1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pola umum yang berkembang dalam kerangka pembangunan daerah lebih banyak diarahkan untuk memperoleh nilai ekonomis sebesar-besarnya sehingga cenderung untuk mengabaikan perkembangan lingkungan hidupnya. Kondisi tersebut disebabkan minimnya tingkat kesadaran pelaku pembangunan terhadap pentingnya kelestarian dan keberlanjutan lingkungan hidup. Dampak negatif dari pembangunan yang kurang peduli terhadap lingkungan, seperti permasalahan sampah, pencemaran, banjir dan longsor yang terjadi di banyak daerah, telah dirasakan pada satu dasawarsa terakhir ini. Belajar dari pengalaman kegagalan berbagai daerah dalam mengelola pembangunan khususnya yang berkaitan dengan lingkungan hidup, maka segenap pemangku kepentingan Kota Kediri menganggap lebih penting menyiapkan langkah-langkah preventif daripada langkah-langkah-langkah-langkah kuratif, terutama dalam pengelolaan sampah, limbah cair, banjir dan kelangkaan air bersih atau yang kemudian secara komprehensif dikenal dengan nama Sanitasi. Hal ini mendorong Pemerintah Kota Kediri untuk ikut serta dalam program Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP), yaitu suatu program yang diprakarsai oleh pemerintah pusat untuk meningkatkan pembangunan sanitasi di Indonesia yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, terpadu, terintegrasi. Dan berkelanjutan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Dalam rangka melaksanakan program tersebut, Pemerintah Kota Kediri telah membentuk Kelompok Kerja Sanitasi ISSDP dengan Surat Keputusan Walikota Kediri Nomor: 225 tahun 2009 tanggal 25 Maret 2009, dan kepala Bappeda selaku Ketua Kelompok Kerja (Pokja) telah membentuk tim teknis. Kelompok kerja terbut bertugas antara lain menyusun buku putih sanitasi, penetapan prioritas dan zonasi (priority setting and santition zoning), dan tugas-tugas lain dalam rangka peningkatan sanitasi Kota Kediri. Buku putih sanitasi Kota Kediri tahun 2009, buku laporan study Enviromentall Health Risk Assesment (EHRA), dan hasil penetapan prioritas dan zonasi sanitasi yang berisi hasil pengkajian dan pemetaan sanitasi telah selesai disusun oleh Kelompok kerja Sanitasi. Dokumen-dokumen tersebut, disamping sumber-sumber lain yang telah ada sebelumnya, seperti rencana strategi pembangunan
2
kota, rencana strategi SKPD, hasil musyawarah pembangunan kota (musrenbangkot), merupakan sumber informasi yang diperlukan untuk penyusunan strategi sanitasi kota (SSK).
Untuk memperbaiki perencanaan dan pembangunan sanitasi dalam rangka mencapai target-target pencapaian layanan sektor sanitasi kota, diperlukan dokumen perencanaan yang dapat dijadikan sebagai pedoman semua pihak dalam mengelola sanitasi secara komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif. Untuk itu dipandang perlu menyusun Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kediri Tahun 2015-2019. Dalam konteks yang lebih luas, SSK adalah sebuah langkah penting menuju pencapaian Milenium Development Goals (MDGs) di tahun 2019.
1.2 Metodologi Penyusunan
Metode penyusunan SSK adalah sebagai berikut : 1. Studi dokumen dan analisis data sekunder.
2. Pengamatan secara langsung ke lapangan untuk mendapatkan gambaran kondisi nyata.
3. Wawancara mendalam kepada narasumber kunci.
4. Diskusi kelompok terfokus dengan pihak terkait untuk mendapatkan hasil analisis secara lebih luas.
5. Analisis SWOT dan matriks rangking isu prioritas.
Proses penyusunan SSK terdiri dari beberapa tahapan yang tidak dapat terlepas antara satu dengan lainnya, antara lain sebagai berikut :
1. Melakukan penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi kota saat ini yang dirupakan dalam suatu dokumen Buku Putih Sanitasi Kota yang didalamnya menggambarkan kondisi pengelolaan sektor sanitasi untuk belajar dari fakta sanitasi guna menetapkan kondisi sanitasi yang tidak diinginkan.
2. Menetapkan kondisi sanitasi yang diinginkan ke depan yang dituangkan kedalam Visi dan Misi Sanitasi Kota, dan Tujuan serta Sasaran Pembangunan Sanitasi Kota. 3. Menilai kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diinginkan untuk mengidentifikasi dimana kekuatan, kelemahan, tantangan/ancaman serta peluang Kota Kediri dalam melangkah untuk mengatasi mencapai Visi dan Misi Sanitasi Kota Kediri 2019.
3
4. Merumuskan Strategi Sanitasi Kota yang menjadi basis penyusunan Program dan Kegiatan Pembangunan Sanitasi Kota Jangka Menengah (5 tahunan)
1.3 Dasar Hukum
1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alami Hayati dan Ekosistemnya
3. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang
4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 5. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
8. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
9. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
10. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
11. Peraturan pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air 12. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai
13. Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
15. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
16. Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 Tentang Kawasan Industri
17. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1990 Tentang Penggunaan Tanah bagi kawasan industri
18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 / PRT / M / 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
4
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
21. Kepmen Kimpraswil 543/2000 tentang Standart Pelayanan Minimal Bidang Pemukiman
22. SE Mendagri Nomor 050/2020/SJ Tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah
23. SNI 19.2454-2002 tentang cara teknik operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan 24. SNI 19-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA
25. SNI 02-2406-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan 26. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 / PRT / M / 2008 tentang Kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Pemukiman 27. Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 11 Tahun 2000 tentang Struktur
Organisasi-organisai Dinas sebagai Unsur Pelaksana Daerah
28. Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Retribusi Pelayanan/Kebersihan Kota Kediri
29. Surat Keputusan Walikota Kediri Nomor 9 tahun 2004 Tentang Ijin Pembangunan Limbah Cair
30. Surat Keputusan Walikota Kediri Nomor 478 Tahun 2008 Tentang Kewajiban Melakukan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UK) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Bagi Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang Tidak Wajib AMDAL
31. Surat keputusan Walikota Kediri Nomor 658 tahun 208 Tentang Kelompok Kerja Sanitasi Kota Kediri tahun 2008, Surat Keputusan Walikota Kediri Nomor 225 Tahun 2009 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Sanitasi Kota Kediri Tahun 2009
1.4 Sistematika Penulisan
Dokumen ini terdiri dari 6 (enam) bab, yaitu: Bab 1. Pendahuluan
Menggambarkan tentang latar belakang, metodologi penyusunan, dasar hukum dan sistematika penulisan.
5
Bab 2. Kemajuan Pelaksanaan Pembangunan Sanitasi
Berisi tentang gambaran umum wilayah kota, kemajuan pelaksanaan SSK, area berisiko dan permasalahan sanitasi.
Bab 3. Kerangka Pengembangan Sanitasi
Berisi uraian tentang visi dan misi sanitasi, tahapan pengembangan sanitasi, serta kemampuan pendanaan sanitasi daerah.
Bab 4. Strategi Pengembangan Sanitasi
Berisi uraian dari strategi pengembangan sanitasi pada sub sektor air limbah domestik , persampahan dan drainase.
Bab 5. Program dan Kegiatan
Berisi ringkasan yang berkaitan dengan program dan kegiatan serta uraian tentang program dan kegiatan dari masing-masing sub sektor sanitasi yaitu air limbah domestik, persampahan dan drainase
Bab 6. Strategi Monev
Berisi mengenai strategi pelaksanaan monitoring dan evaluasi dari program dan kegiatan sanitasi yang akan dilakukan Kota Kediri dalam rangka pencapaian target yang diharapkan.
6
BAB II
KEMAJUAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN SANITASI
2.1. GAMBARAN WILAYAH KOTA 2.1.1. Administrasi Wilayah
Secara geografi Kota Kediri terletak pada 7º45´ - 7º55´ Lintang Selatan dan 111º15´- 112º03´ Bujur Timur. Wilayah Kota Kediri berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Kediri. Kota Kediri dipisahkan oleh Sungai Brantas yang mengalir dari selatan ke utara sepanjang 7 Km. Batas wilayah Kota Kediri adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Gampengrejo
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Kandat dan Ngadiluwih
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Banyakan dan Semen
Sebalah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Wates dan Gurah
Gambar 2.1. Grafik pembagian/ Luas Wilayah di Kediri
Per Kecamatan (Km2)
Secara administratif, Kota Kediri terbagi menjadi 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Mojoroto, Kecamatan Kota dan Kecamatan Pesantren. Kota Kediri terbagi menjadi 46 kelurahan yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Kediri.
