7
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Menurut Jean Jarolimek, IPS adalah mengkaji manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan fisiknya.
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Nasution, IPS adalah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun maupun dalam lingkungan sosialnya, dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu-ilmu sosial : geografi, ekonomi, sejarah,antropologi, sosiologi, politik dan psikologi sosial.
Menurut Depdikbud RI. Dalam kurikulum 1975, IPS ialah bidang studi yang merupakan panduan dari sejumlah mata pelajaran sosial.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu program pendidikan yang terintergrasi dari berbagai ilmu-ilmu sosial seperti geografi, ekonomi, sejarah,antropologi, sosiologi, politik dan psikologi sosial, yang pada dasarnya merupakan kajian tentang manusia dan dunia sekelilingnya.
Tujuan Pembelajaran IPS
Tujuan pembelajaran IPS antara lain ialah untuk meningkatkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan, dan mengembangkan sikap-sikap, dan nilai-nilai pada peserta didik. Kesemuanya adalah tujuan pendidikan yang esensinya adalah aspek kognitif dan afektif. (Soewarso, 2010:51).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006, tujuan pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar membekali peserta didik untuk dapat mengenali gejala-gejala sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, memecahkan masalah dan memiliki keterampilan dalam kehidupan bersosial dengan masyarakt sekitar.
Ruang Lingkup Pembelajaran IPS
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a. Manusia, Tempat, dan Lingkungan
b. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan c. Sistem Sosial dan Budaya
d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci kedalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci
SK dan KD untuk mata pelajaran IPS yang ditujukan bagi siswa kelas 4 SD disajikan melalui tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas 4
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2) Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan
kabupaten/kota dan provinsi
1.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya
1.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
1.3 Mengenal perkembangan teknologi
produksi, komunikasi, dan
transportasi serta pengalaman menggunakannya
1.4 Mengenal permasalahan sosial daerahnya.
(Permendiknas No. 22 Tahun 2006)
2.1.2 Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan terjemahan dari science technology and society approach (STS) yang merupakan pendekatan pembelajaran dikembangkan berdasarkan pada filosofis kontruktivisme.
Sains merupakan suatu tubuh pengetahuan (body of knowledge) dan proses penemuan pengetahuan. Teknologi merupakan suatu perangkat keras ataupun perangkat lunak yang digunakan untuk memecahkan masalah bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Sedangkan masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki wilayah, kebutuhan, dan norma-norma sosial tertentu. Sains, teknologi dan masyarakat satu sama lain saling berinteraksi (Widyatiningtyas, 2009).
Menurut National Science Teacher Association atau NSTA Report (1991 dalam Rusmansyah 2001) Sains-Teknologi- Masyarakat merupakan terjemahan dari Sains-Technogy-Society (STS), yaitu suatu usaha untuk menyajikan Ilmu Pengetahuan Alam dengan mempergunakan masalah-masalah dari dunia nyata. STM adalah suatu pendekatan yang mencakup seluruh aspek pendidikan yaitu tujuan, topik/masalah yang akan dieksplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi, dan persiapan/kinerja guru. Pendekatan ini melibatkan siswa dalam menentukan tujuan, prosedur pelaksanaan, pencarian informasi dan dalam evaluasi.
Pendekatan STM adalah pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat (Hidayati 2008:6-36).
Menurut Galib, L.M. (2002), pendekatan sains teknologi masyarakat (STM) adalah belajar dan mengajarkan sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Pendekatan sains teknologi masyarakat cocok untuk mengintegrasikan domain konsep, keterampilan proses, kreativitas, sikap, nilai-nilai, penerapan dan keterkaitan antar bidang studi (kurikulum) dalam pembelajaran dan penilaian pendidikan sains. Jadi pendekatan sains teknologi masyarakat (STM) menekankan pada konteks pembelajaran dan beraneka ragam hasil belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang terpadu antara sains (pengetahuan), teknologi (perangkat keras ataupun perangkat lunak yang dapat memecahkan masalah bagi pemenuhan kebutuhan manusia), maupun masyarakat (sekelompok manusia yang memiliki wilayah, kebutuhan, dan norma-norma sosial tertentu), yang mengintegrasikan domain konsep, keterampilan proses, kreativitas, sikap, nilai-nilai, penerapan dan keterkaitan antar bidang studi yang satu sama lain saling berinteraksi. Pendekatan STM ini juga merupakan pendekatan yang menghubungkan dunia nyata siswa sebagai anggota masyarakat dengan kelas sebagai ruang belajar sains.
