• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PADAT TEBAR TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN GURAMI (Osphronemus goramy Lac).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN PADAT TEBAR TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN GURAMI (Osphronemus goramy Lac)."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PADAT TEBAR TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN GURAMI (Osphronemus goramy Lac).

Illu Prima Sagara. Hafrijal Syandri, Azrita

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta E-mail :illusagara19@gmail.com

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui padat tebar larva ikan gurami terhadap sintasan dan pertumbuhan bobot dan panjang mutlak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan A : Dengan padat tebar 2 ekor/l. Perlakuan B : Dengan padat tebar 4 ekor/l. Perlakuan C : Dengan padat tebar 6 ekor/l. Perlakuan D : Dengan padat tebar 8 ekor/l. Hasil penelitian membuktikan bahwa sintasan yang tertinggi terdapat pada perlakuan A : (75.00 %) selanjutnya diikuti dengan perlakuan B : (61.00 %) kemudian diikuti pada perlakuan C : (48.00 %) dan yang terendah terdapat pada perlakuan D : (43.66%). Sedangkan rata- rata pertumbuhan bobot mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan A : (0.28 gr) dan yang terendah terdapat pada perlakuan D : (0.14 gr). Rata-rata pertumbuhan panjang mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan A : (1.89 mm) dan yang terendah terdapat pada perlakuan D : (1.27 mm). Sedangkan bobot spesifik harian tertinggi pada perlakuan A : (0.006 mg) dan yang terendah terdapat pada perlakuan D : (0.003 mg). Rata-rata pertumbuhan panjang spesifik harian tertinggi terdapat pada perlakuan A : (0.28 mm) dan yang terendah terdapat pada perlakuan D : (0.14 mm)

Kata kunci : Osphronemus goramy Lac, terhadap sintasan, pertumbuhan PENDAHULUAN

Ikan gurami (Osphoronemus goramy Lac) merupakan ikan asli air tawar perairan Indonesia yang berasal dari kepulauan Sumatera, Jawa dan Kalimantan, bernilai ekonomis penting dengan harga jual untuk ikan konsumsi sekitar 500 g /ekor berkisar antara Rp. 20.000 – 25.00 /kg, jauh lebih mahal dibanding komunitas ikan air tawar lainnya seperti ikan Mas dan Patin Rp. 17.000 /kg (Agromedia, 2007). Ikan gurami mampu bertahan hidup pada kondisi lingkungan yang berkadar oksigen rendah karena adanya alat pernafasan tambahan yaitu berupa labirin (Soedibya, 2002).

Perdana (2007), menyatakan ikan gurami termasuk ikan yang lambat pertumbuhannya. Namun, dikarenakan harganya yang dapat dikatakan masih mendominasi pasaran dibandingkan jenis ikan air tawar lain, pada umumnya para pembudidaya ikan tidak terlalu mempermasalahkan pertumbuhannya yang lambat.

Yulianti (2007), menyatakan bahwa peningkatan kepadatan akan diikut dengan penurunan pertumbuhan dan pada kepadatan tertentu pertumbuhan akan terhenti. Selanjutnya Yulianti (2003) menyebutkan bahwa padat tebar berpengaruh terhadap bobot mutlak individu laju pertumbuhan dan sintasan

(2)

ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus), padat penebaran yang optimal adalah 100 ekor/m² dengan bobot mutlak rata – rata individu sebesar 13,22 g, pertambahan berat 10,42 g dan sintasan 95,6%

Berdasarkan hasil penelitian fokus untuk mengetahui pada larva umur 10 hari sampai dengan 55 hari terhadap sintasan dan pertumbuhan bobot dan panjang. METODOLOGGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember tahun 2015 di Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatera Barat.

Wadah yang digunakan adalah baskom sebanyak 12 unit yang di isi dengan air sebanyak 16 liter/wadah yang diperoleh dari bak penampungan yang telah di endapkan selama 24 jam.