Luas Wilayah Kecamatan Mojoroto Dirinci Menurut Kelurahan, 2012
Kode Kelurahan Luas ( Km2 )
(1) (2) (3) 001 Pojok 515,35 002 Campurejo 140,96 003 Tamanan 107,76 004 Banjarmlati 95,45 005 Bandar Kidul 129,99 006 Lirboyo 103,79 Tabel 2.1
Luas Wilayah Kota Kediri Dirinci Menurut Kecamatan, 2007 Kecamatan Luas ( Km 2 ) 01 Mojoroto 24,6 02 Kota 14,9 03 Pesantren 23,9 Jumlah 63,4
Sumber : Kediri Dalam Angka, 2008
24,6
14,9 23,9
7 007 Bandar Lor 111,35 008 Mojoroto 213,00 009 Sukorame 430,22 010 Bujel 159,00 011 Ngampel 146,87 012 Gayam 129,62 013 Mrican 110,92 014 Dermo 65,79 010 Kecamatan Mojoroto 2.460,10
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Kediri
Luas Wilayah Kecamatan Kota Dirinci Menurut Kelurahan, 2012
Kode Kelurahan Luas ( Km2 )
(1) (2) (3) 001 Manisrenggo 1,764 002 Rejomulyo 1,670 003 Ngronggo 2,585 004 Kaliombo 0,958 005 Kampungdalem 0,332 006 Setonopande 0,383 007 Ringinanom 0,050 008 Pakelan 0,214 009 Setonogedong 0,059 010 Kemasan 0,228 011 Jagalan 0,043 012 Banjaran 1,209 013 Ngadirejo 1,470 014 Dandangan 1,100 015 Balowerti 0,830 016 Pocanan 0,214 017 Semampir 1,791 020 Kecamatan Kota 14,900
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Kediri
Luas Wilayah Kecamatan Pesantren Dirinci Menurut Kelurahan, 2012
Kode Kelurahan Luas ( Km2 )
(1) (2) (3) 001 Blabak 3,354 002 Bawang 3,449 003 Betet 1,691 004 Tosaren 1,361 005 Banaran 0,974 006 Ngletih 1,237 007 Tempurejo 1,864
8 008 Ketami 1,894 009 Pesantren 1,356 010 Bangsal 1,029 011 Burengan 1,283 012 Tinalan 0,926 013 Pakunden 1,024 014 Singonegaran 0,99 015 Jamsaren 1,471 030 Kecamatan Pesantren 23,903
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Kediri
Gambar 2.2. Peta Batas Wilayah Adminsitratif Kota Kediri 2.1.2. Kependudukan
Di Tahun 2013, dari 267.310 jiwa, penduduk Kota Kediri terdiri dari 134.409 laki-laki dan 132.901 perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk Kota Kediri pada Tahun 2013 sebesar 4.216 jiwa per kilometer persegi.
Tingkat kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan Pesantren, kemudian sedikit lebih padat berada di Kecamatan Mojoroto dan kepadatan tertinggi berada di Kecamatan Kota. Kepadatan penduduk di Kecamatan Kota yang lebih tinggi dibanding dua kecamatan lainnya disebabkan karena kawasan Kecamatan Kota merupakan pusat perdagangan dan jasa yang ada di Kota Kediri. Untuk terus mendorong pemerataan perkembangan laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, Pemerintah Kota Kediri telah
9
melakukan upaya-upaya penyebaran pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di sejumlah kawasan.
Laju pertumbuhan penduduk Kota Kediri pada tahun 2012 – 2013 menurun 14,41%, padahal sebelumnya selama periode tahun 2003 – 2012 mempunyai rata-rata pertumbuhan penduduknya per tahun sebesar 0,81 %. Adapun penurunan ini terjadi karena up-date data kependudukan berdasarkan pembuatan KTP secara elektronik yang mereduksi sebagian besar identitas ganda dari beberapa daerah. Selain itu perlambatan pertumbuhan penduduk ini tidak serta mengurangi beban daya dukung wilayah Kota Kediri. Sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) maka di sekitar Kota Kediri seperti Kabupaten Kediri sebagai daerah hinterland terutama yang berbatasan dengan Kota Kediri mengalami peningkatan jumlah penduduk. Pertumbuhan Komersial di Kota Kediri mendorong peningkatan harga properti, menyebabkan lokasi perumahan bergeser di wilayah sekitar Kota Kediri tumbuh semakin cepat.
Secara keseluruhan, kependudukan kota Kediri dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Menurut Kepadatan Penduduk
Kecamatan Penduduk Kelurahan Rata2 Penduduk per Kelurahan Luas ( Km2 ) Kepadatan Penduduk (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 . Mojoroto 99.624 14 7.115 24,601 4.050 2 . Kota 84.942 17 4.996 14,900 5.701 3 . Pesantren 75.731 15 5.048 23,903 3.168 Jumlah 260.297 46 17.159 63,404 4.105 2011 302.672 46 19.951 63,404 4.773 2010 290.991 46 19.167 63,404 4.589 2009 297.963 46 6.477 63,404 4.699 2008 284.938 46 6.194 63,40 4.494 2007 248.751 46 5.407 63,40 3.923 2006 241.436 46 5.242 63,40 3.808 2005 241.253 46 5.245 63,40 3.805
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kediri
2.1.3. Kebijakan Pembangunan
A. Rencana Struktur Ruang Kota Kediri
Penataan Ruang Wilayah Kota Kediri adalah mewujudkan Kota sebagai sentra pendidikan, industri, perdagangan-jasa dan pariwisata berskala regional yang aman, nyaman, produktif
10
dan berkelanjutan. Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah kota sebagaimana dimaksud kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota, meliputi :
a. kebijakan struktur ruang wilayah kota; dan b. kebijakan pola ruang wilayah kota.
Sedangkan kebijakan struktur ruang wilayah kota meliputi: a. pengembangan kota sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW);
b. pengembangan kota sebagai Pusat Pelayanan Kawasan Andalan Kediri – Tulungagung – Blitar;
c. pengembangan sistem pusat pelayanan kota; dan d. pengembangan sistem prasarana wilayah.
Sedangkan pengembangan sistem prasarana wilayah meliputi: a. rencana pengembangan sistem prasarana transportasi b. rencana pengembangan sistem jaringan energi;
c. rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi;
d. rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air kota; dan e. rencana pengembangan sistem jaringan infrastruktur perkotaan.
11 Gambar 2.3. Peta Rencana Struktur Ruang Kota Kediri
12
B. Sistem Pusat Pelayanan Kota
Sistem pusat pelayanan kota merupakan gabungan dari fungsi kota yang diemban Kota Kediri sebagai Kota Inti dari PKN (Pusat Kegiatan Nasional) yang sekaligus KSN (Kawasan Stratgis Nasional) yaitu Kawasan Metropolitan Sarbagita. Konsekuensi dari fungsi tersebut, maka sistem pusat pelayanan kota merupakan gabungan dari system pelayanan pada skala yang lebih luas (wilayah, nasional dan internasional) dan skala pelayanan kota (skala kota, bagian wilayah kota, unit lingkungan).
Telah diuraikan pada bahasan sebelumnya bahwa Sistem pelayanan Kota terdiri dari : a. sistem perwilayahan pengembangan kota;
b. sistem pusat-pusat pelayanan kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan atau pemerintahan; dan
c. sistem hirarki pelayanan kegiatan kota.
C. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota
Kota Kediri berada pada jalur transportasi regional yang menghubungkan Kota Surabaya dengan Tulungagung, Nganjuk dan Malang, dalam konteks pengembangan wilayah Provinsi Jawa Timur, Kota Kediri merupakan pusat pengembangan SWP Kediri dan sekitarnya yang meliputi : Kabupaten Kediri, Nganjuk, Trenggalek dan Tulungagung. Kota Kediri merupakan kota Orde 11.8, termasuk dalam klasifikasi Kota Menengah sebagai pusat SWP, Kota Kediri memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan tersier yakni industri, perdagangan, pemerintahan dan pendidikan tinggi.
Fungsi Kota Kediri sebagai pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya, tumbuh dan berkembang didukung oleh keberadaan. Infrastruktur transportasi yang menghubungkan dengan beberapa daerah disekitarnya. Keberadaan infrastruktur transportasi mempengaruhi pola pemanfaatan lahan yang cenderung linier terutama di sepanjang jalan arteri primer arah ke Surabaya.
Kegiatan utama yang dikembangkan di Kota Kediri yaitu : industri, pendidikan, perdagangan dan jasa serta pariwisata, maka arahan penyebaran kegiatan-kegiatan pembangunan dialokasikan pada bagian wilayah kota secara merata sesuai dengan kecenderungan perkembangannya. Peruntukkan masing-masing bagian wilayah Kota Kediri, sebagai berikut :
Bagian Wilayah Kota A (BWK A), terdiri dari seluruh kawasan Kecamatan Mojoroto
13
pariwisata, industri dan pendidikan.
