• Tidak ada hasil yang ditemukan

Open Course. Analisis Harmonisa. Oleh: Sudaryatno Sudirham

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Open Course. Analisis Harmonisa. Oleh: Sudaryatno Sudirham"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Analisis

Analisis

Harmonisa

Harmonisa

(3)

Penyediaan energi listrik pada umumnya dilakukan dengan

menggunakan sumber tegangan berbentuk gelombang sinus. Arus yang

mengalir diharapkan juga berbentuk gelombang sinus pula.

Pengantar

Namun perkembangan teknologi yang terjadi di sisi

beban membuat arus beban tidak lagi berbentuk

gelombang sinus.

Bentuk-bentuk gelombang arus ataupun tegangan yang

tidak berbentuk sinus, namun tetap periodik, tersusun dari

gelombang-gelombang sinus dengan berbagai frekuensi;

bentuk gelombang ini tersusun dari harmonisa-harmonisa

(4)

 Sinyal Nonsinus

 Pembebanan Non Linier

 Tinjauan Di Kawasan Fasor

 Dampak Harmonisa Pada Piranti

 Harmonisa Pada Sistem Tiga Fasa

(5)
(6)

Kita akan menggunakan istilah sinyal nonsinus untuk

menyebut secara umum sinyal periodik yang tidak

berbentuk sinus. Kita sudah mengenal bentuk gelombang

seperti ini misalnya bentuk gelombang gigi gergaji dan

sebagainya, namun dalam istilah ini kita masukkan pula

pengertian

sinus terdistorsi

yang terjadi di sistem tenaga

Apabila persamaan sinyal nonsinus diketahui, tidaklah terlalu sulit

mencari spektrum amplitudo dan spektrum sudut fasa

Apabila persamaan sinyal nonsinus sulit dtentukan, maka

kita menentukan spektrum amplitudo sinyal dengan

(7)
(8)

[

]

π

+

π

+

=

cos(

2

)

sin(

2

)

)

(

t

a

0

a

nf

0

t

b

nf

0

t

f

n n

[

cos(

)

]

)

(

1 0 2 2 0

∞ =

ϕ

ω

+

+

=

n n n n

b

n

t

a

a

t

f

n n n

a

b

=

ϕ

tan

Jika

f(t)

adalah fungsi periodik yang memenuhi persyaratan Dirichlet, maka

f(t)

dapat dinyatakan sebagai deret Fourier:

=

/2 2 / 0 0 0 0

)

(

1

T T

y

t

dt

T

a

ω

>

=

/2 2 / 0 0 0 0

0

;

)

sin(

)

(

2

T T n

y

t

n

t

dt

n

T

b

0

;

)

cos(

)

(

2

/2 2 / 0 0 0 0

>

ω

=

y

t

n

t

dt

n

T

a

T T n

(9)

Sinyal Nonsinus,

Pendekatan Numerik

Pendekatan Numerik Spektrum Sinyal Nonsinus

=

/2 2 / 0 0 0 0

)

(

1

T T

y

t

dt

T

a

Koefisien Fourier

luas bidang yang dibatasi oleh kurva

y(t)

dengan sumbu-t dalam rentang satu perioda

luas bidang yang dibatasi oleh kurva dengan sumbu-t dalam rentang satu perioda

)

cos(

)

(

t

n

0

t

y

ω

luas bidang yang dibatasi oleh kurva dengan sumbu-t dalam rentang satu perioda

)

sin(

)

(

t

n

0

t

y

ω

ω

>

=

/2 2 / 0 0 0 0

0

;

)

sin(

)

(

2

T T n

y

t

n

t

dt

n

T

b

0

;

)

cos(

)

(

2

/2 2 / 0 0 0 0

>

ω

=

y

t

n

t

dt

n

T

a

T T n

Dengan penafsiran bentuk integral sebagai luas bidang, setiap bentuk sinyal periodik

dapat dicari koefisien Fourier-nya, yang berarti pula dapat ditentukan spektrumnya

Dalam praktik, sinyal nonsinus diukur dengan menggunakan alat ukur elektronik yang dapat menunjukkan langsung

(10)

-200 -150 -100 -50 0 50 100 150 200 0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012 0,014 0,016 0,018 0,02 y[volt] t[detik]

CONTOH-1.1.

-0,78 29,92 Ampli-3, ϕ3 1,57 150,05 Ampli-1, ϕ1 21,13 −21,18 a3, b3 150,05 0,36 a1, b1 19,90 a0 0,211 -0,212 1,501 0,004 0,398 Jumlah Lk -0,001 0,014 -0,001 0,014 0,014 50 0,02 -0,001 0,003 0,000 0,003 0,003 20 0,0196 0,005 -0,003 0,002 -0,006 -0,006 -5 0,0192 : : : : : : : 0,035 0,025 0,014 0,042 0,044 120 0,0012 0,019 0,029 0,007 0,034 0,035 100 0,0008 0,006 0,024 0,002 0,025 0,025 75 0,0004 50 0 Lkb3 Lka3 Lkb1 Lka1 Lka0 Ak t Harmonisa ke-3 Fundamental f0= 1/T0 = 50 Hz Komp. searah T0= 0,02 s ∆tk = 0,0004 s

Analisis Harmonisa Sinyal Nonsinus pada Contoh

78 , 0 ) 18 , 21 / 13 , 21 ( tan 92 , 29 13 , 21 ) 18 , 21 ( 13 , 21 ; 18 , 21 57 , 1 ) 36 , 0 / 05 , 150 ( tan 05 , 150 05 , 150 36 , 0 05 , 150 ; 36 , 0 90 , 19 1 3 2 2 3 3 3 1 1 2 2 1 1 1 0 − = − = ϕ = + − = ⇒ = − = = = ϕ = + = ⇒ = = = − − A b a A b a a

(11)

Elemen Linier

dan

(12)

CONTOH-1.2.

Satu kapasitor C = 30 µF mendapatkan tegangan nonsinus pada frekuensi f = 50 Hz dt dv C iC =

)

5

,

1

5

sin(

10

)

2

,

0

3

sin(

20

)

5

,

0

sin(

100

ω

+

+

ω

+

ω

+

=

t

t

t

v

C

{

}

A ) 5 , 1 5 cos( 50 ) 2 , 0 3 cos( 60 ) 5 , 0 cos( 100 ) 5 , 1 5 sin( 10 ) 2 , 0 3 sin( 20 ) 5 , 0 sin( 100 + ω ω + − ω ω + + ω ω = + ω + − ω + + ω = t C t C t C dt t t t d C iC detik [V] vC iC -150 -100 -50 0 50 100 150 0 0.005 0.01 0.015 0.02 [A] 5 2,5 0 −5 −2,5

Relasi tegangan-arus elemen-elemen linier berlaku pula

untuk sinyal nonsinus.

