• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SISTEM PERTUKARAN UDARA CLEAN ROOM DI PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA-BATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SISTEM PERTUKARAN UDARA CLEAN ROOM DI PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA-BATAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SISTEM PERTUKARAN UDARA

CLEAN ROOM

DI

PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA-BATAN

Muhammad Subhan, Wayan Widiana, dan Mulyono PRR- BATAN, Kawasan Puspiptek Serpong

e-mail: m.subhan@batan.go.id

ABSTRAK

Salah satu syarat pada laboratorium farmasi yaitu memiliki sistem pertukaran udara yang baik. Karena sistem pertukaran udara akan sangat mempengaruhi hasil produk yang diproses di laboratorium. Pusat Radioisotop Radiofarmaka (PRR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) memiliki laboratorium farmasi yang digunakan untuk produksi kit Radiofarmaka yang disebut dengan clean room (ruang bersih). Kualifikasi sistem pertukaran udara clean room di PRR harus sesuai dengan persyaratan CPOB:2006. Oleh karena itu dibutuhkan suatu analisis mengenai sistem pertukaran udara clean room agar didapatkan data teknis maupun data non teknis sehingga diharapkan data-data tersebut dapat digunakan untuk membantu kualifikasi clean room. Dari hasil analisis diperoleh nilai pertukaran udara dan jumlah partikel kelas A, kelas B, dan kelas C telah sesuai dengan persyaratan CPOB:2006.

Kata kunci: pertukaran udara, clean room, HEPA filter

ABSTRACT

One of the requirements in the pharmaceutical laboratory that has good air

exchange system. Because the air exchange system will greatly affect the

outcome

of

laboratory

processed

products.

Radioisotope

Center

radiopharmaceutical (PRR) of the National Nuclear Energy Agency (BATAN)

having the pharmaceutical laboratory that is used for the production of

radiopharmaceutical kits called a clean room (clean room). Qualification

system in clean room air exchanges must comply with the requirements of PRR

GMP: 2006. Therefore required an analysis of the clean room air exchange

system for technical data and non technical data so hopefully these data can be

used to assist qualified clean room.

Values obtained from analysis of air

exchange and particle number of class A, class B and class C in accordance

with the requirements of GMP: 2006.

Key words:

Air exchange, clean room, HEPA filter

PENDAHULUAN

usat Radioisotop dan Radiofarmaka Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah menjalin kerjasama dengan industri farmasi seperti PT. KIMIA FARMA untuk memproduksi kit radiofarmaka yang digunakan dalam bidang kesehatan. Untuk menjamin mutu produk radiofarmaka tersebut Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka memiliki laboratorium khusus yang disebut clean room (ruang bersih) sebagai fasilitas

ruang yang digunakan untuk proses[1]. Clean room adalah suatu ruangan yang digunakan dalam proses pembuatan obat-obatan yang memiliki tingkat rendah lingkungan polutan seperti debu, udara mikroba, aerosol partikel dan uap kimia. Lebih jelasnya, clean room memiliki tingkatan pengawasan kontaminasi yang ditentukan oleh jumlah partikel per meter kubik pada ukuran partikel tertentu. Clean room dirancang sebagai ruang aseptik yang harus memenuhi persyaratan kualifikasi standar CPOB:2006 [2]. Ruang aseptik

(2)

tersebut sangat dipengaruhi oleh sistem pertukaran udara. Kualifikasi sistem pertukaran udara clean room di PRR harus sesuai dengan persyaratan CPOB:2006. Oleh karena itu dibutuhkan suatu analisis mengenai sistem pertukaran udara clean room agar didapatkan data teknis maupun data non teknis sehingga diharapkan data-data tersebut dapat digunakan untuk membantu kualifikasi clean room. Pada Gambar 1 ditampilkan clean room yang dimiliki oleh PRR.

Gambar 1. Clean room yang dimiliki PRR Secara umum clean room dibagi menjadi 4 klasifikasi yaitu:

Kelas A

Zona untuk kegiatan yang beresiko tinggi, misal zona pengisian, wadah katup tutup karet, ampul dan vial terbuka, penyambungan secara aseptis. Dengan jumlah pertukaran udara minimal adalah 120 kali setiap jamnya.

Kelas B

Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, kelas ini adalah lingkungan latar belakang untuk zona kelas A dengan jumlah pertukaran udara minimal adalah 20 kali setiap jamnya.

Kelas C dan D

Area bersih untuk melakukan tahap pembuatan produk steril dengan tingkat resiko lebih rendah. Sedangkan jumlah pertukaran udara yang di izinkan minimal adalah 20 kali setiap jamnya [3]. TATA KERJA

Peralatan

Alat yang digunakan adalah Flow meter tipe LCA 6000 digunakan untuk mengukur laju aliran udara. Meteran tipe XP tool digunakan untuk mengukur dimensi setiap ruangan dan dimensi peralatan. Particle counter tipe GEO Handheld Laser digunakan untuk mengukur jumlah partikel udara.