Bagian Wilayah Kota B (BWK B), terdiri dari seluruh wilayah Kecamatan Kota dan sebagian kecil Kecamatan Pesantren dengan luas kawasan 2.185,05 Ha. Kegiatan utama yang dikembangkan : industri, perdagangan dan jasa serta pariwisata, perkantoran dan permukiman.
Bagian Wilayah Kota C (BWK C), mencakup sebagian besar wilayah Kecamatan
Pesantren dengan luas wilayah 1.694,98 Ha. Kegiatan utama yang dikembangkan adalah industri dan pemukiman.
Peta rencana pola ruang wilayah kota dapat dilihat pada Gambar 2.4
Gambar 2.4. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Kediri
D. Kawasan Rawan Bencana
Dari sejumlah kawasan berdasarkan analisa fisik, Kota Kediri tidak memiliki kawasan rawan bencana alam yang memerlukan perhatian khusus. Bencana yang rawan terjadi di wilayah Kota Kediri meliputi kebakaran, banjir dan erosi. Kepadatan penduduk yang terpusat di wilayah perkotaan ditambah dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi
14
menyebabkan daerah perkotaan menjadi rawan terhadap bencana kebakaran dan banjir. Sedangkan wilayah perbukitan dengan kemiringan lereng yang curam serta jenis tanah alluvial berisiko mengalami erosi.
Kawasan rawan bencana kebakaran di Kota Kediri terdapat di Kelurahan Dandangan, Kelurahan Ngadirejo, Kelurahan Kemasan, Kelurahan Setono Pande, Kelurahan Ringin Anom, dan Kelurahan Bandar Lor yang merupakan pemukiman padat. Terjadinya bencana kebakaran disebabkan oleh tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, kondisi kelayakan bangunan serta kesesuaiannya dengan standar keamanan dan kurangnya RTH privat maupun publik.
Kawasan rawan bencana banjir di Kota Kediri yaitu Kelurahan Balowerti, Kelurahan Manisrenggo, Kelurahan Ngampel, Kelurahan Balowerti, dan Kelurahan Kaliombo merupakan kawasan rawan bencana banjir dengan kedalaman genangan air sekitar 15 – 30 cm berdurasi selama 15 – 30 menit per kejadian; Kelurahan Jamsaren dengan kedalaman genangan air sekitar 30 – 45 cm berdurasi 15 – 30 menit per kejadian; Kelurahan Setono Pande dengan kedalaman genangan air sekitar 15 – 30 cm berdurasi selama 15 – 30 menit per kejadian; serta di wilayah Ngadisimo serta Kelurahan Mojoroto. Terjadinya bencana banjir disebabkan oleh kurang memadainya saluran drainase serta pendangkalan dan penyempitan saluran drainase akibat sedimentasi dan sampah.
Kawasan rawan bencana erosi di Kota Kediri ada di wilayah Kecamatan Mojoroto bagian barat yang merupakan perbukitan dengan kemiringan lereng sekitar 40%. Kawasan tersebut merupakan pusat suaka alam dan cagar budaya, sehingga perlu dilakukan antisipasi untuk mengurangi risiko terjadinya erosi.
2.1.4. Kelembagaan Pemerintah Derah
Dalam melaksanakan tugas pemerintahan, Walikota Kediri dibantu oleh seperangkat institusi Pemerintah Daerah yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda namun terorganisir dan merupakan suatu kesatuan, dengan rincian Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD). Institusi pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi terkait dengan sanitasi ada sekitar 12 institusi, yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( Bappeda), Kantor Lingkungan Hidup (KLH), Dinas Kesehatan ( Dinkes), Dinas Tata Ruang Kebersihan dan Pertamanan (DTRKP), Badan Pemberdayaan Perempuan & KB, Kantor Pemberdayaan Masyarakat (KPM), Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Dinas Pendidikan (Disdik), Perusahaan
15
Daerah Air Minum (PDAM), Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran, kecamatan dan kelurahan.
Gambar 2.5. Struktur Organisasi Pemerintah Kota Kediri
2.2. KEMAJUAN PELAKSANAAN SSK 2.2.1. Air Limbah Domestik
Pengelolaan air limbah di Kota Kediri belum sepenuhnya berjalan optimal. Terlihat dengan masih banyak masyarakat yang melakukan praktek BAB sembarangan (BABs). Sarana dan prasarana pengelolaan air limbah hanya berupa Intalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Kelurahan Pojok, dengan kapasitas pengolahan 3.360 m3/hari. Sedangkan untuk sarana prasarana truk tinja disediakan oleh pihak swasta yang bergerak dalam jasa sedot tinja/kakus, yang jumlahnya cukup besar di Kota Kediri (± 6 perusahaan).
Beberapa inisiatif telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Kediri, antara lain dengan pembangunan IPAL Komunal berbasis masyarakat (Sanimas) di beberapa wilayah padat penduduk dan kumuh di Kota Kediri. Hingga tahun 2009, jumlah Sanimas di Kota Kediri
16
telah mencapai 8 Sanimas yang berbentuk MCK Umum dan MCK di lingkungan Pondok Pesantren.
Seiring berkembangnya Kota Kediri menjadi kota Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Propinsi Jawa Timur dan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin pesat, berakibat pada meningkatnya volume pencemar khususnya yang berasal dari buangan domestik, baik air limbah cucian dan kamar mandi (grey water) dan air limbah WC (black water). Sehingga baik dalam jangka pendek atau menengah maupun jangka panjang diperlukan suatu pengelolaan air limbah yang terpadu dalam mendukung pembangunan sanitasi di Kota Kediri.
Tabel 2.4 Volume Air Limbah Domestik Kota Kediri 2008 – 2014
Tahun Volume Air Limbah (L/hari) Total Volume Air
Limbah (L/hari)
Mojoroto Kota Pesantren
2008 10544957,50 8880217,50 8000107,50 27425282,50 2009 10870323,57 9154217,80 8246951,88 28271493,25 2010 11195689,64 9428218,09 8493796,27 29117704,00 2011 11521055,71 9702218,39 8740640,65 29963914,75 2012 11846421,78 9976218,68 8987485,04 30810125,50 2013 12171787,85 10250218,98 9234329,42 31656336,25 2014 12497153,92 10524219,27 9481173,80 32502547,00
Sumber : Hasil perhitungan
Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga di lingkungan masyarakat Kota Kediri sebagian besar dengan sistem septic tank (tangki septik) tingkat rumah tangga dan komunal, sebagian masih menggunakan septic tank yang diindikasikan sebagai cubluk, dan sebagian lainnya dibuang ke drainase (SPAL) baik saluran terbuka maupun tertutup. Sanimas (Sanitasi Masyarakat berupa MCK plus) menjadi salah satu alternatif yang dikembangkan di kota Kediri meskipun skalanya masih terbatas dan masih perlu ditingkatkan di masa mendatang.
17
18
2.2.2. Persampahan a. Timbulan Sampah
Jumlah penduduk yang terus meningkat berakibat pada peningkatan jumlah timbulan sampah yang ada di Kota Kediri. Hingga akhir tahun 2008 sejumlah 858, 22 m3/hari, dimana sebagian besar sampah berupa sampah organik atau sampah basah dengan prosentase berkisar 70% dari keseluruhan total timbulan sampah.
Secara umum pengelolaan persampahan di Kota Kediri ditangani oleh Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan (DTRKP) Kota Kediri. Berdasarkan kajian data sekunder dari SKPD terkait, diperoleh data bahwa jumlah timbulan sampah per hari di Kota Kediri sebesar 193,1 ton / 858,22 m3/hari, sedangkan volume timbulan sampah per tahunnya dalam 3 tahun terakhir.
b. Pengelolaan Persampahan
Untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan sampah di Kota Kediri, SKPD terkait
sedang menggalakkan program 3 R (Reduce, Reuse, Recycle)1. Tujuannya adalah mengurangi
beban TPA yang akan habis masa pemanfaatannya yaitu pada tahun 2012. Program 3 R di Kota Kediri diwujudkan dalam kegiatan memanfaatkan sampah organik sebagai bahan baku pupuk kompos. Hingga tahun 2009 telah beroperasi 2 unit yang dikelola sepenuhnya oleh DTRKP Kota Kediri.
Sarana dan Prasarana Penanganan Sampah
Dalam rangka menunjang operasional sehari-hari, pihak DTRKP memiliki beberapa armada pengangkutan sampah yang dapat dilihat pada Tabel dibawah.