(13)

Sinyal Nonsinus,

Elemen Linier dengan Sinyal Nonsinus

Nilai Rata-Rata

rr =

Ty t dt T Y 0 0 ) ( 1

Nilai Efektif

=

T rms y t dt T Y 0 2 0 ) ( 1

Untuk sinyal sinyal nonsinus

∞ = θ + ω + = 1 0 0 sin( ) ) ( n n mn n t Y Y t y

       θ + ω + = ∞ = T n n mn rms Y Y n t dt T Y 0 2 1 0 0 0 ) sin( 1

       θ + ω + = ∞ = T n n mn rms Y Y n t dt T Y 0 2 1 0 0 0 2 ) sin( 1

∑ ∫

∞ =

θ

+

ω

+

+

=

1 0 0 2 2 0 2 0 2

)

(

sin

1

...

...

1

n T n nm t rms

Y

n

t

dt

T

dt

Y

T

Y

∞ =

+

=

1 2 2 0 2 n nrms rms

Y

Y

Y

bernilai nol

(14)

∞ =

+

=

1 2 2 0 2 n nrms rms

Y

Y

Y

∞ =

+

+

=

2 2 2 0 2 1 2 n nrms rms rms

Y

Y

Y

Y

2 hrms

Y

2 2 1 2 hrms rms rms

Y

Y

Y

=

+

Kwadrat nilai rms

harmonisa total

Kwadrat nilai rms

komponen fundamental

Kwadrat nilai rms

sinyal nonsinus

Di sini sinyal nonsinus

dipandang sebagai terdiri

dari 2 komponen yaitu:

komponen fundamental

dan

(15)

Contoh-1.3.

T0= 0,05 s 200 V t v

V

7

sin

909

,

0

6

sin

061

,

1

5

sin

273

,

1

4

sin

592

,

1

3

sin

122

,

2

2

sin

183

,

3

sin

366

,

6

10

)

(

0 0 0 0 0 0 0

t

t

t

t

t

t

t

t

v

ω

ω

ω

ω

ω

ω

ω

=

V

5

,

4

2

366

,

6

1rms

=

V

V

7

,

10

2

909

,

0

2

061

,

1

2

273

,

1

2

592

,

1

2

122

,

2

2

183

,

3

10

2 2 2 2 2 2 2

+

+

+

+

+

+

=

hrms

V

V

6

,

11

7

,

10

5

,

4

2 2 2 2 1

+

=

+

=

rms hrms rms

V

V

V

Uraian suatu sinyal gigi gergaji sampai harmonisa ke-7 adalah:

Maka:

Nilai efektif komponen fundamental

Sinyal Nonsinus,

Elemen Linier dengan Sinyal Nonsinus

fundamental

harmonisa total

Nilai efektif komponen harmonisa total

Nilai efektif sinyal nonsinus Nilai efektif harmonisa jauh lebih

(16)

Contoh-1.4.

Uraian dari penyearahan setengah gelombang arus sinus

A

sin

0

t

i

=

ω

sampai dengan harmonisa ke-10 adalah

A

354

,

0

2

5

,

0

1rms

=

=

I

A

54

3

0,

2

007

,

0

2

01

,

0

2

018

,

0

2

042

,

0

2

212

,

0

318

,

0

2 2 2 2 2 2

+

+

+

+

+

=

=

hrms

I

A

5

,

0

354

,

0

354

,

0

2 2 2 2 1

+

=

+

=

rms hrms rms

I

I

I

A

)

10

cos(

007

.

0

)

8

cos(

010

.

0

)

6

cos(

018

,

0

)

4

cos(

042

,

0

)

2

cos(

212

,

0

)

57

,

1

cos(

5

,

0

318

,

0

)

(

0 0 0 0 0 0

t

t

t

t

t

t

t

i

ω

+

ω

+

ω

+

ω

+

ω

+

ω

+

=

Pada penyearahan setengah gelombang nilai efektif komponen

fundamental sama dengan nilai efektif komponen harmonisanya

(17)

t

v

1

=

200

sin

ω

v

15

=

20

sin

15

ω

t

pada frekuensi 50 Hz.

Tegangan pada sebuah kapasitor 20 µF terdiri dari dua

komponen, yaitu komponen fundamental dan harmonisa ke-15

t

t

dt

dv

i

1

=

20

×

10

−6 1

/

=

20

×

10

−6

×

200

×

100

π

cos

100

π

=

1

,

257

cos

100

π

A

89

,

0

2

257

,

1

1rms

=

=

I

t

t

dt

dv

i

15

=

20

×

10

−6 15

/

=

20

×

10

−6

×

20

×

1500

π

sin

1500

π

=

1

,

885

cos

1500

π

A

33

,

1

2

885

,

1

15rms

=

=

I

A

60

,

1

33

,

1

89

,

0

2 2 2 15 2 1

+

=

+

=

=

rms rms rms

I

I

I

Contoh-1.5.

(18)

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 detik A i i1 i15

Arus kapasitor

i

berupa arus berfrekuensi harmonisa

ke-15 yang berosilasi pada frkuensi fundamental

(19)

A

3

sin

2

,

0

sin

2

t

t

i

=

ω

+

ω

V

3

cos

3

,

0

cos

3

sin

20

sin

200

t

t

t

t

dt

di

L

iR

v

v

v

=

R

+

L

=

+

=

ω

+

ω

+

ω

ω

+

ω

ω

-600 -400 -200 0 200 400 600 0 0.005 0.01 0.015 0.02 2 4 0 −2 −4 A V detik v i

A

42

,

1

2

2

,

0

2

2

2 2 2 3 2 1

+

=

+

=

=

rms rms rms

I

I

I

V

272

2

)

3

,

0

(

2

2

20

2

200

2 2 2 2

=

ω

+

ω

+

+

=

rms

V

Contoh-1.6.

Pada sinyal nonsinus, bentuk kurva tegangan kapasitor berbeda dengan bentuk kurva arusnya. Pada sinyal sinus hanya berbeda sudut fasanya.

