• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III FULL ACOUNTING INFORMATION (INFORMASI AKUNTANSI PENUH)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III FULL ACOUNTING INFORMATION (INFORMASI AKUNTANSI PENUH)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

FULL ACOUNTING INFORMATION (INFORMASI AKUNTANSI PENUH)

3.1 Definisi full Acounting Information

Full Acounting Information adalah seluruh aktiva, seluruh pendapatan yang diperoleh dan seluruh sumber yang dikorbankan suatu objek informasi. Unsur yang membentuk informasi akuntansi penuh adalah total aktiva, total pendapatan dan total biaya. Jika informasi akuntansi penuh berupa aktiva disebut dengan aktiva penuh (full assets).

3.2 Manfaat Full Acounting Information

Informasi akuntansi penuh bermanfaat bagi manajemen untuk:

1. Pelaporan keuangan

Pelaporan keuangan terbagi menjadi dua yaitu pelaporan keuangan kepada phak luar dan pelaporan keuangan pada manajemen puncak. Pelaporan keuangan memerlukan informasi akuntansi penuh yang berupa informasi masa lalu. Informasi akuntansi penuh masa lalu yang bermanfaat adalah aktiva penuh, pendapatan penuh dan biaya penuh.

2. Analisis kemampuan menghasilkan laba (profitability analysis)

Analisis kemampuan menghasilkan laba dapat diterapkan dalam berbagai objek informasi, diantaranya produk, keluarga produk (product line), aktivitas (activities), atau unit organisasi.

3. Mengetahui biaya yang telah dikeluarkan untuk sesuatu

Untuk mengetahui berapa biaya sesuatu, informasi akuntansi penuh yang bermanfaat adalah biaya penuh masa lalu yang berkaitan dengan objek biaya. Biaya penuh yang telah dikeluarkan untuk sesuatu berperan bagi manajemen dalam:

1. Evaluasi konsumsi sumber daya yang dikorbankan untuk sesuatu

2. Penyediaan informasi untuk memungkinkan manajemen melongok struktur biaya perusahaan pesaing yang digunakan untuk menghasilkan produk berupa barang atau jasa

3. Pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri 4. Penentuan harga jual produk (barang atau jasa)

(2)

5. Penyediaan kemudahan dalam penghilangan pemborosan dengan menyediakan informasi biaya untuk aktivitas bukan penambah nilai

6. Penyediaan informasi untuk improvement terhadap tingkat kemampuan barang atau jasa dalam menghasilkan laba dengan memantau total biaya daur hidup barang atau jasa

7. Penyediaan informasi untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan tentang biaya mutu (quality costs) 8. Cost reimbursement

9. Inventory costing

4. Penentuan harga jual dalam cost type contact

Penentuan harga jual dalam cost type contact memerlukan informasi akuntansi penuh berupa biaya penuh masa lalu.

5. Penentuan harga jual normal

Informasi akuntansi penuh masa yang akan datang yang bermanfaat dalam penentuan harga jual normal adalah aktiva penuh dan biaya penuh. Biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan harga jual normal dapat dihitung dengan salah satu dari tiga pendekatan, yaitu full costing, variable costing atau activity-based costing.

6. Penentuan harga transfer

Ada dua macam pendekatan yang digunakan untuk menentukan harga transfer, yaitu penetuan harga transfer atas dasar biaya (cost-based transfer price) dan penetuan harga transfer atas dasar harga pasar (market-based transfer price).

7. Penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah

Informasi akuntansi penuh masa yang akan datang yang bermanfaat dalam penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah adalah aktiva penuh dan biaya penuh. Biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah dihitung dengan menggunakan pendekatan full costing.

8. Penyusunan program

Dalam penyusunan program, manajemen memerlukan informasi akuntansi penuh masa yang akan datang berupa aktiva penuh, pendapatan penuh dan biaya penuh.

(3)

3.3 Klasifikasi Akuntansi Biaya Penuh )Full Acounting Information) Akutansi biaya penuh dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu -. biaya penuh historis (historical cost) dan

-. biaya penuh masa yang akan datang (future estimate).