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva ikan Gurami yang berumur 10 hari (panjang 0,7 mm) dengan bobot awal rata – rata 0,009 gr/ekor, yang berasal dari pemijahan alami oleh Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Gurami Mas di Nagari Bukik Sikumpa, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota. Telur dari hasil pemijahan ditetaskan di Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta, Padang. Jumlah telur yang

ditetaskan berkisar 1000 – 1.100 butir telur, pakan yang diberikan kepada larva ikan gurami adalah pakan alami yaitu tubifex sp.

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas perlakuan A : Dengan padat tebar 2 ekor/liter(setara dengan 32 ekor/wadah) diikuti dengan perlakuan B : 4 ekor/liter (setara dengan 64 ekor/wadah), perlakuan C : 6 ekor/liter (setara dengan 96 ekor/wadah) dan pada perlakuan D : Dengan oadat tebar 8 ekor/liter (setara dengan 128 ekor/wadah).

Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan dengan menggunakan formula Steel and Torrie (1989)

Hipotesis dan Asumsi

Ho: Tidak ada pengaruh padat tebar

yang berbeda terhadap sintasan dan pertumbuhan larva ikan gurami Hi: Ada pengaruh padat tebar yang

berbeda terhadap sintasan dan pertumbuhan larva ikan gurami 1. Kesempatan untuk mendapatkan

Tubifex sp dianggap sama

2. Penanganan selama penelitian dianggap sama

(3)

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari persiapan, pelaksanaan penelitian dan pengukuran kualitas air. Persiapan Wadah

Wadah sebanyak 12 unit yang dibersihkan dengan menggunakan air yang direndam dengan larutan PK kemudian dibilas hingga bersih dan dikeringkan, setelah kering diisi dengan air sebanyak 16 liter/wadah yang diperoleh dari bak penampungan yang telah di endapkan selama 24 jam.

Penyediaan larva

Larva yang akan digunakan adalah larva yang berumur 10 hari. Lalu pengukuran panjang dan bobot larva, panjang dan bobot larva digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan ukuran relatif seragam.

Pelaksanaan Penelitian

Tebarkan larva ikan sesuai dengan perlakuan (32 ekor/wadah, 64 ekor/wadah, 96 ekor/wadah, 128 ekor/wadah).

Pemberian Pakan dilakukan tiga kali sehari, yaitu pada pagi hari sekitar pukul 08:00, siang hari sekitar pukul 12:00 dan sore hari sekitar pukul 18:00. Pemberian pakan Tubifex sp sebanyak 10 % dari biomassa.

Pembersihan media pemeliharaan (Penyiponan) dilakukan setiap hari untuk menjaga kebersihan wadah dari sisa-sisa pakan dan kotoran ikan yang mengendap di dasar media pemeliharaan dengan mengunakan selang kecil. Penyiponan dilakukan sebelum pemberian pakan pagi hari dan setelah pemberian pakan sore hari. Pengukuran bobot dan panjang larva

dilakukan sebanyak 2 kali selama penelitian yaitu awal dan akhir penelitian.

Penelitian ini dilakukan selama 45 hari di Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang. Sumatera Barat.

Peubah yang Diamati Sintasan

Effendi (1997). Sintasan yaitu menghitung jumlah ikan dari awal sampai akhir pemeliharaan dianalisis dengan formula

Keterangan :

SR = Survival Rate ( Sintasan )

Nt =Jumlah benih pada akhir penelitian (ekor)

No = Jumlah benih pada awal penelitian (ekor)

(4)

Pertumbuhan Bobot Spesifik Harian Menurut Le et al, (2011) pertumbuhan bobot harian dapat dihitung dengan menggunakan formula.