Sinyal Nonsinus,

Elemen Linier dengan Sinyal Nonsinus

0,5 H

100 Ω i

vR v

L

(20)

Daya Pada Sinyal Nonsinus

Pengertian daya nyata dan daya reaktif pada sinyal sinus berlaku

pula pada sinyal nonsinus

Daya nyata memberikan transfer energi netto, sedangkan daya

reaktif tidak memberikan transfer energi netto

Jika resistor R

b

menerima arus berbentuk gelombang nonsinus

h Rb

i

i

i

=

1

+

2 2 1 2 hrms rms Rbrms

I

I

I

=

+

b hrms b rms b Rbrms Rb

I

R

I

R

I

R

P

=

2

×

=

12

+

2

Daya nyata yang diterima oleh R

b

adalah

arus efektifnya adalah

Relasi ini tetap berlaku sekiranya resistor ini terhubung seri dengan induktansi, karena dalam bubungan seri tersebut daya nyata diserap oleh resistor, sementara induktor menyerap daya reaktif.

(21)

Contoh-1.7.

Sinyal Nonsinus,

Elemen Linier dengan Sinyal Nonsinus

A

3

sin

2

,

0

sin

2

t

t

i

=

ω

+

ω

0,5 H 100 Ω i vR v L v

A

42

,

1

=

rms

I

(contoh-1.6.)

W

202

100

)

42

,

1

(

2 2

=

×

=

=

I

R

P

R rms

P

rata2

= 202 W

p = vi

p

R

= i

2

R = v

R

i

R -400 -200 0 200 400 600 0 0.005 0.01 0.015 0.02 W detik

(kurva daya yang

diserap R, selalu positif) (kurva daya masuk ke rangkaian,

kadang positif kadang negatif)

daya negatif = diberikan oleh rangkaian

(daya reaktif)

daya positif = masuk ke rangkaian

(22)

Contoh-1.8.

100 Ω

50 µF

i

s

t

t

v

=

100

sin

ω

+

10

sin

3

ω

t

t

R

v

i

R

=

=

sin

ω

+

0

,

1

sin

3

ω

(

t

t

)

dt

dv

C

i

C

=

=

50

×

10

−6

100

ω

cos

ω

+

30

ω

cos

3

ω

t

t

t

t

i

s

=

sin

ω

+

0

,

1

sin

3

ω

+

0

,

005

cos

ω

+

0

.

0015

ω

cos

3

ω

A

71

,

0

2

1

,

0

2

1

2 2

=

+

=

Rrms

I

P

R

=

0

,

71

2

×

100

=

50

W

(23)

Resonansi

Sinyal Nonsinus,

Elemen Linier dengan Sinyal Nonsinus

Karena sinyal nonsinus mengandung harmonisa dengan

berbagai macam frekuensi, maka ada kemungkinan salah

satu frekuensi harmonisa bertepatan dengan frekuensi

resonansi dari rangkaian

Frekuensi resonansi

LC

r

1

=

ω

4 , 2828 10 5 025 , 0 1 1 6 = × × = = ω LC r

CONTOH-1.9.

Generator 50 Hz dengan induktansi internal 0,025 H mencatu daya melalui kabel yang memiliki kapasitansi total sebesar 5 µF Frekuensi resonansi Hz 450 2 4 , 2828 = π = r f

(24)
(25)

Tinjauan Sisi Beban

Dan

(26)

Tinjauan Di Sisi Beban

i

nonsinus Rb vs + − p.i. Rs Tegangan sumber sinusoidal Piranti pengubah arus membuat arus tidak sinusoidal h Rb

i

i

i

=

1

+

)

sin(

0 1 1 1

=

I

ω

t

+

θ

i

m

=

θ

+

ω

+

=

k n n nm h

I

I

n

t

i

2 0 0

sin(

)

b hrms b rms Rb

I

R

I

R

P

=

12

+

2

(27)

Tinjauan Di Sisi Sumber

i

nonsinus Rb vs + − p.i. Rs Tegangan sumber sinusoidal Piranti pengubah arus membuat arus tidak sinusoidal

(

)

       θ + ω + ω + θ + ω ω = =

= k n n n s s s s s t n I I t V t I t V t i t v p 2 0 0 0 1 0 1

0 ) sin( ) sin sin( )

sin ( ) ( ) ( ) 2 cos( 2 cos 2 0 1 1 1 1 1 = θ − ω tI V I V ps s s

[

]

∞ = ω θ + ω + ω = 2 0 0 0

0sin sin( )sin

n n n s s sh V I t V I n t t p

nilai rata-rata nol nilai rata-rata nol

tidak memberikan transfer energi netto memberikan transfer energi netto

sh s

s

p

p

p

=

1

+

(28)

sh s

s

p

p

p

=

1

+

memberikan transfer energi netto

1 1 1 1 1

cos

cos

2

θ

=

θ

=

s srms rms s

V

I

I

V

P

tidak memberikan transfer energi netto

Daya reaktif

beda susut fasa antara vs dan i1

P

s1

haruslah diserap oleh R

b

dan R

s

vs

i

nonsinus

Rb

(29)

Contoh-2.1.

v

s R sinusoidal

i

R vs is iR pR 0 0 90 180 270 360 450 540 630 720 Vs −Vs vs pR pR ωt [o]

Resistor menyerap daya hanya dalam selang

dimana ada tegangan dan ada arus

(30)

Contoh-2.2.

i

b

V

sin

380

0

t

v

s

=

ω

3,8 Ω A 100 8 , 3 380 = = maks I A ) 6 cos( 8 , 1 ) 4 cos( 2 , 4 ) 2 cos( 2 , 21 ) 57 , 1 cos( 50 8 , 31 ) ( 0 0 0 0       ω + ω + ω + − ω + = t t t t t i A; 31 , 35 2 8 , 1 2 2 , 4 2 2 , 21 8 , 31 A; 2 50 2 2 2 2 1 = + + + = = bhrms rms b I I

(

)

kW 5 , 9 W 9488 8 , 3 2 2 1 2 ≈ = × + = = IrmsRb Ib rms Ibhrms P t t i i1s = 1Rb =50cos(ω0 −1,57) =50sinω0 A 2 / 50 1srms = I kW 5 , 9 2 50 2 380 rms 1 rms 1 = s s = × = s V I P

(31)

t [det]

W

p

s0

p

s1

p

sh2 -15000 -10000 -5000 0 5000 10000 15000 20000 0 0.005 0.01 0.015 0.02

Kurva daya komponen fundamental selalu positif

Kurva daya komponen searah, sinusoidal, nilai rata-rata nol Kurva daya komponen harmonisa

mulai harmonisa ke-2, simetris terhadap sumbu

t

, nilai rata-rata nol

(32)
(33)