Tabel 2.5 Sarana dan Prasarana Penanganan Sampah
NO
SARANA /
PRASARANA UNIT FUNGSI
1 Gerobak Sampah 385 Pengumpulan Sampah
Roda Tiga 13 Kebarsihan Di Jalan
2 TPS 9 Pemindahan Sampah
Container 26
Mesin Pencacah Sampah 2 Pencacah Sampah (UDPK)
1 Reduce, Reuse, Recycle (3R), dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai Mengurangi timbulan sampah,
19
Mesin Pengayak Kompos 2 Pengayaan Kompos (UDPK)
3 Dump Truck 12 Pengangkutan Sampah
Amrol Truck 5
4 Whell Loader 1 Penimbunan Sampah
Buldozer 1 Pemusnahan Sampah
5 Tong Sampah 65 Pemindahan Sampah
Sumber : DTRKP Kota Kediri, 2009 TPA
Kota Kediri telah memiliki Lokasi TPA yang terletak di di Kelurahan Pojok, Kota Kediri, memiliki luas lahan 2,5 Ha, untuk mengolah sampah mencapai 500 m3/hari. Konsep pengolahan yang dikembangkan adalah sanitary landfill, tetapi karena keterbatasan biaya, SDM, maupun sarana dan prasarana di TPA, menjadikan operasionalisasi TPA dilakukan seefisien mungkin, yaitu dengan sistem open dumping.
20
2.2.3. Drainase
a. Sistem Drainase Kota
Sistem Drainase Makro (Saluran Utama)
Saluran drainase utama (makro) di Kota Kediri adalah sungai Brantas, dimana saluran ini biasanya menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area). Biasanyan sistem ini menampung aliran yang berskala besar dan luas. Pengelolaan drainase di Kota Kediri yang menjadi tanggung jawab DPU sudah meliputi seluruh wilayah kota dengan cakupan pelayanan meliputi : tidak ada luas genangan yang lebih dari 10 hektar, lama waktu genangan tidak lebih dari 2 jam dan tinggi genangan tidak lebih dari 30 cm. Layanan yang diberikan DTRKP pada aspek pemeliharaan meliputi; melakukan pengedukan lumpur/waled/sedimen pada saluran drainase, memelihara ketertiban penggunaan saluran drainase serta melakukan pemusnahan dan pemanfaatan hasil pembersihan saluran drainase, air kotor supaya berdaya guna dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan/banjir.
Rencana induk atau pedoman pembangunan dan pengembangan jaringan drainase yang terpadu di Kota Kediri, tertuang dalam Master Plan Drainase Kota Kediri Tahun 2003.
Sistem Drainase Mikro
Drainase lingkungan (mikro) yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan yang berskala lebih kecil dari drainase utama (makro). Di Kota Kediri yang termasuk dalam drainase lokal (mikro) adalah saluran di sepanjang sisi jalan protokol (saluan drainase sekunder) dan saluran di lingkungan permukiman (drainase lingkungan/saluran drainase tersier). Untuk mendorong tumbuh kembangnya kegiatan secara partisipatif, kedepan pembangunan maupun pemeliharaan saluran drainase lingkungan (saluran tersier) menjadi tanggung jawab masyarakat.
Saluran drainase lingkungan di permukiman berupa saluran alami dan buatan baik terbuka atau tertutup, pasangan beton maupun galian tanah. Berdasarkan hasil EHRA rumah tidak memiliki saluran drainase lingkungan masih lebih banyak sekitar 64,2 %. Pada umumnya, drainase lingkungan di Kota Kediri masih menjadi satu antara pembuangan air hujan (pematusan air hujan) dan saluran limbah rumah tangga (grey water). Perlu dikembangkan saluran drainase lingkungan untuk meningkatkan layanan.
21
Gambar 2.8. Resiko Banjir Dan Genangan
2.3. AREA BERESIKO DAN PERMASALAHAN SANITASI 2.3.1. Area Beresiko dan Permasalahan Air Limbah Domestik
Permasalahan yang ada dalam pengelolaan air limbah Kota Kediri adalah: 1. Kelembagaan
Dalam hal ini belum ada instansi yang bertugas mengelola air limbah secara tersendiri. Air limbah masih ditangani oleh berbagai instansi, sehingga sulit dalam mengkoordinasikan kegiatannya di lapangan. BLUPAL telah dibentuk dengan Keputusan Gubernur Jawa Timur, dan hanya akan menangani pengelolaan air limbah perpipaan (sewerage) secara off-site pasca proyek DSDP.
2. Keuangan
Sampai saat ini dana yang alokasikan untuk pengelolaan air limbah masih sangat minim bila dibandingkan dengan sektor pembangunan yang lainnya.
22
3. Kesadaran masyarakat
Masyarakat Kota Kediri belum semuanya menyadari bahwa air limbah yang dihasilkannya perlu diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air penerima.
4. Sarana pembuangan air limbah masih relatif terbatas
Pembuangan limbah melalui tangki septik dan sumur resapan serta pembuangan air bekas mandi, cuci dan dapur masih banyak dilakukan secara langsung ke sungai dan pantai.
5. Pemeliharaan peralatan untuk fasilitas pembuangan air limbah belum jelas
6. Secara kualitatif dan kuantitatif pencemaran pada air permukaan dan air tanah terus bertambah akibat perkembangan penduduk dan ekonomi yang mempengaruhi jumlah air limbah dan juga jenis kandungannya misalnya limbah beracun.
7. Banyak masyarakat yang antusias dengan adanya DSDP hanya saja tidak semua rumah dapat dilayani karena faktor kondisi jalan lingkungan dan topografi wilayah.
Dari permasalahan air limbah tersebut diatas maka dapat digambarkan lokasi-lokasi area beresiko air limbah di Kota Kediri berdasarkan hasil Pengolahan Data Sekunder, Index Reasiko EHRA dan Presepsi Pokja/SKDP akan dianalisis oleh tools instrument sanitasi yang mendapatkan hasil sebagai berikut :
23
Gambar 2.9. Peta Area Beresiko Air Limbah
Adapun penjabaran Desa/Kelurahan yang dirinci menurut skoring tingkat resiko air limbah, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.13. Hasil Skoring Desa/Kelurahan Menurut Tingkat Resiko Air Limbah
Skor Nilai Area Bersiko Tingkat Resiko Desa/Kelurahan
1
Area Resiko Sangat Rendah(Biru) 1. Bujel 2. Sukorame 3. Manisrenggo 4. Rejomulyo 5. Banaran 6. Bangsal 7. Ngadirejo 8. Banjaran 9. Banjarmlati 10. Tamanan 11. Campurejo 12. Mojoroto 13. Lirboyo 14. Bandar Lor 15. Bandar Kidul 16. Pocanan
2
Area Resiko Rendah (Hijau)1. Tosaren 2. Pakunden 3. Ngronggo 4. Tinalan 5. Kaliombo 6. Singonegaran 7. Setono Pande 8. Setono Gedong 9. Pakelan 10. Baluwerti 11. Semampir 12. Dandangan
24
3
Area Resiko Sedang(Kuning) 1. Blabak 2. Bawang 3. Ngletih 4. Betet 5. Jamsaren 6. Pesantren 7. Ketami 8. Tempurejo 9. Burengan 10. Jagalan 11. Jamsaren 12. Kampung Dalem 13. Pojok
4
Area Resiko Tinggi (Merah) 1. Gayam2. Ngampel
2.3.2. Area Beresiko dan Permasalahan Persampahan
Kebijakan–kebijakan yang memberikan peluang terhadap penanggulangan sampah di Kota Kediri ini antara lain komitmen pemerintah dalam penanggulangan sampah, adanya investor yang berminat dalam pengelolaan sampah, dan adanya sumbangan pemikiran dari berbagai instansi dan lembaga swadaya masyarakat. Namun demikian ancaman dalam upaya penanggulangan sampah ini terutama disebabkan karena rendahnya kesadaran masyarakat, meningkatnya konsumsi masyarakat, adanya pergeseran gaya hidup masyarakat yang serba menggunakan plastik dan cenderung menggunakan barang–barang sekali pakai sebagai pengaruh dari budaya Barat, dan adanya sampah kiriman dari wilayah sekitar. Selain itu, untuk penanggulangan sampah diperlukan pembagian peran yang jelas begitu juga peraturannya. Permasalahan dalam penganggulangan sampah di Kota Kediri dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Belum memadainya sarana dan prasana pengelolaan sampah, sehingga belum semua wilayah dapat terlayani.
2. Penerapan Retribusi dan peraturan belum memadai
3. Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam mematuhi peraturan dalam bidang kebersihan.
25
4. Teknologi pengelolaan persampahan masih sederhana.
5. Sosialisasi kelembagaan pengelola persampahan yang bersifat regional (SARBAGITA) dan pembagian peran masing-masing daerah belum memadai.