GR (mg/hari) = ( ) Keterangan :

GR = Growth rate ( pertumbuhan bobot harian)

TWt = Bobot benih ikan pada akhir penelitian (mg)

Two = Bobot benih ikan pada awal penelitian (mg)

T = Lama waktu penelitian ( hari ) Pertumbuhan Bobot Mutlak

Effendi (1997), dianalisis dengan formula :

Wm =Wt-Wo Keterangan :

Wm = Pertumbuhan bobot mutlak (gr) Wt = Pertumbuhan benih pada akhir

penelitian (gr)

Wo = Panjang benih pada awal penelitian (gr)

Pertumbuhan Panjang Spesifik Harian Menurut Le et al, (2011) pertumbuhan panjang harian dapat dihitung dengan analisis formula

GR (mm/hari) = ( ) Keterangan :

GR = Growth rate ( pertumbuhan panjang harian)

TLt = Panjang benih ikan pada akhir penelitian (mm)

TLo = Panjang benih ikan pada awal penelitian (mm)

T = Lama waktu penelitian (hari) Pertumbuhan Panjang Mutlak

Effendi (1997), dianalisa dengan formula

L = Lt-Lo Keterangan :

Lm = Pertumbuhan panjang mutlak (mm)

Lt = Pertumbuhan panjang benih pada akhir penelitian (mm)

Lo = Pertumbuhan panjang benih pada awal penelitian (mm)

Pengamatan Kualitas Air

Pengamatan parameter kualitas air dilakukan dua kali selama penelitian yaitu pada awal dan akhir penelitian. Parameter yang di ukur antara lain : suhu air, DO, pH, daya hantar listrik (DHL), alkalinitas, kesadahan, TDS, amoniak dan nitrit.

Analisis Data

Hasil pengukuran yang diamati dengan menggunakan Analisa One Way Anova dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Apabila dari hasil analisa F hitung < F tabel pada taraf kepercayaan 95 % maka tidak ada pengaruh padat tebar berbeda terhadap pertumbuhan dan

(5)

kelangsungan hidup larva ikan gurami maka Ho diterima dan Hi ditolak dan jika F

hitung >F tabel pada taraf kepercayaan 95% maka terdapat pengaruh padat tebar berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan gurami berarti Ho ditolak dan Hi diterima.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintasan

Beradasarkan hasil pengamatan selama 45 hari diperoleh tingkat sintasan larva ikan Gurami pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rataan Persentase Sintasan (%)

Perlakuan Padat Tebar

Jumlah Awal (ekor) Jumlah Akhir(ekor) Sintasan (%) Perlakuan A 2 ekor/l 32 25 75.00 ± 3.00aa Perlakuan B 4 ekor/l 64 45 61.00 ± 7.93bb Perlakuan C 6 ekor/l 96 50 48.00 ± 4.58 cbc Perlakuan D 8 ekor/l 128 69 43.66 ± 10.01 dc

Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda dibelakang rata-rata bobot mutlak menunjukkan pengaruh berbeda nyata (p<0.05), sedangkan huruf superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05).

Dari hasil analisis One Way Anava menunjukkan bahwa perlakuan pada masing-masing padat tebar menunjukkan berpengaruh yang nyata terhadap sintasan larva ikan gurami. Dari hasil analisis menunjukkan hasil sintasan berkisar antara 43,33 – 75,00 %.

Dari tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa pada perlakuan A yakni padat tebar 2 ekor/liter merupakan perlakuan yang memiliki tingkat sintasan tertinggi yaitu (75.00 ± 3.00%), diikuti perlakuan B dengan padat tebar 4 ekor/liter dengan nilai (61.00 ± 7.93%) kemudian diiukuti perlakuan C dengan padat tebar 6 ekor/l dengan rata-rata (48.00 ± 4.58%) sedangkan nilai sintasan terendah terdapat

pada perlakuan D dengan padat tebar 10 ekor/liter yaitu( 43.66 ± 10.01%). Kepadatan ikan mempengaruhi derajat sintasan dan pertumbuhan ikan.

Hasil penelitian Sarah (2002), didapat tingkat kelangsungan hidup benih ikan Gurami tertinggi pada padat tebar 5 ekor/L dengan nilai 95.5 %, pada penelitian tidak berpegaruh nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan gurami. Sedangkan Darmawangsa (2008), didapat hasil sintasan hidup benih ikan Gurami tertinggi pada padat tebar 10 ekor/L dengan nilai 96.10 %, pada penelitian tidak berpegaruh nyata terhadap sintasan benih ikan gurami.