Pendekatan STM dalam IPS tidak perlu disusun dalam pokok bahasan baru, melainkan dapat disisipkan pada pokok-pokok bahasan yang telah ada. Dengan pendekatan STM ini dapat memberikan gambaran utuh tentang berbagai aspek kehidupan manusia. Tetapi harus diketahui bahwa dengan digunakannya pendekatan STM dalam pembelajaran IPS akan dibangun suatu dimensi baru, yang lebih menekankan pada segi pragmatis yang mengungkapkan hal-hal yang bermanfaat dan berhubungan langsung dengan aspek kehidupan siswa. Agar pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan STM dapat berhasil dengan baik, maka sebagai seorang guru kiranya penting untuk mengetahui tahap-tahapnya.
Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan STM dalam Pembelajaran
Adapun tahap-tahap implementasi pendekatan STM dalam pembelajaran menurut Hidayati (2008:6-36), adalah sebagai berikut:
1. Tahap apersepsi (inisiasi, inivitasi, dan eksplorasi) yang mengemukakan isu/masalah aktual yang ada di masyarakat.
2. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi.
3. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, yaitu menganalisis isu/masalah yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasar konsep yang telah dipahami siswa.
4. Tahap pemantapan konsep, dimana guru memberikan pemahaman konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa.
5. Tahap evaluasi, dapat berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil belajar.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan STM, Yager (dalam Sutarno, 2007 : 9.19) menyarankan hendaknya dalam belajar menggunakan strategi konstruktivisme. Yager mengorganisasikan strategi konstruktivisme dalam pengajaran sains dalam STM ke dalam 4 tahap, yaitu tahap invitasi, tahap eksplorasi, tahap penjelasan dan solusi, dan tahap pengambilan tindakan.
1. Pada tahap pertama dalam pembelajaran (invitasi), siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari dengan mengkaitkan konsep-konsep yang akan dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep itu.
2. Pada tahap kedua (eksplorasi), siswa diberi kesempatan untuk penyelidikan dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, penginterpretasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru secara berkelompok/individu siswa melakukan kegiatan dan diskusi. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena disekelilingnya.
3. Tahap ketiga (penjelasan dan solusi), saat siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat penjelasan baru, membuat solusi, memadukan solusinya dengan teori dari buku, membuat rangkuman dan kesimpulan. Siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari. Hal ini menjadikan siswa tidak ragu-ragu tentang konsepsinya.
4. Pada tahap keempat (pengambilan tindakan), siswa dapat
membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan
keterampilan, berbagi informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik bagi individu maupun masyarakat yang berhubungan dengan pemecahan masalah.
Penekanaan Yager adalah pada tahap keempat yaitu pengambilan tindakan terhadap masalah yang ada dilingkungan masyarakat. Sedangkan menurut Asy’ari (2006: 67) , langkah-langkah yang digunakan dalam pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yaitu sebagai berikut:
1. Invitasi
Pada tahap ini guru mengemukakan isu atau masalah aktual yang sedang berkembang di masyarakat sekitar yang dapat diamati/dipahami oleh siswa serta dapat merangsang siswa untuk bisa ikut mengatasinya.
2. Eksplorasi
Pada tahap ini siswa melalui aksi dan reaksinya sendiri berusaha memahami/mempelajari situasi baru atau yang
merupakan masalah baginya. Dapat ditempuh dengan cara membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di radio, melihat TV, diskusi dengan sesama teman atau wawancara dengan masyarakat maupun melakukan observasi langsung di lapangan.
3. Penjelasan dan Solusi
Pada tahap ini berdasar hasil eksplorasinya siswa menganalisis terjadinya fenomena dan mendiskusikan bagaimana cara pemecahan masalahnya. Dengan kata lain siswa mengenal dan membangun konsep baru yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Untuk memantapkan konsep yang diperoleh siswa tersebut guru perlu memberikan umpan balik/peneguhan.