6. Kualitas sarana dan prasarana pendukung TPA masih dibawah standar
7. Program pendukung untuk advokasi, penyadaran dan penguatan kapasitas masyarakat untuk sektor persampahan masih minim
8. Adanya pergeseran gaya hidup masyarakat yang serba menggunakan plastik dan cenderung menggunakan barang–barang sekali pakai
9. Adanya sampah kiriman dari wilayah sekitar
Dari permasalahan persampahan tersebut diatas maka dapat digambarkan lokasi-lokasi area beresiko persampahan di Kota Kediri berdasarkan hasil Pengolahan Data Sekunder, Index Reasiko EHRA dan Presepsi Pokja/SKDP akan dianalisis oleh tools instrument sanitasi yang mendapatkan hasil sebagai berikut :
26
Adapun penjabaran Desa/Kelurahan yang dirinci menurut skoring tingkat resiko persampahan, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.14. Hasil Skoring Desa/Kelurahan Menurut Tingkat Resiko Persampahan
Skor Nilai Area Bersiko Tingkat Resiko Desa/Kelurahan
1
Area Resiko Sangat Rendah(Biru) 1. Pojok 2. Sukorame 3. Campurejo 4. Lirboyo 5. Tamanan 6. Bandar Kidul 7. Bandar Lor 8. Mojoroto 9. Dermo 10. Semampir 11. Pocanan 12. Balowerti 13. Pakelan 14. Dandangan 15. Ngadirejo 16. Setono Gedong 17. Setono Pande 18. Ringinanom 19. Kampung Dalem 20. Singonegaran 21. Kaliombo 22. Burengan 23. Bangsal 24. Banaran 25. Pakunden 26. Pesantren 27. Ketami
27 2. Tinalan 3. Jagalan 4. Jamsaren 5. Banjaran 6. Banjarmlati 7. Ngronggo 8. Manisrenggo 9. Rejomulyo 10. Blabak 11. Betet 12. Bawang 13. Tinalan 14. Jamsaren 15. Ngletih 16. Tempurejo 17. Bujel 18. Mrican
3
Area Resiko Sedang(Kuning) 1. Ngampel
4
Area Resiko Tinggi (Merah) 1. Gayam2.3.3. Area Beresiko dan Persamalahan Drainase
Genangan di Kota Kediri ditimbulkan oleh beberapa sebab, yaitu :
1. Akibat intensitas curah hujah yang tinggi sedangkan masih ada beberapa resapan air belum memadai
2. Adanya sampah-sampah yang menyumbat saluran drainase
3. Kurang pedulinya sebagian masyarakat terhadap lingkungan bersih.
Dari permasalahan persampahan tersebut diatas maka dapat digambarkan lokasi-lokasi area beresiko drainase di Kota Kediri berdasarkan hasil Pengolahan Data Sekunder, Index Reasiko EHRA dan Presepsi Pokja/SKDP akan dianalisis oleh tools instrument sanitasi yang mendapatkan hasil sebagai berikut :
28
Gambar 2.11. Peta Area Beresiko Drainase
Adapun penjabaran Desa/Kelurahan yang dirinci menurut skoring tingkat resiko drainase, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.14. Hasil Skoring Desa/Kelurahan Menurut Tingkat Resiko Drainase
Skor Nilai Area Bersiko Tingkat Resiko Desa/Kelurahan
1
Area Resiko Sangat Rendah(Biru) 1. Campurejo 2. Lirboyo 3. Pocanan 4. Pakelan 5. Setono Gedong 6. Ringinanom 7. Rejomulyo 8. Tosaren
29 9. Blabak 10. Bawang 11. Tinalan 12. Ngletih 13. Tempurejo 14. Ketami 15. Bangsal 16. Ngadirejo 17. Gayam 18. Dermo 19. Mrican
2
Area Resiko Rendah (Hijau)1. Pojok 2. Sukorame 3. Bujel 4. Mojoroto 5. Semampir 6. Badar Lor 7. Bnjarmlati 8. Ngronggo 9. Manisrenggo 10. Dandangan 11. Jagalan 12. Setono Pande 13. Kampung Dalem 14. Singonegaran 15. Pakunden 16. Betet 17. Jamsaren 18. Pesantren 19. Burengan 20. Banjaran
30
(Kuning) 2. Kaliombo
31
BAB III
KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI
3.1 Visi dan Misi Sanitasi
Kota Kediri belum merumuskan secara khusus visi misi sanitasi kota. Namun, sanitasi telah tersirat dalam makna visi misi institusi–institusi yang bergerak di sektor sanitasi di Kota Kediri
Tabel 3.1 Visi Misi Stakeholder Kota Kediri
Stakeholder Visi Misi
Bappeda Terwujudnya Bappeda sebagai koordinator perencanaan kota yang handal
1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia untuk mendukung perencanaan pembangunan yang optimal
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat & transparansi dalam perencanaan pembangunan 3. Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan
dalam semua bidang
4. Meningkatkan kualitas penelitian & evaluasi perencanaan pembangunan
KLH Terwujudnya masyarakat Kota Kediri berwawasan
lingkungan yang bersih, sehat, menarik & indah
1. Meningkatkan pemantauan kualitas lingkungan hidup
2. Meningkatkan pengendalian pencemaran dari perusakan lingkungan hidup
3. Meningkatkan pembinaan teknis pengendalian lingkungan
DTRKP Terwujudnya Kota Kediri bersih , terang, indah dan nyaman didukung oleh tata ruang yang terkendali serta tertib dalam pengembangan perumahan
1. Meningkatkan kualitas kebersihan, keindahan dan kenyamanan kota
2. Meningkatkan kualitas penanganan bahaya banjir dan pengelolaan lumpur tinja.
3. Mewujudkan kota dan masyarakat yang menarik, aman dan damai bagi warga kota, dunia usaha maupun daerah sekitarnya
4. Meningkatkan pengendalian pemanfaatan Ruang Kawasan Kota
5. Meningkatkan Pelayanan Pengurusan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).
DPU Tersedianya infrastruktur PU yang handal, bermanfaat, dan berkelanjutan bagi Kota Kediri
1. Meningkatkan pengelolaan sistem tata ruang perkotaan
2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas prasarana kota
Dinkes Mewujudkan Kota Kediri yang mandiri untuk hidup sehat
1. Mewujudkan sistem administrasi yang tertib dan terpadu.
2. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
3. Mendorong terwujudnya kemandirian untuk hidup sehat.
4. Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
32
5. Meningktakan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan.
6. Meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya kesehatan.
PDAM Menjadikan PDAM Kota Kediri sebagai perusahaan yang mandiri, sehat dan profesional
Meningkatkan image perusahaan, kualitas dan kuantitas air bersih, fasilitas pelayanan air bersih kepada masyarakat, menjaga kelestarian sumber air baku, profesional
dan kesejahteraan sumber daya manusia dan kinerja manajemen perusahaan
PKK Mengikuti visi –misi Kota Kediri FKKS
PWI - -
3.2 PENTAHAPAN PENGEMBANGAN SANITASI
3.2.1 Tahapan Pengembangan Sanitasi
1. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik
Tahapan pengembangan air limbah domestik berdasarkan hasil instrumen profil sanitasi didapatkan tahapan prioritas penanganan pengolahan air limbah domestik di Kota Kediri pada peta dibawah ini
33
2. Tahapan Pengembangan Persampahan
Tahapan pengembangan persampahan berdasarkan hasil instrumen profil sanitasi didapatkan tahapan prioritas penanganan persampahan di Kota Kediri berdasarkan fungsi Kota/Wilayah dan kepadatan penduduk dalam penanganan persampahan. Tahapan pengembangan atau prioritas penangan persampahan di Kota Kediri digambarkan pada peta berikut :
Gambar 3.2 Tahapan Pengembangan Persampahan
3. Penanganan Drainase
Tahapan Penanganan Drainase berdasarkan hasil instrumen profil sanitasi didapatkan tahapan prioritas penanganan Drainase di Kota Kediri berdasarkan tingkat area berisiko genangan yang ada di Kota Kediri. Tahapan pengembangan atau prioritas penangan Drainase di Kota Kediri digambarkan pada peta berikut :
34
Gambar 3.3 Penanganan Drainase
3.2.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Sanitasi
Dalam upaya peningkatan Sanitasi Kota Kediri saat ini, ada empat sub sektor yang menjadi fokus utama yaitu : Sub sektor Air Limbah Domestik, Sub sektor Drainase, Sub sektor Persampahan, Sub sektor Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tujuan dari penetapan sub sektor diutamakan dalam peningkatan pelayanan sanitasi karena empat sub sektor ini kebutuhan yang paling mendasar yang harus dipenuhi dan diharapkan adanya peningkatan pelayanan pada sub sektor ini dan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Penyusunan Strategi Sanitasi Kota Kediri adalah sebagai acuan yang sangat penting dalam pembangunan sanitasi yang akan dilakukan dalam jangka waktu lima tahun kedepan yang mana dalam strategi ini menjelaskan tujuan dan sasaran Strategi Sanitasi Kota Kediri, Adapun Tujuan dan Sasaran masing-masing sub sektor Sanitasi Kota Kediri tercantum di dalam tabel di bawah ini :
35
Tabel 3.5 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Air Limbah Domestik
Tujuan Sasaran DATA DASAR
1 2
1. Adanya kepastian hukum tentang perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan air limbah domestik
2. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pengolahan air limbah 3. Meningkatkan Pemberdayaan
masyarakat dalam pengelolaan air limbah
SASARAN I
Meningkatnya anggaran untuk pengelolaan sektor air limbah domestik
SASARAN II
Meningkatnya kapasitas aparatur dalam pengelolaan air limbah domestik
SASARAN III
Meningkatnya peran swasta dalam pengelolaan air limbah domestik SASARAN IV
Terundangkannya Peraturan tentang pengelolaan air limbah domestik) SASARAN V
Meningkatnya sarana dan prasaran air limbah dan di manfaatkan dengan baik
SASARAN VI
Meningkatnya kesadaran dan partisipasi dalam melaksanakan pengelolaan air limbah
Pengelolaan limbah cair mencapai lebih dari 75%
Terdapat 6 lokasi sanimas
Jamban dengan leaching pit (42%) dan sekitar 2%
masyarakat tidak memiliki fasilitas jamban. Limbah cair domestik sebesar 62% dibuang ke saluran
drainase dan kali, 26% dibuang melalui tangki septik/leaching pit, dan selebihnya sebesar 12% dibuang ke halaman.
