Eksepsi yang menyatakan Penggugat tidak
memiliki
kapasitas/kedudukan sebagai
Penggugat
dalam perkara ini.
D I S Q U A L I F I C A T O I R
Eksepsi yang bertujuan untuk menunda
diajukan gugatan, bisa dikarenakan batas
waktu perjanjian belum jatuh tempo atau
D I L A T O I R
waktu perjanjian belum jatuh tempo atau
ada kesepakatan penundaan
pelaksanaan kewajiban
•
Tangkisan karena gugatan diajukan telah
melampaui waktu (kadaluarsa) atau
Tergugat telah dibebaskan dari
P E R E M T O I R
Tergugat telah dibebaskan dari
membayar.
Eksepsi ini dibagi menjadi 2
• Eksespsi Error in Persona
• Espsepsi Subjectum Litis
E X E P T I O P L U R I U M
L I T I S C O N S O R T I U M
•
Tergugat menyatakan gugatan penggugat
salah alamat.
•
Seharusnya bukan tergugat yang digugat,
tetapi pihak lain yang harus bertanggung
Eksespsi Error in Persona
tetapi pihak lain yang harus bertanggung
jawab (sebagai Tergugat)
• Gugatan Penggugat kurang subjek
• Seharusnya ada pihak lain yg ikut digugat
Cth :
dlm perkara waris, seluruh ahli waris harus jd pihak
Eksepsi Subjectum Litis
dlm perkara waris, seluruh ahli waris harus jd pihak dalam gugatan
Dlm perkara pembatalan perjanjuan jual beli, seluruh pihak yg terlibat dlm transaksi sebelumnya harus ikut digugat
• LIHAT MATERI KD 1
NEBIS IN IDEM
Eksepsi HARUS
diajukan bersama-sama
dengan Jawaban.
Kecuali eksepsi temtang Kompetensi
Absolut. Setiap waktu sebelum Putusan
Absolut. Setiap waktu sebelum Putusan
dapat diajukan Eksepsi Kompetensi
Absolut (134 HIR)
•
JAWABAN TENTANG POKOK PERKARA
•
Jawaban Konpesi dapat berisi :
–
Pengakuan,
K
O
N
P
E
N
S
I
–
Pengakuan,
–
bantahan atau
–
referte.
•
Jawaban Tergugat dapat berisi
Pengakuan tentang apa yang didalilkan
Penggugat.
•
Pengakuan dapat dlm bentuk pengakuan
PENGAKUAN
•
Pengakuan dapat dlm bentuk pengakuan
seluruhnya atau Pengakuan Sebagian
•
Membantah dalil-dalai Gugatan
Penggugat
•
Tergugat memiliki alur kronologi sendiri
yang berdeda dengan Penggugat
BANTAHAN
yang berdeda dengan Penggugat
•
Menyerahkan segalanya pada
kebijaksanaan hakim (Pasrah Bongkokan)
•
Tergugat tidak melakukan pengakuan,
tidak juga melakukan bantahan
REFERTE
tidak juga melakukan bantahan
•
Tergugat hanya bersikap menunggu
Putusan
• Gugatan balasan/gugatan balik yang diajukan oleh Tergugat kepada Penggugat karena
terdapat hubungan hukum lain, selain perkara konpensi.
R
E
K
O
N
P
E
N
S
I
konpensi.
