• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI PENGGUNAAN MODEL DICOVERY LEARNING SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SUNGGUMINASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI PENGGUNAAN MODEL DICOVERY LEARNING SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SUNGGUMINASA"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ii

KELAS VII SMP NEGERI 3 SUNGGUMINASA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

O l e h

WIDYAWATI NIM 105331112616

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)
(3)
(4)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jl. Sultan Alauddin Telp. (0411) 860 132 Makassar 90221

SURAT PERJANJIAN Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai dengan selesainya skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (Tidak dibuatkan oleh siapapun). 2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan

pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat dalam penyusunan skripsi saya).

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir (1), (2), dan (3) maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 21 Agustus 2020

Yang membuat perjanjian

Widyawati 10533 11126 16

│Terakreditasi Institusi B

(5)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Widyawati

Nim : 105331112616

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar karya saya sendiri bukan merupakan hasil karya orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau secara keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan yang saya lakukan.

Makassar 22 Januari 2020

Yang menyatakan

(6)

MOTO

SETELAH BADAI PASTI ADA PELANGI

WIDI

(7)

ABSTRAK

WIDYAWATI. 2020. Peningkatan keterampilan menulis puisi melalui penggunaan model dicovery learning siswa kelas VII SMP Negeri 3 sungguminasa Kabupaten Gowa dibimbing olehBapak Rahman Rahim dan Bapak Akram Budiman Yusuf.

Manfaat dari penelitian ini adalah dicovery learning dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan menulis puisi Siswa kelas VIISMP Negeri 3 Sungguminasa Kabupaten Gowa, rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian tindakan kelas. Prosedur pelaksanaan dalam penelitian ini melalui tahapan-tahapan yang meliputi: Studi pendahuluan, perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Data penelitian ini berupa data proses dan hasil belajar keterampilan menulis kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa Kabupaten Gowa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa Kabupaten Gowa melalui penggunaan tindakan yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan, dokumentasi.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Pembelajaran menggunakan model

model Discovery learning dicapai rata-rata hasil observasi pada siklus I yaitu

52,19% menigkatmenjadi 77,63% pada siklusII.Model model Discovery learning dapat melibatkan siswa secara lebih aktif dalam proses pembelajaran hal ini ditunjukkan dari penigkatan aktivitas siswadari siklus I ke siklus II. Proses pembelajaran dengan menggunakan Model Discovery learning dalam menulis teks puisi siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa Kabupaten Gowa. dapat menigkat dari siklus I ke siklus II penigkatan dilihat dari hasil evaluasi siklus I sebesar 57,90% menjadi 94,74% pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 25,44%. Sehingga penerapan model Discovery learning dapat meningkatkan frekuensi keaktifan dan aktifitas dalam proses belajar mengajar sesuai dengan pengamatan siswa selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas cukup dua siklus. Sebagai saran untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa, maka diharapkan guru dapat menerapkan model Discovery learning sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Kata kunci : Menulis, Puisi, Discovery learning

(8)

ix

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, untaian Zikir lewat kata yang indah terucap sebagai ungkapan rasa syukur penulis selaku hamba dalam balutan kerendahan hati dan jiwa yang tulus kepada Sang Khaliq, yang menciptakan manusia dari segumpal darah, Yang Maha Pemurah, mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya dengan perantaraan kalam. Tiada upaya, tiada kekuatan, dan tiada kuasa tanpa kehendak-Nya. Bingkisan salam dan salawat tercurah kepada Kekasih Allah, Nabiullah Muhammad SAW, Para sahabat dan keluarganya serta umat yang senantiasa istiqomah dijalan-Nya.

Tiada jalan tanpa rintangan, tiada puncak tanpa tanjakan, tiada kesuksesan tanpa perjuangan.Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah, akhirnya sampai di titik akhir penyelesaian proposal ini.Namun, semua itu tak lepas dari uluran tangan berbagai pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan serta bantuan moril dan materil.

Terima kasih penulis ucapkan kepada beberapa pihak yang telah membantu selama penulis menyusun skripsi yaitu diantaranya : Ayahanda M. Salim dan Ibunda Nurlelah serta semua keluarga yang telah mencurahkan kasih sayang dan cintanya dalam membesarkan, mendidik dan membiayai penulis serta doa restu yang tak henti-hentinya untuk keberhasilan penulis. Pembimbing 1 bapak Dr. A. Rahman Rahim, S.Pd., M.Hum. danPembimbing II Bapak Akram Budiman Yusuf, S.Pd., M.Pd.yang telah meluangkan waktunya disela kesibukan beliau untuk

(9)

x

Bapak Prof. Dr. H. Rahman Rahim, SE., MM. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Ibu Dr. Munirah, M.Pd Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bimbingan, arahan, dan jasa-jasa yang takternilai harganya kepada penulis.

