• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAA EFEKTIFITAS TEK IK RELAKSASI OTOT PROGRESIF DA RELAKSASI AFAS DALAM TERHADAP TEKA A DARAH PADA PASIE HIPERTE SI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAA EFEKTIFITAS TEK IK RELAKSASI OTOT PROGRESIF DA RELAKSASI AFAS DALAM TERHADAP TEKA A DARAH PADA PASIE HIPERTE SI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERBEDAA EFEKTIFITAS TEKIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF DA

RELAKSASI AFAS DALAM TERHADAP TEKAA DARAH

PADA PASIE HIPERTESI

Amalia Noviyanti*

)

Sri Widodo**

)

Shobirun***

)

*

)

Mahasiswa S1Ilmu Keperawatan Stikes Telogorejo Semarang

**

)

Dosen Universitas Muhammadiyah (UNIMUS) Semarang

***

)

Dosen Politeknik Kesehatan (POLTEKKES) Semarang

ABSTRAK

Penderita hipertensi semakin meningkat setiap tahunnya dengan berbagai penyebab. Pada tahun

2012, WHO mencatat sebanyak 1 miliar penduduk dunia mengalami hipertensi. Secara garis

besar pengobatan nonfarmakologis untuk pasien hipertensi antara lain dengan pemberian

relaksasi seperti otot progresif dan nafas dalam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

perbedaan efektifitas teknik relaksasi otot progresif dan relaksasi nafas dalam terhadap tekanan

darah pada pasien hipertensi di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Desain penelitian ini yaitu

menggunakan quasy experiment dengan rancangan pretest-protest design, jumlah sampel 30

responden dengan teknik purposive sampling. Pada usia responden hipertensi terbanyak adalah ≥

50 tahun (43,3%), sedangkan karakteristik responden hipertensi berdasarkan jenis kelamin

terdapat 17 (56,7%) pada perempuan, 13 (43,3%) pada laki-laki. Hasil uji statistik menggunakan

Mann-whitney test menunjukkan hasil tidak ada perbedaan efektifitas teknik relaksasi otot

progresif dan nafas dalam dengan tekanan darah. Terlihat dari probabilitas perbedaan efektifitas

antara perlakuan terhadap tekanan darah sistolik sebesar 0,285 (p>0,05), dan nilai probabilitas

perbedaan efektifitas kedua perlakuan terhadap tekanan darah diastolik yaitu sebesar 0,935

(p>0,05). Rekomendasi hasil penelitian ini adalah agar relaksasi nafas dalam dapat dijadikan

intervensi alternatif dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

Kata Kunci : Relaksasi otot progresif, relaksasi nafas dalam, tekanan darah

ABSTRACT

The number of patiens suffering from hypertension is increasing recently with various etiology

factors. In 2012, WHO recorded as many as 1 billion world population experience hypertension.

Generally the non pharmacological treatment for patients of hypertension among others with

relaxation such as progressive muscle and deep breathing. This research was conducted to

analyze the different effectiveness between progressive muscle relaxation and deep breathing

relaxation to blood pressure medical patient in RSUD Ungaran. The research design was quasy

experiment using pretest and post test design with 30 respondents applied in purposive

sampling technique. From factor ages, the most hypertension respondents are from the age

upper 50 (43,3%) years old. Meanwhile, for hypertension respondent characteristic, it is 17

(2)

2

(56,7%) for females, 13 (43,3%) for males. The result of the research using Mann-Whitney test

of statistics showed that had no different effectiviness of progressive muscle relaxation and deep

breathing relaxation to the blood pressure. It can be seen from probability of the results, systolic

blood pressure is 0,285 (p>0,05), and p diastolic 0,935 (p>0,05). It to use deep breathing

relaxation to decrease blood pressure of patient suffering from hypertension.

Keywords: progressive muscle relaxation, deep breathing relaxation, blood pressure

A. Latar Belakang

WHO (World Health Organization)

mencatat sebanyak 1 miliar penduduk

dunia mengalami hipertensi dengan

66%, di antaranya berasal dari negara

berkembang.