Pelayanan DSDP telah mencakup 30% penduduk Kota Kediri
36
domestik yang baik
Tabel 3.6. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Persampahan
Tujuan Sasaran DATA DASAR
1 2
Meningkatkan kualitas pengelolaan sampah yang ramah lingkungan Meningkatkan kualitas sarana dan
prasarana persampahan
SASARAN I
Meningkatnya peran swasta dan masyarakat dalam pengelolaan persampahan
SASARAN II
Terundangkannya Peraturan tentang pengelolaan persampahan
SASARAN III
Meningkatnya sarana dan prasarana
persampahan dan di manfaatkan dengan baik
Kondisi Timbunan Sampah: 2399,85 m3/hari
Kemampuan Sampah terangkut: 1244 m3/hari
Transfer Depo 11 unit TPS 3R 10 unit Truk biasa 4 buah Dump truk 71 buah Arm roll 14 buah Container 80 buah
37
Tabel 3.7. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Drainase
Tujuan Sasaran DATA DASAR
1 2
Mengurangi genangan air di Kota Kediri Menurunnya tingkat genangan air di Kota
Kediri
Terdapat 25 titik lokasi genangan di Kota Kediri
Water Storage dibangun di daerah hilir untuk menampung limpahan air drainase
Tabel 3.8. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
Tujuan Sasaran DATA DASAR
1 2
Mewujudkan Kota Kediri yang sehat dengan membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Meningkatnya cakupan PHBS strata utama dan paripurna dari 60 % menjadi 100 % pada Tahun 2019
Pelaksanaan lomba kesatuan gerak PKK KB-Kes. Dalam lomba KB-Kes dibagi tiga kategori yaitu lomba pelaksana terbaik kesatuan gerak PKK KBKes, pelaksana posyandu dan lomba pelaksana terbaik perilaku hidup bersih dan sehat.
38
3.3 Kemampuan Pendanaan Sanitasi Daerah
Tabel 3.9. Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD
Tabel 3.10. Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke Depan
2012 2013 2014 2015
A. Sumber Pendanaan: APBD Kota KEDIRI
A.1 Sub-sektor Persampahan 1,464,577 7,200,000 3,817,500 3,720,000 16,202,077 A.2 Sub-sektor Air Limbah 2,133,742 2,293,742 1,748,520 3,108,520 9,284,524 A.3 Sub-sektor Drainase Lingkungan 2,416,319 3,314,869 2,349,897 2,209,747 10,290,832 A.4 Sub-sektor Air Bersih - - - - -A.5 Aspek Komunikasi 208,000 468,000 358,000 208,000 1,242,000 A.6 Aspek Kelembagaan 332,000 632,000 542,000 612,000 2,118,000 A.7 Aspek PHBS 155,000 346,000 515,000 375,000 1,391,000 A.8 Aspek Pelaku Bisnis 175,000 40,000 175,000 325,000 715,000 A.9 Aspek Jender dan Kemiskinan 226,750 451,750 376,750 251,750 1,307,000 A.10 Aspek Keuangan 229,500 149,500 59,500 59,500 498,000 Sub-Total A: 7,340,888 14,895,861 9,942,167 10,869,517 43,048,433
TOTAL Sub Sektor
39
Tabel 3.11. Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kab/Kota untuk Operasional/Pemeliharaan Sanitasi
2012 2013 2014 2015
A. Sumber Pendanaan: APBD Kota KEDIRI
A.1 Sub-sektor Persampahan 1,464,577 7,200,000 3,817,500 3,720,000 16,202,077 A.2 Sub-sektor Air Limbah 2,133,742 2,293,742 1,748,520 3,108,520 9,284,524 A.3 Sub-sektor Drainase Lingkungan 2,416,319 3,314,869 2,349,897 2,209,747 10,290,832 A.4 Sub-sektor Air Bersih - - - - -A.5 Aspek Komunikasi 208,000 468,000 358,000 208,000 1,242,000 A.6 Aspek Kelembagaan 332,000 632,000 542,000 612,000 2,118,000 A.7 Aspek PHBS 155,000 346,000 515,000 375,000 1,391,000 A.8 Aspek Pelaku Bisnis 175,000 40,000 175,000 325,000 715,000 A.9 Aspek Jender dan Kemiskinan 226,750 451,750 376,750 251,750 1,307,000 A.10 Aspek Keuangan 229,500 149,500 59,500 59,500 498,000 Sub-Total A: 7,340,888 14,895,861 9,942,167 10,869,517 43,048,433
TOTAL Sub Sektor
40
41
BAB IV
STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI
Program prioritas sanitasi disusun berdasarkan kesesuaian prioritas penanganan sanitasi sebagaimana terdapat dalam Buku Putih, SSK, Masterplan dan RPIJM Kota Kediri . Program yang menjawab permasalahan sanitasi di wilayah prioritas sanitasi (terdapat dalam Buku Putih dan RPIJM) akan menjadi program prioritas pengembangan sanitasi Kota Kediri dan disusun sebagai rencana program untuk tahun 2014 yang sudah tersedia dana untuk masing-masing kegiatan sedangkan untuk tahun 2015 – 2018 ditentukan berdasarkan tingkat kebutuhan kota untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya sehingga diharapkan terjadi kesinambungan program dan kegiatan dalam percepatan pembangunan sanitasi. Kebutuhan yang paling mendesak dan kegiatan yang mendukung tercapainya visi dan kota merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan.
a. Air Limbah
Prioritas pembangunan dan pengelolaan air limbah Kota Kediri adalah:
1. Pengembangan prasarana dan sarana sistem air limbah terpusat (off-site) skala kota maupun komunal.
2. Peningkatan pengelolaan sistem air limbah setempat (on-site). 3. Penanganan air limbah berbasis masyarakat tanpa subsidi.
b. Persampahan
Prioritas pembangunan dan pengelolaan persampahan Kota Kediri adalah:
1. Penambahan kapasitas prasarana pengumpulan sampah dan kapasitas pengangkutan sampah menuju TPS maupun TPA.
2. Optimalisasi penggunaan TPA regional dan pembangunan TPA baru dengan sistem sanitary landfill.
3. Pengurangan timbulan sampah dari sumber melalui penerapan prinsip 3 R (reduce, reuse, recycle) dan minimasi sampah yang tidak terangkut ke TPA.
c. Drainase
42
1. Penyusunan rencana induk sistem pengelolaan drainase serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaannya.
2. Pembangunan saluran drainase di kawasan strategis perkotaan.
3. Pengurangan volume air limpasan melalui penyediaan bidang resapan baik oleh masyarakat maupun pemerintah.
d. Hiegene
Prioritas Pengembangan Pola Hidup Bersih dan Sehat Kota Kediri adalah :
1. Peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat di dalam pengembangan PHBS. 2. Evaluasi data, kajian dan studi untuk mendukung PHBS.