(6)

Peningkatan kepadatan mempengaruhi proses fisiologis dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis ikan (Handajani, 2002 dalam Elpina, 2014).

Pertumbuhan Bobot Mutlak

Data hasil penghitungan pertumbuhan bobot mutlak larva ikan gurami selama masa pemeliharaan 45 hari, dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rataan Pertumbuhan Bobot Mutlak (gr)

Perlakuan Bobot Awal (gr) Bobot Akhir (gr) Pertmbuhan Bobot Mutlak (gr) Perlakuan A 2 ekor/l 0.009 ± 0 0.29 ± 0.07 0.28 ± 0.07 aa Perlakuan B 4 ekor/l 0.009 ± 0 0.21 ± 0.02 0.21 ± 0.02 bab Perlakuan C 6 ekor/l 0.009 ± 0 0.17 ± 0.03 0.16 ± 0.30 cb Perlakuan D 8 ekor/l 0.009 ± 0 0.13 ± 0.04 0.14 ± 0.01 db

Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda dibelakang rata-rata bobot mutlak menunjukkan pengaruh berbeda nyata (p<0.05), sedangkan huruf superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05).

Dari analisis One Way Anava menunjukkan bahwa rata-rata bobot larva ikan gurami pada masing-masing perlakuan menunjukkan pertumbuhan tertinggi terdapat pada perlakuan A padat tebar 2 ekor/liter yaitu (0.28 ± 0.07 gr), diikuti perlakuan B padat tebar 4 ekor/liter dengan nilai (0.21 ± 0.02 gr), lalu diikuti perlakuan C padat tebar 6 ekor/liter yakni (0.16 ± 0.30 gr), sedangkan nilai rata-rata terendah pada pertumbuhan bobot mutlak terletak pada perlakuan D padat tebar 8 ekor/liter dengan nilai (0.14 ± 0.01 gr). untuk lebih jelas pertumbuhan bobot mutlak dapat dilihat pada tabel 2

Berdasarkan tabel 2 terdapat nilai terendah pada perlakuan D, hal ini diduga tingginya tingkat persaingan mendapatkan makan dan ruang gerak yang terbatas. Hal

ini didukung oleh pernyataan Vass (1979)

dalam Elpina (2014), menyatakan bahwa

pertumbuhan ikan akan lebih tinggi apabila padat tebar rendah atau sebaliknya pertumbuhan ikan rendah apabila padat tebar tinggi.

Pertumbuhan Panjang Mutlak

Panjang ikan megalami peningkatan selama masa pemeliharaan 45 hari, dapat dilihat pada tabel 3 (lampiran 3). Berdasarkan analisis One Way Anava menunjukkan bahwa rata-rata panjang larva ikan gurami pada masing-masing perlakuan menunjukkan pertumbuhan tertinggi terdapat pada perlakuan A padat tebar 2 ekor/liter yaitu (1.89 ± 0.22 mm), diikuti perlakuan B padat tebar 4 ekor/liter dengan nilai (1.68 ± 0.40 mm), lalu diikuti perlakuan C padat tebar 6 ekor/liter yakni

(7)

(1.41 ± 0.23 mm), sedangkan nilai rata-rata terendah pada pertumbuhan panjang mutlak terletak pada perlakuan D padat tebar 8 ekor/liter dengan nilai (1.27 ± 0.06 mm).