• Rekonpensi HARUS diajukan bersama-sama dengan Jawaban, baik tertulis maupun lisan (132b (1) HIR)
•
Penggugat dalam Konpensi
berkedudukan sebagai Tergugat
Rekonpensi
•
Tergugat dalam Konpensi berkedudukan
•
Tergugat dalam Konpensi berkedudukan
sebagai Penggugat Rekonpensi
• Para Pihak sama dan memiliki kapasitas yang sama
• PN berwenang mengadili perkara rekonpensi tersebut
• Bukan perkara dalam rangka melaksanakan isi suatu
SYARAT GUGATAN REKONPENSI
• Bukan perkara dalam rangka melaksanakan isi suatu putusan Pengadilan/eksekusi
• Dlm perkara rekonpensi tidak berlaku ketentuan ttg kompetensi Relatif
•
Kumulasi/penggabungan 2 tuntutan
•
Menghemat waktu, biaya dan
mempermudah prosedur
TUJUAN REKONPENSI
•
Menghindari putusan-putusan yang
saling bertentangan satu sama lain
REPLIK
DIAJUKAN OLEH PENGGUGAT DITUJUKAN PD MAJELIS HAKIM TIDAK PERLU DITULIS RINCIAN IDENTITAS
IDENTITAS
TUJUAN UNTUK
MEMBANTAH/MENANGGAPI EKSEPSI, JAWABAN, REKONPENSI DAN
MENGUATKAN DALIL GUGATAN
Huku m Acara Perdat a, FH
DUPLIK
• DIAJUKAN OLEH TERGUGAT
• DITUJUKAN PD MAJELIS HAKIM
• TIDAK PERLU DITULIS RINCIAN IDENTITAS
• TUJUAN UNTUK MEMBANTAH/MENANGGAPI
• TUJUAN UNTUK MEMBANTAH/MENANGGAPI
GUGATAN, REPLIK, DAN MENGUATKAN DALIL JAWABAN, REKONPENSI
PEMBUKTIAN
•
Definisi :
–
Memberikan kepastian kepada HAKIM
tentang kebenaran peristiwa yang
menjadi dasar gugatan/dasar bantahan
menjadi dasar gugatan/dasar bantahan
dengan alat-alat bukti yang ada.
ASAS-ASAS DALAM PEMBUKTIAN
• AUDI ET ALTERAM PARTEM
• UNNUS TESTIS NULLUS TESTIS
• TESTIMONIUM DE AUDITU
• ACTORI INCUMBIT PROBATIO
• ACTORI INCUMBIT PROBATIO
• NEGATIVA NON SUNT PROBANDA
• IUS CURIA NOVIT
APA YANG HARUS DIBUKTIKAN
• Pokok sengketa, yi : semua yg didalilkan dalam gugatan, dan yang dibantah dlm jawaban
• Yang harus dibuktikan adalah PERISTIWANYA, bukan hukumnya.
bukan hukumnya.
• Berupa peristiwa, hak atau hubungan hukum
Hal-hal yang TIDAK perlu dibuktikan
• Hal-hal yang diakui oleh Tergugat
• Hal-hal yang tidak dibantah oleh Tergugat
• Hal-hal yang diketahui Hakim di dlm persidangan
persidangan
• Fakta NOTOIR (Notoir feiten) : pengetahuan umum
Beban Pembuktian
• Pasal 163 HIR, 1865 BW :
“Barang siapa yang mengaku mempunyai hak,
atau menyebut suatu kejadian untuk meneguhkan haknya itu, atau untuk meneguhkan haknya itu, atau untuk
membantah hak orang lain, maka orang itu harus membuktikan adanya hak itu atau
adanya kejadian itu.”
• Yang harus membuktikan adalah para Pihak (Penggugat dan Tergugat)
Permasalahan : Permasalahan :
– Apa yg harus dibuktikan oleh Penggugat ?
– Apa yg harus dibutikan oleh Tergugat ?
Kebenaran yg dicari dlm PEMBUKTIAN
• Dlm Hk. Acara Perdata
– Kebenaran formal
– Hakim bersifat pasif
– Tidak mensyaratkan adanya keyakinan hakim
– Tidak mensyaratkan adanya keyakinan hakim
• Dlm Hk. Acara Pidana
– Kebenaran materiil
– Harus dengan keyakinan hakim
Alat bukti
Pasal 164 HIR • Surat/tulisan • Saksi • Pengakuan • Pengakuan • Persangkaan • SumpahAlat bukti Lain :
• Pemeriksaan Setempat (90 RO)
1. ALAT BUKTI SURAT
Bukti Surat/Tulis : adalah segala sesuatu yg memuat tanda baca yg dimaksud untuk mencurahkan isi hati atau menyampaikan
buah pikiran seseorang dan digunakan sebagai buah pikiran seseorang dan digunakan sebagai pembuktian.
