• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi dalam menetapkan harga jual dengan metode full costing pada Usaha Sari Uma Dukuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi dalam menetapkan harga jual dengan metode full costing pada Usaha Sari Uma Dukuh"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Yuniari et al. (2017) melakukan penelitian tentang ketepatan perhitungan harga pokok produksi dalam menetapkan harga jual dengan metode full costing pada Usaha Sari Uma Dukuh Sidemen selama satu bulan. Dari hasil penelitian dapat diketahui perhitungan harga pokok menurut perusahaan sebesar Rp 9.574.500, sedangkan metode full costing Rp 9.766.073. Harga jual menurut perusahaan sebesar Rp 10.053.225, sedangkan metode full costing menghasilkan harga jual sebesar Rp 10.254.377. Perbedaan terjadi disebabkan perbedaan nilai pada biaya overhead pabrik, perusahaan tidak memasukkan seluruh biaya overhead secara rinci. Hal ini menunjukkan perbedaan metode dalam menghitung harga pokok produksi akan menghasilkan harga jual yang berbeda, dan berdampak pula pada laba yang diperoleh.

Purnama (2017) melakukan penelitian tentang perhitungan harga pokok produksi dalam menentukan harga jual menggunakan metode cost plus pricing dengan pendekatan full costing pada PT. Prima Istiqamah selama bulan September 2016. Hasil penelitian menunjukkan harga pokok produksi menurut perusahaan sebesar Rp 85.472/kg, sedangkan menurut metode full costing sebesar Rp 85.926/kg. Perbedaan ini disebabkan perusahaan tidak mamasukkan biaya overhead pabrik kedalam perhitungan biaya produksi. Harga jual menurut perusahaan untuk 1kg abon Rp 120.000, untuk 100gr abon Rp 20.000, untuk 250gr abon Rp 35.000 dan untuk 500gr abon Rp 70.000, sedangkan dengan metode cost plus pricing untuk 1kg abon Rp 120.950, untuk 100gr abon Rp 12.683, untuk 250gr abon Rp 30.488 dan untuk 500gr abon Rp 60.798. Perbedaan harga terjadi karena perusahaan menghitung harga jual atas dasar harga per kilogram abon untuk setiap gram

(2)

8

produknya, tidak menentukan besarnya laba yang diinginkan dan selalu memastikan bahwa biaya yang dikeluarkan tertutupi dengan laba yang dihasilkan.

Pelealu et al. (2018) melakukan penelitian tentang perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing untuk menentukan harga jual pada Kertina’s Home Industry. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedan antara metode perusahaan dengan metode full costing.

Harga pokok produksi menurut perusahaan sebesar Rp 350.575, sedangkan menurut metode full costing Rp 360.708. Perbedaan terjadi karena perusahaan tidak memasukkan biaya overhead

pabrik secara rinci kedalam biaya produksi. Harga jual menurut perusahaan Rp 49.081 dibulatkan menjadi Rp 50.000, sedangkan menurut metode cost plus pricing Rp 52.083. Perbedaan ini dikarenakan total biaya produksi pada perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing lebih tinggi dibandingkan perhitungan perusahaan.

Hasyim (2018) melakukan penelitian tentang penentuan harga pokok produksi dan harga jual menggunakan metode full costing pada produk tempe dan tahu di home industri Khoiriyah selama bulan Juni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan metode yang sederhana. Harga pokok produksi tempe dan tahu menurut perusahaan adalah Rp 9.223 dan Rp 27.503,571, sedangkan menurut metode full costing adalah Rp 9.610,473 dan Rp 28.618,228.

Harga jual tempe dan tahu menurut perusahaan Rp 10.000 dan Rp 40.000, sedangkan menurut cost plus pricing adalah Rp 11.724,733 untuk tempe dan Rp 34.914,235 untuk tahu dengan persentase

laba yang diharapkan sebesar 20%. Perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan lebih kecil dikarenakan biaya overhead pabrik tidak dimasukkan dan dirinci ke dalam biaya produksi.