Data hasil penghitungan pertumbuhan bobot mutlak pertumbuhan panjang mutlak larva ikan gurami selama masa pemeliharaan 45 hari, dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rataan Pertumbuhan Panjang Mutlak (mm)

Perlakuan Panjang Awal (mm) Panjang Akhir (mm) Pertmbuhan Panjang Mutlak (mm) Perlakuan A 2 ekor/l 0.7 ± 0 2.62 ± 0.22 1.89 ± 0.22 aa Perlakuan B 4 ekor/l 0.7 ± 0 2.36 ± 0.05 1.68 ± 0.40 ba Perlakuan C 6 ekor/l 0.7 ± 0 2.14 ± 0.24 1.41 ± 0.23 cbc Perlakuan D 8 ekor/l 0.7 ± 0 2.00 ± 0.06 1.27 ± 0.06 dc

Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda dibelakang rata-rata bobot mutlak menunjukkan pengaruh berbeda nyata (p<0.05), sedangkan huruf superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05).

Berdasarkan hasil analisis One Way Anava menunjukakan bahwa perlakuan padat tebar yang berbeda, memiliki pengaruh berbeda nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak larva ikan gurami. Selanjutnya dapat dilihat pada tabel 2 (lampiran 2) menunjukan bahwa pertumbuhan panjang mutlak larva ikan gurami tertinggi terdapat pada perlakuan A dengan padat tebar 2 ekor/liter (1.89±0.22 mm) kemudian diikuti oleh perlakuan B dengan padat tebar 4 ekor/liter (1.68±040 mm) lalu diikuti oleh perlakuan C dengan padat tebar 6 ekor/liter (1.41±023 mm) sedangkan nilai rata-rata terendah pada pertunbuhan panjang mutlak terdapat pada perlakuan D (1.27±0.06 mm).

Pada penelitian Darmawangsa (2008), dihasilkan rata-rata dari yang

tertinggi sampai terendah pertumbuhan panjang mutlak larva ikan Gurami berturut-turut adalah pada perlakuan padat tebar 10 ekor/liter (2,89±0,08 cm), 15 ekor/liter (2,33±0,02 cm) dan 20 ekor/liter (2,01±0,04 cm). Hal ini didukung oleh Hapher and Pruginin (1981) dalam Sarah (2002), yang mengungkapkan bahwa pertumbuhan ikan bergantung pada beberapa faktor lingkungan seperti kualitas air, pakan dan ruang gerak atau padatnya penebaran. Juga didukung oleh

Pertumbuhan Bobot Harian

Hasil analisis data pertumbuhan bobot harian larva ikan Gurami selama 45 hari masa pengamatan disajikan pada tabel 4, untuk lebih jelas dapat dilihat rata-rata persentase pertumbuhan bobot harian larva ikan gurami pada tabel 4.

(8)

Tabel 4. Rataan Pertumbuhan Bobot Harian (mg) Perlakuan Bobot Awal (mg) Bobot Akhir (mg) Pertmbuhan Bobot Harian (mg) Perlakuan A 2 ekor/l 0.009 ± 0 0.006 ± 0.002 0.006 ± 0.002 aa Perlakuan B 4 ekor/l 0.009 ± 0 0.004 ± 0.000 0.004 ± 0.000 bab Perlakuan C 6 ekor/l 0.009 ± 0 0.003 ± 0.000 0.003 ± 0.000 cb Perlakuan D 8 ekor/l 0.009 ± 0 0.003 ± 0.000 0.003 ± 0.000 db

Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda dibelakang rata-rata bobot mutlak menunjukkan pengaruh berbeda nyata (p<0.05), sedangkan huruf superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05).

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan pertumbuhan bobot harian larva ikan Gurami tertinggi pada perlakuan A padat tebar 2 ekor/liter yaitu (0.006 ± 0.002 mg/hari) diikuti perlakuan B padat tebar 4 ekor/liter dengan nilai (0.004 ± 0.000 mg/hari), sedangkan perlakuan terendah didapatkan pada perlakuan C dan D perlakuan C padat tebar 6 ekor/liter dan 8 ekor/liter dengan nilai (0.003 ± 0.000 mg/hari). Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mgaya and Mercer, (1995) menyatakan bahwa banyak faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pertumbuhan harian antara lain kualitas, kuantitas dan pakan, ukuran wadah pemeliharaan dan kepadatan.