Pembebanan Non-Linier,

Perambatan Harmonisa

Perambatan Harmonisa

R

b

R

a

i

a

i

b

= i

b1

+i

bh

i

s

R

s

A

B

t V vs = sm sin ω0 ) ( b1 bh a s a s s a s a A i i R R R R v R R R v + + − + = ) ( b1 bh a s s a s s a A a i i R R R R R v R v i + + − + = = ) ( ) ( ) ( 1 1 1 bh b a s a a s s bh b bh b a s s a s s b a s i i R R R R R v i i i i R R R R R v i i i +       + + + = + + + + − + = + =

Semua piranti yang terhubung ke titik A,

yaitu titik bersama, terpengaruh oleh

(34)
(35)

Ukuran Distorsi Harmonisa

Pembebanan Non-Linier,

Ukuran Distorsi Harmonisa

Crest Factor

efektif

nilai

puncak

nilai

factor

=

crest

Total Harmonic Distortion (THD)

Untuk tegangan

rms hrms V

V

V

THD

1

=

Untuk arus

rms hrms I

I

I

THD

1

=

(36)

CONTOH-2.3.

i

b

V

sin

380

0

t

v

s

=

ω

3,8 Ω A 100 8 , 3 380 = = maks I A ) 6 cos( 8 , 1 ) 4 cos( 2 , 4 ) 2 cos( 2 , 21 ) 57 , 1 cos( 50 8 , 31 ) ( 0 0 0 0       ω + ω + ω + − ω + = t t t t t i A 31 , 35 2 8 , 1 2 2 , 4 2 2 , 21 8 , 31 A; 2 50 2 2 2 2 1 = + + + = = bhrms rms b I I A 7 , 49 31 , 35 2 / 502 + 2 = = rms I

Crest factor

2 2 , 49 100 . .f = = c

THD

I 1 2 / 50 31 , 35 1 ≈ = = rms hrms I I I THD atau 100%

(37)

CONTOH-2.4.

i

s 10 Ω + Rs p.i. V sin 2 1000 0t v = ω is(t) vs(t)/5 [V] [A] [detik] -300 -200 -100 0 100 200 300 0 0,01 0,02

Pendekatan numerik spektrum amplitudo sampai harmonisa ke-11:

A 4 , 69 2 71 , 8 2 71 , 8 2 83 , 14 2 83 , 14 2 96 , 44 2 79 , 83 0 2 2 2 2 2 2 = + + + + + + = brms I

Nilai puncak arus terjadi pada t = 0,005 detik;

ibm = 141,4 A 2 4 , 69 4 , 141 . . = = = brms bm I I f c A 25 , 59 2 79 , 83 1rms = = I % 60 atau 6 , 0 25 , 59 14 , 36 ≈ = I THD A 0.00 83.79 44.96 14.83 14.83 8.71 8.71 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 10 1 3 5 7 9 11 2 3 4 5 6 7 harmonisa A 14 , 36 2 71 , 8 2 71 , 8 2 83 , 14 2 83 , 14 2 96 , 44 0 2 2 2 2 2 = + + + + + = hrms I

(38)
(39)
(40)

Fasor digunakan untuk menyatakankan sinyal sinus. Dengan fasor, dapat

dihindari operasi diferensial dan integral dalam analisis rangkaian listrik

yang mengandung elemen-elemen dinamis. Fasor diturunkan dengan

anggapan bahwa seluruh bagian rangkaian memiliki frekuensi sama

Sinyal non-sinus terbangun dari sinyal-sinyal sinus dengan

berbagai frekuensi. Oleh karena itu satu sinyal non-sinus

tidak dapat diwakili oleh hanya satu fasor

Setiap komponen harmonisa memiliki fasor sendiri, berbeda

amplitudo dan sudut fasa dari komponen harmonisa lainnya karena

mereka berbeda frekuensi

n n n n

=

a

2

+

b

2

θ

I

n n

a

b

1

tan

=

θ

t

n

b

t

n

a

t

i

n

(

)

=

n

cos

ω

+

n

sin

ω

Fasor:

(41)

t

b

t

n

a

t

i

n

(

)

=

n

cos

ω

+

n

sin

ω

n n n n

=

a

2

+

b

2

θ

I

n n

a

b

1

tan

=

θ

θ − ∠ + = 2 2 n n n a b I Im Re θ an > 0 dan bn > 0 n a n b Im Re θ ) 180 ( o 2 2 + θ = n n n a b I an < 0 dan bn > 0 n an b ) 180 ( o 2 2 + +θ = n n n a b I Im Re θ an < 0 dan bn < 0 n an b − θ ∠ + = 2 2 n n n a b I Im Re θ an > 0 dan bn < 0 n bn a

Koefisien FOURIER dan diagram fasor

Fasor dan Impedansi

Fasor sinyal sinus dan cosinus

beramplitudo 1 Im Re

t

b

= sin

ω

t

a

= cos

ω

a

b

(42)

CONTOH-3.1.

A ) 10 cos( 007 . 0 ) 8 cos( 010 . 0 ) 6 cos( 018 , 0 ) 4 cos( 042 , 0 ) 2 cos( 212 , 0 ) 57 , 1 cos( 5 , 0 318 , 0 ) ( 0 0 0 0 0 0           ω + ω + ω + ω + ω + − ω + × = t t t t t t I t i m ; 0 2 007 , 0 ; 0 2 010 , 0 ; 0 2 018 , 0 ; 0 2 042 , 0 ; 0 2 212 , 0 ; 90 2 5 , 0 ; 318 , 0 o 10 o 8 o 6 o 4 o 2 o 1 0 ∠ = ∠ = ∠ = ∠ = ∠ = − ∠ = = m m m m m m m I I I I I I I I I I I I I I

I

1

I

2

I

4

gambar

fasor

(43)

Impedansi

Fasor dan Impedansi

Karena setiap komponen harmonisa memiliki frekuensi berbeda maka

pada satu cabang rangkaian yang mengandung elemen dinamis akan

terjadi impedansi yang berbeda untuk setiap komponen

CONTOH-3.2.

t

t

t

i

=

200

sin

ω

0

+

70

sin

3

ω

0

+

30

sin

5

ω

0

20 µF

5 Ω

i

f =50 Hz 15 , 159 ) 10 20 50 2 /( 1 6 1 = π× × × − = C X Z1 = 52 +159,152 =159,23 Ω

Untuk komponen fundamental

Untuk harmonisa ke-3

Tegangan puncak V1m = Z1 ×I1m =159,23×200≈31,85 kV 05 , 53 3 / 1 3 = C = C X X Z3 = 52 +53,052 =53,29 Ω Tegangan puncak V3m = Z3 ×I3m =53,29×70=3,73 kV 83 , 31 5 / 1 5 = C = C X X Z5 = 52 +31,832 =32,22 Ω

Untuk harmonisa ke-5

(44)
(45)

Daya dan Faktor Daya

Daya Kompleks

Sisi Beban

S

b

=

V

brms

×

I

brms

VA

*

VI

=

S

Definisi adalah untuk sinyal sinus murni.