3. Penyediaan sarana fisik untuk mendukung PHBS.
Dari penjabaran prioritas kegiatan 4 sektor sanitasi diatas, maka dapat dilakukan analisa SWOT pada masing-masing sektor sanitasi tersebut, dari hasil analisa SWOT dilanjutan dengan perumusan strategi pengembangan sanitasi untuk Kota Kediri sebagai
43
4.1. TUJUAN, SASARAN, DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK Tabel 4.1. Analisis SWOT Air Limbah Domestik
NO ELEMEN BOBOT TINGKAT
PENGARUH
PERKALIAN BOBOT DAN
TINGKAT PENGARUH KETERANGAN INT ERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS)
Kek uatan (Strenght)
1 Adanya program DSDP yang sudah mencakup 30% masyarakat 60% 2 1.2
2 Adanya 15 lokasi SANIMAS 40% 2 0.8
Total 100% 2
Kele mahan (Weakness)
1 Belum ada instansi yang bertugas mengelola air limbah secara tersendiri, BLUPAL hanya menangani pengelolaan air limbah perpipaan (sewerage) secara off-site pasca proyek DSDP
15% 3 0.45
2 Sampai saat ini dana yang alokasikan untuk pengelolaan air limbah masih sangat minim bila
dibandingkan dengan sektor pembangunan yang lainnya
10% 3 0.3
3 Masyarakat Kota Kediri belum semuanya menyadari bahwa air limbah yang dihasilkannya perlu diolah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air penerima
10% 2 0.2
4 Pembuangan limbah melalui tangki septik dan sumur resapan serta pembuangan air bekas mandi, cuci
dan dapur masih banyak dilakukan secara langsung ke sungai dan pantai
30% 4 1.2
5 Pemeliharaan peralatan untuk fasilitas pembuangan air limbah belum jelas 10% 0
6 Secara kualitatif dan kuantitatif pencemaran pada air permukaan dan air tanah terus bertambah akibat perkembangan penduduk dan ekonomi yang mempengaruhi jumlah air limbah dan juga jenis kandungannya misalnya limbah beracun
5% 2 0.1
7 Banyak masyarakat yang antusias dengan adanya DSDP hanya saja tidak semua rumah dapat dilayani
karena faktor kondisi jalan lingkungan dan topografi wilayah
20% 4 0.8
44
Selisih Kekuatan dan Kelemahan -1.05 (X)
NO ELEMEN BOBOT
TINGKAT PENGARUH
PERKALIAN BOBOT DAN
TINGKAT PENGARUH KETERANGAN EKS TERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS)
Pelu ang (Opportunity)
1 Ketersediaan sumber dana dari Pusat, Provinsi, APBK dan PDAM 70% 4 2.8
2 Adanya lembaga pengelola SANIMAS oleh masyarakat 30% 2 0.6
Total 100% 3.4
Anc aman (Threath)
1 Jamban yang dibangun masyarakat secara teknis tidak sesuai 30% 4 1.2
2 Masih ada kebiasaan ditingkat masyarakat terhadap perilaku BABS 30% 4 1.2
3 Sektor swasta masih beranggapan bahwa sektor usaha bidang limbah domestik tidak menguntungkan 15% 2
0.3 4 Industri rumah tangga belum menerapkan pengelolaan limbah yang sesuai dengan standar teknis 25% 4
1
Total 100% 3.7
45
Tabel 4.2. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik
Tujuan
Sasaran
Strategi
Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran
Adanya kepastian hukum tentang perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan air limbah domestik
Meningkatnya anggaran untuk pengelolaan sektor air limbah domestik
Bertambahnya alokasi dana sanitasi dari 3% menjadi 5%
Peningkatan pembiayaan sanitasi dengan melibatkan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Lembaga Donor
Meningkatnya kapasitas aparatur dalam pengelolaan air limbah domestik
Jumlah diklat pengelolaan air limbah domestik
Peningkatan kapasitas aparatur dalam pengelolaan air limbah domestik
Meningkatnya peran swasta dalam pengelolaan air limbah domestik
Prosentase CSR di bidang sanitasi Peningkatan peran swasta dalam pengelolaan air limbah domestik Terundangkannya Peraturan tentang pengelolaan air limbah
domestik
Regulasi Pengelolaan air limbah domestik
Advokasi kepada pemangku kepentingan
Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pengolahan air limbah
Meningkatnya sarana dan prasaran air limbah dan di manfaatkan dengan baik
Prosentase sarana dan prasarana air limbah yang memenuhi standar
Peningkatan sarana air limbah domestik
Meningkatkan Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan air limbah
Meningkatnya kesadaran dan partisipasi dalam melaksanakan pengelolaan air limbah domestik yang baik
Prosentase masyarakat yang BABs Meningkatkan sosialisasi pengelolaan dan dampak air limbah terhadap kesehatan masyarakat
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air limbah
46
4.2. TUJUAN, SASARAN, DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERSAMPAHAN Tabel 4.3. Analisis SWOT Persampahan
NO ELEMEN BOBOT
TINGKAT PENGARUH
PERKALIAN BOBOT DAN
TINGKAT PENGARUH KETERANGAN INT ERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS)
Kek uatan (Strenght)
1 Adanya peraturan pengelolalan sampah dan keindahan 5% 3 0.15
2 Adanya peraturan retribusi pelayanan sampah 5% 3 0.15
3 Adanya Masterplan Persampahan 40% 4 1.6
4 Sudah ada sarana dan prasarana pendukung 20% 3 0.6
5 Sudah ada dana dari APBK walaupun belum mencukupi 20% 3 0.6
6 Isu persampahan telah tertuang kedalam visi dan misi 5% 2 0.1
7 Adanya dukungan dari pihak legislatif dan eksekutif 5% 2 0.1
Total 100% 3.3
Kele mahan (Weakness)
1 Belum memadainya sarana dan prasana pengelolaan sampah, sehingga belum semua wilayah dapat terlayani.
30% 4 1.2
2 Penerapan Retribusi dan peraturan belum memadai 5% 4
3 Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam mematuhi peraturan dalam bidang kebersihan
10% 3 0.3
4 Teknologi pengelolaan persampahan masih sederhana 5% 2 0.1
5 Sosialisasi kelembagaan pengelola persampahan yang bersifat regional dan pembagian peran masing-masing daerah belum memadai
10% 2 0.2
6 Kualitas sarana dan prasarana pendukung TPA masih dibawah standar 20% 2 0.4
7 Program pendukung untuk advokasi, penyadaran dan penguatan kapasitas masyarakat untuk sektor persampahan masih minim
5% 2 0.1
8 Adanya pergeseran gaya hidup masyarakat yang serba menggunakan plastik dan cenderung menggunakan
barang–barang sekali pakai
10% 3 0.3
47
NO ELEMEN BOBOT PENGARUH TINGKAT PERKALIAN BOBOT DAN TINGKAT PENGARUH KETERANGAN
Total 100% 2.7
Selisi h Kekuatan dan Kelemahan 0.6 (X)
EKS TERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS) Pelu ang (Opportunity)
1 Adanya Dukungan Dana dari Pusat, Provinsi, APBK dan retribusi 60% 4 2.4
2 Adanya Dukungan Bank Sampah dan Swakelola Kebersihan 25% 4 1
3 Adanya program kebersihan dan lomba kebersihan antar banjar termasuk adanya penetapan Desa Sadar Lingkungan
10%
2
0.2 4 Adanya kerjasama dengan pihak Universitas terkait penelitian untuk sektor persampahan
5%
2
0.1
Total 100% 3.7
Anc aman (Threath)
1 Kondisi Sarana dan Prasarana persampahan banyak yang rusak 30% 4 1.2
2 Perilaku buang sampah sembarangan ditingkat masyarataka masih tinggi 30% 4 1.2
3 Masyarakat belum terlibat secara aktif dalam kegiatan pengelolaan persampahan 15% 2
0.3 4 Pihak swasta yang bergerak dibidang pariwisata dan industri kecil belum menerapkan konsep
pengelolaan sampah yang baik
25% 4
1
Total 100% 3.7
48
Tabel 4.4. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Persampahan
Tujuan
Sasaran
Strategi
Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran
Meningkatkan kualitas pengelolaan sampah yang ramah lingkungan
Meningkatnya peran swasta dan masyarakat dalam pengelolaan persampahan
Prosentase CSR di bidang sanitasi Peningkatan peran swasta dan masyarakat dalam pengelolaan persampahan
Terundangkannya Peraturan tentang pengelolaan persampahan
Perda Pengelolaan persampahan Advokasi kepada pemangku kepentingan
Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana persampahan
Meningkatnya sarana dan prasaran persampaahn dan di manfaatkan dengan baik
Prosentase sarana dan prasarana persamapah yang memenuhi standar
Melibatkan sektor swasta dalam pengelolaan sampah
49
4.3. TUJUAN, SASARAN, DAN STRATEGI PENGEMBANGAN DRAINASE
Tabel 4.5. Analisis SWOT Drainase
NO ELEMEN BOBOT TINGKAT
PENGARUH
PERKALIAN BOBOT DAN
TINGKAT PENGARUH KETERANGAN INT ERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS)
Kek uatan (Strenght)
1 Adanya Masterplan Drainase 40% 4 1.6
2 Sudah ada sarana dan prasarana pendukung kegiatan 5% 2 0.1
3 Adanya dukungan dari pihak legislatif dan eksekutif 40% 2 0.8
4 Dukungan pendanaan dari pusat, provinsi, APBK dan PDAM 5% 4 0.2
5 Sudah ada SDM namun belum mencukupi secara kuantitas 10% 3 0.3
Total 100% 3
Kele mahan (Weakness)
1 Akibat debit air hujan dimana kapasitas saluran atau gorong-gorong yang tidak memadai 30% 4 1.2
2 Kurangnya kapasitas saluran atau gorong-gorong dapat disebabkan oleh desain yang tidak tepat atau desain
yang tidak mempertimbangkan pertumbuhan kota dalam jangka waktu tertentu. Juga dapat diakibatkan oleh penumpukan sampah atau sedimen yang memperkecil penampang basah saluran atau gorong-gorong akibat kurangnya pemeliharaan
30% 4
3 Adanya beberapa bendung tetap yang dulunya tidak menimbulkan masalah, namun sekarang dengan
terjadinya peningkatan debit akibat perubahan lahan
10% 2 0.2
4 Adanya penumpukan sampah di sungai, saluran, bangunan bagi atau gorong-gorong sehingga menimbulkan
penyumbatan
20% 2 0.4
Total 100% 2.1
50
NO ELEMEN BOBOT TINGKAT
PENGARUH
PERKALIAN BOBOT DAN TINGKAT
PENGARUH
KETERANGAN EKS TERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS)
Pelu ang (Opportunity)
1 Adanya dukungan pendanaan dari pusat, provinsi, APBK dan PDAM 60% 4 2.4
2 Adanya kegiatan dan lomba kebersihan lingkungan 25% 4 1
3 Adanya dukungan pengelolaan drainase dari pemerintah pusat 10% 2 0.2
4 Adanya pemetaan kondisi drainase 5% 2 0.1
Total 100% 3.7
Anc aman (Threath)
1 Kesadaran masyarakat terhadap pemeliharaan jaringan drainase yang telah dibangun masih rendah 30% 4 1.2
2 Masih ada perusahaan yang membuang limbah ke saluran drainase 15% 4 0.6
3 Tingginya tingkat sedimentasi dan tumpukan sampah drainase 25% 2 0.5
4 Masih ada titik genangan di beberapa lokasi 30% 4 1.2
Total 100% 3.5
Selisih Peluang dan Ancaman 0.2 (Y)
Tabel 4.6. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase
Tujuan Sasaran Strategi
Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran
Mengurangi genangan air di Kota Kediri
Menurunnya tingkat genangan air di Kota Kediri Prosentase genangan air Peningkatan sarana dan prasarana drainase
51
4.4. TUJUAN, SASARAN, DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT Tabel 4.7. Analisis SWOT Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
NO ELEMEN BOBOT
TINGKAT PENGARUH
PERKALIAN BOBOT DAN
TINGKAT PENGARUH KETERANGAN INT ERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS)
Kek uatan (Strenght)
1 Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai (Puskesmas, Pustu, Posyandu, dan Media Informasi yang dikelola oleh PEMKOT)
20% 3 0.6
2 Adanya Program lomba Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 5% 2 0.1
3 Adanya Pokja Sanitasi 15% 2 0.3
4 Adanya dukungan dana dari pusat, provinsi dan APBD 40% 4 1.6
5 Adanya Kerjasama dengan pihak sekolah dalam promosi dan sosialisasi PHBS 10% 3 0.3
6 Sudah menjadi salah satu isu utama yang dituangkan kedalam Visi dan Misi 5% 2 0.1
7 Adanya dukungan dari pihak eksekutif dan legislatif 5% 2 0.1
Total 100% 3.1
Kele mahan (Weakness)
1 Kurangnya koordinasi antar program 20% 3 0.6
2 Belum terintegrasinya perencanaan sanitasi terutama sektor PHBS 10% 3
3 Kurangnya kuantitas dan kualitas SDM (tersertifikasi dan kompeten) terutama pengelola dan penyuluh PHBS
30% 4 1.2
4 Alokasi Anggaran PHBS yang belum spesifik 15% 3 0.45
5 Belum adanya regulasi daerah yang memperkuat kegiatan PHBS 15% 4 0.6
6 Keterbatasan Sarana dan Prasarana Media untuk Penyuluhan terutama di Puskesmas 10% 2 0.2
Total 100% 3.05
Selisi h Kekuatan dan Kelemahan 0.05 (X)
EKS TERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS) Pelu ang (Opportunity)
52
NO ELEMEN BOBOT PENGARUH TINGKAT PERKALIAN BOBOT DAN TINGKAT PENGARUH KETERANGAN
2 Adanya Media Elektronik radio dan televisi lokal (KSTV, Dhoho TV) 25% 4 1
3 Partisipasi dan Peran Serta Masyarakat Tinggi 10% 2 0.2
Total 100% 3.7
Anc aman (Threath)
1 Tingkat kesadaran masyarakat akan PHBS masih rendah 30% 4 1.2
2 Belum seluruh stakholder yang ada ditingkat masyarakat terlibat secara aktif 15% 4 0.6
3 Kurangnya keterlibatan sektor swasta 25% 2 0.5
4 Merupakan daerah dengan penduduk terpadat 30% 4 1.2
Total 100% 3.5
53
Tabel 4.8. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat TUJUAN
SASARAN
STRATEGI
Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran
Mewujudkan Kota
Kediri yang sehat
dengan membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Meningkatnya cakupan PHBS strata utama dan paripurna dari 60 % menjadi 100 % pada Tahun 2018
x Semakin menurunnya angka kematian balita x Semakin menurunnya
angka kesakitan karena factor kebersihan x Semakin aktifnya
posyandu balita dan lansia
x Anak semakin cerdas dan semangat dalam belajar
x Mengoptimalkan program UKBM untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam PHBS (program media informasi yang menarik x Meningkatkan kuantitas dan
kualitas kader kesehatan
lingkungan dalam promosi PHBS x Mengoptimalkan peran instansi
pemerintah dan sekolah dalam penerapan PHBS
x Meningkatkan komitmen penentu kebijakan anggaran untuk PHBS
54
BAB V
PROGRAM DAN KEGIATAN
Pengaturan dan mekanisme pelaksanaan program sanitasi ini disesuaikan dengan tugas dan wewenang pelaksana. Untuk kegiatan dengan biaya APBN dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat melalui Satuan Kerja yang terkait di daerah yang berkedudukan di kota Propinsi. Sedangkan kegiatan dengan biaya APBD dilaksanakan oleh Pemerintah Kota yang dalam pelaksanaannya perlu sinergi dan koordinasi antar pemangku kepentingan lainnya yang terkait.
Implementasi dari kegiatan sanitasi yang diusulkan sepenuhnya akan dilakukan oleh SKPD teknis terkait sesuai dengan tupoksinya masing-masing. Bappeda akan memberikan peran koordinasi. Tim Pokja Sanitasi akan lebih berfungsi kepada kegiatan monitoring dan evaluasi umum terhadap capaian pembangunan sanitasi. Selain itu, Tim Pokja Sanitasi juga memiliki peran dalam kemutakhiran dokumen-dokumen sanitasi yang dimiliki, yaitu Buku Putih, SSK dan MPSS.
Adapun pengelola program sanitasi di Kota Kediri yaitu :
1. Adanya lembaga teknis berupa Kantor Lingkungan Hidup untuk penanganan lingkungan. 2. Adanya lembaga teknis berupa Dinas Kebersihan dan Pertamanan untuk penanganan
persampahan termasuk pengelolaan IPLT.
3. Adanya lembaga teknis berupa Dinas Pekerjaan Umum untuk penanganan drainase. 4. Adanya lembaga teknis berupa Badan Pemberdayaan Masyarakat & KB dan Dinas
Kesehatan untuk penanganan Pola Hidup Bersih dan Sehat.
5. Adanya Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang berperan sebagai ujung tombak implementasi program sanitasi di masyarakat.
Adanya Kelompok Kerja Sanitasi di tingkat Kota, Kecamatan dan Kelurahan untuk mengoordinasikan upaya pengarus utama pembangunan sanitasi