Rendahnya tingkat pertumbuhan bobot harian larva ikan gurami diduga adanya persaingan makanan dan juga kondisi lingkungan media pemeliharaan. Hal ini diperkuat oleh Hepher dan Pruginin (1981) dalam Setiawan (2009), bahwa peningkatan kepadatan akan

diikuti dengan penurunan pertumbuhan (critical standing crop) dan jika telah sampai pada batas tertentu pertumbuhannya akan terhenti. Hal tersebut dapat dicegah dengan penentuan padat penebaran sesuai dengan daya dukung lingkungan (carrying capascity), faktor-faktor yang mempengaruhi carrying capascity antara lain kualitas air, pakan, dan ukuran ikan., daya dukung lingkungan yang optimum dan pakan yang mencukupi, peningkatan kepadatan akan disertai dengan peningkatan hasil.

Pertumbuhan Panjang Harian

Hasil analisis data pertumbuhan panjang harian larva ikan Gurami dengan padat tebar yang bervariasi sesuai dengan perlakuan disajikan pada lampiran 5. Rata-rata pertumbuhan panjang harian disajikan pada tabel 5.

(9)

Tabel 5. Rataan Pertumbuhan Panjang Harian (mm) Perlakuan Panjang Awal(mm) Panjang Akhir(mm) Pertmbuhan Panjang Harian (mm) Perlakuan A 2 ekor/l 0.7 ± 0 0.042 ± 0.005 0.28 ± 0.005a Perlakuan B 4 ekor/l 0.7 ± 0 0.037 ± 0.001 0.21 ± 0.001 ba Perlakuan C 6 ekor/l 0.7 ± 0 0.031 ± 0.004 0.16 ± 0.004 cbc Perlakuan D 8 ekor/l 0.7 ± 0 0.028 ± 0.001 0.14 ± 0.001 dc

Keterangan :Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda dibelakang rata-rata bobot mutlak menunjukkan pengaruh berbeda nyata (p<0.05), sedangkan huruf superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05).

Berdasarkan analisis One Way Anava menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan panjang harian larva ikan Gurami pada masing-masing perlakuan menunjukkan pertumbuhan tertinggi terdapat pada perlakuan A (padat tebar 2 ekor/liter) yaitu (0.042 ± 0.005 mm), diikuti perlakuan B (padat tebar 4 ekor/liter mm) dengan nilai (0.037 ± 0.001 mm), lalu diikuti perlakuan C (padat tebar 6 ekor/liter) yakni (0.031 ± 0.004 mm), sedangkan nilai rata-rata terendah pada pertumbuhan bobot mutlak terletak pada perlakuan D (padat tebar 8 ekor/liter) dengan nilai (0.028 ± 0.001 mm).

Afrina (2015), menyatakan bahwa tingginya pertumbuhan panjang harian pada padat tebar 1 ekor/liter dikarenakan memiliki ruang gerak yang sesuai dan tidak terlalu sempit, kualitas air yang masih baik dan kemampuan benih ikan asang dalam beradaptasi dengan lingkungan media pemeliharaan sehingga benih ikan aktif dalam memakan pakan, pakan yang diberikan dimanfaatkan

dengan optimal untuk pertumbuhan panjang.

Kualitas Air

Selama peneltian ini dilakukan juga pengukuran kualitas air yaitu parameter Suhu, pH, DO, N-NH3, N-NO2, TDS, Kesadahan, DHL dan Alkalintas yang diukur dua kali yaitu (pada awal penelitian dan akhir penelitian). Berikut ini dapat dilihat hasil pengukuran kualitas air

KESIMPULAN DAN SARAN

Perbedaan padat tebar berpengaruh terhadap sintasan dan pertumbuhan bobot dan panjang larva ikan gurami. Diharapkan para pembudidaya menerapkan dengan perbedaan padat tebar 2 ekor/liter yang manghasilkan sintasan dan pertumbuhan bobot dan panjang yang optimal

DAFTAR PUSTAKA

Afrina, S.Y. 2015. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Asang (Ostechillus vittatus) dengan Padat Tebar yang Berbeda. Jurnal. Fakultas Perikanan dan Ilmu

(10)

Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang

Agromedia. 2007. Panduan Lengkap Budidaya Gurami. Agromedia Pustaka, Jakarta. Hal 7.