Saudaraku yang telah memberikan doa dan dukungan kepada adinda selama pendidikan baik berupa moril maupun materil selama penyusunan Proposal ini. Teman-teman seperjuangan angkatan 2016 di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia terkhusus kelas D yang telah bersama-sama berusaha keras dan penuh semangat dalam menjalani studi dalam suka dan duka.Semua pihak yang tidak bisa dituliskan Namanya satu-persatu namun tak mengurangi rasa terima kasih penulis kepada mereka.Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan sebagai bahan acuan untuk perbaikan dan penyempurnaan proposal ini.Hanya kepada Allah swt kita memohon semoga berkat dan rahmat serta limpahan pahala yang berlipat ganda selalu dicurahkan kepada kita semua.Amin Ya Rabbal Alamin.

Makassar,10 April 2020

Penulis

(10)

1

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PESETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

SURAT PERJANJIAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Kajian Teori ... 6

1. Penelitian yang Relevan ... 6

2. Konsep Menulis ... 7

3. Manfaat Menulis ... 8

4. Menulis sebagai suatu proses ... 9

5. Tahap kegiatan menulis ... 11

6. Pembelajaran MenulisPuisi ... 13

7. PengertianPuisi ... 15

8. Pengertian Model Discoveri learning ... 26

B. Kerangka Pikir ... 35

C. Hipotesis Tindakan... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Setting Penelitian ... 38

C. Teknik Pengumpulan Data ... 39

D. Prosedur penelitian ... 41

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 47

G. Indikator Keberhasilan ... 47

(11)

BAB IVHASIL PENELITIAN ... 48

A. Hasil Penelitian ... 48

B. Pembahasan ... 57

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 60

A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(12)

1 A. Latar Belakang

Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. Upaya peningkatan mutu pendidikan adalah bagian terpadu dari upaya peningkatan kualitas manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian maupun tanggung jawab sebagai warga negara (Sutama, 2000:3). Marsigit (via Sutama, 2000:1), menyatakan bahwa ahli-ahli kependidikan telah menyadari mutu pendidikan sangat tergantung pada kualitas guru dan kualitas pembelajarannya, sehingga peningkatan kualitas pembelajaran merupakan isi dasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional. Menurut Anies (via Asmani 2011: 37-39), proses pendidikan saat ini diibaratkan terlalu mementingkan aspek kognitif dan mengabaikan kreativitas.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang bersifat mekanistis. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori, tetapi dilaksanakan melalui latihan dan praktik yang teratur sehingga menghasilkan tulisan yang tersusun baik. Keterampilan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Bagi kebanyakan orang, menulis merupakan kegiatan yang menyenangkan. Bahkan bagi sebagian orang, menulis adalah sebuah keharusan. Misalnya, para wartawan media cetak atau elektronik yang bertugas melaporkan suatu peristiwa dengan rangkaian kata-katanya. Hal serupa ditegaskan (Tarigan, 2008:23) bahwa tulisan dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita.

(13)

Pembelajaran Bahasa Indonesia, materi tentang menulis sudah disampakan mulai dari jenjang sekolah dasar, namun masih banyak dari tulisan siswa yang masih belum baik. Pembelajaran menulis perlu ditingkatkan terutama dalam praktik. Menulis melatih siswa untuk kreatif mengolah kata dari realita yang mereka lihat. Tulisan yang tertata akan membawa pembaca mamahami maksud yang disampaikan penulis. Pemahaman tepat yang disampaikan guru akan mempermudah siswa dalam mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah.

Salah satu kompetensi dasar yang diusung dalam kurikulum 2013 untuk Sekolah Menengah Atas adalah tentang memproduksi teks puisi secara lisan maupun tulisan dengan mengambil spesifikasi menulis teks puisi. Dalam kurikulum tersebut dinyatakan bahwa puisi bertujuan menceritakan suatu kejadian yang tidak biasa dan lucu. Sementara itu munculnya teks puisi sebagai teks yang diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia baru disampaikan secara tersurat dalam kurikulum 2013.

Sesuai dengan prinsip pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum tersebut yakni berbasis teks. Menulis puisi adalah salah satu cara untuk mengekspresikan dan melepaskan kepenatan jiwa seni kita, selain untuk belajar berbahasa dengan lebih baik dan terarah. Puisi itu tidak harus indah menurut orang lain tapi hanya perlu bermakna menurut diri sendiri. Kompetensi menulis puisi dimaksudkan agar seseorang dapat menggunakan bahasa dengan tujuan untuk memahami, mengembangkan, dan mengkomunikasikan gagasan dan

(14)

informasi serta untuk berintegrasi dengan orang lain. Selain itu juga menulis puisi dapat melatih kepekaan terhadap realitas kehidupan sekitar. Kegiatan menulis puisi adalah kegiatan yang bersifat produktif dan kemampuan menulis puisi dapat dicapai dengan bimbingan yang sistematis serta latihan yang intensif.

Hasil wawancara dan pengamatan awal pada Juni 2019 menunjukkan bahwa kemampuan menulis kreatif puisi siswa kelas VII SMP Negei 3 Sungguminasa masih rendah. Dampak nyata dari masalah tersebut adalah rata-rata hasil belajar siswa dalm menulis puisi belum mampu mencapai angka 75 sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah dirumuskan hal ini diketahui bahwa Kurangnya minat siswa dalam menulis teks puisi disebabkan oleh kesadaran penggunaan bahasa Indonesia yang kurang baik, belum profesionalnya kinerja pengajar, serta penggunaan metode dan teknik pembelajaran yang kurang tepat. Hal tersebut, berujung pada peserta didik merasa terbebani, kurang antusias, dan kurangnya latihan mengarang.

Penelitian ini tentang penerapan metode discovery learning pada pembelajaran menulis teks puisi siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa . Metode discovery learning adalah metode pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam mengemukakan beberapa pendapat yang dapat ditarik kesimpulannya berdasarkan prinsip-prinsip umum dari pengamannya secara langsung Bruner (Hosnan, 2014: 281)

Penerapan metode discovery learning dalam pembelajaran menulis teks puisi dapat dilakukan dengan cara siswa belajar aktif, berorientasi pada proses

(15)

pembelajaran, untuk mencari pengetahuan sendiri, mengarahkan sendiri dan reflektif. Dengan menerapkan metode discovery learning dalam penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis teks puisi pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa. Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti akan melaksanakan penelitian dengan judul “Penerapan Model

Discovery learning dalam Pembelajaran Menulis Teks Puisi”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya peningkatan keterampilan menulis puisi melalui penerapan model Discovery

learning siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini, adalah untuk dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi melalui penerapan model

Discovery learning siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi melalui penerapan model Discovery learning siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa.

(16)

1. Bagi Guru

Penerapan model Discovery learning dalam pembelajaran menulis teks puisi diharapkan mampu menjadi alternatif model untuk membantu guru meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa sehingga kompetensi menulis siswa meningkat. 2. Bagi Siswa

Model Discovery learning ini menyesuaikan dengan kondisi siswa dalam belajar sehingga siswa lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran. Di samping itu, dapat meningkatkan keterampilan dalam memproduksi puisi dan membangkitkan semangat siswa bahwa menulis itu menyenangkan.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas dalam pencapaian tujuan pendidikan.

(17)

6 A. Kajian Teori

1. Penelitian yang Relevan

Sarlyanti 2015 dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Penerapan Model Discovery learning siswa kelas VII SMP negeri 1 Sukasada pada siklus I dari 25 orang siswa yang tuntas 15 dan tidak tuntas 10 orang atau ketuntasan 60% , siklus II tuntas 24 orang dan 1 orang tidak tuntas atau 96% jadi disimpulkan bahwa hasil pada penelitian ini dikatakan meningkat.

Kadek Sutaryana 2014 dengan judul Peningkatan keterampilan menulis puisi melalui penerapan model Discovery learning siswa kelas VII SMP negeri 1 Sukasada pada siklus I dari 28 orang siswa yang tuntas 14 dan tidak tuntas 14 orang atau ketuntasan 50% , siklus II tuntas 27 orang dan 1 orang tidak tuntas atau 96,4% jadi disimpulkan bahwa hasil pada penelitian ini dikatakan meningkat.

Husniati 2013 dengan judul Peningkatan keterampilan menulis puisi melalui penerapan model Discovery learning siswa kelas VII SMP negeri 1 Singosari pada siklus I dari 24 orang siswa yang tuntas 13 dan tidak tuntas 11 orang atau ketuntasan 54,1%, siklus II tuntas 23 orang dan 1 orang tidak tuntas atau 95,3% jadi disimpulkan bahwa hasil pada penelitian ini dikatakan meningkat

Berdasarkan penelitian relevan di atas hanya meneliti tingkat kemampuan hasil menulis puisi sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan yakni meneliti

(18)

aktivitas belajar dan kemampuan menulis puisi.

2. Konsep Menulis

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa, agar dapa dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik itu (Tarigan, 2008:20). Seringkali lambang atau grafik tersebut perlu didefinisikan agar dapat dipahami oleh semua kalangan yang melihatnya.

Menulis adalah upaya untuk mengkomunikasikan gagasan, ide, pikiran, pendapat, opini, dan lain sebagainya. Media tulis memiliki bentuk yang bermacam seperti: surat, koran, majalah, selebaran, jurnal, buku, dan sejenisnya. Hal serupa diperkuat oleh pendapat Alwasilah (2008:83) bahwa menulis merupakan rutinitas sehari-hari manusia sebagai upaya mengikat ilmu agar tidak hanya terbang ke awan khilafan. Tabroni (2007:12), menyatakan bahwa penulis adalah pelaku komunikasi yang sedang terlibat dalam proses penyampaian pesan lewat media tulis.

Menulis merupakan keterampilan yang lebih sulit dibandingkan tiga keterampilan bahasa yang lain yaitu menyimak (listening competence), membaca (reading competence), berbicara (speaking competence). Menulis dipandang sebagai kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan serta mengungkapkan gagasan. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif, seseorang penulis haruslah terampil dalam memanfaatkan struktur

(19)

bahasa dan kosa kata. Keterampilan menulis terebut, tidak akan datang secara otomatis melainkan haruslah melalui latihan dan praktik yang banyak (Tarigan, 2008:3).

3. Manfaat Menulis

Bagi sebagian besar orang, menulis adalah aktifitas yang membosankan. Namun, pada hakikatnya menulis adalah aktifitas yang sangat menyenangkan ketika dilakukan oleh siapa pun dan di mana pun. Hal tersebut dikarenakan, menulis mampu menciptakan gagasan dan kreativitas yang baik. Selain itu, menulis dapat memberikan manfaat ganda yang menggairahkan, seseorang dapat menularkan ide yang bermanfaat kepada khalayak luas. Tabroni (2007: 51) mengungkapkan bahwa tulisan dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyalurkan aspirasi dan uneg-uneg kepada pemerintah atau siapa saja yang dapat membahayakan dan merugikan orang banyak.

Menurut Tarigan (2008: 6), setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan yang beraneka ragam, bagi penulis yang belum berpengalaman ada baiknya memperhatikan beberapa kategori di bawah ini.

1) Memberitahukan atau mengajar; 2) Meyakinkan atau mendesak; 3) Menghibur atau menyenangkan;

4) Mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api. Pengertian maksud dan tujuan menulis (the writer’s intention), adalah respon atau jawaban yang diharapkan oleh penulis dari pembaca‖. Berdasarkan

(20)

batasan ini, dapatlah dikatakan bahwa pertama, tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative

discourse). Kedua, tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak

disebut wacana persuasif (persuasive discourse). Ketiga, tulisan yang bertujuan untuk menghibur mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana kesastraan atau literary discourse). Keempat, tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif

(expressive discourse) (Tarigan, 2008: 6).

4. Menulis sebagai suatu proses

Kegiatan menulis merupakan keterampilan mekanis yang dapat dipahami dan dipelajari. Menulis sebagai suatu proses terdiri dari beberapa tahapan. Nursito (2000). menguraikan lima tahapan menulis, yaitu pramenulis, siswa diberi kesempatan menentukan apa yang akan ditulis, tujuan menulis dan kerangka tulisan, setelah siswa menentukan apa yang akan ditulis dan sistimatika tulisan, siswa mengumpulkan bahan-bahan tulisan dengan menggunakan buku-buku dan sumber lainnya untuk memudahkan dalam penulisan. Pada pengendrapan, siswa dibimbing menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya dalam bentuk draf kasar. Pada tahap perbaikan, siswa merevisi drafan yang telah disusun.

Siswa dapat meminta bantuan guru maupun teman sekelompok untuk membantu dan mempertimbangkan gagasan yang dikemukakan. Pada tahap penyuntingan, siswa dilatih untuk memperbaiki aspek mekanis (ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan struktur kalimat) yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan. Hal

(21)

ini dilakukan guna memperbaiki karangan sendiri maupun teman kelompok atau teman sekelas. Pada tahap publikasi siswa menyampaikan tulisan kepada teman sekelas untuk meminta masukan dari guru dan teman sekelas, agar mereka dapat berbagi informasi sehingga tulisan menjadi sempurna.

Menulis merupakan proses kreatif. Proses itu mulai munculnya ide dalam benak penulis, menangkap dan menuangkan ide tersebut, mematangka ide tersebut dan menatanya dan diakhiri dengan menuliskan ide tersebut dalam bentuk tulisan. Penulis yang mampu menghasilkan tulisan sebenarnya hanyalah kebiasaan saja. Karena terlalu seringnya proses tersebut dilakukannya, maka setiap kali melakukan proses kreatif, seolah-olah proses tersebut berlangsung begitu cepat dan singkat. Namun pada dasarnya, tahapan proses tersebut tetap dilakukannya, hanya saja tahap yang satu dengan tahap yang berikutnya begitu berhimpitan (Tarigan, 1985). Cepat lambat proses kreatif berlangsung sangat bergantung pada tingkat keterampilan penulis, semakin lama proses tersebut berlangsung. Sebaliknya, semakin tinggi tingkat keterampilan seorang penulis semakin cepat proses tersebut berlangsung.

Kreativitas dapat diartikan (1) Kreativitas dapat diartikan sebagai prilaku yang berbeda dari prilaku umum. Misalnya, Khairil Anwar yang menetapkan puisi-puisi ekspresif dengan aturan lirik dan bait yang longgar. (2) Kreativitas merupakan kecenderungan jiwa (seseorang) untuk menciptakan sesuatu yang baru/lain dari umum. Kecenderungan ini memacu tumbuhnya ide-ide baru. Misalnya, Rianto mengangkat cerita Maling Kundang yang lain menyimpang dari

(22)

versi cerita yang berkembang selama ini. Akan tetapi, ternyata para kritikus Sastra menganggap itu sebagai sesuatu yang kreatif dan bermakna. (3)Kreatif merupakan bentuk pikiran yang cenderung menentang arus.

Orang yang kreatif menyukai hal-hal yang rumit dan selalu berusaha menemukan sesuatu yang belum pernah ditemukan orang lain. Misalnya, pemerintah Indonesia terus berusaha meningkatkan pemanfaatan air sungai untuk berbagai keperluan (4) Kreativitas bisa mengacu kepada pengertian hasil yang baru, berbeda dengan yang pernah ada. Misalnya, puisi Sutardji didominasi permainan bunyi yang banyak dikritisi oleh penyair saat itu. Akan tetapi, pada akhirnya karya Sutardji diakui sebagai karya yang membawa perubahan di Indonesia.

5. Tahap kegiatan menulis

Secara umum kegiatan menulis yang dilakukan sesungguhnya merupakan suatu kegiatan tunggal jika yang ditulis hanyalah tulisan sederhana, pendek, dan bahasanya sudah dikuasai. Akan tetapi, sebenarnya jika diamati secara cermat kegiatan menulis adalah suatu proses. Artinya, kegiatan itu melalui tiga tahap yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan dan tahap revisi.

a) Tahap Prapenulisan

Tahap prapenulisan merupakan tahap persiapan menulis. Yang pertama dilakukan adalah menentukan topik tulisan. Kemudian, membatasi topik itu jika masih luas. Dengan membatasi topik sebenarnya menentukan tujuan. Selanjutnya

(23)

bahan penulisan dan sumbernya. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah menyusun kerangka tulisan

Penyusunan kerangka tulisan merupakan kegiatan terakhir pada tahap prapenulisan masuk ke tahapan menulis yang sebenarnya. Untuk itu, perlu untuk menilai kembali persiapan yang sudah dibuat dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai penulisan tujuan, kelengkapan kerangka, kelogisan kerangka dan sebagainya.

b) Tahap penulisan

Tahap penulisan membahas setiap butir topik yang ada dalam kerangka tulisan yang disusun. Hal ini berarti bahwa hendaknya menggunakan bahan-bahan yang sudah diklasifikasi. Kadang-kadang pada saat ini disadari bahwa masih diperlukan bahan lain. Dalam pengembangan gagasan menjadi suatu tulisan yang utuh diperlukan bahasa. Itulah sebabnya, seorang penulis harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Kata-kata itu harus dirangkaikan menjadi kalimat yang efektif. Selanjutnya, kalimat-kalimat harus disusun menjadi paragraf yang memenuhi persyaratan. tetapi itu saja belum cukup, tulisan harus menggunakan ejaan yang berlaku dan disertai tanda baca yang tepat.

c) Tahap revisi

Jika sudah selesai, tulisan yang dibuat dibaca kembali. Tulisan tersebut perlu direvisi (diperbaiki, dikurangi, atau diperluas) sebenarnya revisi sudah dilakukan pada tahap penulisan berlangsung, revisi yang dilakukan pada tahap ini

(24)

adalah revisi secara menyeluruh sebelum naskah ini diketik. Pada tahap ini biasanya penulis meneliti secara menyeluruh mengenai, sistematika penulisan, ejaan tanda baca, pilihan kata, hubungan antar kalimat dalam paragraf, dan hubungan antar paragraf dalam karangan, jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi persyaratan, maka selesailah tulisan tersebut.

6. Pembelajaran Menulis Puisi

Menurut Sudjana (2000: 6), mengajar adalah proses memberikan bantuan atau bimbingan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. Konsep tentang mengajar merupakan satu rangkaian dengan konsep yang berbeda. Pemahaman tentang belajar adalah menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Dalam konsep tersebut, tersirat bahwa peran guru adalah pemimpin belajar dan fasilitator belajar mengajar bukanlah kegiatan menyampaikan pelajaran melainkan suatu proses pembelajaran siswa.

Aktifitas mengajar adalah proses yang terjadi pada guru, sedangkan belajar adalah proses yang terjadi pada siswa. Pada umumnya, antara mengajar dan belajar memiliki proses yang berbeda. Keduanya terikat pada tujuan akhir yang sama, yaitu bagaimana agar terjadi perubahan yang optimal pada diri siswa. Konteks semacam ini, mengungkapkan bahwa mengajar adalah perbuatan guru untuk menciptakan situasi kelas dan persiapan siswa dalam melakukan proses

(25)

belajar. Keefektifan belajar mengajar sangat ditentukan bagaimana terjadi interaksi yang dinamis antara mengajar dan belajar.

Menurut Sunendar (2009: 67), istilah pembelajaran dipakai untuk menunjukan proses yang menekankan pada pola interaksi antara guru dan siswa yaitu interaksi antara kegiatan mengajar dan kegiatan belajar. Pembelajaran di dalamnya mencakup proses mengajar, berisi serangkaian perbuatan guru untuk menciptakan situasi kelas yaitu proses belajar yang berisi perbuatan siswa untuk menghasilkan perubahan pada diri siswa sebagai akibat dari kegiatan berlajar mengajar. Proses belajar mengajar adalah interaksi antara manusia, sumber daya dengan lingkungannya. Proses belajar mengajar, merupakan proses yang tersusun secara teratur yang mampu mengubah kemampuan siswa dari satu tingkatan ketingkatan lain yang lebih baik.

Hasil proses belajar mengajar dapat dicapai secara maksimal apabila komponen-komponen yang berinteraksi dapat berfungsi secara optimal. Perlu diupayakan terciptanya situasi kelas yang memungkinkan berlakunya hal tersebut. Situasi kelas yang memotivasi dapat memperbaiki proses belajar dan perilaku para siswa. Siswa yang termotivasi untuk belajar akan tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang dikerjakan. Dengan demikian, guru hendaknya mampu menciptakan lingkungan belajar yang dapat memberikan rangsangan atau tantangan sehingga para siswa tertarik untuk belajar aktif dan kreatif.

Penelitian ini dituliskan proses menulis puisi untuk siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa. Kegiatan menulis puisi tersebut membutuhkan

(26)

pengetahuan kebahasaan, keterampilan berbahasa dan penguasaan kosakata. Berbekal ketiga itu, siswa diharapkan dapat menghasilkan tulisan yang baik dengan kriteria antara lain: bermakna, jelas, merupakan kesatuan yang bulat, singkat, dan padat, serta memenuhi kaidah kebahasaan.

Upaya agar siswa mampu menghasilkan tulisan yang baik, dibutuhkan suatu pembelajaran menulis yang efektif. Sementara untuk mencapai pembelajaran yang efektif diperlukan suatu pendekatan yang tepat dan terarah. Salah satu pendekatan tersebut adalah pendekatan proses. Hal tersebut dikarenakan pendekatan proses dalam pembelajaran menulis menitik beratkan pada proses memproduksi suatu tulisan. Sementara guru tidak hanya mengevalusi hasil akhir tulisan siswa, tetapi juga harus membimbing siswanya sejak awal perencanaan menulis sampai siswa menghasilkan tulisan.

7. Pengertian Puisi

Puisi adalah bentuk kesusastraan yang paling tua. Tradisi berpuisi sudah merupakan tradisi kuno dalam masyarakat. Puisi juga memiliki bahasa memiliki bahasa multidimensional, artinya mampu menembus alam pikiran, perasaan, dan imajinasi manusia. Istilah puisi dalam bahasa Yunani poiseis yang berarti penciptaan. Dalam bahasa Inggris kata puisi ini adalah poetry. Thomas Carlye menyatakan bahwa puisi merupakan ungkapan pikiran yang bersifat musikal, hal yang diungkapkan dalam puisi adalah kebenaran.

Suliani, (2011:84-85) mengemukakan bahwa puisi adalah buah pikiran, perasaan dan pengalaman penyair yang diekspresikan dengan media bahasa

(27)

yang khas dan unik. Waluyo, (1987:25) menyatakan bahwa Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.

Tarigan, (1986:4-7) mengutip beberapa pendapat para ahli sastra tentang pengertin puisi sebagai berikut :

Ralph Waldo Emerson: puisi merupakan upaya abadi untuk mengekspresikan jiwa sesuatu, untuk menggerakan tubuh yang kasar dan mencari kehidupan dan alasan yang menyebabkannya ada, karena bukannya irama melainkan argumen yang membuat iramalah yaitu ide atau gagasan yang menjelmakan suatu puisi. John Dryden: puisi adalah nada yang penuh keaslian dan keselarasan. Samuel Johhson: puisi adalah peluapan spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya.

Watts-Dunton dan Lascelles Abercrombie: puisi adalah ekspresi yang kongkrit dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama. Lescelles Abercramble: puisi adalah ekspresi dan pengalaman imajinatif yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa, yang mempergunakan setiap rencana yang matang dan bermanfaat.

Menulis puisi adalah suatu keterampilan berbahasa dalam menuangkan ide, gagasan, pikirannya dalam bentuk bahasa tulis dengan memperhatikan keterikatan pada unsur-unsur puisi. Saat seseorang menulis puisi, berarti

(28)

seseorang tersebut akan menghasilkan suatu karya tulis berupa puisi untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya sehingga dapat membangkitkan imajinasi pembacanya.

Menulis puisi merupakan kegiatan aktif dan produktif. Dikatakan aktif karena dalam menulis puisi seseorang telah melakukan proses berpikir, sedangkan dikatakan produktif karena seseorang dalam menulis puisi akan menghasilkan sebuah tulisan yang dapat dinikmati oleh orang lain. Dengan menulis puisi seseorang dapat menuangkan ide, gagasan, pengetahuan, perasaan, dan pengalaman yang terjadi pada hidupnya ke dalam bahasa tulis. Menulis puisi perlu ditanamkan kepada siswa sekolah menengah atas, sehingga mereka memunyai kemampuan untuk mengapresiasikan puisi dengan baik. Mengapresiasikan sebuah puisi bukan hanya ditujukan untuk penghayatan dan pemahaman puisi, melainkan dapat mempertajam kepekaan perasaan dan penalaran siswa terhadap kemanusian.