BUKTI SURAT/TULIS
Dibagi menjadi 2 : ambtelijk otentik partij partij • Akta dibawah tangan • Bukan aktaAKTA
• AKTA : Surat sebagai alat bukti yang diberi tanda tangan, yg memuat peristiwa yg
menjadi dasar suatu hak atau perikatan.
• BUKAN AKTA : tidak ada tanda tangan, cth:
• BUKAN AKTA : tidak ada tanda tangan, cth: karcis, buku register, catatan
• AKTA OTENTIK : akta yang dibuat dlm bentuk yg ditentukan perat per-UU-an oleh/
dihadapan pejabat umum yg berwenang. Akta ambtelijk : akta pejabat publik
Akta ambtelijk : akta pejabat publik Akta partij : akta notaris
• Akta dibawah tangan : akta yg dibuat oleh para pihak sendiri.
KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA
• AKTA OTENTIK : kekuatan pembuktiannya lengkap dan sempurna.
• AKTA DIBAWAH TANGAN : kekuatan
• AKTA DIBAWAH TANGAN : kekuatan
pembuktiannya tergantung diakui atau
tidaknya akta tersebut. Jika diakui kekuatan pembuktiannya sama dengan akta otentik
2. BUKTI SAKSI
• Kesaksian : kepastian yang diberikan kepada Hakim di persidangan ttg peristiwa yg
disengketakan dgn jalan pemberitahuan scr lisan dan pribadi oleh orang yang
lisan dan pribadi oleh orang yang
bersangkutan, bukan salah satu pihak yg berperkara.
SAKSI MENJADI BUKTI JIKA :
• Saksi melihat, mendengar atau mengalami sendiri peristiwa yg dipersaksikan.
• Tidak berupa kesimpulan/pendapat dari saksi
• Dapat menjelaskan sumber kesaksiannya
• Dapat menjelaskan sumber kesaksiannya
• Tidak Testimonium de auditu
• Tidak Unnus testis nullus testis
• Mengucapkan sumpah
SYARAT SAKSI :
• Dewasa
• Tidak ada hubungan keluarga
• Tidak ada hubungan kerja
Kekuatan Pembuktian Saksi
BUKTI BEBAS
3. BUKTI PERSANGKAAN
Persangkaan merupakan bukti sementara, dan bersifat alat bukti tidak langsung, bukan alat bukti yg berdiri sendiri.
Cth. Membuktikan ketidak hadiran seseorang pd suatu waktu di tempat ttt, dgn membuktikan kehadirannya pd waktu yg sama di tempat lain
•
Kesimpulan yang ditarik oleh Hakim atau
UU ditarik dari suatu peristiwa yang
terang dan nyata kearah peristiwa lain
yang belum terang keadaannya.
yang belum terang keadaannya.
PERSANGKAAN dibedakan menjadi:
1. Persangkaan berdasarkan kenyataan 2. Persangkaan berdasarkan hukum
Persangkaan berdasarkan kenyataan
• Hakim yg berwenang memutuskan kemungkinan kenyataan tsb
• Perbuatan-perbuatan yg oleh UU dinyatakan batal, karena dari sifat dan keadaannya dapat diduga dilakukan untuk menghindari
ketentuan UU.
Persangkaan Berdasarkan Hukum
ketentuan UU.
4. Pengakuan
• Pengakuan dapat diberikan di dlm mauoun diluar persidangan
• Tertulis maupun lisan
• Membenarkan seluruh maupun sebagian
• Membenarkan seluruh maupun sebagian
Pengakuan Murni
• Pengakuan yg sederhana & sesuai dengan tuntutan lawan
• Cth : Penggugat menyatakan tergugat
membeli rumah dr penggugat dgn harga 5 membeli rumah dr penggugat dgn harga 5 juta, tergugat dlm jawabannya mengakui
membeli rumah dr penggugat dgn harga 5 juta
Pengakuan dengan kualifikasi
• Pengakuan disertai dengan sangkalan terhadap sebagian tuntutan
• Cth :Penggugat menyatakan tergugat membeli rumah dr penggugat dgn harga 5 juta,
rumah dr penggugat dgn harga 5 juta,
tergugat dlm jawabannya mengakui membeli rumah dr penggugat, tetapi harganya 3 juta, bukan 5 juta.