WHO

juga

mem-perkirakan, setiap tahunnya sebanyak

7,6 juta orang didunia meninggal akibat

berbagai penyakit yang dipicu oleh

hipertensi. Prevalensi hipertensi

di-perkirakan akan mencapai titik

pun-caknya

pada

tahun

2025,

yakni

sebanyak 1,5 miliar orang di dunia

(Anonim, 2012, ¶1). Tingginya

pre-valensi kasus hipertensi diatas, sangat

perlu perhatian tinggi khususnya dalam

bidang keperawatan, sehingga dapat

meningkatkan taraf hidup manusia.

Secara garis besar pengobatan

non-farmakologis untuk pasien hipertensi

antara lain: mengurangi berat badan jika

gemuk, menghentikan merokok,

me-ngatur pola makan terutama diet rendah

garam, olahraga teratur, pengendalian

stress dan perbaikan gaya hidup

(Sutanto, 2010, hal 27). Pengendalian

stress

dapat

dikendalikan

dengan

relaksasi. Relaksasi yaitu salah satu

teknik pengelolaan diri berdasar kinerja

sistem saraf simpatis dan parasimpatis

(Jacobson

&Wolpe

dalam

Utama,

2002).

Dalam penelitian ini relaksasi yang

digunakan yaitu relaksasi otot progresif

dan relaksasi nafas dalam. Berdasarkan

penelitian

yang

pernah

dilakukan

sebelumnya, menyebutkan bahwa upaya

non farmakologi yang dapat dilakukan

untuk pasien hipertensi yaitu dengan

pemberian relaksasi otot progresif dan

relaksasi nafas dalam, dimana

masing-masing dari relaksasi tersebut efektif

terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi, sehingga peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai per-bedaan efektifitas teknik

relaksasi otot progresif dan relaksasi

nafas dalam terhadap tekanan darah

pada pasien hipertensi di RSUD

Ungaran Kabupaten Semarang.

B. Rumusan Masalah

Berdasar uraian dari latar belakang

diatas,

dapat

dirumuskan

masalah

penelitian yaitu “ Adakah perbedaan

efektifitas teknik relaksasi otot progresif

dan relaksasi nafas dalam terhadap

tekanan darah pada pasien Hipertensi di

RSUD Ungaran Kabupaten Semarang”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian

ini

dilakukan

untuk

mengetahui

dan

membuktikan

perbedaan efektifitas teknik relaksasi

otot progresif dan relaksasi nafas dalam

terhadap tekanan darah pada pasien

hipertensi di RSUD Ungaran Kabupaten

Semarang.

D. Metodologi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh

peneliti adalah eksperimental dengan

jenis penelitian quasy experimental

dengan rancangan pretest-post test

de-sign.

Pengambilan

sampel

meng-gunakan metode purposive sam-pling.

Populasi yang digunakan adalah seluruh

penderita hipertensi di RSUD Ungaran.

Jumlah sampel yang digunakan dalam

(3)

3

penelitian ini yaitu sebanyak 30

responden dengan masing-masih 15

responden di setiap perlakuan.

Pe-nelitian dilakukan di ruang rawat inap

RSUD Ungaran. Ruangan yang

di-gunakan untuk penelitian ini yaitu

Ruang Mawar dan Ruang Dahlia.

Peneliti melakukan penelitian pada

siang hari sebelum pemberian obat

siang. Penelitian ini dilakukan pada

tanggal 4 Maret- 15 April 2013.

Dalam melakukan pengumpulan data

pada penelitian ini Alat yang digunakan

dalam penelitian ini adalah tensimeter

(spigmomanometer air raksa, manset,

stetoskop) yang sama digunakan kepada

seluruh responden penelitian ini dan

lembar observasi.

Untuk

proses

analisis

data

hasil

penelitian

dengan

menggunakan

komputer program SPSS (Software

Program for Social Scienses). Untuk

menguji

kenormalan

data

pada

penelitian ini menggunakan uji Shapiro

Wilk dikarenakan jumlah sampel <50

orang. Untuk uji statistik pada penelitian

ini menggunakan uji Mann Whitney test

dengan taraf signifikansi sebesar 0,05

(Notoatmodjo, 2005, hlm.167).