Pidada et al. (2018) melakukan penelitian tentang penentuan harga pokok produksi dengan metode full costing untuk menentukan harga jual pada usaha tenun sekordi. Berdasarkan metode perusahaan hasil perhitungan harga pokok produksi adalah Rp 8.030.000, atau sebesar Rp

(3)

9

2.007.500 per lembar produk dengan kuantitas 4 produk yang dalam 1 bulan. Sedangkan dengan metode full costing sebesar Rp 8.775.555 untuk 4 produk yang dihasilkan, atau sebesar Rp 2.193.889 dalam hal ini terjadi selisih nilai sebesar Rp 186.000. Menurut metode pengusaha laba yang diperoleh dengan menjual 1 produk kain sekordi adalah sebesar Rp 492.500, sedangkan berdasarkan metode full costing laba yang diperoleh sebesar Rp 306.111 per produk sehingga terdapat selisih laba sebesar Rp 186.389. Perbedaan tersebut terjadi karena perusahaan tidak menghitung biaya overhead pabrik dalam menentukan harga pokok produksi sehingga menghasilkan laba yang lebih tinggi dari metode full costing.

Penelitian Tarek et al. (2018) tentang perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing pada rumah panggung CV. Manguni Perkasa Tomohon. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa harga pokok produksi rumah panggung menurut perusahaan adalah Rp 159.266.640 dan untuk gasebo Rp 37.996.000. Sedangkan menurut metode full costing untuk rumah panggung adalah Rp 170.276.640 dan untuk Gasebo Rp 48.996.000. Terdapat selisih sebesar Rp 11.010.000 untuk rumah panggung dan gasebo. Perbedaan ini dikarenakan perusahaan tidak memasukkan biaya overhead pabrik secara rinci kedalam biaya produksi. Perusahaan melakukan estimasi persentase laba sebesar 40%, maka harga jual untuk produk rumah panggung adalah Rp

207.000.000 gasebo adalah Rp 50.000.000.

Penelitian yang dilakukan Amir (2019) tentang perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing untuk penentuan harga jual produk permen susu pada UD. Riskika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode full costing sebesar Rp 154.698.785. Harga jual menurut perusahaan untuk permen susu kemasan 80gr sebesar Rp 12.500, untuk kemasan 250gr dan 500gr sebesar Rp 32.500 dan Rp 65.000. Sedangkan menurut metode cost plus pricing untuk permen susu kemasan 80gr Rp 10.606, untuk kemasan

(4)

10

250gr dan 500gr sebesar Rp 34.211 dan Rp 66.402. Perbedaan terjadi karena perusahaan tidak memasukkan komponen biaya secara detail.

Penelitian Ramadhani (2020) tentang perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing pada usaha amplang UD. Taufik Jaya Makmur Samarinda. Penelitian ini dilakukan

selama bulan Agustus 2019. Hasil penelitian menunjukkan perhitungan Harga Pokok Produksi amplang per kg menurut perusahaan berdasarkan kebijakan melihat harga pada bulan sebelumnya sebesar Rp 80.312,50 per kg. Sedangkan dengan metode full costing sebesar Rp 83.068,23 per kg.

Selisih harga pokok produksi sebesar Rp 2.755,73 per kg. Perhitungan dengan metode full costing lebih tinggi, dikarenakan metode full costing memasukkan semua akun biaya baik yang berjenis variabel maupun tetap.

Astuti et al. (2020) melakukan penelitian tentang penerapan metode full costing dalam menentukan harga pokok produksi pada CV. Sumber Jaya. Penelitian ini berfokus pada perhitungan harga pokok produksi pembuatan baju sekolah menggunakan metode full costing selama 1 bulan dengan jumlah produksi 800 pcs. Dari hasil perhitungan untuk biaya produksi pembuatan baju sekolah dengan menggunakan metode full costing maka dihasilkan perhitungan harga pokok produksinya yaitu harga Pokok Produksi Baju Sekolah Dasar (SD) yaitu Rp 32.321.444. Harga Pokok Produksi Baju Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu Rp 42.733.444.