Biaya penuh historis terutama digunakan untuk menyajikan laporan keuangan perusahaan baik itu neraca maupun perubahan posisi keuangan. Di samping itu biaya penuh juga digunakan untuk menilai prestasi manajer yang memimpin perusahaan, sedangkan biaya penuh masa yang akan datang terutama digunakan untuk semua tipe perencanaan baik itu perencanaan jangka panjang maupun perencanaan jangka pendek atau sering juga disebut pembuatan program yaitu keputusan tentang langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Biaya penuh masa yang akan datang juga digunakan untuk menetapkan berapa harga penjualan normal yang dikehendaki perusahaan supaya perusahaan tidak mengalami kerugian.

Sebagai contoh, PT. ANDO membeli komponen kipas angin sebesar Rp. 15.000,- dan untuk merakit kipas angin tersebut diperlukan biaya-biaya sebagai berikut : Upah tenaga kerja Rp. 2.000,- biaya material (suku cadang) sebesar Rp. 3.000,- serta biaya operasi sebesar Rp. 5.000,- (termasuk biaya tetap), maka biaya penuh dari kipas angin tersebut adalah Rp. 25.000,-.

3.4 Perbedaan Full Costing, Variabel Costing dan Activity Based Costing

1. Full Costing

Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produk dengan memasukkan seluruh komponen biaya produksi sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap.

Biaya penuh (full cost) adalah jumlah seluruh biaya langsung yang berkenaan dengan item tersebut ditambah bagian-bagian yang layak dibebankan pada item tersebut dari biaya tidak langsung.

Contoh. FCA

Apabila perusahaan membeli komponen kipas angin Rp.15 000 dan menggunakan tenaga kerja langsung untuk merakit dengan upah Rp.2 000 material (suku cadang dan lain-lain) Rp.3000 serta bagian yang layak dibebankan pada kipas angin dari biaya operasi Rp.5 000 (termasuk biaya tetap) maka biaya penuh (full cost) dari kipas angin adalah Rp. 25 000

Di dalam metode full costing, biaya overhead pabrik yang bersifat variabel maupun tetap dibebankan kepada produk yang dihasilkan atas dasar tarif yang ditentukan dimuka

(4)

pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk selesai yang belum dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok penjualan) apabila produk selesai tersebut tidak dijual.

Akutansi biaya penuh dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu -. biaya penuh historis (historical cost) dan

-. biaya penuh masa yang akan datang (future estimate).

Biaya penuh historis terutama digunakan untuk menyajikan laporan keuangan perusahaan baik itu neraca maupun perubahan posisi keuangan. Di samping itu biaya penuh juga digunakan untuk menilai prestasi manajer yang memimpin perusahaan, sedangkan biaya penult masa yang akan datang terutama digunakan untuk semua tipe perencanaan baik itu perencanaan jangka panjang maupun perencanaan jangka pendek atau sering juga disebut pembuatan program yaitu keputusan tentang langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Biaya penuh masa yang akan datang juga digunakan untuk menetapkan berapa harga penjualan normal yang dikehendaki perusahaan supaya perusahaan tidak mengalami kerugian.

Perbedaan tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi tetap, dan akan mempunyai akibat pada :

1.Perhitungan harga pokok produksi dan 2.Penyajian laporan laba-rugi.

Perhitungan Metode Full Costing

Harga Pokok Produksi : Rp. xxx.xxx

Biaya bahan baku Rp. xxx.xxx

Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx Biaya overhead pabrik tetap Rp. xxx.xxx Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx.xxx

Harga Pokok Produk Rp. xxx.xxx

Dengan menggunakan Metode Full Costing,

1. Biaya Overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead yang sesungguhnya.

(5)

2. Selisih BOP akan timbul apabila BOP yang dibebankan berbeda dengan BOP yang sesungguh- nya terjadi.

Catatan :

Pembebanan BOP lebih (overapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang dibebankan lebih besar dari BOP yang sesungguhnya terjadi.