E. Hasil Penelitian

1. Analisis univariat

a) Usia

Tabel 1

Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia di RSUD Ungaran

Pada bulan Maret-April 2013 (n=30 ) Usia responden N ( %) < 30 tahun 1 3,3 30 – 39 tahun 7 23,3 40 – 49 tahun 9 30,0 >= 50 tahun 13 43,3 Total 30 100

Berdasar pada tabel 5.1 diketahui

bahwa

usia

terbanyak

pada

penelitian ini yaitu diatas 50

tahun sebesar 43,3%.

b) Jenis kelamin

Tabel 2

Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di RSUD Ungaran pada bulan Maret-

April 2013 (n=30 ) Jenis kelamin N (%) Perempuan 17 56,7 Laki-laki 13 43,3 Total 30 100

Berdasarkan tabel 5.2. di atas

maka dapat diketahui bahwa

responden

dengan

kecen-derungan hipertensi yang paling

banyak

pada

perempuan

sebanyak 17 responden (56,7%).

2. Analisis Bivariat

a.

Perbedaan

efektifitas

antara

relaksasi

otot

progresif

dan

relaksasi nafas dalam dapat dilihat

pada tabel 5.11 dan tabel 5.12

dibawah ini

:

Tabel 3

Perbedaan efektifitas teknik relaksasi otot progresif dan relaksasi nafas dalam terhadap tekanan darah sistolik

pada pasien Hipertensi pada bulan Maret-April 2013 (n=30)

Berdasarkan tabel 5.11 diatas,

diperoleh nilai probabilitas sebesar

0,285 yang artinya lebih besar

di-bandingkan taraf signifikansi (0,05)

sehingga dapat disimpulkan tidak

Tekanan darah sistolik N Mean rank Sum of Rank p Teknik relaksasi otot progresif 15 13,77 206,50 0,285 Teknik relaksasi nafas dalam 15 17,23 258,50

(4)

4

ada perbedaan efektifitas teknik

relaksasi

otot

progresif

dan

relaksasi nafas dalam terhadap

tekanan darah (sistolik) pada pasien

hipertensi di RSUD Ungaran

Tabel 4

Perbedaan efektifitas teknik relaksasi otot progresif dan relaksasi nafas dalam

terhadap tekanan darah diastolik pada pasien Hipertensi pada bulan

Maret-April 2013

Berdasarkan

tabel

5.12

diatas,

diperoleh nilai probabilitas sebesar

0,935 yang artinya lebih besar

dibandingkan

taraf

signifikansi

(0,05) sehingga dapat disimpulkan

tidak ada perbedaan efektifitas teknik

relaksasi otot progresif dan relaksasi

nafas dalam terhadap tekanan darah

(diastolik) pada pasien hipertensi di

RSUD Ungaran.

F. Pembahasan

1. Usia

Berdasarkan hasil penelitian pada

30 responden yang menderita

hipertensi yang berusia < 30 tahun

sebanyak 1 orang (3,3%),

sedang-kan respoden yang berusia 30-49

sebanyak 16 orang (53,3%), dan 13

orang lainnya diderita pada usia

>50 tahun (43,3%).

Tekanan darah tinggi biasanya

menyerang pada usia ≥ 18 tahun,

menurut WHO (World Health

Organization) menyebutkan

pro-porsi seseorang terserang hipertensi

meningkat dengan bertambahnya

usia, yaitu 1 dari 10 orang pada

usia 20-30, dan 5 dari 10 orang

pada usia 50-an (Admin, 2013, ¶2).

Data lain menunjukkan bahwa bagi

kebanyakan orang, tekanan darah

meningkat seiring dengan

ber-tambahnya usia ( Elisa, dkk., 2011,

hlm.4). Semakin ber-tambahnya

usia,

mengakibatkan

pembuluh

darah cenderung tidak elastis dan

lebih lemah. Selain itu, pembuluh

darah juga menjadi lebih kaku,

kekakuan pada pembuluh darah ini

akan mengakibatkan terjadinya

pe-ningkatan tekanan darah (Jain,

2011, hlm.222).