Cara Kerja

Pengukuran Kecepatan aliran udara

Dilakukan 3 kali pengukuran pada 3 titik permukaan setiap HEPA filter. Titik yang diukur kecepatannya pada HEPA filter ditampilkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Titik pengukuran kecepatan aliran udara pada HEPA filter

Perhitungan Debit Aliran Udara

Perhitungan debit aliran dilakukan dengan menggunakan rumus :

Q = A x 

Q adalah debit aliran udara [m3/h] A adalah luasan HEPA filter [m2]  adalah kecepatan aliran udara [m/s] Perhitungan Jumlah Pertukaran Udara

Dilakukan pengukuran volume benda dan volume ruangan. Hasil pengukuran dimasukan ke dalam rumus:

Volume balok = PxLxT

Untuk perhitungan jumlah pertukaran udara menggunakan rumus [4] :

dengan Q adalah debit aliran udara [m3/h] , Volume ruang kelas B adalah volume total ruang dikurangi volume benda [m3].

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan jumlah pertukaran udara kelas A

Hasil pengukuran laju aliran udara ditampilkan pada Tabel 1 sedangkan titik-titik pengukuran kecepatan aliran udara ditampilkan pada Gambar 3

(3)

Gambar 3. Titik pengukuran

Tabel 1. Hasil pengukuran kecepatan udara pada setiap titik di HEPA filter

v1 v 2 v 3 v 4 v 5 v6 V rerata 0,28 0,28 0,32 0,29 0,3 0,31 0,303 Tabel 2. Perhitungan debit aliran udara pada ruang

kelas A

Q [m3/h] V [m3] Jumlah Pertukaran udara [m3/h]

775,8 2,594 300

Volume ruang pada kelas A yang akan diukur jumlah pertukaran udaranya ditampilkan pada Gambar 4 :

Gambar 4. Volume ruang kelas A Tabel 3. Jumlah pertukaran udara kelas A A [m2] v [m/s] Q [m3/h]

0,743 0,303 775,8

Dari Tabel 3. diperoleh jumlah pertukaran udara kelas A sebesar 300 kali setiap jamnya. Jika dibandingkan dengan persyaratan CPOB:2006 yang mensyaratkan bahwa jumlah pertukaran udara kelas

A minimal adalah 120 kali setiap jamnya, maka data yang didapatkan dari perhitungan ini telah sesuai dengan kualifikasi CPOB:2006.

Perhitungan jumlah pertukaran udara kelas B

Hasil pengukuran laju aliran udara ditampilkan pada Tabel 4. sedangkan titik-titik pengukuran kecepatan aliran udara ditampilkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Tititk-titik pengukuran pada setiap HEPA filter pada ruang kelas B

Ukuran volume ruang kelas B yang akan diukur jumlah pertukaran udaranya di tampilkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Ukuran volume ruang kelas B yang akan diukur jumlah pertukaran udaranya Perhitungan setiap volume benda pada ruang kelas B ditampilkan pada Tabel 6 dan dari Tabel 6 dapat diperoleh volume ruang yang akan diukur pertukaran udaranya dengan mengurangi volume total kelas B dengan volume total benda kelas B. Sedangkan pada Tabel 7 ditampilkan hasil dari pengurangannya.

(4)

Tabel 4. Hasil Pengukuran kecepatan aliran udara di ruang kelas B

Nama Kecepatan aliran udara [m/s] Nama Kecepatan aliran udara [m/s]

HEPA 1 0,55 HEPA 4 0,63 0,6 0,77 0.69 0,4 rerata 0,613 rerata 0,6 HEPA 2 0,84 HEPA 5 0,86 1,05 0,99 1,13 0,72 rerata 1,006 rerata 0,86 HEPA 3 0,39 HEPA 6 0,5 0,49 0,4 0,63 0,54 rerata 0,503 rerata 0,48

Tabel 5. Hasil perhitungan debit aliran udara diruang kelas B

Nama Luasan HEPA, A [m2] Kecepatan aliran udara, v [m/s] Debit, Q [m3/s]

HEPA 1 0,3716 0,613 0,2341 HEPA 2 0,3716 1,006 0,3965 HEPA 3 0,3716 0,503 0,1869 HEPA 4 0,3716 0,6 0,2229 HEPA 5 0,3716 0,86 0,3196 HEPA 6 0,3716 0,48 0,718

Total debit perdetik 1,5384 [m3/s]

Total debit perjam 5538,3264 [m3/h]