Pembebanan BOP kurang (underapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang dibebankan lebih kecil dari BOP yang sesungguhnya terjadi.

3. Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tsb digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik produk dalam proses maupun produk jadi)

4. Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya samapi saat produk yang bersangkutan dijual.

2. Variabel Costing

Variable Costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya memasukkan komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.

-. Kegunaan Variable Costing a. Penentuan Harga Jual

Teori ekonomi mikro menyebutkan bahwa proses terjadinya harga adalah karena adanya dua kekuatan yang saling dominan yaitu kekuatan permintaan dan penawaran. Dengan demikian perusahaan tidak mampu mengendalikan harga produk yang dilempar ke pasar, karena keadaan pasar itu sendiri. Walaupun sampai pada batas-batas tertentu perusahaan dapat mengontrol harga jualnya, tetapi kontrol itu tidak menjadi sedemikian kuatnya sehingga harga pokok masih merupakan satu - satunya faktor penentu penetapan harga jual. Dalam keadaan seperti ini variable costing memberikan pedoman bagi menajemen sampai seberapa harga jual dapat berkurang sehingga biaya produksi dapat ditutupi. b. Perencanaan Laba

Metode variable costing menitik-beratkan pada informasi mengenai contribution margin, yang merupakan kelebihan hasil penjualan terhadap biaya variable. Biaya contribution margin dihitung dalam bentuk presentase dari hasil penjualan, maka diperoleh contribution margin ratio atau marginal income ratio. Contribution margin merupakan data penting untuk membentuk menajemen di dalam mengambil keputusan apabila suatu produk lain harus dihentikan produksinya. Contribution margin ratio dapat membantu manajemen di dalam

(6)

mengambil keputusan produk mana yang perlu didorong dan produk mana yang dikurangi produksinya..

c . Pembuatan Keputusan

Manajemen sering dihadapkan pada masalah pemilihan alternatif, dimana alternatif tersebut mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya laba perusahaan. Bantuan VC sangat tepat dalam hal usaha untuk memasuki pasar-pasar baru, perluasan usaha, membuat sendiri atau memesan bahan pembantu atau suku cadang tertentu, keputusan memproses lebih lanjut produk sebelum dijual atau menjualnya setelah proses terdahulu, keputusan menghentikan suatu produk atau meneruskannya.

-. Keunggulan Variable Costing a. Persediaan ( Cost )

IAI ( 1984 : 24 ) menyebutkan “ … harga pokok barang yang diproduksi meliputi semua biaya bahan langsung yang dipakai, upah langsung, serta biaya produksi tidak langsung, dengan memperhitungkan saldo awal dan saldo akhir barang dalam pengolahan “. selanjutnya IAI ( 1984 : 13 ) juga menyebutkan pengakuan yang sedikit fleksibel hanya terdapat pada industri ekstraktif bahwa, “ laporan keuangan harus dinyatakan kembali secara retroaktif ( berlaku surut ) untuk perubahan berikut ini …, perubahan ke atau dari metode biaya penuh (full cost) dalam industri ekstraktif. “ Jadi pengakuan adanya laporan keuangan dalam bentuk selain full cost hanya ungkapan tersirat ( implisit ), dan itupun hanya kekecualian ( pada perusahaan ekstraktif ). Alasan lain adanya fleksibelitas karena industri ekstraktif dalam kegiatannya cenderung menggunakan biaya merginal (variable).

b. Kapasitas Menganggur ( Idle Capacity )