Pendapat diatas didukung dengan

penelitian yang pernah dilakukan

oleh

Sugiharto

(2007)

yang

berjudul

“Faktor-faktor

risiko

hipertensi grade II pada masyarakat

di

Kabupaten

Karanganyar”,

dimana dalam penelitian tersebut

memberi gambaran bahwa usia

diatas 45 tahun, terbukti merupakan

faktor risiko terjadinya hipertensi

dengan hasil uji chi square

me-nunjukkan nilai p value sebesar

0,0001 (<0,05), sehingga dapat

di-simpulkan bahwa usia berpengaruh

terhadap kejadian hipertensi

2. Jenis kelamin

Dalam penelitian ini, frekuensi jenis

kelamin pederita hipertensi yang

terjadi pada perempuan sebanyak 17

orang

(56,7%),

dan

laki-laki

sebanyak 13 orang (43,3%). Resiko

terjadinya hipertensi pada wanita

meningkat

setelah

perempuan

berusia lebih dari 45 tahun ( masa

menopause),

hal

ini

dikaitkan

dengan pengaruh perubahan hormon

esterogen

dan

progesteron

(Dalimartha, 2008, hlm.22).

Perubahan hormon esterogen dan

progesterone yang terjadi pada

Tekanan darah diastolik N Mean rank Sum of Rank P Teknik relaksasi otot progresif 15 15,37 230,50 0,935 Teknik relaksasi nafas dalam 15 15,63 234,50

(5)

5

wanita menopause (berusia >45

tahun),

berpengaruh

terhadap

menurunnya

vasodilator

alami

pembuluh darah, hal ini akan

menyebabkan penurunan efisiensi

penyempitan

dan

pelebaran

pembuluh

darah

yang

dapat

mengakibatkan

suplai

oksigen

menjadi terganggu. Selain itu,

penurunan kadar hormon esterogen

menyebabkan darah menjadi lebih

kental, hal ini akan menyebabkan

usaha jantung dalam memompa

darah menjadi lebih kuat, sehingga

akan

berdampak

terhadap

meningkatnya tekanan darah (Jain,

2011, hlm.222).

Hasil penelitian ini, sejalan dengan

penelitian sebelumnya yang pernah

dilakukan oleh Aprilina (2011) yang

berjudul “Perbedaan tekanan darah

sebelum dan sesudah pemberian

relaksasi imajinasi terbimbing pada

pasien

hipertensi

di

wilayah

Puskemas Krobokan Semarang”,

dimana dalam penelitian tersebut

memberi gambaran bahwa kejadian

hipertensi

mayoritas

dialami

responden

perempuan

dengan

persentase sebesar 55,6%.

3. Perbedaan relaksasi otot progresif

dan relaksasi nafas dalam

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan pada masing-masing 15

orang penderita hipertensi yang

diberikan intervensi relaksasi otot

progresif

dan

15

lainnya

mendapatkan terapi relaksasi nafas

dalam di RSUD Ungaran, diperoleh

nilai probabilitas sebesar 0,285 yang

artinya lebih besar dibandingkan

taraf signifikansi (0,05) sehingga

dapat

disimpulkan

tidak

ada

perbedaan efektifitas teknik

relak-sasi otot progresif dan relakrelak-sasi

nafas dalam terhadap tekanan darah

(sistolik) pada pasien hipertensi di

RSUD Ungaran. Berdasarkan hasil

analisis diatas diketahui bahwa hasil

selisih mean relaksasi otot progresif

(13,77) lebih kecil dibandingkan

relaksasi nafas dalam (17,23). Hasil

tersebut

menunjukkan

bahwa

relaksasi nafas dalam mempunyai

kontribusi yang lebih besar dalam

penurunan tekanan darah sistolik

dibandingkan

relaksasi

otot

progresif.

Pada hasil analisis untuk tekanan

darah diastolik, diperoleh nilai

probabilitas sebesar 0,935 yang

artinya lebih besar dibandingkan

taraf signifikan (0,05) sehingga

dapat

disimpulkan

tidak

ada

perbedaan efektifitas antara teknik

relaksasi otot progresif dan relaksasi

nafas dalam terhadap tekanan darah

(diastolik) pada pasien hipertensi di

RSUD Ungaran. Berdasarkan hasil

analisis diketahui bahwa hasil

selisih mean relaksasi otot progresif

(15,37) lebih kecil dibandingkan

relaksasi nafas dalam (15,63). Hasil

tersebut

menunjukkan

bahwa

relaksasi nafas dalam mempunyai

kontribusi yang sedikit lebih besar

dalam perubahan tekanan darah

diastolik dibandingkan relaksasi

otot

progresif.

Hasil

tersebut

menunjukkan bahwa relaksasi nafas

dalam memiliki kontribusi yang

sedikit lebih besar dalam penurunan

tekanan diastolik dibanding dengan

relaksasi otot progresif.