Untuk sinyal nonsinus kita tidak menggambarkan fasor arus harmonisa total sehingga mengenai daya kompleks hanya bisa dinyatakan besarnya, tetapi segitiga daya tidak dapat digambarkan

Sisi Sumber

VA

2

srms sm srms srms s

I

V

I

V

S

=

×

=

×

A

2 2 1rms shrms s srms

I

I

I

=

+

Tegangan sumber sinusoidal

Vbrms

Vsrms

Isrms

Ibrms

∼∼∼∼

Piranti pengubah arus

(46)

Daya Nyata

Sisi Beban

P

b

=

I

brms2

R

b

=

(

I

b21rms

+

I

bhrms2

)

R

b

W

arus efektif fundamental arus efektif harmonisa total

Sisi Sumber

cos

W

1 1

1

=

srms rms

ϕ

s

V

I

P

Daya nyata dikirimkan melalui komponen fundamental Komponen arus harmonisa sumber tidak memberikan transfer energi netto

beda sudut fasa antara tegangan dan arus fundamental sumber

cosϕϕϕϕ1 adalah faktor daya pada komponen fundamental yang disebut displacement power factor

Vbrms

Vsrms

Isrms

Ibrms

∼∼∼∼

Piranti pengubah arus

(47)

Faktor Daya

Sisi Beban

b b

S

P

=

beban

f.d.

Sisi Sumber

s s s

S

P

1

.

d

.

f

=

Impedansi Beban

=

brms brms b

I

V

Z

Vbrms Vsrms Isrms Ibrms

∼∼∼∼

Piranti pengubah arus

p.i. 1 1 1

.

d

.

f

s s s

S

P

=

(f.d. total dilihat sumber)

(f.d. komponen fundamental) (f.d. total di beban)

Impedansi beban adalah rasio antara tegangan efektif dan arus efektif beban

rasio antara daya nyata dan daya kompleks yang diserap beban

(48)

CONTOH-3.3.

0,5 H 10 Ω i vR v L vb

V

sin

2

200

100

0

t

v

b

=

+

ω

f =50 Hz V 100 0 = V o 1 = 200∠−90 V A 10 10 / 100 / 0 0 = b = = b V R I A 74 , 10 ) 05 , 0 100 ( 10 200 2 2 1 1rms = × π + = = b rms b Z V I A 14,68 74 , 10 102 2 2 1 2 0 + = + = = b b rms brms I I I W 2154 10 68 , 14 2 2 = × = = brms b Rb I R P

Tegangan pada beban terdiri dari dua komponen yaitu komponen searah dan komponen fundamental

V 5 100 200 1002 2 2 1 2 0 + = + = = rms brms V V V = = =15,24Ω 68 , 14 5 100 brms brms beban I V Z VA 3281 68 , 14 5 100 × = = × = brms brms b V I S 0,656 3281 2154 f.d. = = = b b beban S P Rangkaian beban

(49)

CONTOH-3.4.

Imaks =100 2 A

Teorema Tellegen: Ps =VsrmsI1rms cos ϕ1

Komponen fundamental sisi sumber:

i

b 10 Ω

V

sin

2

1000

t

v

s

=

ω

vs ib v, i t A 45.00 70.71 30.04 6.03 2.60 1.46 0.94 0 10 20 30 40 50 60 70 80 10 1 2 4 6 8 2 3 4 5 6 10 7 harmonisa A 50 7 , 0 1 8 , 1 3 , 4 2 , 21 8 , 31 2 2 2 2 2 2 2 = + + + + + × = hrms I A 7 , 70 50 502 2 2 2 1 + = + = = rms shrms rms I I I kVA 7 , 70 7 , 70 1000× = = × = srms rms s V I S kW 50 10 67 , 70 2 2 = × = = = b rms b s P I R P 7 , 0 7 , 70 / 50 / / = = = = s s b s s P S P S f.d. 1 50 1000 50000 cos 1 1 = = × = ϕ rms srms s I V P 100% atau 1 50 50 1 = = = rms hrms I I I THD 7 . 0 ; 1 ; 8 , 1 ; 3 , 4 dst ; 2 , 21 2 04 . 30 ; 50 2 71 . 70 ; 45 10 8 6 4 2 1rms 0 = = = = = = = = = rms rms rms rms rms I I I I I I I

Daya dan Faktor Daya

(50)

CONTOH-3.5.

Rb 10 Ω vs Vsrms =1000 V is saklar sinkron iRb

∼∼∼∼

-300 -200 -100 0 100 200 300 0 0,01 0,02 iRb(t)vs(t)/5 [V] [A] [detik] 0.00 83.79 44.96 14.83 14.83 8.71 8.71 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 10 1 3 5 7 9 11 2 3 4 5 6 7 harmonisa A 59,25 A 2 79 , 83 1rms = = I A 14 , 36 2 71 , 8 2 71 , 8 2 83 , 14 2 83 , 14 2 96 , 44 0 2 2 2 2 2 = + + + + + = hrms I A 4 , 69 14 , 36 25 , 59 2 + 2 = = rms I kVA 4 , 69 4 , 69 1000× = = = srms rms s V I S kW 17 , 48 10 4 , 69 2 2 = × = = = b rms b s P I R P 69 , 0 4 , 69 / 17 , 48 / = = = s s s P S f.d. 1 1 cos ϕ = srms rms s V I P 813 , 0 25 , 59 1000 48170 cos . . 1 1 1 = ϕ = = × = rms srms s s I V P d f 61% atau 61 , 0 25 , 59 14 , 36 1 = = = rms hrms I I I THD

Komponen fundamental sisi sumber: Teorema Tellegen:

(51)

Perhitungan pada Contoh-3.5 dilakukan dengan mengandalkan spektrum amplitudo yang hanya sampai harmonisa ke-11 di mana nilainya masih 10% dari fundamental.