Boyd, C.E. 1979. Water quality in warmwater fish ponds. Alabama Agricultural Experiment Station, Auburn university, Alabama, USA. Darmawangsa, GM. 2008. Pengaruh

Padat Penebaran 10, 15, dan 20 ekor/L Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphoronemus gouramy Lac. Ukuran 2 CM. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pertanian Bogor. Tidak ipublikasikan

Effendi, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Yusatama. Hal 92-93

Elpina. 2014. Pengaruh Padat Tebar Berbeda Terhadap Sintasan Dan Pertumbuhan Ikan Lelan (Osteochilus pleurotaenia). Skripsi .Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta Padang.Tidak dipublikasikan. Hapher B, Pruginin Y. 1981.

Commercial Fish Farming with Special Reference to Fish Culture in Israel. John Wiley and sons, New York. Ilmu Kelautan Universitas Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan

Mgaya, YD. Mercer, JP. 1995. The Effects of size grading and stocking desnity on growth perfomence of juvenile abalone, Hallotis tubercula Linn. Aquaculture, 136; 297-312.

Perdana, Aditya Novian. 2007. Analisis Kelayakan Usaha Secara Partisipatif Pada Usaha Budidaya Pembesaran Gurami (Skripsi). Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, nstitut Pertanan Bogor.

Saparinto, Cahyo. 2008. Panduan Lengkap Gurami. Jakarta: Penebar Swadaya

Sarah, S. 2002. Pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.). [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Institut Pertanian Bogor. hlm 39.

Swingle, H.S. 1986. Standardization of chemical analysis for water and pondmusd. F. A. O. Fish, Rep. 44 (4) : 379-406’

Wardoyo, S.T.H. 1980. Kriteria kualitas air untuk keperluan pertanian dan perikanan. Bahan training analisa dampak lingkungan PSDI, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yulianti, D. 2007. Pengaruh Padat Penebaran Benih Ikan Bawal (Clossoma macropomum) Yang Dipelihara Dalam Sistem

Resirkulasi Terhadap

Pertumbuhan dan

Kelangsungan Hidup. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institute Pertanian Bogor.

Yulianti, P. 2003. Pengaruh Penebaran Tumbuhan Dan Sintasan Dederan Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) di Kolam. Skripsi. Instalasi Penelitian Perikanan Air Tawar. Depok.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang telah dilakukan, maka dapat dihitung tingkat kepentingan konsumen dengan cara melihat jumlah skala terbanyak dari responden yang

Ekstrak Sabut Kelapa (Cocos nucifera) Sebagai Biomordan pada Bahan Tekstil Dengan Pewarna Alami Daun Jati (Tectona grandis L.f).. Ruli Aji Priambudi*, Kendi Timothy Tarigan, dan

Indotrans Peneliti memilih informan ini karena informan tersebut berhubungan secara langsung terhadap proses pengisian BBM (Solar) yang terjadi di lapangan. Informan

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Metro Madani Kota Metro tetap tidak dapat melakukan eksekusi secara langsung terhadap benda yang menjadi obyek jaminan

(3) Dalam melaksanakan program sertipikasi tanah pada Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, instansi yang membidangi urusan pertanahan berkoordinasi dengan Menteri

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui pelaksanaan peer counseling untuk meningkatkan kecerdasan emosional pada siswa SMA Negeri

walaupun terdapat suplai air outlet PLTU sebesar 3000 liter/det tegak lurus pantai, terlihat bahwa trend arah arus pada perairan bolok mengikuti arah dominan arus yaitu

Pertumbuhan teknologi komunikasi dan informasi telah menyentuh banyak lapisan kehidupan, termasuk dalam bidang kesehatan.Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit