• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

kasie, dan 5 orang asisten divisi. Karyawan non staf terdiri atas karyawan bulanan, karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan harian lepas (KHL). Jumlah tenaga kerja SBHE sebanyak 636 per minggu ke 4 bulan Juni 2014. Jumlah karyawan bulanan 53 orang, KHT berjumlah 396 orang dan KHL berjumlah 179 orang. Rasio pekerja per ha di SBHE adalah 0.15 HK ha-1. Dalam kegiatan operasional sehari-hari khususnya tenaga pemanen, dengan ITK 0.15 HK ha-1 kurang efisien. Komposisi jumlah tenaga kerja SBHE dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah tenaga kerja staf dan non staf di Sungai Bahaur Estate tahun 2014

No Status karyawan Jumlah (orang)

1 Staf

Non staf

8

2 Karyawan bulanan 53

3 Karyawan harian tetap (KHT) 396

4 Karyawan harian lepas (KHL) 179

Total tenaga kerja 636

Sumber: Data kebun SBHE (2014)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang dapat menimbulkan kerugian baik bagi tanaman budidaya maupun manusia yang mengelola usahataninya. Pengendalian gulma merupakan kegiatan pemberantasan tumbuhan liar atau pengganggu tanaman utama. Tahapan pengendalian gulma di perkebunan dimulai dengan identifikasi gulma, pemilihan cara pengendalian, dan implementasinya. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat semua jenis golongan gulma di kebun SBHE, tetapi gulma yang paling dominan yaitu dari golongan daun lebar. Gulma yang dominan di piringan yaitu Asystasia intrusa, dan kentosan. Jenis gulma yang dominan pada areal gawangan mati yaitu Asystasia intrusa, Mikania micrantha, Croton hirtus, Neprolepis biserata, Melastoma malabathricum, Centotheca lappacea, dan Stenochlaena palustris (pakis udang). Gulma golongan teki banyak ditemukan di parit-parit, seperti Cyperus rotundus, Cyperus kilingia, dan Cyperus compressus.

Gulma dapat menjadi tanaman bermanfaat (benefit plant) bagi perkebunan kelapa sawit. Benefit plant bermanfaat dalam menekan pertumbuhan gulma dan tempat berkembangnya musuh alami bagi hama dan penyakit. Contoh tanaman bermanfaat ini adalah Axonopus compressus, Vetiveria zizanioides, Nephrolepis bisserata, Turnera ulmifolia. Benefit plant yang tumbuh di batang kelapa sawit yaitu Neprolepis biserata dan Cyclosorus aridus. Benefit plant pada batang kelapa sawit dipertahankan keberadaannya karena bermanfaat sebagai pengendalian gulma secara biologis yaitu mengurangi tingkat serangan ulat api. Benefit plant yang bermanfaat untuk pengendalian ulat api yang sengaja ditanam pada setiap

(2)

blok yaitu Turnera ulmifolia (Gambar 1). Gulma yang berada di gawangan mati hanya dibabad dempes, kecuali gulma berkayu karena berfungsi untuk melindungi tanah dari erosi. Pengendalian gulma di SBHE dilakukan pada areal piringan, pasar pikul, gawangan mati, dan TPH. Kegiatan pengendalian gulma dilakukan secara manual dan kimiawi. Konsep pengendalian gulma yang diterapkan perusahaan adalah pengelolaan gulma terpadu dengan memberdayakan seluruh komponen pengendalian, meliputi: kultur teknis dan tindakan preventif, biologis, manual atau mekanis, dan kimiawi.

Gambar 1. Benefit plant Turnera ulmifolia

Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual dilakukan pada areal piringan dan gawangan mati. Pengendalian gulma di piringan meliputi garuk piringan, tarik goloran (kacangan yang melilit daun kelapa sawit), dan dongkel anak kayu, sedangkan pengendalian gulma manual di gawangan mati dilakukan dengan cara babat dempes dan dongkel anak kayu. Pengendalian gulma secara manual lebih efektif dilakukan pada kondisi gulma yang berat. Rotasi pengendalian gulma di piringan dan gawangan adalah 3 kali dalam setahun.

Pengendalian gulma secara manual di SBHE dikoordinir oleh seorang mandor perawatan. Prestasi kerja karyawan ditentukan pada kondisi gulma yang akan dibabat. Standar prestasi kerja pengendalian gulma secara manual, untuk babat gawangan mati dan tarik goloran yaitu 0.5 ha HK-1. Alat yang digunakan untuk pengendalian gulma secara manual yaitu parang, cados dan arit. Prestasi kerja karyawan adalah 1 ha HK-1 dan prestasi kerja penulis 0.5 ha HK-1 kegiatan pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan baik.

Penanaman tanaman penutup tanah atau LCC merupakan salah satu cara pengendalian gulma secara biologi. Tanaman penutup tanah yang digunakan di Divisi 3 SBHE yaitu Mucuna bracteata (MB). Mucuna bracteata memiliki kelebihan pertumbuhan yang cepat sehingga manfaatnya dapat dengan cepat dimanfaatkan yaitu untuk menekan pertumbuhan gulma dan melindungi tanah dari erosi. Mucuna bracteata dengan pertumbuhan yang cepat dapat beralih fungsi menjadi gulma dominan di areal tertentu. Berdasarkan pengamatan penulis, MB yang menjadi gulma dominan di Divisi 3 SBHE terdapat di Blok A11, B07, B08, B09 dan D08. Blok-blok tersebut pengendalian gulma yang dilakukan kurang efektif. Blok A11 terdapat MB yang menutupi pasar pikul dan piringan (Gambar 2) yang menyebabkan pemanen malas mengutip brondolan hingga bersih.

(3)

(a) (b)

Gambar 2. Tanaman LCC: (a) menutupi pasar pikul, (b) menutupi piringan Pengendalian gulma secara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida. Herbisida yang digunakan berupa kontak dan sistemik. Herbisida kontak bekerja secara efektif dengan mematikan jaringan tumbuhan yang hanya terkena larutan, sedangkan herbisida sistemik bekerja secara efektif dengan ditranslokasi ke dalam jaringan tumbuhan sehingga mematikan jaringan sasarannya, seperti daun, tunas, titik tumbuh sampai perakarannya. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan pada gulma yang berada di piringan, pasar pikul, TPH, dan gawangan. Bahan aktif herbisida kontak yang digunakan di SBHE yaitu metil metsulfuron dan paraquat, sedangkan bahan aktif herbisida sistemik yaitu glifosat.

Metode pengendalian gulma secara kimiawi di BGA disebut BGA spraying system (BSS). BGA spraying system terdiri atas 2 tim yaitu BSS Tim Unit Semprot (TUS) dan BSS Divisi, tetapi yang tersedia pada Divisi 3 SBHE hanya BSS Divisi. BGA spraying system adalah sistem penyemprotan yang dilakukan dengan menggunakan sistem hanca giring dari blok ke blok, yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan baik dari segi luas areal maupun dari kualitas hasil semprot. Tim BSS Divisi melakukan penyemprotan herbisida dengan menggunakan knapsack sprayer merk Solo dan micron herby. Prestasi kerja tim BSS Divisi 3 SBHE adalah 2‒3 ha HK-1 untuk pengaplikasian dengan knapsack sprayer dan 6 ha HK-1 untuk pengaplikasian dengan micron herby tetapi dapat berubah tergantung dari kerapatan gulma. Aplikasi penyemprotan pada blok dimulai dengan pemberian tanda dengan bendera bernomor oleh tim semprot. Pemasangan bendera pada hanca yang sedang dilakukan aplikasi penyemprotan dapat dilihat pada Gambar 3.

(4)

Divisi 3 SBHE memiliki tanaman kelapa sawit dengan umur di atas 5 tahun. Pedoman aplikasi herbisida untuk tanaman dengan umur di atas 5 tahun tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Pedoman aplikasi herbisida untuk tanaman di atas 5 tahun di Bumitama Gunajaya Agro

Sasaran semprot Bahan Alat semprot Kalibrasi vol. Semprot Lokasi Gulma dominan Nama herbisida Dosis (cc atau g ha-1 rot.)

Jenis alat Nozzle

Vol. Lar. (l-1 ha-1) Konsen-trasi (%) Piringan dan jalan pikul Rumput+LCC +Mikania Glifosat + Floroksipir 250+62.5 MHS Kuning 5 s/d 10 2.50 + 0.625 Rumput + Anak kayu Paraquat + Metil metsulfuron 375+18.75 Knapsack sprayer Polijet biru 75 s/d 100 0.375 + 0.0187

Rumput Glifosat 250 Knapsack sprayer VLV 100 15 s/d 25 1.00

Daun lebar Floroksipir 62.5 Knapsack sprayer VLV 100 15 s/d 25 0.25

Lalang Glifosat 375 MHS Kuning 5 s/d 10 3.75 Pakis+Krisan+ Anak kayu Paraquat + Metil metsulfuron 375+18.75 Knapsack sprayer Polijet biru 75 s/d 100 0.375 + 0.0187 Anak sawit (kentosan) Paraquat + Metil metsulfuron 375+25 Knapsack sprayer Polijet biru 75 s/d 100 0.375 + 0.025 Gawangan Pakis+Krisan+ Anak kayu Paraquat + Metil metsulfuron 375+18.75 Knapsack sprayer Polijet biru 150 s/d 200 0.2 + 0.015

Anak Kayu Paraquat + Metil metsulfuron 375+25 Knapsack sprayer Polijet biru 150 s/d 200 0.2 + 0.015

Sumber: SOP perusahaan Bumitama Gunajaya Agro

Penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH adalah kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi yang dilakukan secara bersamaan. Knapsack sprayer memiliki kapasitas 13 liter kap-1 serta dilengkapi dengan pengatur tekanan sehingga tekanan dapat konstan. Nozzle yang digunakan untuk knapsack sprayer adalah nozzle jenis VLV (Very Low Volume) seperti VLV 100 dan 200. Tim BSS Divisi 3 SBHE menggunakan nozzle VLV 100. Alat pelindung diri (APD) wajib digunakan pada saat melakukan kegiatan semprot. Alat pelindung diri semprot diantaranya: apron, topi, kaca mata, sarung tangan, masker, dan sepatu boot. Tim semprot Divisi 3 SBHE tidak menggunakan APD kaca mata dengan alasan mengganggu saat aplikasi penyemprotan karena kaca mata mengeluarkan embun. Pengisian kep dengan larutan herbisida dilakukan sendiri oleh pekerja semprot, tidak ada petugas tersendiri untuk membuat larutan herbisida. Masalah yang ditemukan penulis adalah air untuk pengisian knapsack diambil dari sungai yang mengalir di sekitar blok yang disemprot. Hal ini dapat menyebabkan adanya kontaminasi air sungai dengan larutan herbisida.

(5)

Leaf sampling unit (LSU)

Kegiatan Leaf sampling unit (LSU) merupakan kegiatan pengambilan contoh daun untuk dianalisis di laboratorium yang digunakan untuk dasar rekomendasi pemupukan. Kegiatan LSU merupakan program dari Departemen Riset untuk penentuan dosis pupuk 1 tahun yang akan datang. Pengambilan sampel daun LSU dilakukan dengan cara tim. Penentuan jumlah sampel tanaman yang diambil adalah 10% dari total tanaman dalam setiap satu blok. Daun yang dijadikan sampel diambil dari pelepah ke-17. Pelepah ke-17 memiliki penyerapan unsur hara paling tinggi sehingga dapat menggambarkan status hara pada tanaman tersebut dibandingkan dengan pelepah lainnya. Metode pengambilan LSU yaitu dengan menurunkan pelepah ke-17 dengan egrek/dodos kemudian sampel daun yang diambil adalah anak daun yang di tengah, masing-masing diambil 3 lembar dari kiri dan kanan pelepah. Pengukuran panjang pelepah, panjang dan lebar petiol, lingkar batang, tinggi tanaman, dan jumlah anak daun digunakan untuk data pendukung analisis daun.

Pengambilan sampel daun dilakukan oleh 2 tim dalam 1 divisi. Setiap tim terdiri atas 3 orang (1 laki-laki dan 2 perempuan) dengan tugas masing-masing 1 orang laki-laki bertugas memotong pelepah ke-17 dan bertugas memberi tanda LSU di tanaman, 1 orang perempuan mengambil daun dari pelepah dan memasukkan ke dalam plastik, dan 1 orang perempuan melakukan pengukuran dan mencatat dalam form yang ditentukan. Alat yang digunakan adalah egrek, dodos, parang, gunting penunasan, clip board, kantong plastik transparan, cat dan kuas, label, dan alat tulis. Hasil pengambilan LSU harus segera diserahkan ke kantor kebun, kemudian dikirim ke Departemen Riset pada hari yang sama. Norma kerja untuk tim LSU per hari kerja adalah 1 blok tim-1. Beberapa ketentuan pengambilan daun LSU oleh perusahaan yaitu:

1. Pengambilan sampel LSU tidak boleh dilakukan pada saat hujan karena unsur hara tidak seimbang yang disebabkan oleh pencucian air hujan.

2. Tanaman sampel yang diambil adalah tanaman ke-3 dari CR apabila jumlah tanaman tersisa 9 dari tanaman sampel sebelumnya.

3. Tanaman sisipan tidak boleh dijadikan sebagai tanaman sampel, tanaman sampel digeser sampai ditemukan tanaman bukan sisipan.

4. Apabila pelepah ke-17 terserang hama penyakit tanaman (HPT), pelepah diganti pelepah ke-9.

5. Jumlah tanaman sampel yang diambil per blok adalah 10% dari luas areal blok.

6. Apabila tanaman terlalu tinggi (tidak dapat dicapai egrek), tanaman sampel yang diambil adalah tanaman yang terletak sebelum tanaman tersebut. 7. Penentuan pelepah 1 harus dilakukan dengan mengelilingi tanaman dan

dianjurkan agar tidak ragu-ragu dalam penentuan pelepah 1.

8. Apabila tanaman dipisahkan oleh sungai (tidak mungkin dilalui), dilakukan pergeseran tanaman ke samping.

9. Pergeseran tanaman yang dilakukan adalah 10 tanaman setelah tanaman sampel sebelumnya.

(6)

Pemupukan

Pemupukan adalah salah satu kegiatan penting dalam budidaya kelapa sawit yang memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi. Prinsip utama dari pemupukan yaitu setiap dosis dari jenis pupuk yang diterima oleh setiap pokok tanaman harus sesuai dengan dosis yang telah ditentukan dalam buku rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pupuk diformulasikan berdasarkan beberapa faktor seperti produksi TBS aktual, proyeksi produksi TBS, umur tanaman, status nutrisi tanaman, analisis daun, observasi lapangan, sejarah pemupukan, kesuburan tanah (soil sampling unit), data curah hujan dan hasil percobaan (SOP perusahaan). Rekomendasi pupuk disusun oleh Departemen Riset setiap tahunnya, berdasarkan masing-masing tanaman per blok per tahun tanam. Skema dari kegiatan pemupukan diawali dengan rekomendasi pemupukan kemudian dilakukan reservasi dan penyimpanan pupuk, penguntilan, pelangsiran, pengeceran, dan penaburan pupuk.

Sistem pemupukan di BGA disebut BMS (BGA Manuring System) yaitu sistem pemupukan yang dilakukan oleh kelompok kecil pemupuk (KKP) yang terdiri atas 3 orang tenaga kerja, 1 orang tenaga pengecer dan 2 orang tenaga penabur. Sistem pemupukan BMS dilakukan dari blok ke blok dengan sistem hanca giring. Tujuan pemupukan BMS agar pekerjaan lebih terkonsentrasi dengan sasaran mutu yang lebih baik, produktivitas yang lebih tinggi, dan pengawasan yang lebih terjangkau. Kebun Sungai Bahaur memiliki tim BMS di 2 rayon yaitu Rayon A dan Rayon B. Rayon A terdiri atas tim pemupuk dari Divisi 1 dan Divisi 3 dengan areal pemupukan meliputi Divisi 1, 2, dan 3 dengan gudang pupuk berada di Divisi 1. Rayon B terdiri atas tim pemupuk Divisi 4 dan 5 dengan tanggung jawab areal pemupukan Divisi 4 dan 5 dengan gudang pupuk berada di Divisi 4. Kegiatan pemupukan Rayon A masih menggunakan sistem non BMS, yaitu tidak ada tenaga khusus pengecer. Kegiatan pemupukan terdiri atas penguntilan, pelangsiran, pengeceran, dan penaburan.

Jenis dan dosis pupuk. Pupuk yang diaplikasikan di perkebunan SBHE terdiri atas pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yang diaplikasikan di SBHE yaitu janjangan kosong sedangkan pupuk anorganik yang digunakan umumnya terdiri atas pupuk makro dan mikro. Aplikasi pemupukan di SBHE umumnya bergantung pada pupuk yang tersedia, sehingga tidak semua sesuai jadwal. Beberapa jenis pupuk dilakukan aplikasi 2 kali dalam 1 tahun, yaitu tahap I bulan Januari-Juli dan tahap II bulan September-Desember. Jenis pupuk yang diaplikasikan dua kali dalam satu tahun yaitu: pupuk Urea, muriate of potash (MOP) dan high grade fertilizer borate (HGFB). Rekomendasi pemupukan tanaman menghasilkan (TM) di Divisi 3 di SBHE tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 3. Secara umum kaidah pemupukan meliputi 5 T yaitu tepat dosis, tepat aplikasi, tepat waktu, tepat jenis, dan tepat cara sedangkan pemupukan di BGA memiliki kaidah 6 T yaitu tepat dosis, tepat aplikasi, tepat waktu, tepat sasaran, tepat administrasi, dan tepat aman.

(7)

Tabel 3. Rekomendasi pupuk di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate tahun 2014 Tahun tanam Tahap Urea (kg/pokok) RP (kg/pokok) MOP (kg/pokok) Kieserit (kg/pokok) HGFD (kg/pokok) 1998 I 1.25 2 1.5 1.25 0.1 II 1 - 1.5 - 0.1 2000 I 1.25 2 1.5 1.25 0.1 II 1 - 1.5 - 0.1 2002 I 1.25 2 1.5 1.25 0.1 II 1 - 1.5 - 0.1 2003 I 1.25 2 1.5 1.25 0.1 II 1 - 1.5 - 0.1 2008 I 1.25 2 1.5 1.25 0.1 II 1 - 1.5 - 0.1

Keterangan : Tahap I = Januari-Juli, Tahap II = September-Desember Sumber : Data kebun SBHE

Penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah kegiatan pengemasan ulang pupuk yang berada dalam karung ukuran 25‒50 kg ke karung untilan sesuai dosis per jenis pupuk dengan setiap untilan pupuk untuk 8 pohon. Kegiatan penguntilan dilakukan di gudang pupuk. Dalam penguntilan pupuk harus diperhatikan beberapa hal yaitu: didahulukan penguntilan pupuk stok lama, pupuk yang menggumpal dihancurkan dan dihaluskan, dan untilan pupuk disusun dalam tumpukan yang rapi dan teratur menjadi 10 susunan, serta untilan dipisahkan sesuai per blok aplikasi. Standar kerja penguntil adalah 2 000 kg HK-1. Penyimpanan pupuk untilan sesuai blok yang akan diaplikasikan dapat dilihat pada Gambar 4.

(a) (b)

Gambar 4. Penyimpanan untilan pupuk di gudang: (a) susunan untilan pupuk, (b) papan administrasi untilan pupuk

Pengangkutan dan pelangsiran. Pengangkutan dilaksanakan apabila mandor pupuk telah menyelesaikan administrasi dengan mandor until. Jumlah pupuk yang diangkut disesuaikan dengan kebutuhan divisi berdasarkan dosis dan luas areal yang akan dipupuk. Pelangsiran adalah kegiatan mendistribusikan pupuk dari gudang pupuk ke blok yang akan dipupuk. Untilan pupuk diturunkan di collection road (CR) dan diecer di tiap titik yang diinstruksikan oleh mandor pupuk. Tujuan pelangsiran adalah mempermudah dan mempercepat pengecer dan

(8)

penabur dalam melakukan pemupukan di lahan. Pengangkutan dan pelangsiran merupakan dua kegiatan yang dilakukan sekaligus. Standar kerja pengangkut dan pelangsir adalah 400 kg HK-1.

Penaburan pupuk. Pada sistem pemupukan non BMS kegiatan pengeceran dan penaburan dilakukan sekaligus oleh pemupuk. Cara aplikasi pupuk yang diterapkan di SBHE berdasarkan acuan Departemen Riset di antaranya sebagai berikut:

1. Pupuk RP-Guano diaplikasikan di atas susunan pelepah untuk memacu pertumbuhan akar tersier dan kuarter.

2. Pupuk Urea, MOP, dan Kieserit diaplikasikan di pinggir rumpukan pelepah pada piringan terluar dengan jarak 1.5‒2 m dari pohon.

3. Jalan pikul tidak boleh dipupuk.

4. Pupuk mikro diaplikasikan dekat pangkal batang dengan jarak 0.5‒1 m dari pohon (aplikasi Cu ditugal).

Tenaga penabur melakukan pemupukan dimulai dari pinggir CR hingga pasar tengah untuk pupuk makro seperti Urea, MOP, Kieserit, dan RP. Aplikasi pupuk mikro untuk chelated zincopper dan HGFB dilakukan dari pinggir jalan CR hingga tembus blok. Penggunaan ukuran cepuk dapat berbeda-beda disesuaikan dengan dosis pupuk yang akan diaplikasikan. Ukuran cepuk Dolomit untuk aplikasi tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 5. Tenaga pemupuk SBHE wajib menerapkan 5 disiplin aplikasi pemupukan, yaitu: pemupukan dimulai dari jalan tengah, pemupukan sesuai takaran, pupuk harus ditabur secara merata, setiap tanaman wajib dipupuk, dan karung bekas pupuk dikumpulkan untuk dihitung dan disusun rapi.

Gambar 5. Ukuran cepuk pupuk Dolomit di SBHE

Pemupukan yang dilakukan di Rayon A rata-rata setiap hari kerja menyelesaikan 2 blok dengan 26 tenaga kerja, sehingga rata-rata 1 tenaga pemupuk memiliki prestasi kerja 2.5 ha HK-1. Beberapa permasalahan yang terjadi saat aplikasi pupuk yaitu dosis tidak sama per tanaman, waktu aplikasi yang tidak tepat (hujan masih dilakukan pemupukan), adanya tanaman tidak dipupuk karena akses jalan yang tidak memadai, dan penggunaan APD oleh tenaga pupuk yang masih tidak standar. Norma standar pemupuk adalah 500 kg HK-1 atau setara dengan 50 sak dan penulis mendapat prestasi kerja 12 sak.

Penimbunan Pasar Pikul

Penimbunan pasar pikul termasuk dalam kegiatan pemeliharaan akses. Kegiatan penimbunan pasar pikul dilakukan dengan menambah tanah pada pasar

(9)

pikul yang tergenang air agar akses untuk panen lebih mudah. Penimbunan pasar pikul banyak terjadi di areal rendahan. Kegiatan penimbunan pasar pikul sering dilakukan bersama dengan pemeliharaan pasar pikul yaitu pembersihan gulma yang menutupi pasar pikul. Lebar pasar pikul 1.2 m. Norma pembuatan pasar pikul timbun adalah 0.15 ha HK-1 atau setara dengan 40 m HK-1. Penimbunan dan pemeliharaan pasar pikul timbun dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Penimbunan pasar pikul di Divisi 3 SBHE Perawatan Jalan Secara Manual

Rawat jalan secara manual terdiri atas pemeliharaan jalan dan rempes pelepah kelapa sawit. Pemeliharaan jalan sering dilakukan di areal rendahan yang tergenang air apabila terjadi hujan. Kegiatan yang dilakukan yaitu menguras air dan membuat aliran air ke sungai kemudian dilakukan penimbunan menggunakan tanah yang dicampur dengan batu batu kecil kemudian diratakan dan dipadatkan dengan cangkul. Pemeliharaan jalan secara manual dapat dilihat pada Gambar 7. Perawatan jalan secara manual di Divisi 3 SBHE diprioritaskan di areal-areal pemanenan dengan tujuan agar pengangkutan buah dapat berlangsung lancar. Perempesan pelepah kelapa sawit yaitu kegiatan memotong pelepah kelapa sawit yang menjuntai ke arah jalan utama. Pelepah yang dipotong adalah pelepah yang mengarah ke jalan karena dapat mengganggu kendaraan yang melewati jalan dan dapat menutupi jalan dari cahaya matahari.

Gambar 7. Perawatan jalan secara manual di Divisi 3 SBHE Sensus Buah Hitam

Sensus buah hitam adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan secara rutin pada setiap blok. Tujuan sensus buah hitam adalah untuk mengestimasi produksi dalam jumlah janjang untuk waktu 4 bulan ke depan, sehingga sensus buah hitam dilakukan tiga kali dalam setahun. Sensus yang pertama dilakukan

(10)

pada bulan April, untuk sensus kedua bulan September dan sensus ketiga bulan Desember. Metode yang digunakan yaitu menghitung janjang pada tanaman sampel, mulai dari bunga betina yang sudah dibuahi (pecah seludang dan bunga cengkeh, yang diperkirakan siap dipanen 4 bulan berikutnya) atau buah hitam yang berumur lebih dari 1 bulan hingga 5 bulan. Cara yang dilakukan yaitu menentukan jalur tanaman kelapa sawit yang akan disensus dengan menggunakan metode jalur kelipatan 10 kemudian pada tanaman depan dibuat tanda tapak jalak untuk memberi tanda, bahwa tim sensus masuk pada jalur tersebut. Jumlah buah hitam yang masuk dalam kriteria pada setiap tanaman dihitung dan hasil sensusnya ditulis pada setiap tanaman, dengan format yang telah ditentukan. Kriteria buah hitam yang masuk dalam sensus ditentukan oleh perusahaan, sehingga setiap akan diadakan sensus terlebih dahulu dilakukan simulasi kepada karyawan pada tingkat wilayah maupun tingkat kebun. Kegiatan sensus buah hitam dikerjakan secara tim. Setiap tim beranggotakan 3 orang dengan tugas masing-masing satu orang membawa cat dan menulis hasil sensus di tanaman, satu orang menghitung, dan satu orang mencatat hasil. Tanaman yang disensus hanya tanaman produktif. Alat yang digunakan adalah papan jalan (clift board), pensil, penghapus, pisau lipat atau sendok, tempat cat, cat warna putih dan jingga, kuas, dan format formulir buah hitam. Prestasi kerja karyawan adalah 1 blok HK-1 dan prestasi kerja penulis 1 blok HK-1 kegiatan ini dilakukan dengan baik. Norma kegiatan sensus buah hitam adalah 1 blok HK-1.

Pemanenan

Pekerjaan pemanenan meliputi rangkaian pekerjaan pemotongan buah dan pengiriman buah ke pabrik pada hari yang sama. Kegiatan pemanenan kelapa sawit berhubungan dengan kualitas buah yang dihasilkan karena berpengaruh terhadap kualitas hasil CPO yang dihasilkan oleh pabrik. Urutan pekerjaan pemanen buah yaitu memotong pelepah, memotong buah, memotong gagang buah, menyusun pelepah ke gawangan mati, mengutip brondolan, mengeluarkan buah ke TPH, pemberian identitas buah, dan pengangkutan buah ke pabrik.

Persiapan panen. Persiapan panen harus dilakukan sebelum kegiatan panen dilakukan. Persiapan panen yang harus dilakukan di antaranya organisasi panen, alat panen, kebutuhan tenaga kerja dan taksasi produksi harian. Kegiatan panen dimulai dengan apel pagi. Apel pagi dilakukan pada pukul 05.10 waktu setempat. Perlengkapan APD meliputi helm, sarung tangan, sepatu, sarung egrek dan kaca mata. Penggunaan APD lengkap sudah dimulai sejak apel pagi berlangsung. (a) Organisasi panen

Organisasi panen terdiri atas asisten divisi, mandor I, mandor panen, krani buah, krani transportasi dan krani divisi. Kebun Divisi 3 SBHE memiliki luas 632.86 ha dan terbagi menjadi 23 blok. Pusingan panen ditetapkan 7 hari dengan seksi panen 6 seksi, yaitu seksi A sampai F. Kemandoran panen dibagi menjadi 2 yaitu Kemandoran A dan Kemandoran B. Kemandoran A Divisi 3 SBHE memiliki tenaga pemotong buah 16 orang dan Kemandoran B memiliki tenaga pemotong buah 13 orang, sehingga memiliki 7 kelompok kecil pamenan (KKP) dimana 1 KKP terdiri atas 4 orang pemanen. Mandor 1 memiliki tugas mengkoordinasikan mandor panen dan membantu asisten dalam pengawasan panen, membuat laporan rotasi panen, kualitas buah dan jumlah buah yang dipanen tiap blok per tahun tanam serta membantu evaluasi

(11)

blok panen dan melaporkan kepada asisten. Mandor panen bertugas menentukan hanca sesuai dengan rotasi panen, mengawasi pemanen untuk memastikan buah masak dipanen dan tidak ada buah tinggal, memastikan tidak ada brondolan tertinggal baik di piringan, ketiak pelepah maupun pasar pikul serta melakukan taksasi produksi harian. Masing-masing kemandoran dibantu oleh seorang krani buah yang bertugas untuk melakukan grading buah dan mencatat jumlah janjang dan brondolan yang di panen sesuai dengan nama pemanen serta mencatat jumlah janjang dan brondolan sesuai dengan blok yang dipanen. Setiap janjang dan brondolan dicatat sesuai dengan mutunya, bila tidak sesuai dengan kriteria mutu buah maka dilakukan denda sesuai dengan tingkat kesalahan. Mandor Panen A dan B dibantu oleh satu krani transportasi. Krani transportasi bertugas mencatat jumlah janjang dan brondolan yang diangkut dari TPH ke truk dan memastikan semua buah yang berada di TPH terangkut ke PKS. Organisasi panen dilengkapi juga dengan satu krani divisi untuk mencatat semua rekapan hasil panen yang sebelumnya telah direkap oleh krani buah dan diperiksa oleh asisten kemudian di input pada sistem administrasi kantor kebun.

(b) Alat panen

Alat panen TBS kelapa sawit dibutuhkan untuk mempermudah dan mempercepat kegiatan panen. Alat pemanenan digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu alat untuk memotong buah, alat untuk melangsir buah dan brondolan di TPH, serta alat bongkar muat TBS. Berdasarkan pengamatan penulis, alat-alat panen yang digunakan di Divisi 3 SBHE meliputi egrek, dodos, kapak gancu, angkong, gancu, karung goni, tonjok, batu asah, dan stempel.

(c) Tenaga kerja

Pengadaan tenaga pemotong buah harus mengacu pada kebutuhan tenaga pemotong buah saat panen puncak. Jumlah tenaga pemotong buah dapat ditentukan dari angka kerapatan panen atau luas tanam. Berdasarkan pengamatan penulis di Kebun SBHE standar tenaga pemotong menggunakan standar norma 3.0‒4.0 ha HK-1. Jumlah tenaga pemotong buah yang tepat di Divisi 3 kebun SBHE sesuai SOP perusahaan berdasarkan luas tanam dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:

Perhitungan kebutuhan tenaga kerja di Divisi 3 SBHE:

Kebutuhan tenaga kerja 35/HK

Kebutuhan tenaga kerja di Divisi 3 berdasarkan perhitungan adalah 35 orang, tetapi kenyataannya di lapangan tidak sesuai. Tenaga kerja panen hanya berjumlah 29 orang yang terbagi dalam dua kemandoran. Selain kekurangan tenaga kerja pemanen, kendala yang dihadapi yaitu adanya ketidakhadiran tenaga kerja potong buah setiap hari. Persentase kehadiran tenaga kerja panen dapat dilihat pada Tabel 4.

(12)

Tabel 4. Persentase kehadiran dan absensi tenaga kerja panen di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate pada bulan Mei

Keman-doran Jumlah pemanen (orang) Kehadiran pemanen (%) Absensi pemanen M C P1 P2 P3 H1 H2 S ---%--- A 16 92.4 0 2.7 4.9 0 0 0 0 0 B 13 88.6 0 2 9.4 0 0 0 0 0 Rata-rata 14 90.5 2.35 7.15

Keterangan : M = mangkir (tanpa keterangan), C = cuti kerja, P1 = permisi (izin) tidak dibayar, P2 = permisi (pemogokan yang sah), P3 = permisi (izin) dibayar, H1 = haid, H2 = hamil/bersalin, S = sakit.

Sumber : Pengamatan penulis (2014) (d) Angka kerapatan panen

Angka kerapatan panen menggambarkan rata-rata tandan matang panen per pohon dan penyebaran tandan matang panen. Angka kerapatan panen (AKP) digunakan untuk memperkirakan jumlah tandan yang dihasilkan untuk esok harinya, penentuan jumlah tenaga pemanen, dan jumlah kebutuhan unit yang digunakan untuk pengangkutan buah ke PKS. Taksasi harian dilakukan setiap hari. Taksasi harian di Divisi 3 SBHE dilakukan oleh mandor 1 pada sore hari. Penulis melakukan kegiatan AKP bersama dengan mandor 1 setelah selesai apel sore. Hasil taksasi produksi harian dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil taksasi produksi harian dan hasil aktual panen di Divisi 3

Sungai Bahaur Estate

Tanggal panen Blok Panen Jumlah tanaman diamati Jumlah TBS (tandan) AKP (%) Estimasi panen (kg) Estimasi panen (jjg) Hasil aktual panen (kg) Hasil aktual panen (jjg) Selisih estimasi dengan aktual (%) 20/05/2014 B07-B10 1 198 230 19 42 797 2 709 51 587 3 345 9 21/05/2014 B11-C07 1 255 239 18.7 40 829 2 620 51 588 3 292 11.6 22/05/2014 C08- C11 1 259 238 18.9 43 291 2 748 54 545 3 239 11.5

Sumber: Pengamatan penulis (2014)

Pelaksanaan panen. Kegiatan panen dimulai dengan apel pagi pada pukul 05.10 waktu setempat. Mandor panen mengabsen, memberikan pengarahan dan penjelasan untuk areal yang akan dipanen. Pelaksanaan panen dimulai setelah apel pagi dibubarkan. Pemanen menuju blok yang akan dipanen dan memulai kegiatan panen pada hanca yang telah diinstruksikan oleh mandor panen saat apel pagi. (a) Sistem panen

Sistem panen di BGA disebut Bumitama Harvesting System (BHS). Sistem panen dibagi menjadi 6 kadveld panen dan sistem pembagian hanca menggunakan sistem hanca giring tetap. Hanca giring tetap artinya setiap pemanen mempunyai hanca panen yang relatif sama atau tetap dengan luas areal tertentu dan harus diselesaikan pada 1 hari. Keuntungan hanca giring

(13)

tetap yaitu setiap pemanen mempunyai tanggung jawab terhadap hanca yang di panen, memudahkan kontrol dalam pelaksanaan panen buah, dapat meningkatkan hasil kerja pemanen serta dapat melakukan pekerjaan penunasan secara terpadu dengan pelaksanaan panen. Kelemahan hanca giring tetap, yaitu bila ada pemanen yang tidak hadir maka hanca panen akan dipanen oleh pemanen lainnya, sehingga akan menyebabkan kualitas tanggung jawab hanca menjadi turun. Mandor memiliki cara untuk mengantisipasi hal tersebut yaitu memprioritaskan pengawasan di lokasi tersebut.

(b) Rotasi panen

Rotasi panen adalah jumlah frekuensi masuk “kegiatan potong buah tuntas” pada areal/blok/seksi yang sama. Penetapan rotasi panen pada setiap kebun kelapa sawit berbeda-beda dan dapat berubah sewaktu waktu. Perubahan rotasi disebabkan oleh kerapatan buah di lapangan. Rotasi panen yang diterapkan di SBHE adalah rotasi 6/7 hari. Artinya dalam 7 hari atau seminggu terdapat 6 hari panen sehingga dalam satu bulan rotasinya 3‒4 kali. Rotasi yang terlalu cepat akan mendorong pemanen menurunkan buah mentah untuk memenuhi capai basis janjang sedangkan rotasi lama (lebih dari 9 hari) mengakibatkan jumlah brondolan meningkat sehingga pemanen membutuhkan waktu lebih lama untuk mengutip brondolan dan cenderung brondolan tidak dikutip bersih. Rencana dan realisasi rotasi panen terhadap pencapaian produksi di Divisi 3 pada bulan Maret hingga Mei 2014 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rencana dan realisasi rotasi panen terhadap pencapaian produksi di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate pada bulan Maret hingga Mei 2014

Bulan Rotasi Produksi (kg)

Pencapaian produksi

(%)

Selisih (%)

Target Realisasi Target Realialisasi

Maret 6/7 6/7 1 332 090 1 194 350 89.66 10.34

April 6/7 6/7‒8/7 1 324 381 1 176 090 88.80 11.2

Mei 6/7 6/7‒9/7 1 669 480 1 255 010 75.17 24.83 Rata-rata 1 441 984 1 208 483tn 84.54 8.6 Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

(14)

(c) Kriteria matang panen

Kriteria matang panen digunakan untuk penentuan buah layak dipanen. Kriteria matang panen ditentukan oleh jumlah brondolan yang lepas secara alami di piringan tanaman. Standar kematangan buah di kebun SBHE yaitu 2 brondolan per kg bobot TBS jatuh di piringan tanaman. Kriteria matang panen yang diterapkan agar lebih mudah untuk pemanen yaitu apabila dalam piringan tanaman terdapat brondolan lebih atau sama dengan 5 buah. Penulis melakukan pengamatan terhadap beberapa tenaga pemotong buah yang tercantum pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah brondolan yang jatuh di piringan sebelum TBS dipanen No Kemandoran Pemanen (orang) Jumlah TBS (tandan) Berondolan < 5 (buah) Berondolan ≥5 (buah) 1 A 1 45 20 25 2 2 45 10 35 3 3 45 9 36 4 4 45 23 22 5 5 45 14 31 6 B 1 45 15 30 7 2 45 15 30 8 3 45 14 31 9 4 45 4 41 10 5 45 5 40 Total 450 129 321 Persentase (%) 100 28.7 71.3

Sumber: Pengamatan penulis (2014)

Kriteria matang panen tidak selalu menggunakan standar 5 brondolan jatuh alami di piringan karena buah abnormal tidak selalu membrondol. Terdapat karakter buah abnormal yang terdiri atas buah parthenocarpi, buah batu, dan buah hermafrodit. Buah partenocarpi dicirikan dengan buah masih berwarna hitam yang sudah membrondol tetapi brondolan tersangkut di permukaan tandan. Buah batu adalah buah yang tidak membrondol sama sekali tetapi menunjukkan buah tersebut telah matang dengan dicirikan buah retak-retak. Buah hermafrodit yaitu terdapat bunga betina yang menghasilkan buah pada tandan bunga jantan. Buah abnormal dapat dilihat pada Gambar 8.

(15)

(a) (b)

Gambar 8. Macam-macam buah kelapa sawit: (a) buah partenocarpi, (b) buah hermafrodit

Pengawasan panen. Pengawasan panen dapat dilakukan dengan pemeriksaan kualitas panen. Kualitas panen ada 2 yaitu kualitas hanca dan kualitas buah. Pemeriksaan kualitas hanca dilakukan di hanca pemanen yang sudah menyelesaikan kegiatan panen pada hanca tersebut. Pemeriksaan kualitas buah dilakukan di TPH dengan buah yang sudah diberi stempel identitas pemanen. Contoh perhitungan penulis mengenai efisiensi panen untuk pemanen 1 kemandoran B.

Rumus:

Efisiensi panen = 100% - % kehilangan hasil Contoh perhitungan efisiensi panen

Blok contoh = Blok C09, BJR = 15.9 kg 1 kg brondolan = 109 butir

Total TBS dipanen = 11 Total TBS tertinggal = 1

Jumlah brondolan segar tertinggal = 51 butir = 51 butir/109 butir kg-1 = 0.468 kg Jumlah brondolan busuk tertinggal = 0

(16)

Penulis melakukan pengamatan terhadap kualitas hanca yang hasilnya tercantum dalam Tabel 8.

Tabel 8. Hasil pengamatan kualitas hanca di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate

Keman-doran Pema-nen (orang) Jumlah TBS (jjg) TBS dipanen (jjg)

Sumber kehilangan hasil Sumber kehilangan hasil (%) Efisiensi panen (%) A (jjg) B (butir) C (butir) A 1 14 12 2 5 11 16.74 83.26 2 14 13 1 0 25 7.80 92.20 3 10 9 1 1 5 11.15 88.85 4 8 7 1 1 15 14.4 85.6 B 1 12 11 1 0 51 9.33 90.67 2 8 8 0 20 3 0.16 99.84 3 5 5 0 1 13 0.18 99.82 4 10 10 0 0 19 0.11 99.88 Rata-rata 10.12 9.38 0.75 4 18 7.48 92.52 Standar 100% 15 5 > 95

Keterangan : Jjg = janjang, A = TBS tinggal, B = brondolan busuk tinggal, C = brondolan segar tinggal

Sumber : Pengamatan penulis (2014)

Pemeriksaan mutu buah sering disebut dengan grading buah. Mutu buah disesuaikan dengan kriteria matang panen yang diterapkan oleh perusahaan seperti jumlah brondolan yang lepas dan perubahan warna. Penulis melakukan pemeriksaan mutu buah di TPH Divisi 3 yang hasilnya tercantum dalam Tabel 9.

Tabel 9. Hasil pengamatan kualitas panen mutu buah di TPH Divisi 3 Sungai Bahaur Estate

No Keman-doran Pema-nen Jumlah TBS Unripe (%) Under ripe (%) Ripe (%) Over ripe (%) Empty bunch (%) Abnormal (%) 1 A 1 25 6.4 12.6 80 1 - - 2 2 27 2.8 10.1 81.5 5.6 - - 3 3 26 - 10.5 88.5 1 - - 4 4 27 1 17.4 81.6 - - - 5 B 1 27 2.9 12.9 77.1 5.7 - 1.4 6 2 28 0.9 5.5 85.4 6.4 0.9 0.9 7 3 27 1.1 6.6 81.3 8.8 - 2.2 8 4 26 - 1 88.1 10.9 - - Rata-rata 26.6 1.9 9.6 82.9 5 0.1 0.5 Standar 0 < 8 > 85 < 7 0 -

(17)

Basis dan premi panen. Basis adalah syarat dasar yang harus dipenuhi karyawan dalam kegiatan panen. Pemanen memiliki 3 basis yang harus dicapai yaitu basis janjang, basis hanca dan basis waktu. Premi (upah tambahan) ditentukan berdasarkan perolehan basis janjang. Basis hanca dicapai dengan cara pemanen harus menyelesaikan hanca pada satu seksi panen hingga selesai pada hari yang sama. Basis waktu dicapai dengan cara pemanen tidak meninggalkan hanca hingga jam kerja selesai. Apabila basis janjang dan basis hanca sudah tercapai tetapi jam kerja masih ada, pemanen wajib menyelesaikan basis waktu dengan kegiatan merawat hanca. Penentuan basis janjang didasarkan pada pertimbangan produktivitas TBS kebun dalam setahun, BJR, kelas lereng, umur pokok, dan rata-rata kapasitas pemanen. Hasil persen capai basis pemanen di Divisi 3 dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Persen total capai basis pemanen di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate

Tanggal produksi Luas panen (ha) Pemanen kerja (PK) PK capai basis (HK) PK tidak capai basis (HK) % HK basis 03/06/2014 91.27 28 24 4 85.7 04/06/2014 77.83 30 17 13 56.7 05/06/2014 97.36 30 21 9 70 06/06/2014 93.26 27 25 2 92.6 07/06/2014 122.28 28 11 17 39.3 Rata-rata 96.4 28 19 9 68.7

Sumber: Pengamatan penulis (2014)

Sistem upah untuk pemanen terdiri atas upah per hari ditambah premi basis borong dan premi lebih borong. Basis borong adalah jumlah tandan yang harus diperoleh pada setiap panen. Premi basis borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat jumlah TBS yang diperoleh sama dengan atau lebih dari basis borong. Sistem premi basis borong adalah premi bertingkat yang diambil dari persen pencapaian basis. Pencapaian basis 100% mendapat premi Rp 8 500,00, pencapaian 125% mendapat premi Rp 10 500,00 dan pencapaian basis 150% mendapat premi Rp 12 500,00. Premi lebih borong adalah premi yang diberikan jika TBS yang diperoleh melebihi basis borong. Premi basis tandan dapat dilihat pada Tabel 11. Apabila pemanen mendapatkan TBS lebih dari basis borong maka akan mendapatkan upah satu hari ditambah premi basis borong dan premi lebih borong berdasarkan berat BJR (total upah = (upah/hari + premi siap borong + premi lebih borong) – denda).

(18)

Tabel 11. Daftar pembagian seksi, basis tandan dan rupiah per tandan di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate

Seksi Blok Tahun tanam Luas (ha) Basis (tandan) Harga/tandan (Rp-)

A A012 2003 13.53 120 320 A011 2008 13.16 120 320 A010 1998 17.67 90 430 A009 1998 19.77 90 430 A008 1998 27.41 110 385 A007 1998 24.56 95 405 Sub total 116.10 B B007 2003 29.89 100 385 B008 2003 29.2 115 335 B009 2003 33.01 115 335 B010 2002 30.81 115 335 Sub total 122.91 C C010 2003 29.44 115 335 C009 2003 31.93 115 335 C008 2003 30.47 115 335 C007 2003 29.25 115 335 Sub total 121.09 D D007 2000 30.63 100 335 D008 2000 31.74 110 350 D009 2003 31.53 110 350 Sub total 93.90 E C011 1998 29.92 115 335 C012 1998 29.04 120 320 C013 1998 29.13 90 425 Sub total 88.09 F B013 1998 27.83 80 475 B012 2003 32.51 115 335 B011 2002 30.43 115 335 Sub total 90.77

Sumber: Data kebun SBHE

Contoh perhitungan upah dan premi pemanen dalam 1 hari (Tabel 12). Diketahui:

Panen seksi C = Blok C007, C008, C009, dan D007 Upah 1 HK = Rp 76 341

(19)

Tabel 12. Contoh perhitungan premi pemanen di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate Blok TT Jml jjg bruto (jjg) Denda (Rp) Jml jjg netto (jjg) Basis borong (jjg) LBB (jjg) Harga (Rp/JLB) Premi (Rp) Siap borong Lebih borong Total C007 2003 22 0 18 115 4 335 1 340 C008 2003 17 0 14 115 3 335 1 005 C009 2003 40 0 33 115 7 335 2 345 D007 2000 61 0 44 100 17 350 5 950 Jumlah 140 109 31 10 500 10 640 21 140

Keterangan: TT = tahun tanam; LBB = lebih basis borong; JLB = janjang lebih borong

Jumlah upah = Rp 76 431,00 + Rp 10 500,00 + Rp 10 640,00 = Rp 97 571,00 Transportasi panen. Transportasi TBS merupakan rangkaian dari kegiatan panen. Pengangkutan buah perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas dan rendemen minyak. Keterlambatan pengolahan TBS menjadi minyak akan meningkatkan kandungan asam lemak bebas (ALB). Semakin lama buah terlambat diolah semakin meningkat pula ALB dalam buah. Sarana dan prasarana transportasi yang baik pada sistem pengangkutan TBS diperlukan agar dapat menjamin buah tidak terlambat masuk PKS. Keterlambatan buah sampai di PKS dalam jangka waktu 24 jam setelah buah dipanen disebut buah restan. Buah restan memiliki kandungan ALB yang tinggi.

Transportasi TBS di Divisi 3 SBHE menggunakan kendaraan jenis dump truck (DT) yang berkapasitas 7‒7.5 ton. Kebijakan kebun untuk pembagian DT per divisi adalah 2 unit hari-1, tetapi dapat berubah bergantung pada kerapatan panen. Setiap unit memiliki sopir tetap dan tanggung jawab divisi tetap yang diatur langsung oleh mandor traksi. Pengangkutan buah di Divisi 3 SBHE menjadi tanggung jawab krani transport. Krani transport bertanggung jawab atas datangnya unit untuk pengancakan blok yang akan dimuat dan pembagian tim pemuat. Tim pemuat di Divisi 3 SBHE berjumlah 6 orang, setiap unit memiliki 1 tim tetap yang beranggota 3 orang. Kegiatan pengangkutan meliputi pengangkutan TBS dan brondolan dari TPH ke unit. Pekerjaan transportasi dinyatakan selesai bila buah hasil panen pada hari tersebut telah terangkut semua ke PKS, sehingga tidak ada batasan waktu untuk pemuat dalam bekerja. Apabila terjadi buah restan untuk pengangkutan hari berikutnya diwajibkan buah restan diangkut terlebih dahulu. Penulis melakukan pengamatan waktu transportasi buah dari Divisi 3 ke PKS SGAM yang hasilnya terdapat pada Tabel 13.

(20)

Tabel 13. Lama waktu pengiriman buah dari Divisi 3 Sungai Bahaur Estate ke PKS Selucing Agro Mill

No. Tanggal pengiriman No. DT Lama muat (menit) Lama kirim (menit) Berat muatan DT (kg) 1 24/03/2014 KH 9173 FB 65 52 7 870 2 25/03/2014 KH 9173 FB 68 104 7 850 3 26/03/2014 KH 9173 FB 66 279 7 530 Rata-rata 63.3 145 7 750

Keterangan: DT = dump truk

Sumber : Pengamatan penulis (2014)

Aspek Manajerial

Tenaga kerja di SBHE dibedakan menjadi tenaga staf dan non staf. Tenaga kerja yang termasuk staf yaitu manajer kebun, asisten dan kepala administrasi. Tenaga kerja non staf atau disebut supervisi yaitu para mandor dan krani. Aspek manajerial yang dipelajari dan diikuti penulis selama kegiatan magang yaitu pengawasan di lapangan dan penyusunan administrasi di kebun. Kegiatan manajerial dipelajari dan diikuti selama 3 bulan yaitu saat menjadi pendamping mandor, pendamping krani, dan pendamping asisten. Kegiatan manajerial sebagai pendamping mandor meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan mandor 1, mandor panen, mandor pupuk, mandor pengendalian gulma secara kimia, dan mandor perawatan. Kegiatan manajerial sebagai pendamping krani yang dilakukan yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh krani transport, krani buah, dan krani divisi.

Pendamping Asisten

Asisten adalah tenaga kerja staf yang ditugaskan oleh perusahaan untuk mengelola seluruh kegiatan operasional dan administrasi tingkat divisi. Asisten memiliki tanggung jawab penuh atas semua kegiatan operasional dan administrasi tingkat divisi. Pekerjaan yang dilakukan asisten adalah membuat budget, rencana kerja bulanan (RKB), laporan bulanan asisten (LBA), dan laporan pertanggungjawaban yang dipresentasikan kepada manajer kebun, askep dan kasie. Kegiatan lapangan yang dilakukan setiap hari yaitu field visit atau kunjungan lapangan yang bertujuan mengontrol, mengevaluasi kegiatan lapangan serta melakukan pengecekan mutu hanca dan mutu buah. Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi pendamping asisten yaitu membantu pengecekan laporan harian asisten (LHA), pengawasan kegiatan produksi dan perawatan di lapangan. Kegiatan administrasi yang dilakukan penulis yaitu mengisi buku saku asisten dan mengikuti rapat dalam pemecahan masalah lapangan tingkat asisten. Asisten wajib mengikuti apel pagi tahap 1 (apel pagi antar mandor), apel pagi tahap 2 (apel pagi mandor dengan karyawan), dan apel sore.

Pendamping Mandor

Mandor adalah tenaga kerja non staf yang berhubungan langsung dengan karyawan dan pekerjaan lapangan. Mandor memiliki fungsi juga sebagai penghubung antara asisten dengan karyawan. Mandor 1 bertanggung jawab

(21)

langsung kepada asisten. Tugas mandor 1 yaitu sebagai koordinator antar kemandoran, menyusun rencana kerja bersama asisten, membuat rencana kerja harian (RKH), memonitor pekerjaan divisi dan menjaga mutu pekerjaan. Kegiatan administrasi dan laporan yang dikerjakan mandor 1 adalah mengisi absen supervisi, mengisi buku laporan harian mandor, rekapitulasi taksasi potong buah, melakukan pengecekan mutu buah, melakukan pengecekan mutu transport, pengencekan mutu pengendalian gulma secara kimia, dan aplikasi pupuk setiap hari. Mandor 1 wajib mengikuti apel pagi tahap 1, apel pagi tahap 2 dan apel sore. Kegiatan yang dilakukan penulis saat menjadi pendamping mandor 1 yaitu mengikuti apel pagi tahap 1, apel pagi tahap 2, apel sore, membuat rencana kerja harian, melakukan taksasi harian, melakukan pengecekan mutu buah, melakukan pengecekan mutu transport, pengendalian gulma secara kimia dan aplikasi pupuk.