Hal ini sangat berbeda dengan Contoh-3.4 di mana harmonisa ke-10 sudah tinggal 1% dari komponen fundamental

(

0.5cos( ) 0,7sin( )

)

)

( 0 0

1 t I t t

i = m − ω + ω

Koreksi dilakukan dengan melihat persamaan arus fundamental dalam uraian deret Fourier

o 1 6 , 57 ) 5 . 0 / 7 . 0 ( tan = = θ − Im Re θ ) 180 ( o 2 2 + θ = n n n a b I an < 0 dan bn > 0 n an b 844 , 0 ) 4 , 32 cos( cos . .d s1 = ϕ1 = o = f o 1

=

32

,

4

ϕ

ϕ1 kW 50 844 . 0 4 , 59 1000 cos 1 1 = × × = ϕ = srms rms s V I P

Ini harus sama dengan yang diterima Rb

s b rms b I R P P = 2 = A 7 , 70 10 / 50000 / = = = s b rms P R I koreksi kVA 7 , 70 7 , 70 1000× = = = srms rms s V I S 7 , 0 7 , 70 / 50 / . .d s =Ps Ss = = f 65% atau 65 , 0 25 , 59 63 , 38 = = I THD

Koreksi pada CONTOH-3.5.

(52)

Transfer Daya

b bhrms b rms b b bhrms rms b Rb

I

I

R

I

R

I

R

P

=

(

21

+

2

)

=

21

+

2

Daya nyata diserap beban:

Daya nyata yang diserap beban melalui komponen

fundamental selalu lebih kecil dari daya nyata yang dikirim

oleh sumber yang hanya melalui arus fundamental

Beban menerima daya nyata juga melalui komponen harmonisa

Padahal dilihat dari sisi sumber komponen harmonisa tidak memberikan transfer daya nyata

Rb 10 Ω vs Vsrms =1000 V

is

iRb

∼∼∼∼

Piranti ini menerima daya nyata dari sumber, meneruskan sebagian langsung ke beban dan mengubah sebagian menjadi komponen harmonisa baru diteruskan ke beban Dalam mengubah sebagian daya nyata menjadi komponen harmonisa terjadi daya reaktif yang dikembalikan ke sumber

(53)

Perbandingan penyearah setengah gelombang dan saklar sinkron

vs ib v, i t ib vs v, i t kVA 7 , 70 7 , 70 1000× = = × = srms rms s V I S kW 50 10 67 , 70 2 2 = × = = = b rms b s P I R P 7 , 0 7 , 70 / 50 / / = = = = s s b s s P S P S f.d. 1 50 1000 50000 cos 1 1 = = × = ϕ rms srms s I V P 100% atau 1 50 50 1 = = = rms hrms I I I THD

i

b 10 Ω V sin 2 1000 t vs = ω R b 10 Ω vs Vsrms =1000 V saklar sinkron iRb

∼∼∼∼

kVA 7 , 70 7 , 70 1000× = = = srms rms s V I S 7 , 0 7 , 70 / 50 / . .d s =Ps Ss = = f 65% atau 65 , 0 25 , 59 63 , 38 = = I THD 844 , 0 ) 4 , 32 cos( cosϕ1 = o = kW 50 844 . 0 4 , 59 1000 cos 1 1 = × × = ϕ = srms rms s V I P Setelah dikoreksi CONTOH-3.4. CONTOH-3.5.

(54)

Kompensasi Daya Reaktif

saklar sinkron Penyearah setengah gelombang

Daya reaktif yang masih ada merupakan akibat dari arus harmonisa. Oleh karena itu upaya

yang harus dilakukan adalah menekan arus harmonisa melalui

penapisan.

Arus fundamental sudah sefasa dengan tegangan sumber,

cosϕ1=1,

perbaikan faktor daya tidak terjadi dengan cara kompensasi daya reaktif

Padahal faktor daya total masih lebih kecil dari satu

f.d.sumber= 0,7

Arus fundamental lagging terhadap tegangan fundamental,

cosϕ1=0.844,

perbaikan faktor daya masih mungkin dilakukan melalui kompensasi daya reaktif

Faktor daya total lebih kecil dari satu

f.d.sumber= 0,7

Dengan menambah kapasitor paralel

C = 100 µF

faktor daya total akan menjadi

f.d.sumber = 0,8

Penjelasan lebih rinci

ada dalam buku.

(55)
(56)

Adanya harmonisa menyebabkan terjadinya peningkatan susut energi yaitu energi “hilang” yang tak dapat dimanfaatkan, yang secara alamiah berubah menjadi panas

Dampak Pada Sistem

Harmonisa juga menyebabkan terjadinya peningkatan temperatur pada konduktor kabel, pada kapasitor, induktor, dan transformator, yang

memaksa dilakukannya derating pada alat-alat ini dan justru derating ini membawa kerugian (finansial) yang lebih besar dibandingkan dengan dampak langsung yang berupa susut energi

Harmonisa dapat menyebabkan kenaikan tegangan yang dapat menimbulkan

micro-discharges bahkan partial-discharges dalam piranti yang memperpendek

umur, bahkan mal-function bisa terjadi pada piranti.

Pembebanan nonlinier tidaklah selalu kontinyu, melainkan fluktuatif. Oleh karena itu pada selang waktu tertentu piranti terpaksa bekerja pada batas tertinggi temperatur kerjanya bahkan mungkin terlampaui pada saat-saat tertentu. Hal ini akan mengurangi umur ekonomis piranti.

Harmonisa juga menyebabkan overload pada penghantar netral; kWh-meter memberi penunjukan tidak normal; rele proteksi juga akan terganggu, bisa tidak mendeteksi besaran rms bahkan mungkin gagal trip.

(57)

Dampak Harmonisa

Dampak Pada Instalasi di Luar Sistem

Harmonisa menimbulkan noise pada instalasi telepon dan

komunikasi kabel.

Digital clock akan bekerja secara tidak normal.

Dalam kuliah ini hanya akan dibahas

Dampak Pada Sistem

Dampak Tidak Langsung

Selain dampak pada sistem dan instalasi di luar sistem yang

merupakan dampak teknis, terdapat dampak tidak langsnug

yaitu dampak ekonomi.

(58)
(59)

Konduktor

Dampak Harmonisa,

Konduktor

(

)

2

(

2

)

1 2 2 1 2

1

I s rms s hrms rms s rms s

I

R

I

I

R

I

R

THD

P

=

=

+

=

+

Daya diserap konduktor Resistansi konduktor Menyebabkan kenaikan temperatur / susut energi

Temperaratur konduktor tanpa arus sama dengan temperatur sekitar, T

s

Konduktor dialiri arus mengalami

kenaikan temperatur

sebesar

∆T

Temperaratur konduktor di aliri arus adalah T

s

+

∆T

= cp × I2R

Kapasitas panas pada tekanan konstan

Konduktor dialiri arus non-sinus:

(60)

CONTOH-4.1.

Kabel: resistansi total 80 mΩ, mengalirkan arus 100 A frekuensi 50 Hz, temperatur 70o C, pada suhu sekitar 25o C.