4. Aplikasi
Pada tahap ini siswa mendapat kesempatan untuk menggunakan konsep yang telah diperoleh. Dalam hal ini siswa mengadakan aksi nyata dalam mengatasi masalah-masalah sosial di lingkungan setempat yang dimunculkan pada tahap invitasi.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan atau langkah-langkah pendekatan STM dalam pembelajaran yaitu antara lain:
1. Tahap inisiasi (siswa menyimak materi tentang isu/masalah sosial)
2. Tahap invitasi (guru memberikan pertanyaan isu/masalah sosial, siswa merespon pertnyaan)
3. Tahap eksplorasi (pengumpulan data melalui menyimak, mendengar, diskusi, eksperimen, wawancara, dan observasi)
4. Tahap penyelesaian masalah (siswa menganalisis/mengorganisasikan data) 5. Tahap interprestasi (siswa menyampaikan gagasan dalam diskusi, membuat model, membuat solusi, memadukan solusinya dengan teori buku dan membuat kesimpulan)
6. Tahap pemantapan konsep (guru memberikan pemahaman konsep), dan 7. Tahap evaluasi (siswa melakukan diskusi dan presentasi, penilaian proses
dan hasil belajar). 2.1.3 Minat Belajar
Salah satu faktor utama untuk mencapai sukses dalam segala bidang, baik berupa studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Hal ini karena dengan tumbuhnya minat dalam diri seseorang akan melahirkan perhatian untuk melakukan sesuatu dengan tekun dalam jangka waktu yang lama, lebih berkonsentrasi, mudah untuk mengingat dan tidak mudah bosan dengan apa yang dipelajari.
Menurut W.S Winkel (2007:212), minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Kecenderungan yang di maksud adalah suatu perbuatan atau tindakan atau sikap untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu dalam hal ini yang berkaitan dengan mata pelajaran.
Sejalan dengan itu, Joko Sudarsono (2003:8) “ Minat merupakan bentuk sikap ketertarikan atau sepenuhnya terlibat dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya atau bernilainya kegiatan tersebut.
Begitupun dengan Slameto (2010:80) mengatakan bahwa “Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Berdasakan beberapa pengertian minat menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu bentuk perbuatan atau tindakan atau sikap tertarik dan senang pada benda, orang, dan aktivitas tertentu khususnya dalam hal ini yang berkaitan dengan pelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan STM, minat belajar tersebut dapat ditunjukkan dengan perilaku seperti menyimak materi, merespon pertnyaan, pengumpulan data, menganalisis data, melakukan diskusi, dan menyampaikan gagasan (presentasi).
Pendekatan STM dan Kaitannya dengan IPS
Pada awalnya pendekatan STM ini diperuntukkan bagi mata pelajaran IPA, akan tetapi pada perkembangan selanjutnya dikembangkan untuk mata pelajaran IPS. Dengan alasan banyak sekali isu-isu atau masalah-masalah yang menarik di dalam kehidupan masyarakat dan sangat dekat dengan kajian IPS.
Untuk mengatasi isu atau masalah yang timbul di masyarakat tersebut, siswa dapat mengaplikasikan konsep STM yang telah dipelajari. Perkembangan sains dan teknologi dapat menimbulkan perubahan masyarakat. Sains dan teknologi sanagt erat hubungannya dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Dinamika kehidupan masyarakat menuntut adanya berbagai inovasi dalam bidang sains dan teknologi yang mengarah pada seluruh aspek kehidupan manusia. Kemajuan sains dan teknologi seringkali berdampak pada terjadinya masalah-masalah dalam masyarakat. Hali ini disebabkan kemajuan sains dan teknologi sering tidak diiringi kesiapan dari masyarakat termasuk siswa. IPS merupakan hasil dari intergrasi dari ilmu-ilmu social (sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi) harus mampu mensintesiskan konsep yang relevan antara ilmu-ilmu social tersebut. Selain itu kiranya perlu dimasukkan unsure-unsur pendidikan dan masalah-masalah sosial dalam hidup bermasyarakat. IPS dapat dijadikan media dalam memberikan pemahaman tentang sains dan teknoloi dalam kehidupan manusia. Peran IPS di sini bukan sebagai pencetak ilmuwan, melainkan lebih mengutamakan pada berpikir bagaimana menghadapi dampak social sebagai akibat perkembangan dan penerapan sains dan teknologi. Hal ini diperlukan agar masyarakat dapat menerima berbagai hasil sains dan teknologi disertai dengan pemahaman yang cukup. Pada akhirnya diharapkan masyarakat dapat menerima hasil teknologi tanpa disertai gejolak-gejolak social, bahkan dapat digunakan untuk kemajuan masyarakat itu sendiri.