Tabel 6. Ukuran volume benda pada kelas B

NAMA Panjang [cm] Lebar [cm] Tinggi [cm] Volume [cm3] Volume, [m3]

V1 476 170 109 8820280 8,8203 V2 170 155 109 2872150 2,87215 V5 34 29 108 106488 2,3795 V6 387 90 93 3239190 3,2392 V7 218 89 93 1804386 1,8044 VHAF 135 93 110 1381050 1,38105 VLAF 140 96 71 954240 0,9542 V3 = V4 2379456 2,3795 V benda 23828 23,8303 V total kelas B 50170400 50,1704

(5)

Tabel 7. Hasil pengurangan volume total kelas B dengan volume total benda kelas B Volume total kelas B Volume total benda kelas B Volume ruang kelas B

50,1704 [m3] 23,8303 [m3] 26,17 [m3]

Tabel 8. Jumlah pertukaran udara kelas B

Q [m3/h] Volume ruang [m3] Jumlah pertukaran udara [m3/h]

5538,3264 26,17 212

Tabel 9. Hasil pengukuran laju aliran udara kelas C

Nama Kecepatan aliran udara, [m/s] Nama Kecepatan aliran udara, [m/s]

HEPA 1 1,15 HEPA 2 0,91 0,94 0,91 0,86 0,61 rerata 0,983 rerata 0,81

Tabel 10. Hasil perhitungan debit ruang kelas C

Nama Luasan HEPA, A [m2] Kecepatan aliran udara, v [m/s] Debit Q [m3/s]

HEPA 1 0,3716 0,983 0,3653

HEPA 2 0,3716 0,81 0,3

rerata debit 0,6663 [m3/s]

2398,68 [m3/h] Dari Tabel 8 terlihat jumlah pertukaran

udara kelas B sebesar 212 kali setiap jamnya. Jika dibandingkan dari persyaratan CPOB:2006 yang mensyaratkan bahwa jumlah pertukaran udara kelas B minimal adalah 20 kali setiap jamnya, maka data yang didapatkan dari perhitungan ini telah sesuai dengan kualifikasi CPOB:2006.

Perhitungan jumlah pertukaran udara standar kelas C

Hasil pengukuran laju aliran udara ditampilkan pada Tabel 9, sedangkan titik-titik pengukuran kecepatan aliran udara ditampilkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Tititk-titik pengukuran pada setiap HEPA filter ruang kelas C

Gambar 8. Ruang kelas C

Ukuran volume ruang kelas C yang akan diukur jumlah pertukaran udaranya di tampilkan pada Gambar 8. Perhitungan setiap volume benda pada ruang kelas C ditampilkan pada Tabel 11 dan dari Tabel 11 dapat diperoleh volume ruang yang akan diukur pertukaran udaranya dengan mengurangi volume total kelas C dengan volume total benda kelas C, sedangkan pada Tabel 12 ditampilkan hasil dari pengurangannya

(6)

Tabel 11. Ukuran volume benda pada kelas C

NAMA P [cm] L [cm] T [cm] V [cm3] V [m3]

Volume lemari 92 46 183 774456 0,7744

Volume pass box 67 33 60 132660 0,1326

Volume tembok sekat1 14 70 310 303800 0,3038

Volume tembok sekat1 110 14 310 477400 0,4774

Volume air shower 130 100 310 4030000 4,03

Volume kulkas 54 47 117 296946 0,2969

Total volume benda 6015262 6,0151

Volume total ruangan 34720000 34,72

Tabel 12. Hasil pengurangan volume total kelas C dengan volume total benda kelas C Volume total kelas C Volume total benda kelas B Volume ruang kelas B

34,72 [m3] 6,0151 [m3] 28,6569 [m3]

Tabel 13. Jumlah pertukaran udara kelas C

Q [m3/h] Vruang [m3] Jumlah Pertukaran udara [m3/h]

2398,68 28,6569 84

Tabel 14. Hasil pengukuran jumlah partikel kelas A, kelas B dan kelas C

Gambar 9. Denah pengukuran jumlah partikel

Dari Tabel 13 terlihat jumlah pertukaran udara kelas C sebesar 84 kali setiap jamnya. Jika dibandingkan dari persyaratan CPOB:2006 yang mensyaratkan bahwa jumlah pertukaran udara kelas C minimal adalah 20 kali setiap jamnya, maka data yang didapatkan dari perhitungan ini telah sesuai dengan kualifikasi CPOB:2006.