Perubahan beban menyebabkan munculnya harmonisa 350 Hz dengan nilai efektif 40 A

W 800 08 , 0 1002 1 = × = P

Susut daya semula (tanpa harmonisa):

W 128 08 , 0 402 7 = × = P

Susut daya tambahan karena arus harmonisa:

W 928 128 800+ = = kabel P

Susut daya berubah menjadi:

Terjadi tambahan susut daya sebesar 16%

70o− 25o= 45o C Kenaikan temperatur semula:

C 52 C 2 , 7 C 45o + o ≈ o = T

Kenaikan temperatur akibat adanya hormonisa:

C 77 52 25o + o = o = ′ T

Temperatur kerja akibat adanya harmonisa:

C 2 , 7 45 16 , 0 × o = o = ∆T

Pertambahan kenaikan temperatur:

(61)

CONTOH-4.2.

W 80 2 , 0 202× = = kabel P resistif 0,2 ΩΩΩΩ kabel Irms= 20 A I = I1rms = 20 A

 Jika daya tersalur ke beban dipertahankan:

THDI = 100% (penyearah ½ gel)

( )

1 1 160 W 2 , 0 202× + 2 = = ′ kabel P resistif 0,2 ΩΩΩΩ kabel I Susut naik 100%

 Jika susut daya di kabel tidak boleh meningkat:

W 80 2 , 0 202 × = = k P I = Irms= 20 A rms ms hms ms rms I I I THD I I2 = 12 + 2 = 12 (1+ 2) =2× 1 2 / 20 1rms = I

Arus fundamental turun menjadi 70%

Daya tersalur ke beban harus diturunkan menjadi 70% Susut tetap

derating kabel

(62)
(63)

Kapasitor

Dampak Harmonisa,

Kapasitor

Pengaruh Frekuensi Pada

εεεε

r

frekuensi

frekuensi listrik frekuensi optik power audio radio εr loss factor εr εrtanδ Im Re IRp IC Itot δ VC δ = = C Rp VCrmsICrms tan P V I δ ε = δ ε =( rV0)(ωCV0)tan 2πfV02C r tan P

Diagram Fasor Kapasitor

faktor kerugian (loss factor) faktor desipasi (loss tangent) fC XC π = 2 1 d A C = ε0εr

ε

r menurun dengan naiknya frekuensi

C menurun dengan naiknya frekuesi.

Namun perubahan frekuensi lebih dominan dalam menentukan reaktansi dibanding dengan penurunan

ε

r; oleh karena itu dalam analisis kita menganggap kapasitansi konstan.

(64)

CONTOH-4.3.

f = 50 Hz 500 µF v = 150 sinωt + 30 sin5ωt V

v

t t vC =150sin100π + 30sin300π t t iC =150×500×10−6×100πcos100π +30×500×10−6×500πcos500π -200 -100 0 100 200 0 0.005 0.01 0.015t [detik]0.02 [V] [A] vC iC

Kurva tegangan dan kurva arus kapasitor berbeda bentuk pada tegangan non-sinus

Peran tegangan dan peran arus pada kapasitor perlu ditinjau secara terpisah

(65)

CONTOH-4.4.

f = 50 Hz

500 µF

v = 150 sinωt + 30 sin3ωt + 30 sin3ωt V

v

Rating

110 V rms, 50 Hz losses dielektrik 0,6 W Ω = × × × π = − 6,37 10 500 50 2 1 6 1 C X 16,7 A 37 , 6 2 / 150 1rms = = C I Ω = = 2,12 3 1 3 C C X X 2,12 10 A 2 / 30 3rms = = C I Ω = = 1,27 5 1 5 C C X X 2,8 A 27 , 1 2 / 5 5rms = = C I 62% atau 62 , 0 7 , 16 8 , 2 102 2 1 = + = = rms C hrms I I I THD % 20 atau 20 , 0 106 5 , 21 2 / 150 2 5 2 302 2 1 = = + = = rms hrms V V V THD V 2 150 1rms = V V 2 30 3rms = V V 2 5 5rms = V

Rugi daya dalam dielektrik

Berbanding lurus dengan frekuensi dan kuadrat tegangan δ

ε =2πfV02C r tan

P

(66)

f = 50 Hz

500 µF

v = 150 sinωt + 30 sin3ωt + 30 sin3ωt V

v

Rating

110 V rms, 50 Hz losses dielektrik 0,6 W

W

6

,

0

V 110 , Hz 50

=

P

W

134

,

0

6

,

0

110

30

50

150

2 V 30 , Hz 150

×

=

×

=

P

W

006

,

0

6

,

0

110

5

50

250

2 V 5 , Hz 250

×

=

×

=

P

Losses dielektrik total:

W

74

,

0

006

,

0

134

,

0

6

,

0

+

+

=

=

total

P

Berbanding lurus dengan frekuensi dan kuadrat tegangan

(67)
(68)

Induktor

Diagram Fasor Induktor Ideal

V=Ei If =Iφ Φ L j * j f i I E V = = ω Φ = ω L If + Ei -+ V

-CONTOH-4.5.

v = 150 sinωt + 30 sin3ωt + 30 sin3ωt V V = Ei= 75 V rms

f = 50 Hz V 11100 50 50 44 , 4 1 L L VL rms = × × × = × V 6660 10 150 44 , 4 3 L L VL rms = × × × = × V 5550 5 250 44 , 4 5 L L VL rms = × × × = × 75 V V 3 , 14084 5550 6660 111002 2 2 = × = + + × = L L VLrms H 0053 , 0 3 , 14084 75 = = L 2 2 fπ = L= ?

(69)

Fluksi Dalam Inti

* f Vrms m = × × φ 44 , 4

nilai puncak fluksi jumlah lilitan

nilai efektif tegangan sinus

Bagaimana jika non-sinus?

CONTOH-4.6.

v L 1200 lilitan ) 135 5 sin( 2 50 sin 2 150 ω0 + ω0 − o = t t vL Wb 563 1200 50 44 , 4 150 1 = × × = µ φ m φ1 =563sin(ω0t −90o) µWb Wb 6 , 62 1200 50 3 44 , 4 50 3 = × × × = µ φ m Wb ) 225 3 sin( 6 , 62 ) 90 135 3 sin( 6 , 62 o 0 o o 0 3 µ − ω = − − ω = φ t t Wb ) 225 3 sin( 6 , 62 ) 90 sin( 563 0 o 0 µ − ω + − ω = φ t t -600 -400 -200 0 200 400 600 0 0.01 0.02 0.03 0.04 t [detik] [V] [µWb] φφφφ vL

Bentuk gelombang fluksi berbeda dengan bentuk gelombang tegangan

(70)

Rugi-Rugi Inti

Iφ Φ Ic If γ V=Ei

Adanya rugi inti menyebabkan fluksi magnetik Φ tertinggal dari arus magnetisasi

I

f sebesar

γ

yang disebut sudut histerisis.