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan
Mashuri Ali. 2012. Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) Siswa Kelas IV SD Negeri Tombo 01 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Semester 2 Tahun 2011/2012. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau (classroom action research). Model PTK yang digunakan adalah model spiral Kemmis, S.dan Mc Taggart, R. dengan menggunakan 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 3 tahap yakni 1) perencanaan tindakan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (action) dan pengamatan (observation),
dan 3) refleksi (reflection). Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Tombo 01 Bandar Batang sebanyak 40 siswa. Teknik pengumpulan data dengan teknik tes dan teknik observasi. Adapun instrument penelitiannya dengan menggunakan butir-butir soal dan lembar observasi. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif komparataif membandingkan, rata-rata, skor minimal, skor maksimal, dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Tombo 01 Bandar Batang tentang transportasi seteah menggunakan pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat. Hal ini Nampak pada skor rata-rata yakni pada kondisi pra siklus sebesar 55,4, siklus 1 naik menjadi 65 dan siklus II naik lagi menjadi 80. Adapun ketuntasan belajar klasikal pada kondisi pra siklus 32%, siklus 1 naik menjadi 50%, dan pada siklus II menjadi 87,5%. Skor minimal yakni pada kondisi pra siklus sebesar 35, siklus I naik menjadi 52 pada siklus II naik lagi menjadi 57. Skor maksimal yakni pada kondisi pra siklus sebesar 88, siklus I naik menjadi 95, dan pada siklus II naik lagi menjadi 97. Kelemahan penelitian ini adalah tidak akan efektif jika jumlah siswa terlalu besar. Sedangkan kelebihannya hasil belajar siswa meningkat secara signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Kharisma Lestari dengan judul”Penerapan Pendekatan STM Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Umbulan Winongan Pasuruan” yang dilakukan pada tahun 2009. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa: penerapan STM dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Umbulan Winongan Pasuruan ditunjukkan dengan scenario pembelajaran STM pada siklus l belum bisa dilaksanakan semua, tetapi pada siklus II scenario pembelajaran telah dilaksanakan sesuai rancangan yang dibuat. Pembelajaran dengan pendekatan STM dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pada pratindakan adalah 57, 3 siklus I adalah 67,4 dan siklus II adalah 85,3. Kelemahan dari penelitian ini adalah pada siklus I pembelajaran masih banyak yang menyimpang dari scenario, sedangkan
kelebihannya adalah pada siklus II pembelajarannya dapat dilaksanakan sesuai rencana.
Penelitian Pratiwi, Retna Ambar (dalam jurnal L Education General.Edisi V). Dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kompetensi Dasar Sistem Pencernaan Manusia Dengan Menggunakan Metode STM Kelas V SDN 3 Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010. Menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA. Kelemahan dari penelitian ini adalah keberhasilannya tidak ditunjukkan lewat persentase kenaikan skor. Sedangkan kelebihannya Pendekatan STM ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian lain dilakukan oleh Hakim,Muh Arif Rahman (dalam jurnal L Education general.Edisi V). Dalam penelitiannya yang berjudul Impplementasi Metode STM Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Dalam Mengidentifikasi Alat Pernapasan Manusia Pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 1 Kemusu Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010. Menyatakan bahwa hasil penelitiannya adanya peningkatan penguasaan materi IPA dalam pembelajaran. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa dengan Kategori ketuntasan siswa dari 24 siswa pada pembelajaran Pra siklus ada 66,6% siswa yang belum menguasai materi/belum tuntas, pada pembelajaran menggunakan metode STM pada siklus I dan siklus III, siklus I masih ada 62, 1% siswa yang belum tuntas, sedangkan siklus II terdapat 37,5% siswa yang belum tuntas, dan siklus III telah mencapai taraf tuntas secara keseluruhan. Dari prosentase tersebut pada pembelajaran pra siklus 16 siswa belum tuntas, siklus I menurun menjadi 15 siswa yang belum tuntas, sedangkan siklus II tinggal 9 siswa yang belum tuntas, sedangkan siklus III seluruh siswa yakni 24 siswa dapat mencapai taraf tuntas. Kelemahan dari penelitian ini adalah dalam proses pembelajaran ketuntasan.