Secara umum, hasil penelitian ini

sejalan dengan kebenaran teori

mengenai teknik relaksasi yang

dapat

mengurangi

ataupun

menurunkan tekanan darah pada

pasien hipertensi salah satunya yaitu

dengan

teknik

relaksasi

otot

progresif dan relaksasi nafas dalam

yang

dapat

digunakan

untuk

mengontrol

sistem

saraf

yang

akhirnya dapat menurunkan tekanan

darah. (Dalimartha, 2008, hlm.28).

Walaupun berdasar teori dan hasil

penelitian ini diketahu bahwa kedua

(6)

6

relaksasi tersebut terbukti efektif

menurunkan tekanan darah, namun

dengan adanya hasil uji statistik

perbedaan antara keduanya dapat

diketahui

bahwa

tidak

ada

perbedaan

efektifitas

yang

signifikan (bermakna) antara teknik

relaksasi otot progresif dan relaksasi

nafas dalam terhadap tekanan darah.

Hal ini dapat dilihat dari nilai

probabilitas perbedaan efektifitas

relaksasi otot progresif dan relaksasi

nafas

dalam

lebih

besar

dibandingkan

taraf

signifikansi

(0,05).

4. Keterbatasan penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini

adalah:

a. Pada penelitian ini seluruh

responden

yang

digunakan

sebagai

sampel

merupakan

penderita

hipertensi

yang

dirawat inap di Rumah Sakit

dan masih mengonsumsi obat

antihipertensi, sehingga dalam

penelitian ini masih terjadi efek

bias antara pemberian terapi

dengan obat antihipertensi yang

dikonsumsi oleh responden.

b. Pada penelitian ini, peneliti

tidak menggunakan kelompok

kontrol untuk membandingkan

kelom-pok perlakuan, sehingga

tidak dapat membandingkan

tingkat

keefektifan

antar

kelompok

yang

diberikan

perlakuan dengan kelompok

yang tidak diberikan kedua

perlakuan tersebut

c. Pada penelitian ini, peneliti

tidak melihat faktor-faktor lain

seperti: lama menderita

hiper-tensi, lama rawat inap,

kebiasa-an merokok, dkebiasa-an pola hidup.

G. Simpulan dan Saran

1. Simpulan

Berdasarkan uji non parametrik

Mann-Whitney

Test

perbedaan

efektifitas relaksasi otot progresif

dan nafas dalam terhadap tekanan

darah pada pasien hipertensi di

RSUD Ungaran, dapat disimpulkan

sebagai berikut:

a. Berdasarkan nilai probabilitas

perbedaan

efektifitas

antara

perlakuan sebesar 0,285 yang

artinya lebih besar dibandingkan

taraf

signifikansi

(0,05)

sehingga

dapat

disimpulkan

tidak ada perbedaan efektifitas

teknik relaksasi otot progresif

dan

relaksasi

nafas

dalam

terhadap tekanan darah (sistolik)

pada pasien hipertensi di RSUD

Ungaran.

b. Berdasarkan nilai probabilitas

perbedaan

efektifitas

kedua

perlakuan yaitu sebesar 0,935

yang

artinya

lebih

besar

dibandingkan taraf signifikansi

(0,05)

sehingga

dapat

di-simpulkan tidak ada perbedaan

efektifitas teknik relaksasi otot

progresif dan relaksasi nafas

dalam terhadap tekanan darah

(diastolik)

pada

pasien

hipertensi di RSUD Ungaran.

2. Saran

a. Bagi instansi rumah sakit

Hasil

penelitian

ini

dapat

menambah modifikasi tindakan

keperawatan tentang perbedaan

efektifitas teknik relaksasi otot

progresif dan relaksasi nafas

dalam terhadap tekanan darah

pada pasien hipertensi.

b. Bagi institusi pendidikan dan

perkembangan ilmu keperawatan

Hasil

penelitian

ini

dapat

dijadikan salah satu ketrampilan

mahasiswa

dalam

praktek

laboratorium klinik dalam hal

(7)

7

pemberian tindakan keperawatan

pada pasien hipertensi, salah

satunya dengan relaksasi otot

progresif dan nafas dalam.