)

90

cos(

o

γ

=

=

c f c

I

V

V

I

P

Arus untuk mengatasi rugi inti

Arus magnetisasi Arus untuk membangkitkan fluksi

rugi arus pusar

Formulasi empiris untuk frekuensi rendah

(

n

)

m h

h vf K B

P = Pe = Ke f 2Bm2τ2v Bm: nilai kerapatan fluksi maksimum, τ : ketebalan laminasi inti, dan

v : adalah volume material inti

luas loop kurva histerisis

rugi histerisis

f

v

w

P

h

=

h frekuensi volume

(71)

Rugi Tembaga

Daya masuk yang diberikan oleh sumber, untuk mengatasi rugi-rugi inti, Pc

untuk mengatasi rugi-rugi tembaga, Pcu

θ

=

+

=

+

=

c cu c 2f 1 f

cos

in

P

P

P

I

R

V

I

P

Iφ Φ Ic If If R V θ Ei

Arus untuk mengatasi

rugi tembaga

Arus magnetisasi

Arus untuk membangkitkan fluksi

Tegangan jatuh pada belitan

R

I

P

cu

=

2f

(72)
(73)

Transformator

Dampak Harmonisa,

Transformator

Rangkaian Ekivalen dan Diagram Fasor

∼∼∼∼

Re= R2+R

1 jXe = j(X2+ X′1) I2 = I′1 V1/a V2 I2 I2Re V2 V1/a jI2Xe

(74)

Rugi-Rugi Pada Belitan

Selain rugi-rugi tembaga terjadi rugi-rugi tambahan arus pusar,

P

l , yang ditimbulkan oleh fluksi bocor.

Fluksi bocor selain menembus inti juga menembus konduktor belitan. Rugi arus bocor timbul baik di inti maupun di konduktor belitan.

Rugi arus pusar pada belitan (stray losses): P =l Kl f 2Bm2

Fluksi Dan Rugi-Rugi Karena Fluksi

Fluksi magnetik, rugi-rugi histerisis, dan rugi-rugi arus

pusar pada inti dihitung seperti halnya pada induktor

Namun formula ini tak digunakan

Rugi arus pusar dihitung sebagai proporsi dari rugi tembaga, dengan tetap mengingat bahwa rugi arus pusar sebanding dengan kuadrat ferkuensi.

Proporsi ini berkisar antara 2% sampai 15% tergantung dari ukuran transformator

(75)

CONTOH-4.7.

Resistansi belitan primer 0,05 Ω

I

I

rms

= 40 A

Arus ini menimbulkan juga fluksi bocor.

Fluksi bocor ini menembus konduktor belitan dan menimbulkan rugi arus pusar di konduktor belitan. Rugi arus pusar ini = 5% dari rugi tembaga

W

80

05

,

0

40

2

×

=

=

cu

P

W

4

80

05

.

0

%

5

×

P

cu

=

×

=

Rugi tembaga Rugi arus pusar

Rugi daya total pada belitan 80 + 4 = 84 W.

(76)

Rugi arus pusar diperhitungkan 10% dari rugi tembaga

CONTOH-4.8.

Resistansi belitan primer 0,05 Ω

I

I1rms = 40 A I7rms = 6 A

W

8

,

81

05

,

0

)

6

40

(

2 2 2

=

+

×

=

=

I

R

P

cu rms

W

8

05

,

0

40

1

,

0

1

,

0

12 2 1

=

×

I

R

=

×

×

=

P

l rms

W

8

,

8

05

,

0

6

7

1

,

0

7

1

,

0

2 72 2 2 7

=

×

×

I

R

=

×

×

×

=

P

l rms

W

6

,

98

8

,

8

8

8

,

81

7 1

+

=

+

+

=

+

=

cu l l total

P

P

P

P

Rugi tembaga total:

Rugi arus pusar komponen fundamental:

Rugi arus pusar harmonisa ke-7:

(77)

Faktor K

Faktor K digunakan untuk menyatakan adanya rugi arus pusar

pada belitan. Ia menunjukkan berapa rugi-rugi arus pusar yang

timbul secara keseluruhan.

Nilai efektif total arus nonsinus

A

1 2

=

=

k n nrms Trms

I

I

W

1 2 2 0

=

=

k n nrms K

gR

n

I

P

proporsi terhadap rugi tembaga Rugi tembaga total

W

2 0 1 2 0 2 0 Trms k n nrms rms cu

R

I

R

I

R

I

P

=

=

=

=

Rugi arus pusar total

Resistansi belitan 2 1 2 2 Trms k n nrms

I

I

n

K

=

=

faktor rugi arus pusar (stray loss factor)

Gambar

Diagram Fasor Kapasitor
Diagram Fasor Induktor Ideal V=E i I f  =I φ Φ Lj*j fiIEV==ωΦ=ω LIf +E i-+V

Referensi

Dokumen terkait

tegangan sinusoidal, maka arus yang mengalir ke beban linear juga merupakan. sinusoidal sehingga tidak terjadi distorsi dan tidak menimbulkan

Dalam sistem tiga fasa, kondisi pemakaian beban linear dan non linear dalam keadaan tidak seimbang dapat menyebabkan arus yang mengalir pada kawat netral atau

Dalam praktik rekayasa dijumpai operasi matematika yang melibatkan bilangan-bilangan dalam interval. Dalam keadaan demikian kita dihadapkan pada operasi-operasi interval.

Dalam sistem tiga fasa, kondisi pemakaian beban linear dan non linear dalam keadaan tidak seimbang dapat menyebabkan arus yang mengalir pada kawat netral atau

Pada suatu kondisi di mana sistem distribusi 3 fasa 4 kawat melayani beban nonlinear satu fasa yang tidak seimbang, arus yang mengalir pada penghantar netral terdiri dari

Arus yang mengalir pada kawat netral yang merupakan arus balik untuk sistem distribusi tiga fasa empat kawat adalah penjumlahan vektor dari ketiga arus fasa dalam

Arus yang mengalir pada kawat netral yang merupakan arus balik untuk sistem distribusi tiga fasa empat kawat adalah penjumlahan vektor dari ketiga arus fasa dalam

Ketidakseimbangan Beban:- Pengertian beban seimbang Pada sistem distribusi tiga fasa empat kawat, beban dikatakan seimbang jika  Pada masing-masing fasa mengalir arus yang sama