8. Unsur-Unsur Puisi

Sebuah puisi adalah sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun yang berkaitan dengan unsur-unsur puisi yaitu struktur batin yang terdiri atas tema, amanat, nada, dan rasa. Sedangkan struktur fisik yaitu pencarian ide, pemilihan diksi, pemilihan bunyi (rima), pemanfaatan gaya bahasa, dan sebagainya (Tarigan, 2008:6-8). Sementara itu, dalam menulis puisi berkaitan dengan pencarian ide, pemilihan tema, pemilihan diksi, pemilihan permainan bunyi (rima), pemanfaatan gaya bahasa, dan sebagainya.

(29)

Dengan mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti: pengungkapan tema, rasa, nada, amanat, diksi, rima, dan pengimajian.

Unsur-unsur itu tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Memahami nilai sajak itu lebih dalam, maka perlu diadakan perbedaan unsur-unsur. Oleh karena itu, unsur-unsur puisi tidak dapat dipisahkan tetapi dapat dibedakan. Ini yang dinamai analisa dalam sebuah puisi. Menelusuri unsur-unsur itu akan menemukan kekuatan dan kelemahan sebuah sajak.

Adapun unsur-unsur yang membangun puisi berdasarkan strukturnya dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

a. Struktur Batin Puisi 1). Tema

Waluyo, (1987:106-115) Tema merupakan gagasan pokok atau

subject-matter yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok

persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair atau penulis sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Tuhan, puisinya bertemakan ketuhanan. Jika desakan yang kuat berupa rasa belas kasih atau kemanusian, puisinya bertemakan kemanusiaan. Jika yang kuat adalah dorongan untuk memprotes ketidakadilan, tema puisi adalah protes atau kritik sosial. Perasaan cinta atau patah hati yang kuat juga dapat melahirkan tema cinta atau tema kedudukan hati karena cinta. Tema puisi lugas, objektif, dan khusus. Tema puisi dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsepnya yang

(30)

terimajinasikan. Oleh sebab itu, tema bersifat khusus (penyair), tetapi objektif (bagi semua penafsir), dan lugas (tidak dibuat-buat atau apa adanya).

2) Rasa

Rasa atau feeling merupakan “the poet’s attitude toward his subject

matter”. Yaitu sikap sang penyair terhadap pokok permasalahan yang

terkandung dalam puisinya. Contoh rasa setia-kawan terhadap orang-orang yang dengan gigihnya menumpas kejahilan sekaligus ingin memperjuangkan serta menegakkan keadilan dan kebenaran adalah wajar dalam kehidupan.

3) Nada

Nada dalam dunia perpuisian adalah “sikap sang penyair atau penggarang terhadap pembacanya”. Tarigan, (2008:17) mengemukakan bahwa nada adalah sikap sang penyair terhadap para penikmat karyanya. Nada yang dikemukakan oleh seorang penyair dalam sesuatu sajak, akan ada sangkut-pautnya atau hubungannya yang erat dengan tema dan rasa yang terkandung pada sajak tersebut.

4) Amanat

Puisi merupakan pesan atau kesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui jalan cerita kepada pembaca. Wardoyo, (2013:53) mengatakan bahwa amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir,

(31)

dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita. Waluyo, (1987:130) juga mengemukakan amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan penyairnya.

5) Diksi

Tarigan, (1986:29-30) mengemukakan pendapatnya bahwa diksi (diction) berarti pilihan kata. Kalau dipandang sepintas lalu maka kata-kata yang dipergunakan dalam puisi pada umumnya sama saja dengan kata-kata yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Secara alamiah kata-kata yang dipergunakan dalam puisi dan dalam kehidupan sehari-hari mewakili makna yang sama; bahkan bunyi ucapan pun tidak ada perbedaan.

Walaupun demikian kita harus menyadari bahwa penempatan serta penggunaan kata-kata dalam puisi dilakukan secara hati-hati dan teliti serta lebih tepat. Kata-kata yang dipergunakan dalam dunia persajakan tidak seluruhnya bergantung pada makna denotatif, tetapi lebih cenderung pada makna konotatif. Konotasi atau nilai kata inilah yang justru lebih banyak memberi efek bagi para penikmatnya. Uraian-uraian ilmiah biasanya lebih mementingkan denotasi. Itulah sebabnya maka sering orang mengatakan bahwa bahasa ilmiah bersifat denotatif, sedangkan bahasa, sastra bersifat konotatif.

Kalau kata-kata aduhai, mega, berarak, teratak, musyafir, lata, beta, awan yang terdapat dalam sajak Amir Hamzah yang berjudul “Buah Rindu”

(32)

kita ganti dengan sinonim-sinonimnya wahai, awan, beriring, pondok, pengembara, hina, aku, embun, yang sama denotasinya tetapi berbeda konotasinya, maka akan hilanglah keindahan sajak tersebut, dan efeknya akan berubah sama sekali betapa pentingnya pilihan kata atau diksi bagi suatu puisi. Pilihan kata yang tepat mencerminkan ruang, waktu, falsafah, amanat, efek, nada sesuatu puisi dengan tepat.