Mandor panen. Mandor panen berada di bawah mandor 1 yang bertugas mengatur kegiatan panen dari persiapan hingga pengangkutan buah setiap harinya. Tugas dan kewajiban mandor panen adalah melakukan apel pagi tahap 1, 2 dan apel sore, melakukan pengarahan dan pembinaan tenaga pemanen, membuat perencanaan panen tepat waktu, melakukan pengawasan dan pengontrolan kegiatan panen setiap harinya. Kegiatan administrasi dan laporan mandor panen adalah pembuatan laporan harian mandor (LHM) setiap hari, mengisi absensi karyawan dan kokpit kemandoran panen, mengisi pusingan panen, melakukan pengecekan mutu hanca dan mutu buah setiap hari. Kegiatan yang dilakukan penulis saat menjadi pendamping mandor panen adalah pengawasan karyawan panen, pengecekan mutu hanca dan buah serta membuat LHM.

Mandor pupuk. Mandor pupuk memiliki tugas untuk mengikuti apel pagi tahap 1, 2, dan apel sore, mengatur kegiatan pemupukan di divisi, mengarahkan dan pengancakan karyawan, mengawasi dan mengontrol kegiatan aplikasi pupuk serta menjaga keamanan dan keselamatan diri, karyawan dan lingkungan. Kegiatan administrasi dan laporan yang dikerjakan adalah membuat LHM, mengisi laporan monitoring pemupukan, dan melakukan pemeriksaan aplikasi pupuk. Kegiatan yang dilakukan penulis saat menjadi pendamping mandor pupuk adalah mengawasi penguntilan di gudang pupuk, pengawasan bongkar buat pupuk, dan pengawasan aplikasi karyawan pupuk.

Mandor pengendalian gulma kimiawi. Mandor pengendalian gulma kimiawi memiliki tugas untuk mengikuti apel pagi tahap 1, 2 dan apel sore, membuat larutan herbisida yang akan diaplikasikan, menentukan areal penyemprotan, melakukan pengawasan, penyimpanan dan stok bahan kimia di gudang. Kegiatan administrasi dan laporan yang dilakukan adalah membuat LHM, mengisi laporan monitoring penyemprotan, melakukan pemeriksaan mutu semprot. Kegiatan yang dilakukan penulis adalah membuat LHM dan melakukan pengawasan karyawan di lapangan.

Krani divisi. Krani divisi memiliki tugas membuat LHA setiap hari, menginput semua hasil kegiatan operasional ke sistem, membuat bon permintaan barang (BPB), membuat permintaan pembelian, mengisi buku gudang divisi, membuat surat berobat karyawan serta mengarsipkan dokumen-dokumen divisi. Penulis membantu krani divisi dalam pembuatan LHA dan penginputan data ke sistem.

Krani panen. Krani panen bertugas melakukan penilaian buah sesuai standar di TPH sebelum di angkut ke PKS serta mencatat jumlah tandan yang

(22)

diperoleh setiap pemanen. Pencatatan penilaian buah dilakukan di buku penerimaan buah (BPB) dan melaporkan ke asisten setiap harinya. Tugas administrasi meliputi pembuatan laporan penerimaan buah (LPB), daftar premi pemanen (DPP), dan mengisi notes potong buah setiap pemanen. Kegiatan yang dilakukan penulis yaitu melakukan penilaian buah dan membantu pembuatan LPB dan DPP.

Krani transportasi. Krani transportasi memiliki tanggung jawab mengatur pengangkutan buah dari TPH ke PKS. Tugas krani transportasi adalah mengatur dan mengkoordinasikan sopir unit dengan karyawan bongkar muat (BM) TBS, menghitung TBS dan berondolan yang diangkut ke unit, membuat surat pengantar buah (SPB), serta melakukan manajemen alas berondolan dengan baik. Kegiatan administrasi yang dilakukan yaitu membuat SPB, LHM, laporan premi karyawan BM TBS, merekap bobot tonase TBS dan jumlah janjang yang terkirim ke PKS serta mengisi monitoring produksi harian di kantor divisi. Kegiatan yang dilakukan penulis yaitu membuat SPB dan mengisi monitoring produksi harian.

PEMBAHASAN

Panen kelapa sawit adalah kegiatan memotong TBS yang sudah matang, mengutip brondolan, mengangkut ke TPH hingga pengiriman TBS ke PKS. Tujuan kegiatan panen adalah mencapai produktivitas tinggi dengan cara menekan kehilangan hasil (losses) semaksimal mungkin. Kegiatan panen yang dilakukan di Kebun Sungai Bahaur Estate yaitu persiapan panen, pelaksanaan panen, dan pengangkutan TBS ke PKS.

Persiapan Panen

Persiapan panen yang dilakukan di Divisi 3 SBHE meliputi organisasi panen, persiapan lahan, tenaga pemotong buah, persiapan alat panen, dan taksasi produksi harian. Pahan (2006) menyatakan bahwa persiapan panen yang baik akan menjamin terget produksi tercapai dengan biaya panen seminimal mungkin. Divisi 3 SBHE masih mengalami beberapa masalah dalam persiapan panen.

Masalah yang dihadapi Divisi 3 SBHE dalam persiapan areal panen antara lain masih terdapat lahan tergenang air, masih terdapat gulma di piringan tanaman, dan kekurangan titi panen. Lahan tergenang diakibatkan karena daerah rendahan dan saluran parit yang belum ada. Gulma di piringan ada disebabkan oleh brondolan yang tidak dikutip secara bersih sehingga mengakibatkan biji kelapa sawit berkecambah. Masalah persiapan areal panen dapat mengganggu kegiatan panen sehingga dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil pemanenan. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu untuk areal yang tergenang air dapat diperbaiki dengan membuat atau memperdalam parit sehingga dapat memperbaiki drainase di lahan yang tergenang. Gulma yang masih ada di piringan tanaman dapat dibersihkan secara manual atau penyemprotan dengan herbisida. Kekurangan titi panen dapat diselesaikan dengan memasang titi panen kayu yang dapat diusahakan divisi sambil menunggu titi panen beton dari kantor kebun.

Organisasi panen di Divisi 3 memiliki struktur komponen yang sudah lengkap tetapi jumlah tenaga pemotong buah kurang. Permasalahan organisasi

Gambar

Tabel 1. Jumlah tenaga kerja staf dan non staf di Sungai Bahaur Estate  tahun 2014
Tabel 2. Pedoman aplikasi herbisida untuk tanaman di atas 5 tahun di  Bumitama Gunajaya Agro
Gambar 4. Penyimpanan untilan pupuk di gudang: (a) susunan untilan  pupuk, (b) papan administrasi untilan pupuk
Gambar 6. Penimbunan pasar pikul di Divisi 3 SBHE  Perawatan Jalan Secara Manual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tulisan ini yang ingin dibahas adalah bagaimanakan penggunaan diksi atau pilihan kata yang membangun dalam lirik lagu Mandar.. Tujuan tulisan ini adalah untuk mendeskripsikan

Mesin Politeknik Negeri Bandung 122 Ruzi Falahi L S1 Chemical Engineering Institut Teknologi Bandung 123 SAMSUDIN L D3 Industrial Engineering Institut Teknologi Bandung 124 Sandi

Selain itu, dengan ditandatanganinya Surat Pernyataan dimaksud, Pemilik Kapal beserta dengan nahkoda, perwira, dan crew diwajibkan untuk mematuhi seluruh ketentuan

Tetapi pengaruh pijat oksitosin pada hari kedua ini sangat besar yaitu pada kelompok ibu post partum yang tanpa pijat oksitosin mempunyai resiko 10 kali lebih

a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi. b) Menjamin tersedianya pendanaan untuk

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Pada saat panjang gelombang tunggal atau repeater panjang gelombang jamak dipilih untuk aplikasi jaringan metro lebih luas, Semiconductor Optical Amplifier ( SOA

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo tahun 2014 yang telah diolah oleh Tim Penyusun SLHD, bahwa rumah tangga Kabupaten Kulon Progo yang menggunakan sumber