Dalam majalah akuntansi ( 1989 : 5 ) edisi bulan September disebutkan bahwa “ kelemahan konsepsual lainnya dari metode full costing ini adalah masalah prosedur alokasi BOPT dan jika terjadi biaya yang keluar karena tidak efesien atau adanya kapasitas yang menganggur ( idle capacity ) “. Selanjutnya Hongren ( 1988 : 79 ) menyebutkan bahwa : … varian tidak dapat dimasukkan ke dalam persediaan (uninventoriable) dan harus dianggap sebagai penyesuaian laba periode bersangkutan, bukan diproratakan pada persediaan dan HPP. Dengan cara ini pernilaian persediaan akan lebih representatif terhadap biaya yang diinginkan dan yang dapat dicapai. Tetapi jika terjadi varians yang cukup material maka harus dialokasikan secara proporsional ke finished good, WIP, dan harga pokok. Memasukkannya ke dalam WIP dan ke finished good mau tidak mau akan menaikkan nilai persediaan, karena tidak efisien. Lain halnya kalau tidak material, akan dikeluarkan seluruhnya menjadi beban tahun berjalan.

(7)

Lebih jelas, menahan kapasitas menganggur (ketidak – efisienan ) tidak mempunyai manfaat ekonomis dan jasa potensial di masa yang akan datang. c . Pelaporan Laba

Keunggulan variable costing yang lainnya akan disajikan melalui suatu contoh kasus yang dapat dilihat pada gambar 6.1, 6.2, dan 6.3. Laba yang telah diperoleh dalam tahun ke-2 dan ke-3, sejalan dengan meningkatnya tingkat penjualan. Sementara itu tingkat produksi dalam tahun ke- 2 juga naik, akan tetapi periode tahun ke- 3 justru turun ( manajer mengatur tingkat produksi ). Lalu hasil kerja manajer dalam gambar 6.1. (metode full costing) dibandingkan dengan laporan rugi-laba dengan metode variabel costing ( gambar 6.2. ) Dalam gambar 6.2.a. terlihat dengan jelas bahwa sebenarnya laba baru dapat dicapai hanya dalam periode tahun ke-3 saja, dan seharusnya manajer baru dapat menikmati bonusnya dalam periode akhir tahun ke- 3. Mengapa laba per tahun yang dilaporkan menurut metode full costing berbeda dengan hasil metode variable costing ? Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan BOP Tetap ( gambar 6.2.b) Yang perlu digaris bawahi tentang kedua metode ini dikaitkan dengan pelaporan laba ialah bahwa laba yang dilaporakan berdasarkan metode full costing sangat dipengaruhi oleh perubahan tingkat produksi. Berbeda dengan metode variable costing, laba yang dihitung sangat dipengaruhi oleh tingkat penjualan (gambar 6.3. ). Besarnya tingkat penjualan adalah indikator yang baik, untuk menilai kinerja manajer perusahaan, karena dunia bisnis sekarang sudah benar- benar kompetitif. Dengan demikian wajarlah apabila para pemegang saham dan kreditur menerima laporan laba yang didasarkan atas kemampuan manajer menjual produk, bukannya didasarkan atas kemampuan manajer “ mempermainkan “ tingkat produksi.

Gambar 6.1. Contoh kasus = Pelaporan Laba

Tiga tahun yang lalu, PT. Ratna Juwita berada dalam kesulitan. Tingkat produksinya di bawah kapasitas normal. Perusahaan ini telah menyewa seorang manajer yang cukup terkenal dan bersedia mengambil alih kendali perusahaan. Dia seorang cukup bermurah hati. Ia mau dibayar dengan gaji yang sangat relatif rendah. Akan tetapi menuntut bonus 10 % per tahun dari laba bersih. Berikut adalah laporan rugi laba perusahaan selama ia pimpin ( 3 tahun ).

Ratna Juwita – Laporan rugi laba untuk tahun ke – 1,2,3. Dalam miliaran rupiah ( Metode full costing ).

(8)

Tahun Tahun Tahun Tahun

Ke- 1 ke- 2 ke- 3 1 – 3

Penjualan * 34,0 50,0 60,0 144,0 1) Harga Pokok Penjualan

Persediaan Awal - - 6,4 -

Harga Pokok Produksi 25,4 38,4 33,4 97,2

Persediaan Akhir - (6,4) - -

Hpp 25,4 32,0 39,8 97,2

Laba Kotor 8,6 18,0 20,2 46,8

2) Biaya Pemasaran 9,1 16,4 19,1 44,8 Laba (Rugi) Bersih (0,5) 1,4 1,1 2,0 * Harga Jual = Rp 2.000,00 per unit

Gambar 6.2

a. PT. Ratna Juwita- Laporan Rugi-Laba untuk tahun ke- 1,2,3 Dalam milyaran Rupiah, (Metode Variable Costing)

Tahun Tahun Tahun Tahun Ke- 1 ke- 2 ke- 3 ke 1- 3

Penjualan 34,0 50,0 60,0 144,0

(- ) Hpp Variabel

Persediaan Awal - - 5,0 -

Harga Pokok Produksi Var 17,0 30,0 25,0 72,0

Persediaan Akhir - ( 5,0) - -

Hpp Variabel 17,0 25,0 30,0 72,0

Biaya Pemasaran dan

Adm Var 8,5 12,5 15,0 36,0

Marjin Kontribusi 8,5 12,5 15,0 36,0

(- ) BOP Tetap 8,4 8,4 8,4 25,2

Biaya Pem & Adm Tetap 0,6 4,1 4,1 8,8

9,0 12,5 12,5 34,0

Laba bersih (0,5) NIHIL 2,5 2,0

b. Penjelasan perbedaan Laba Metode FC dengan Metode VC Tahun Tahun Tahun Ke- 1 ke- 2 ke- 3 Laba bersih (Metode FC) (0,5) 1,4 1,1 Laba bersih (Metode VC) (0,5) 0 2,5

(9)

Perubahan jumlah Persediaan dalam

Unit (metode VC ) 0 5 5

Dikalikan tarif BOP Tetap 0,28 0,28 0,28

Tarif ini dihitung dari total BOP Tetap ( = Rp 8,4 milyar ) dibagi dengan kapsitas normal dalam unit ( 30 milyar unit )

-. Kelemahan Variable Costing

Setelah diuraikan kebaikan variable costing, berikut ini akan diuraikan kelemahan- kelemahan Variable costing.

1. Pemisahan Biaya-biaya ke dalam variable dan biaya tetap sebenarnya sulit dilaksanakan, karena jarang sekali suatu biaya benar-benar variable atau benar-benar tetap. Suatu biaya digolongkan sebagai biaya variable apabila asumsi berikut ini dipenuhi :

a. Bahwa harga barang atau jasa tidak berubah.

b. Bahwa metode dan prosedur produksi tidak berubah-ubah. c . Bahwa tingkat efesiensi tidak berfluktuasi.

Sedangkan biaya tetap dapat dibagi menjadi 2 kelompok :

a. Biaya tetap yang dalam jangka pendek dapat berubah,misalnya gaji manajer produksi, pemasaran, keuangan danpembukuan.

b. Biaya tetap yang dalam jangka panjang tetap konstan misalnya beban depresiasi dan sewa kantor yang dikontrak untuk jangka panjang.

Tetapi dalam jangka panjang semua biaya bersifat variable. 1. Metode variable costing tidak sesuai dengan prinsip akuntansi

yang lazim ( di Indonesia Prinsip Akuntansi Indonesia = PAI ), sehingga laporan keuangan untuk kepentingan pajak dan masyarakat umum harus dibuat atas dasar full costing. Menurut pendukung full costing adalah tidak wajar apabila BOP Tetap tidak diperhitungkan dalam harga pokok persediaan dan harga penjualan. BOP Tetap seperti halnya BOP Variable diperlukan untuk menghasilkan produk oleh karena harus dibebankan sebagai biaya produksi.

2. Tidak diperhitungkannya BOP Tetap dalam harga Pokok Persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah, sehingga akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisa keuangan.

3.5 Penentuan Harga Jual

-. Hal – hal yang mempengaruhi harga jual

(10)

Biaya penuh disini adalah informasi batas bawah penentuan harga jual artinya ” bila biaya penuh tidak boleh lebih besar dari harga jual, supaya tidak menghasilkan kerugian.

2. Aspek di luar biaya meliputi : -. Selera konsumen

-. Demand and suplai Sulit Diramal -. Jumlah Pesaing yang memasuki pasar

-. Harga jula produk pesaing -. Manfaat biaya penuh

1. Mengurangi ketidak pastian dalam mengambil keputusan 2. Mengambil keputusan untuk memasuki pasar

-. Jika biaya penuh > Harga Jual Dipasar Produk ngak bisa masuk pasar -. Jika biaya penuh < Harga Jual Maka produk bisa masuk pasar

3. Memberi perlindungan dalam kerugian 4. Memberi informasi tindakan pesaing -. Metode Penentuan Harga Jual

1. Harga Jual Normal

2. Harga Jual untuk pesanan Khusus 3. Harga jual dengan cost tipe contract

4. Harga jual yang dihasilkan oleh perusahaan yang di atur oleh pemerintah Penjelasan

1. Harga Jual Normal

Secara normal : Harga jual harus dapat menutupi biaya penuh + Menghasilkan laba Formula : Tafsiran biaya Penuh + laba yang di harapkan

Metode Full Costing 1. Cost of capital Metode Variabel Costing 2. Resiko bisnis

3. Capital employed

-. Cost Capital : Biaya yang dikeluarkan untuk investasi

Misalkan : butuh dana untuk jalankan usaha dengan kredit bank yang bunganya 24 % dan tax dari kaba tersebut dihasilkan 25 % maka

Cos capitalnya = (100 % x 25 % ) x 0,24 =

= 18 %

(11)

3.6 Pelaporan Keuangan

-. Laporan keuangan disajikan untuk pihak insternal dan fihak eksternal

-. Untuk pihak eksternal terikat oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum sedangkan untuk pihak internal tidak terikat oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum

-. Untuk kepentingan pelaporan keuangan dibutuhkan informasi akuntansi penuh berupa informasi masa lalu

Contoh

Pendapatan dan biaya penuh yang disajikan dalam laporan laba rugi Untuk pihak luar perusahaan

Accounting Information Terdiri dari Full assets, full revenues, dan atau full costs. Oleh

Pendapatan dan biaya penuh yang disajikan melalui Laporan rugi laba untuk manajemen Puncak Pendapatan Penjualan pada pihak luar Rp. 10.000.000

Harga Pokok Penjualan Rp. 5.500.000

Laba bruto Rp. 4.500.000

Biaya Usaha Rp. (2.000.000)

Laba bersih Usaha Rp. 2.500.000

Pendapatan dan biaya di luar usaha Rp. (500.000) Laba bersih sebelum pajak Rp. 2.000.000

Pendapatan Penjualan pada pihak luar Rp. 10.000.000 Pendapatan penjualan antar devisi 2.500.000

Pendapatan penuh Rp. 12.500.000

Biaya langsung devisi :

1. Devisi Produksi Rp. 5.000.000 2. Biaya Umum dan Administrasi Rp. 1.000.000 3. Biaya Pemasaran Rp. 2.500.000 4. Biaya langsung devisi Rp. 8.000.000 5. Alokasi Biaya Dari Pusat Rp. 1.000.000

Biaya Penuh Rp. 9.500.000

(12)

Full costs Merupakan total biaya yang bersangkutan dengan objek informasi. Jika objek informasi berupa produk, maka full costs merupakan total biaya yang bersangkutan dengan produk tersebut. Full Costs dipengaruhi oleh metode penentuan Harga Pokok Produk yang digunakan, berupa:

- Full Costing - Variable Costing - Activity Based Costing

Full Costing Merupakan salah satu metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi sebagai harga pokok produksi, baik biaya variabel maupun tetap

Penyajian Laporan Laba Rugi

Laporan Laba-Rugi ( Metode Full Costing )

Hasil penjualan Rp. 500.000

Harga pokok penjualan Rp. 250.000 -

Laba Bruto Rp. 250.000

Biaya administrasi dan umum Rp. 50.000 -

Biaya pemasaran Rp. 75.000 -

Laba Bersih Usaha Rp . 125.000

(13)

Laporan Laba-rugi tsb menyajikan biaya-biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi pokok dalam perusahaan manufaktur, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum.

Variable Costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya memasukkan komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Menurut metode full costing, karena produk yang dihasilkan ternyata menyerap jasa BOP Tetap walaupun tidak secara langsung, maka wajar apabila biaya tadi dimasukkan sebagai komponen pembentuk produk tersebut. Sementara dipihak lain, variable costing beranggapan bahwa BOP Tetap tadi tidak secara langsung membentuk produk, maka tidak relevan kalau dimasukkan sebagai komponen harga pokok. Sebaiknya BOP Tetap dimasukkan dalam

kelompok period cost ( biaya periode ).

Penggunaan konsep yang berbeda akan menghasilkan konsekuensi yang berbeda pula. Demikian halnya dengan kedua metode penentuan harga pokok ini. Laporan rugi – laba yang disusun berdasarkan kedua metode akan menghasilkan laba yang berbeda. Jika pada periode tersebut terdapat perbedaan persediaan awal dan akhir produk selesai. Hal ini disebabkan karena metode full costing memasukkan BOP Tetap sebagai komponen harga pokok, sehingga apabila diakhiri periode terdapat persediaan produk selesai maka akan terjadi

penundaan pembebanan BOP Tetap ke periode

Variable Costing

Direct costing/variabel costing adalah penentuan harga pokok produksi, di mana hanya biaya variabel saja yang dibebankan sebagai elemen biaya produksi. Dengan penentuan seperti itu, maka akan mempengaruhi cara penyajian laporan laba/rugi, di mana laporan laba/rugi akan

disajikan sebagai berikut:

Penjualan Rpxxx

Biaya variabel Rpxxx _

Marjin kontribusi Rpxxx

Biaya tetap Rpxxx _

Laba bersih Rpxxx

Keuntungan dari pendekatan variable costing adalah tidak menunda pembebanan biaya tetap produksi, karena biaya tetap dianggap biaya periode. Dengan pembebanan seluruh biaya tetap ke periode dikeluarkannya, maka laba bersih akan menunjukkan jumlah yang berfluktuasi secara proporsional dengan penjualan, sehingga bagi manajemen lebih informatif. Direct costing mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut:

(14)

a. untuk perencanaan laba jangka pendek

b. untuk pengambilan keputusan

c. untuk penentuan harga jual

d. dan lain-lain.

Kelemahan dari direct costing yang utama adalah tidak bisa disajikan kepada pihak ekstern karena tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum (PABU).

Referensi

Dokumen terkait

Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik

Sulit bagi perusahaan untuk bersembunyi dari mata pemerintah, aktivis, masyarakat dan media massa yang merupakan stakeholders yang memiliki kepentingan terhadap

Dalam menggunakan metode hands on learning diperlukan beberapa bahan dan perlu memperhatikan beberapa hal dalam mengajari anak yaitu, yang pertama keamanan untuk anak

Kemudian yang selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Syakir, dkk (2017) Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Sinjao Borong ini menunjukkan hasil bahwa

Data umum daerah pelayanan sampah yang wajib disediakan dan dilengkapi oleh setiap daerah dalam perhitungan kalkulator retribusi yaitu 1) jumlah penduduk, 2)

Dengan demikian pelayanan bukan dimulai dari kegiatan dalam lingkungan gereja, Sekolah Tinggi Teologi, tidak dimulai dari kursus-kursus pelayanan, tetapi dari sikap hati dan

Hasil validasi dari ahli media diperoleh bahwa media pembelajaran berbasis web perlu direvisi pada bagian gambar dengan menggunakan gambar yang lebih menarik dari

Dalam melakukan inferensi diperlukan adanya proses pengujian kaidah-kaidah dalam urutan tertentu untuk mencari yang sesuai dengan kondisi awal atau kondisi yang berjalan yang