

Pada pengamatan aktivitas imunoglobulin G (IgG) menunjukkan konsentrasi jus buah meng-kudu 0,05 – 0,2 % b/v memiliki efek terhadap aktivitas IgG bila dibandingkan dengan kontrol, na-mun besarannya berbeda satu sama lain, dan kon-sentrasi 0,1 % b/v memberikan efek yang paling besar. Konsentrasi tertinggi, 0,25% tidak memberi-kan efek yang nyata bila dibandingmemberi-kan dengan kontrol.

Pada pengamatan aktivitas imunoglobulin M (Ig) menunjukkan konsentrasi jus buah meng-kudu 0,05 – 0,25 % b/v memiliki efek terhadap aktivitas IgM bila dibandingkan dengan kontrol, namun besarannya berbeda satu sama lain, dan konsentrasi 0,1 % b/v memberikan efek yang pa-ling besar, dan efek terendah diberikan oleh kon-sentrasi tertinggi 0,25%.

Dari hasil ini berarti terjadi peningkatan aktivitas imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) dengan pemberian jus buah mengkudu dengan konsentrasi 0,1% adalah konsentrasi yang paling baik jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Jus mengkudu 0,1% setara dengan 1 mg/mL pada mencit dan jika dikonversi ke dosis manusia 387,9 mg/mL/ 70 kg BB.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka disimpul-kan bahwa :

1. Jus buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) pada konsentrasi 0,05%, 0,1%, 0,15%, 0,2%, dan 0,25% dapat meningkatkan aktivitas imunoglobulin M (IgM) dan immunoglobulin G (IgG)

2. Jus buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) pada konsentrasi 0,1% b/v menunjukkan ke-mampuan tertinggi dalam meningkatkan aktiv-itas immunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) jika dibandingkan dengan konsentrasi 0,05%, 0,15%, 0,2%, 0,25%, dan kelompok kontrol.

DAFTAR PUSTAKA

1. Winarno, M., 2000. Pengaruh Aktivitas Biologik Jus Benalu Teh (Scrulla atropurpurea Bl. Danser) terhadap Aktivitas Sistem Imun Mencit. Cermin Dunia Kedokteran [CDK]. 2000. [7 Februari 2010] Vol.1.No.127 [4 Screen]. hal.1 2. Neil, S., 1998. Noni Nature’s Amazing Healer.

Woodland Publ. Pleasant Grove. Utah. diakses 1 Mei 2010.

3. Anonim. 2009. Herbal Indonesia Berkhasiat. PT.Trubus Swadaya. Jakarta. hal.126-130. 4. Palu, A.K., Kim, A.H., West, B.J., Deng, S.,

Jensen, J., and White, L., 2007. The Effect Morinda cirifolia Linn. (noni) on the immune system: its molecular mechanisms of action. J. Ethnopharmacol. 2008 Feb 12; 115 (3) : 502-6. 2007 Oct 24.

5. Hirazumi, A. and Furusawa, E., An immunomo-dulatory polysaccharide-rich substance from the fruit juice of Morinda citrifolia (noni) with antitumor activity. Phytother. Res. 1999 Aug; 13 (5):380-7.

6. Kresno, S.B. 2004. IMUNOLOGI : Diagnosa dan Prosedur Laboratorium, Ed.4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. hal. 4-5, 7, 11-12, 15-16, 44-47, 53-54, 408-409. 7. Endjo, D., 2003. Mengkudu (Morinda citrifolia L)

Tanaman Obat Potensial. Perkembangan

Teknologi. Vol. XV No.1. hal 20.

8. Malole, M.B.M. dan Pramono, C.S.U., 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di La-boratorium. Departemen Pendidikan dan Kebu-dayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antara. Institut Pertanian Bogor. Bogor. hal.65-6.

9. Sastrosupad, A., 1995. Rancangan Percobaan Praktis untuk Bidang Pertanian. Cet.1, Kani-sius. Yogyakarta.

10. Bratawijaya, K., 2006. Imunologi Dasar. Ed.7. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. hal. 6-27, 73, 76, 78, 82.

(6)

Gambar

Gambar  1.  Profil  Aktivitas  Imunoglobulin  M  (IgM)  dan  Imunoglobulin  G  (IgG)  pada  Mencit  Setelah  Pemberian Jus Buah Mengkudu

Referensi

Dokumen terkait

Anemia gizi adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang normal, sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa makanan essensial (protein, besi, asam

Setelah diterapkannya metode pembelajaran Pair Check pada mata pelajaran IPA kelas V SDN 5 Kediri Selatan dapat dikatakan berhasil meningkatkan hasil belajar

Rendahnya aktivitas enzim invertase dan protease, yang masing-masing di dalam tubuh serangga memiliki fungsi memecah molekul sukrosa dan protein yang terkandung dalam pakan

Dari berbagai pembahasan yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa didalam tanggung jawab pengangkut atas kerusakan barang tersebut diwujudkan melalui

Peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari perolehan nilai LKS dan evaluasi.Pada kelas eksperimen LKS yang diberikan adalah LKS komik, sedangkan pada

Menurut Turner, liminalitas yang penuh ambiguitas itu pada akhirnya akan memberi perspektif sendiri dalam kehidupan seseorang dalam masyarakat. Pertama , di

Jika dibandingkan dari persyaratan CPOB:2006 yang mensyaratkan bahwa jumlah pertukaran udara kelas B minimal adalah 20 kali setiap jamnya, maka data yang didapatkan dari