Harga Pokok Produksi Baju Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu Rp 50.967.444.

Dariana (2020) melakukan penelitian tentang penetapan harga pokok produksi menggunakan metode full costing untuk menentukan harga jual kain tenun Songket Melayu.

Penelitian ini dilakukan selama bulan Agustus tahun 2020. Hasil penelitian menunjukkan perhitungan harga pokok produksi menurut pengrajin tenun sebesar Rp 483.333,33 per helai sedangkan dengan metode full costing Rp 528.833,00 per helai. Selisih biaya produksi lebih rendah

(5)

11

Rp 45.500,00 dibanding dengan menggunakan metode full costing. Penentuan harga jual produk menurut pengrajin tenun Rp 600.000,00 per helai, sedangkan menurut metode full costing Rp 713.925,00. Perbedaan ini dikarenakan perusahaan hanya mengakui biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya bahan penolong dan tidak menghitung biaya overhead pabrik secara lengkap.

Penelitian yang dilakukan Purwanto & Watini (2020) tentang perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode full costing dalam penetapan harga jual pada usaha Regar Fruit.

Dari hasil penelitian harga pokok produksi menurut perusahaan pada bulan Januari 2020 untuk 1.000 kemasan minuman adalah Rp 6.393.000,00, sedangkan menurut metode full costing sebesar Rp 7.443,00. Tingkat keuntungan yang ingin diperoleh sebesar 50% sehingga harga jual yang dihasilan menurut perusahaan sebesar Rp 10.000 dan menurut metode full costing sebesar Rp 12.000. Terdapat perbedaan dari hasil perhitungan, hal ini disebabkan perusahaan tidak menghitung biaya listrik, biaya promosi, biaya perlengkapan pabrik, penggunaan air dan bahan penolong sehingga menghasilkan perhitungan yang lebih rendah.

Anggreani & Adnyana (2020) melakukan penelitian tentang penerapan harga pokok produksi dengan metode full costing dalam menetapan harga jual pada UKM Tahu AN Anugrah.

Hasil dari penelitian menunjukkan dalam satu bulan, perusahaan menghasilkan 470.400 potong tahu putih dan 201.600 potong tahu kuning, sehingga selisih harga pokok produksi selama bulan April 2019 adalah sebesar Rp 8.660.064 untuk tahu putih dan untuk tahu kuning sebesar Rp 5.507.712. Harga jual yang dengan metode perusahaan untuk tahu putih Rp 280 dan tahu kuning Rp 281,57 per potong. Sedangkan dengan metode cost plus pricing untuk tahu putih Rp 305,77 dan tahu kuning Rp 319,82. Selisih harga jual yang dihasilkan untuk produk tahu putih Rp 25,77 dan untuk produk tahu kuning sebesar Rp 38,25 per potongnya. Perbedaan tersebut dikarenakan

(6)

12

perusahaan tidak memasukkan biaya overhead pabrik tetap maupun variabel dalam perhitungan harga pokok produksi.

Ulum (2020) melakukan penelitian tentang perhitungan harga pokok produksi sebagai penentuan harga jual dengan metode full costing pada UMKM “Kripik Sehati”. Penelitian ini dilakukan selama bulan September-November 2019. Hasil penelitian menunjukkan perhitungan harga pokok produksi pada bulan September untuk produk kripik Rp 8.358, produk stik Rp 2.487, dan produk opak Rp. 1.865 per pcs. Pada bulan Oktober untuk produk kripik Rp 8.286, produk stik Rp 2.477, dan produk opak Rp 1.857 per pcs. Pada bulan November untuk produk kripik Rp 8.063, produk stik Rp 2.445, dan produk opak Rp 1.832 per pcs. Harga jual produk menurut metode perusahaan dari bulan September – November untuk untuk produk kripik Rp 8.000, stik Rp 2.300, opak Rp 1.500. Sedangkan menurut metode full costing pada bulan September untuk produk kripik Rp 8.358, stik Rp 2.487, opak Rp 1.865, ditemukan selisih untuk produk kripik sebesar Rp 358, stik Rp 187, opak jepit Rp 365. Pada bulan Oktober kripik Rp 8.286, stik Rp 2.477, opak Rp 1.857, ditemukan selisih untuk produk kripik Rp 286, stik Rp 177, opak jepit Rp 357. Pada bulan November untuk produk kripik Rp 8.062, stik Rp 2.444, opak Rp 1.832 ditemukan selisih dari produk kripik Rp 62, stik Rp 144, opak jepit Rp 332. Perbedaan ini dikarenakan perusahaan tidak menghitung semua biaya secara rinci terdapat komponen biaya yang tidak dihitung kedalam biaya produksi.

Aprilianti & Jibrail (2020) melakukan penelitian tentang perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode full costing untuk menentukan harga jual pada CV. Sumber Mas Paving.

Hasil penelitian menunjukkan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing pada tahun 2018 sebesar Rp 1.410.248.685. Harga jual menurut metode cost plus pricing paving

(7)

13

bata 6cm Rp 73.950, untuk paving bata 8 cm Rp 74.588, untuk paving diagonal bintang Rp 69.484, untuk batako 15cm x 40cm Rp 3.745, untuk batako 20cm x 40cm Rp 3.845.

Thenu et al. (2021) melakukan penelitian tentang perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing untuk menetapkan harga jual pada usaha kerupuk Rambak Ayu. Hasil penelitian menunjukkan metode perusahaan adalah Rp 11.678 dengan harga jual Rp 15.181.

Sedangkan hasil metode full costing adalah Rp 12.297 dan harga jual Rp 16.245. Selisih perhitungan harga pokok produksi antara kedua metode tersebut adalah Rp 819 per bungkus, jumlah produksi kerupuk rambak sebanyak 500 bungkus dalam sebulan. Jadi selisih biaya produksi kerupuk rambak selama Oktober 2019 adalah Rp 355.250. Perbedaan ini disebabkan perusahaan tidak membebankan biaya overhead pabrik secara tepat, melainkan hanya menggolongkan beberapa biaya overhead saja.

B. Tinjauan Pustaka 1. Akuntansi Biaya

Perusahaan manufaktur tentunya menerapkan akuntansi biaya untuk keberlangsungan usahanya. Menurut Mulyadi (2015) akuntansi biaya merupakan bagian dari dua tipe akuntansi antara lain, akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Keduanya memiliki kesamaan yakni sebagai sistem pengolah informasi yang menghasilkan informasi keuangan. Informasi keuangan tersebut berfungsi sebagai alat untuk mengambil keputusan dalam perusahaan manufaktur. Proses akuntansi biaya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar perusahaan, dalam hal ini proses akuntansi biaya harus memperhatikan karakteristik akuntansi keuangan. Proses akuntansi biaya dapat pula digunakan untuk kepentingan pamakai dalam perusahaan, dalam hal ini proses akuntansi biaya harus memperhatikan karakteristik akuntansi manajemen

(8)

14

Akuntansi biaya mempunyai Tiga tujuan pokok dalam akuntansi biaya adalah penentuan kos produk, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan. Untuk memenuhi tujuan penentuan kos produk, akuntansi biaya mencatatan, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau jasa. Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan dalam memproduksi satu satuan produk.

Akuntansi biaya bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya sudah sesuai dengan biaya sesungguhnya. Kemudian dilakukan analisis jika terjadi penyimpangan dan menyajikan informasi mengenai penyebab terjadinya selisih tersebut. Dari analisis tersebut manajemen dapat mempertimbangkan tindakan koreksi.

2. Pengertian Biaya

Dalam akuntansi manajemen konsep kos merupakan hal yang sangat penting. Kos adalah pengorbanan sumber daya keuangan untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan membawa manfaat saat ini atau masa depan dan diukur dalam istilah moneter.

Saat barang atau jasa dimanfaatkan kos akan menjadi biaya, sedangkan kos yang belum dimanfaatkan digolongkan sebagai aset. Biaya merupakan kos barang atau jasa yang digunakan untuk memperoleh pendapatan. Pendapatan merupakan nilai yang diberikan terhadap barang atau jasa yang dijual. Laba dan rugi merupakan selisih antara pendapatan dengan biaya. (Siregar dkk., 2018).

Biaya merupakan kas yang dikorbankan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat masa kini atau dimasa akan datang. Kas dapat ditukar dengan barang dan jasa yang ditujukan untuk menghasilkan keuntungan atau pendapatan di masa depan. Ketika biaya untuk menghasilkan pendapatan digunakan, maka biaya tersebut dinyatakan kadaluarsa yang disebut sebagai beban (Harventy dkk., 2020).

(9)

15

Sistem akuntansi manajemen dibuat untuk mengukur dan membebankan biaya kepada organisasi yang disebut sebagai objek biaya. Objek biaya merupakan semua elemen yang kepadanya biaya dapat dibebankan, dapat berupa produk, pelanggan, departemen, proyek, dan aktivitas. Dalam akuntansi objek biaya yang paling menjadi perhatian adalah aktivitas, yang mana manajemen melakukan tindakan dalam sebuah organisasi. Contoh aktivitas pada perusahaan manufaktur antara lain mengeset mesin, memindahkan bahan dan produk, membeli bahan, menagih pelanggan, membayar tagihan, memelihara peralatan, mengirim pesanan, mendesain dan menginspeksi produk.

Objek biaya yang akan dikonsumsi dapat ditentukan dengan menggunakan pembebanan biaya. Terdapat tiga metode pembebanan biaya antara lain, metode penelusuran langsung dimana proses penentuannya dengan cara mengamati biaya dan hubungan langsung antara objek biaya, metode penelusuran pemicu merupakan proses penentuan dengan mengamati sabab-akibat antara pemicu (besar kecilnya konsumsi biaya) dan objek biaya , dan metode alokasi yang digunakan ketika ada biaya yang tidak memiliki hubungan sebab akibat serta tidak dapat ditelusiri secara langsung, maka metode ini dapat jadi alternatif (Siregar dkk., 2018).

3. Klasifikasi Biaya

Akuntansi biaya digolongkan dengan berbagai macam cara, tergantung dari tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut. Menurut Mulyadi (2015) biaya dapat digolongkan berdasarkan :

a. Fungsi pokok dalam perusahaan

(10)

16

Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi & umum. Oleh karena itu, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok :

1) Biaya Produksi

Biaya produksi adalah seluruh biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi suatu produk jadi yang siap dijual. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi dibagi menjadi :

a) Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah nilai dari bahan baku yang digunakan dalam proses produksi untuk diubah menjadi produk jadi. Ada dua kategori bahan yakni, bahan baku dan bahan baku penolong. Jika bahan baku dapat dengan mudah dilacak atau diidentifikasi ke produk, bahan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai bahan baku.

Bahan baku penolong adalah bahan yang digunakan dalam jumlah yang relatif sedikit. Misalnya, untuk membuat sebuah meja, membutuhkan papan kayu dan paku.

Papan kayu adalah bahan baku, dan paku adalah bahan baku penolong. Bahan baku penolong tidak termasuk dalam biaya bahan baku, tetapi termasuk dalam biaya overhead pabrik.

b) Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah besarnya nilai gaji dan upah tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi. Terdapat dua jenis tenaga kerja, yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung adalah karyawan yang langsung terlibat dalam proses pembuatan produk, misalnya buruh. Tenaga kerja tidak langsung adalah karyawan yang tidak terlibat langsung dalam proses

(11)

17

pembuatan produk, misalnya supervisor dan kepala pabrik. Biaya tenaga kerja tidak langsung termasuk ke dalam biaya overhead pabrik.

c) Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik merupakan semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Contoh biaya overhead pabrik antara lain, biaya bahan baku penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, depresiasi peralatan pabrik, depresiasi peralatan pabrik, dan asuransi pabrik. Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling kompleks dan diidentifikasi secara langsung ke dalam produk, pengumpulan biaya overhead pabrik baru dapat dihitung pada akhir periode. Untuk menghitung biaya ini, didasarkan pada tarif yang ditentukan dimuka.

2) Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran merupakan seluruh biaya yang terjadi dalam melaksanakan kegiatan pemasaran produk sampai ke konsumen, contohnya : biaya iklan, biaya promosi, biaya gaji bagian pemasaran, dan lain-lain. Biasanya biaya ini disebut sebagai biaya non produksi.

3) Biaya administrasi umum

Biaya administrasi dan umum merupakan seluruh biaya yang terjadi dalam rangka mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran. Pada perusahaan manufaktur biasanya biaya ini disebut sebagai biaya non produksi.

b. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

Sesuatu yang dibiaya dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan :

1) Biaya langsung

(12)

18

Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai, jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung juga tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diindentifikasi dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya langsung dalam hubungannya dengan produk terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

2) Biaya tidak langsung

Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.

Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu.

c. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas

Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi empat unsur antara lain :

1) Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah seiring dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

2) Biaya semivariabel

Biaya semivariabel adalah biaya yang tidak berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.

3) Biaya semifixed

Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

(13)

19 4) Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contohnya gaji direktur produksi

4. Harga Pokok Produksi

Menurut Supriyono dalam Hasyim (2018) harga pokok produksi adalah jumlah biaya yang melekat pada produk baik barang maupun jasa yang diukur dalam satuan moneter berbentuk kas yang dikorbankan atau diperlukan selama proses produksi dimasa lalu dan masa yang akan datang. Menurut Bustami & Nurlela dalam Komara & Sudarma (2016) harga pokok produksi merupakan kumpulan biaya produksi yang meliputi biaya bahan baku langsung, tenaga langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk di proses awal dan dikurang persediaan produk di proses akhir. Menurut Mulyadi dalam Hetika & Sari (2019) harga pokok produksi merupakan semua biaya yang dikeluarkan guna memproduksi suatu barang atau jasa dalam suatu periode.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi adalah biaya untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Manfaat perhitungan harga pokok produksi menurut Mulyadi dalam Astuti et al. (2020) adalah sebagai berikut :

a. Untuk menentukan harga jual produk.

b. Dapat dijadikan alat untuk memantau realisasi biaya produksi.

c. Untuk menghitung laba atau rugi periodik.

d. Untuk menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang tersaji di neraca.

(14)

20 5. Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi dalam Hasyim (2018) metode perhitungan harga pokok produksi merupakan cara untuk memasukan unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Terdapat dua metode dalam menghitung harga pokok produksi antara lain :

a. Full Costing

Metode full costing menghitung semua unsur biaya kedalam harga pokok produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel maupun tetap. Biaya-biaya yang bersifat tetap pada metode ini di perlakukan sebagai komponen dalam penentuan harga pokok produk. Sehingga perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode full costing dapat mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Menurut Harventy et al. (2020) pada metode full costing, overhead tetap dibebankan ke produk berdasarkan overhead yang diberikan dan tidak

dihitung sampai produk terjual. Struktur yang digunakan untuk menghitung adalah sebagai berikut :

Menurut Pidada et al. (2018) kelebihan dari metode ini adalah memudahkan perusahaan dalam menghitung biaya produksi sehingga tidak mengalami kesulitan untuk membedakan antara biaya variabel dan biaya tetap. Kelebihan lain adalah metode full costing adalah konsep standar yang diterima secara umum yang mudah dipahami oleh

Biaya bahan baku : Rp. xxx

Biaya tenaga kerja langsung : RP. xxx Biaya overhead pabrik variabel : Rp. xxx Biaya Overhead pabrik tetap : Rp. xxx Harga pokok produksi : Rp. xxx

(15)

21

orang luar. Selain itu, metode full costing juga cocok untuk memaksimalkan pencapaian atau keuntungan yang dihasilkan UKM yang masih rendah produksinya dan menghitung keuntungan menggunakan perhitungan sederhana. Metode full costing menghitung seluruh unsur biaya, sehingga informasi yang dihasilkan dapat mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Kekurangan dari metode ini adalah tidak relevan untuk tujuan managerial control di dalam jangka pendek.

b. Variabel Costing

Variabel costing adalah perhitungan harga pokok produksi yang memperhitungkan

biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Pada metode ini perlakuan biaya-biaya yang bersifat tetap tidak dimasukkan kedalam komponen penentuan harga pokok produk, Menurut Harventy et al. (2020) dalam metode variabel costing, overhead diperlakukan sebagai beban untuk periode terjadinya dan dibebankan ke pendapatan untuk periode tersebut. Ini karena biaya overhead tetap dianggap sebagai biaya untuk menjaga bisnis tetap berjalan dan akan kedaluwarsa setelah periode berakhir. Unsur harga pokok produk menurut metode variabel costing meliputi :

Kelebihan dari metode variabel costing adalah dapat digunakan manajemen internal sebagai alat pengambil keputusan dan pengendalian jangka pendek yang tidak

Biaya bahan baku : Rp. xxx

Biaya tenaga kerja langsung : RP. xxx Biaya overhead pabrik variabel : Rp. xxx Harga pokok produksi : Rp. xxx

(16)

22

diperhitungkan dalam metode full costing. Namun, metode ini tidak menghitung semua elemen biaya produksi, sehingga tidak dapat dapat digunakan sebagai pelaporan untuk pihak luar. Manfaat informasi yang dihasilkan oleh variabel costing bagi manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek, untuk pengendalian biaya, dan untuk pengambilan keputusan.

6. Harga Jual

Harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan.

Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen (Amir, 2019). Kloter dan Keller dalam Pelealu et al. (2018) menyebutkan harga jual merupakan jumlah yang dibebanakan dalam bentuk moneter pada suatu produk atau jasa, atau nilai yang ditukar konsumen atas manfaat produk atau jasa. Menurut Krismiaji & Anni dalam Utami et al. (2021) harga jual merupakan upaya untuk mengimbangi keinginan untuk memaksimalkan keuntungan dari pendapatan yang tinggi dan mengurangi volume penjualan jika harga jual yang dibebankan kepada konsumen terlalu tinggi.

Manajemen perusahaan sering menghadapi ketidak pastian dalam menentukan harga jual. Hal tersebut dikarenakan harga jual dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sulit diramalkan antara lain, selera konsumen, jumlah pesaing yang masuk dipasar, dan harga yang ditentukan oleh pesaing. Oleh karena itu diperlukan adanya perhitungan biaya, karena perhitungan biaya memiliki tingkat kepastian yang relatif tinggi (Mulyadi, 1997).

Berdasarkan hal tersebut, manajemen sangat membutuhkan informasi biaya untuk membuat keputusan dalam menentukan harga jual. Informasi biaya pada perusahaan

(17)

23

manufaktur dapat dilihat pada harga pokok produksi yang mencerminkan total biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan produk. Penetapan harga jual oleh manajer harus mencakup semua biaya produksi barang atau jasa, serta persentase keuntungan perusahaan yang diinginkan. Oleh karena itu, agar suatu perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang diinginkan, maka perlu membangkitkan minat konsumen dengan menetapkan harga yang tepat atas produk yang dijualnya. Salah satu penentuan harga jual berdasarkan metode biaya oleh Swasta dalam Purnama (2017) adalah metode cost plus pricing.

7. Metode Cost Plus Pricing

Menurut Mulyadi (1997) harga jual harus dapat menutupi semua biaya dengan menghasilkan pengembalian yang sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. Metode penentuan harga jual berdasarkan biaya dalam bentuk sederhana salah satunya adalah metode normal pricing atau dikenal dengan istilah metode cost plus pricing. Dalam metode ini, harga jual ditentukan dengan cara menambahkan margin laba yang diinginkan diatas biaya total masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk.

Adapun rumus perhitungan dengan metode cost plus pricing sebagai berikut :

Dalam menghitung total biaya dapat menggunakan dua pendekatan antara lain full costing dan variabel costing. Dasar penentuan harga jual dengan metode full costing

menggunakan biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, overhead pabrik variabel dan tetap, administrasi dan umum, serta pemasaran yang merupakan kegunaan dari taksiran total biaya. Sedangkan variabel costing menggunakan biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, overhead pabrik variabel, administrasi dan umum, serta pemasaran.

Harga jual = Biaya total + Margin laba yang diinginkan

(18)

24

Metode cost plus pricing banyak digunakan dalam penentuan harga jual pada perusahaan, namun tentunya tetap terdapat kelebihan dan kekurangan pada metode ini.

Menurut Supriyono dalam Gunawan (2009) kelebihan penentuan harga jual dengan metode cost plus pricing adalah :

a. Harga jual berdasarkan metode cost plus pricing dapat dijadikan titik utama harga jual yang dapat diterima sesuai dengan keadaan atau kendala yang dihadapi perusahaan.

b. Formula harga jual dengan metode cost plus pricing dapat digunakan manajemen untuk memprediksikan keputusan harga yang akan dibuat para kompetitornya.

c. Harga jual dengan metode cost plus pricing dapat dijadikan suatu batas agar harga jual yang ditetapkan tidak terlalu rendah atau tinggi sehingga tidak menimbulkan kerugian pada perusahaan.

Disamping kelebihan-kelebihan tersebut terdapat pula kelemahan penentuan harga jual dengan metode cost plus pricing diantaranya :

a. Metode cost plus pricing mengabaikan faktor permintaan dan penawaran.

b. Besarnya biaya persatuan berubah-ubah dipengaruhi oleh volume produksi.

c. Metode cost plus pricing tidak mempertimbangkan berbagai faktor atau tujuan perusahaan selain laba, misalnya : peraturan pemerintah, kesejahteraan masyarakat, dan sebagainya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data terhadap tes sebelum dan sesudah pelaksanaan program menunjukkan informasi tentang tumbuh kembang anak yang memberikan kontribusi sebesar 21,66%

Namun kami menyadari bahwa rumusan Pasal 45 telah mencerminkan langkah-langkah yang perlu diambil oleh Pemerintah untuk menjelaskan apa~yang dimaksud dengan

5. Bila mahasiswa menerima tamu selain tamu dari akademik akan diberi sanksi berupa scorsing. Bila mahasiswa meninggalkan praktek selama praktek belum berakhir

perbaikan sistem kontrol kecepatan otomatis Pengetahuan:  Tes Tertulis Keterampilan:  Penilaian Unjuk Kerja  Observasi 3.18 Mendiagnosa Mobil Listrik 4.18 Memperbaiki sistem

Dengan demikian pelayanan bukan dimulai dari kegiatan dalam lingkungan gereja, Sekolah Tinggi Teologi, tidak dimulai dari kursus-kursus pelayanan, tetapi dari sikap hati dan

SIDANG PERTAMA BPUPKI : Guna mendapatkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang benar-benar tepat, maka agenda acara dalam masa persidangan BPUPKI yang

2 Ambil kain yang berada dibawah lengan klien dan bersihkan lengan klien dengan alkohol untuk menghilangkan sisa-sisa larutan antiseptik atau tanda yang telah

Dalam melakukan inferensi diperlukan adanya proses pengujian kaidah-kaidah dalam urutan tertentu untuk mencari yang sesuai dengan kondisi awal atau kondisi yang berjalan yang