Pengakuan dengan clausula
• Pengakuan yg disertai dgn keterangan tambahan yg bersifat membebaskan
• Cth : Penggugat menyatakan tergugat
membeli rumah dr penggugat dgn harga 5 membeli rumah dr penggugat dgn harga 5 juta, tergugat dlm jawabannya mengakui membeli rumah dr penggugat, tetapi telah dibayar lunas.
Pengakuan tidak boleh dipisah-pisahkan
(onsplitsbare aveu)
• Pengakuan harus diterima bulat
• Hakim tidak boleh memisah-misahkan
pengakuan itu dan menerima sebagian dari pengakuan sehingga tidak perlu lagi
pengakuan sehingga tidak perlu lagi
dibuktikan dan menolak sebagian lainnya yang masih perlu dibuktikan lebih lanjut.
• Pengakuan di dalam Persidangan LENGKAP
dan MENENTUKAN
Kekuatan Pembuktian Pengakuan
5. Bukti Sumpah
• Sumpah promissoir : sumpah untuk berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu.
• Sumpah Comfirmatoir : sumpah untuk
• Sumpah Comfirmatoir : sumpah untuk
memberi keterangan bahwa sesuatu benar atau tidak benar
• Sumpah Comfirmatoir dibagi menjadi 2 :
Sumpah supletoir dan sumpah decisoir
Sumpah Supletoir/Pelengkap
• Ada bukti permulaan/alat bukti lain
• Diperintahkan oleh hakim
• Tidak dapat dikembalikan oleh lawan
• Kekuatan pembuktiannya SEMPURNA
• Kekuatan pembuktiannya SEMPURNA
sumpah Decisoir
• Sama sekali tidak ada bukti lain
• Dibebankan oleh salah 1 pihak kepada pihak lawan
• Tidak Dapat dikembalikan
• Tidak Dapat dikembalikan
• Kekuatan pembuktiannya MENENTUKAN
6. Pemeriksaan Setempat
• Pada prinsipnya pemeriksaan persidangan dilakukan di gedung Pengadilan
• Untuk memeriksa benda tetap tidak mungkin dilaksanakan di gedung Pengadilan
dilaksanakan di gedung Pengadilan
• Untuk mendapatkan kepastian, hakim dapat melakukan pemeriksaan setempat di tempat benda tetap berada (Pasal 90 RO)
• Dapat diajukan oleh para pihak atau oleh Hakim
• Untuk memeriksa kejelasan dan kepastian objek sengketa (letak, batas-batas, luas)
objek sengketa (letak, batas-batas, luas)
• Kekuatan pembuktian bebas
7. Bukti Saksi Ahli
• Hakim menggunakan keterangan ahli agar memperoleh keterangan yg lebih mendalam ttg sesuatu yg hanya dimiliki oleh seorang ahli tertentu
tertentu
• Dasar hukum 154 HIR/181 RBg/215 RV.
• Hakim atau para pihak dapat mengajukan saksi ahli
• Kedudukannya dapat digantikan oleh ahli yang sama
• Saksi ahli memberikan pendapat/kesimpulan
• Kekuatan Pembuktian bebas
• Kekuatan Pembuktian bebas
Pasal 1 angka 1 UU ITE
• Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto,
electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya.
Pasal 1 angka 4 UU ITE
• Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau
sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau
didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta,
tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta,
rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makan atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
Pasal 5 UU ITE
(1) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.
(2) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.
(3) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan Sistem Elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.
Undang-Undang ini.
(4) Ketentuan mengenai Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk:
a. surat yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk tertulis; b. surat beserta dokumennya yang menurut Undang-Undang harus dibuat
dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.