c. Bagi perawat

Hasil

penelitian

ini

dapat

digunakan oleh perawat untuk

diaplikasikan pemberian teknik

relaksasi

otot

progresif

dan

relaksasi nafas dalam terhadap

tekanan

darah

pada

pasien

hipertensi, terlebih menggunakan

relaksasi

nafas

dalam

yang

mempunyai rata-rata penurunan

tekanan

darah

lebih

besar

dibanding relaksasi otot progresif.

d. Bagi penelitian selanjutnya

Hasil

penelitian

ini

dapat

dijadikan

data

dasar

bagi

penelitian

selanjutnya

yang

berkaitan dengan masalah

hiper-tensi. Pada penelitian selanjutnya

disarankan

untuk

mengkaji

faktor-faktor lain yang

mem-pengaruhi terjadinya hipertensi

seperti : lama lama menderita

hipertensi, lama rawat inap,

ke-biasaan merokok, dan pola hidup,

sekaligus dapat menambahkan

kelompok kontrol pada penelitian

selanjutnya

H. Daftar Pustaka

Anonim. (2009). Relaksasi otot

progresif.http://www.psikol

ogizone.com/relaksasi-otot-progresif.pdf diperoleh 26

desember 2012

Dalimartha et al., (2008). Care your

self hipertensi. Jakarta :

Penebar Plus

Jian,

ritu.

(2011).

Pengobatan

alternatif untuk mengatasi

tekanan

darah.

Jakarta:

Gramedia Pustaka utama

Kozier& Erb. (2009). (2011). Buku

ajar

fundalmental

ke-perawatan konsep, proses

& paraktik. Edisi 7 Volume

1, alih bahasa Pamilih Eko

Karyuni. Jakarta : EGC

Murti,

Tri.

(2011).

Perbedaan

tekanan darah pada pasien

hipertensi essensial sebelum

dan

sesudah

pemberian

relaksasi otot progresif di

RSUD Tugurejo Semarang.

1(1). 32-41

Notoatmojo.

(2005).

Metodologi

penelitian

kesehatan.

Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam.

(2011).

Manajemen

keperawatan aplikasi dalam

parktik

keperawatan

profesional.

Jakarta

:

Salemba Medika

Sugiharto, Aris. (2007) .

Faktor-faktor risiko hipertensi pada

masyarakat di Kabupaten

Karanganyar.

http://undip.ac.id diperoleh

pada tanggal 10 Juni 2013

Suwardianto,

Heru.

(2011).

Pengaruh teknik relaksasi

nafas

dalam

(deep

breathing)

terhadap

perubahan tekanan darah

pada penderita hipertensi di

Puskesmas Kota Wilayah

Selatan Kediri.4(1). 38-50

Utama, Surya. (2002). Faktor-faktor

penyebab tekanan darah

tinggi.

http://library.usu.ac.id/down

load/fkm/fkm-surya1.pdf

diperoleh

tanggal

31Oktober 2012

Referensi

Dokumen terkait

Gohonzon 37 symboloi SGI:n uskonharjoituksen keskeisintä ohjenuoraa, elämän lakina pidettyä nam-myoho-renge-kyota. Samalla sen voidaan katsoa symboloivan liikkeeseen

Hasil analisis regresi di atas diperkuat dengan analisis distribusi frekuensi tanggapan responden yang telah dilakukan sebelumnya, tanggapan responden pada variabel

Infrastruktur dan Energi Meningkatnya mobilitas barang antarwilayah Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya 1 Meningkatnya mobilitas

Sebab Auditor yang memiliki kemampuan dan kualitas yang tinggi akan mempertahankan reputasinya dengan memberikan kualitas audit yang tinggi pula, maka dapat

Petro Prabu, yang mengolah data pembayaran gas dengan menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 dan database Mysql , yang terdiri dari form data pelanggan, form input

Sesuai dengan structural birokrasi yang ada sebaiknya terjauhi dari halnya bureaucratic fragmentation tetapi yang terjadi dilapangan setelah melaksanakan penelitian

Sebaliknya, ketika hubungan interpersonal seseorang dalam kondisi yang baik maka dapat mengindikasikan bahwa individu dalam mempersepsi lingkungan sekitarnya sebagai

Maka dari itu dalam tugas matakuliah teknologi pembelajaran saya merancang alat peraga edukatif sederhana dari bahan bahan bekas dengan nama LAGA ASIA (aLAt