Sedangkan kelebihannya bahwa pendekatan STM dapat meningkatkan hasil belajar siwa.
Berdasarkan kajian penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan STM dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari kajian tersebut di atas, akan dilakuan penelitian untuk mengetahui minat belajar siswa melalui penerapan pendekatan STM.
2.3 Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPS yang berlangsung selama ini adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan menyampaikan materi pelajaran IPS melalui ceramah dan siswa mendengarkan saja. Terkadang saja di tengah-tengah ceramah, guru menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa. Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru, adalah diam mendengarkan, bermain sendiri, mengantuk, tidak segera dapat peduli dengan situasi yang ada baik yang diadakan oleh guru atau siswa yang lain, sehingga siswa cenderung untuk pasif ketika pembelajaran. Kondisi ini menunjukkan bahwa minat belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS menurun.
Minat belajar adalah suatu bentuk perbuatan atau tindakan atau sikap ketertarikan dan rasa senang siswa terhadap aktivitas pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang ditunjukkan dengan langkah-langkah sebagai berikut: tahap inisiasi (siswa menyimak materi tentang isu/masalah sosial), tahap invitasi (guru memberikan pertanyaan isu/masalah sosial, siswa merespon pertnyaan), tahap eksplorasi (pengumpulan data melaui menyimak, diskusi), tahap penyelesaian masalah (siswa menganalisis data), tahap interprestasi (siswa menyampaikan gagasan dalam diskusi, membuat model, membuat solusi, memadukan solusinya dengan teori buku dan membuat kesimpulan), tahap pemantapan konsep (guru memberikan pemahaman konsep), dan tahap
evaluasi (siswa melakukan diskusi dan presentasi, penilaian proses dan hasil belajar).
Penjelasan di atas digambarkan dalam bagan kerangka berpikir, sebagai berikut:
s
Alur Kerangaka Berpikir Pendekatan STM dan Minat Belajar Pada Mata Pelajaran IPS
Pembelajaran Konvensional
Metode : Ceramah dan berpusat pada guru, dengan buku sebagai sumber belajar
tahap evaluasi (siswa melakukan diskusi dan presentasi, penilaian proses dan hasil belajar) tahap pemantapan konsep (guru memberikan pemahaman konsep)
tahap interprestasi (siswa menyampaikan gagasan dalam diskusi, membuat model, membuat solusi, memadukan solusinya dengan teori buku dan membuat kesimpulan)
Siswa antusias dalam mengumpulkan data melalui menyimak materi tentang masalah soial
tahap inisiasi (siswa menyimak materi tentang isu/masalah sosial)
tahap penyelesaian masalah (siswa menganalisis/mengorganisasikan data)
Minat Belajar Siswa rendah Pendekatan STM
Siswa :
Diam mendengarkan. Bermain sendiri, bosan, mengantuk, tidak memperhatikan
tahap eksplorasi (pengumpulan data melaui menyimak, mendengar, diskusi, eksperimen, wawancara, dan observasi)
Siswa merespon pertanyaan tentang masalah sosial Siswa mendengarkan pertanyaan tentang masalah sosial
Siswa menyimak materi tentang masalah sosial
tahap invitasi (guru memberikan pertanyaan isu/masalah sosial, siswa merespon pertnyaan)
Siswa menganalisis tentang masalah sosial
Siswa mencatat konsep
Siswa menyampaikan gagasan tentang masalah sosial
Skor Minat Siswa membuat kesimpulan
Adanya keberanian, kesiapan, dan kebenaran dalam penyampaian presentasi kelompok
Pembelajaran IPS
KD : Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi, serta pengalaman menggunakannya Rubrik Minat Rubrik Minat Menyimak Rubrik Minat Mendengarkan Rubrik Minat Merespon Rubrik Minat Mengumpulkan Data Rubrik Minat Menganalisis Rubrik Minat menyampaikan gagasan Rubrik Minat membuat kesimpulan Rubrik minat menacatat konsep Rubrik minat presentasi
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dijelaskan di atas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : dengan menggunakan pendekatan STM dalam pembelajaran IPS maka minat belajar siswa Kelas 4 SDN Mangunsari 02 Salatiga Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Semester II 2012/2013 meningkat.