Hasil Pengukuran

Pengukuran hasil jumlah partikel ukuran 0,5 µm dan ukuran 5 µm kelas A, kelas B dan kelas

(7)

C ditampilkan pada Tabel 14. Sedangkan denah pengukurannya ditampilkan pada Gambar 9. Dari Tabel 14 terlihat ruang kelas A, kelas B dan kelas C jumlah partikelnya masih jauh dibawah standar yang di izinkan, dengan kata lain clean room telah memenuhi persyaratan

KESIMPULAN

Dari hasil perolehan pengukuran jumlah partikel setiap ruangan dan hasil perhitungan jumlah pertukaran udara, kedua hasil tersebut telah sesuai dengan persyaratan CPOB:2006. Maka persyaratan clean room di PRR telah sesuai dengan kualifikasi persyaratan CPOB:2006.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Tim Jaminan Mutu. (2008). Manajemen Mutu Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka, Tanggerang Selatan: BATAN

2. Tim Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik 2006, Jakarta: BPOM.

3. Tim Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2009). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik 2006 (Suplemen 2009), Jakarta: BPOM. 4. F. STOECKER, WILBERT., JEROLD W.

JONES. (1992). Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, Jakarta: Penerbit Erlangga.

TANYA JAWAB Agung nugroho

 Mengapa pengukuran aliran udara dilakukan pada supply udara dan apakah bisa ditempat lain misalnya pengeluaaran/exhaust ?

 Bagaimana cara memastikan agar hasil pengukuran yang dilakukan akurat ?

Muhamad Subhan

Pengukuran aliran udara dilakukan pada supply udara karena ruangan bersifat positif yang berarti tekanan di dalam ruangan lebih besar dari pada di luar ruangan, jadi untuk ruangan yang bertekanan positif biasanya dilakukan pada supply udara. Bisa saja di lakukan di tempat lain seperti di exhaust tetapi laju aliran udara pada exhaust biasanya dilakukan untuk ruangan yang bersifat negatip.

Prosedur pengukuran harus sesuai dengan persyaratan CPUB seperti alat-alat yang digunakan harus teraklibrasi dan cara penggunaan alat harus dilakukan dengan besar dan tepat.

Agus Nur R

 Klasifikasi clean room-nya apa ?

 Apakah 3 titik pengukuran saja sudah cukup ? Muhamad Subhan

Klaisfikasi clean room di PRR terbagi menjadi 3 besar, yaitu kelas A, keas B, dan kelas C. Dimana setiap kelasnya mempunyai syarat dan fungsinya masing-masing. Untuk kelas A itu persyaratannya minimum adalah 100 partikel/m2 fungsinya sebagai tempat utama dalam proses pembuatan kit radiofarmaka. Kelas B ini latar belakang kelas A minimal 10.000 partikel/m2. Kelas C jumlah partikel yang diinginkan adalah 100.000 partikel/m2 dan biasanya digunakan untuk meletakkan benda/peralatan pendukung.

Dalam mengambil titik pengukuran minimal dilakukan 3 kali tempat titik pengukuran sehingga untuk 3 titik pengukuran saja sudah cukup tetapi lebih dari 3 titik pengukuran akan lebih baik.

Gambar

Gambar 1. Clean room yang dimiliki PRR  Secara umum clean room dibagi  menjadi 4  klasifikasi yaitu:
Tabel  1.  Hasil  pengukuran  kecepatan  udara  pada  setiap titik di HEPA filter
Tabel 4. Hasil Pengukuran kecepatan aliran udara di ruang kelas B
Tabel 7.  Hasil pengurangan volume total kelas B dengan volume total benda kelas B  Volume total kelas B  Volume total benda kelas B  Volume ruang kelas B
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada air yang mendidih terjadi peristiwa konveksi yaitu perpindahan panas karena perbedaan massa jenis antara

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif korelasional, untuk mencari hubungan antara variabel kecerdasan emosional (x) dengan variabel strategi coping

Melihat hasil penelitian ini maka metode demonstrasi dengan media modul merupakan cara yang efektif dalam meningkatkan keterampilan siswa dalam penerapan

Dengan demikian masih terbuka luas peluang peningkatan produktivitas ubi kayu dan ubi jalar melalui pengelolaan lingkungan tumbuh (dengan persiapan lahan,

from hich master data can information default into a purchase order  (dari mana master data dapat informasi standar menjadi pesanan pembelian choose the correct anser .. you

Kriteria-kriteria yang mempengaruhi penentuan lokasi rencana pemindahan pusat perkantoran Kota Pekanbaru adalah sebagi berikut, yaitu: (i) Kriteria fisik yang

With the issuance of Law Number 3 of 2006 concerning Amendments to Law Number 7 of 1989 concerning Religious Courts since 30 March 2006 has provided a legal umbrella for the

Untuk dapat melakukan analisis dan injection molding Fe-2%Ni dengan Moldflow maka feedstock Fe-2%Ni tersebut harus dikarakterisasi terlebih dulu untuk mendapatkan berbagai