6) Majas

Majas atau figurative language merupakan bahasa kias atau gaya bahasa (Tarigan, 1986:32). Imajinasi dibutuhkan bagi seorang penyair untuk membuat puisi. Cara lain penyair untuk membangkitkan imajinasinya adalah dengan menggunakan majas. Waluyo, (1987:83) mengemukakan bahwa bahasa figuratif (majas) menyebabkan puisi menjadi pragmatis artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang. Pradopo (Wardoyo, 2013:25) menyatakan bahasa kiasan yaitu sajak menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan.

7) Pengimajian

Waluyo, (1987:78-79) mengemukakan pendapatnya bahwa pengimajian dibatasi dengan pengertian kata atau susunan kata-kata yang tepat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan

(33)

perasaan. Baris atau bait puisi itu seolah mengandung gema suara (imaji

auditif), benda yang tampak (imaji visual), atau sesuatu yang dapat kita

rasakan, raba atau sentuh (imaji taktif). Konkret apa yang dapat kita hayati secara nyata. Pradopo dalam Wardoyo, (2013:33) menyatakan bahwa citraan (pengimajian) adalah gambaran-gambaran angan yang dituangkan ke dalam sajak. Citraan dapat diartikan sebagai gambaran angan yang diekspresikan melalui bahasa hasil dari pengalaman indra manusia. Citraan yang terbangun dalam puisi biasanya meliputi citraan dari hasil penglihatan, pendengaran, perabaan, perasaan, dan penciuman.

b. Struktur Fisik Puisi

1) Tifografi merupakan bentuk puisi yang dipenuhi dengan kata, dan tidak memiliki pengaturan baris sehingga pada baris puisi yang tidak selalui diawali huruf besar (kapital) dan diakhiri dengan tanda. Namun hal ini dapat menentukan pemaknaan dari suatu puisi.

2) Diksi adalah melihat kata yang digunakan oleh sang penyair didalam puisinya. Karena puisi bersifat memiliki bahasa yang padat maka pemilihan kata yang sesuai dan mengandung makna harus dilakukan dengan pertimbangan irama, nada, dan estetika (keindahaan bahasa).

3) Imaji atau yang biasa disebut dengan imajinasi merupakan unsur yang melibatkan penggunaan indra manusia, seperti imajinasi penglihatan, imajinasi suara, dan lain sebagaianya. Penggunaan imaji bertujuan agar pembaca

(34)

maupun pendengar dapat berimajinasi membayangkan bahkan merasakan apa yang dirasakan oleh penyair.

4) Kata konkret adalah kata yang memungkinkan terjadinya imaji. Kata konkret seperti pertama senja dapat berarti pantai atau tempat yang sesuai melihat datangnya senja. Kata konkret bersifat imajinatif sehingga memunculkan imaji. 5) Gaya bahasa merupakan penggunaan bahasa yang bersifat seolah-olah

menghidupkan dan menimbulkan makna konotasi dengan menggunakan bahasa figuratif. Umunya gaya bahasa yang digunakan pada puisi berbentuk majas seperti majas metafora, simile, anafora, pradoks dan lain sebagainya. 6) Irama atau rima adalah persamaan bunyi diawal, tengah maupun akhir. a. Langkah-Langkah Menulis Puisi

Wardoyo, (2013:73-76) mengemukakan bahwa langkah-langkah dalam menulis puisi dapat diawali dengan tiga proses, yaitu:

1) Mencari ide adalah sumber tulisan.

Oleh karena itu, untuk menulis puisi, seorang penyair harus memiliki ide yang dapat diekspresikan melalui puisi. Ide seseorang dapat bersumber dari pengalaman (fakta empiris), sesuatu yang berkesan atau momentum (fakta individual), dan juga dapat bersumber dari imajinasi (fakta imajinatif). Pencarian atau penggalian ide dapat dilakukan oleh penyair dengan melakukan refleksi perenungan terhadap segala aktifitas yang melibatkan proses penginderaan.

(35)

2) Mengendapkan atau Perenungan Ide

Mengendapkan atau merenungkan ide adalah ide yang telah ada kemudian dimatangkan agar dapat dikembangkan menjadi sesuatu yang lebih sempurna dan lebih matang. Proses pengendapan atau perenungan ide hal yang sangat penting untuk dikembangkan dan kita renungkan terkait dengan kata atau diksi yang akan kita gunakan ini merupakan cara dalam menciptakan puisi yang penuh makna, puitik, dan terasa mampu mewakili perasaan kita.

3) Memainkan Kata

Tahap memainkan kata adalah proses mencipta dan menulis puisi dengan menuangkan segala ide yang sudah ada dalam diri kita ke dalam bentuk tulisan puisi dengan memilih kata-kata yang digunakan sebagai bahan dalam menulis puisi.

Pada pembelajaran menulis puisi peserta didik merasa dihadapkan pada sebuah pekerjaan yang berat, sehingga menimbulkan rasa was-was, bimbang, ragu karena merasa tidak berbakat dalam menulis puisi. Siswa selalu membutuhkan waktu yang lama ketika ditugasi untuk menulis puisi. Ini terjadi karena kemampuan siswa dalam menggali imajinasi masih sangat terbatas.

Apabila kondisi yang seperti itu dibiarkan, maka pembelajaran menulis puisi tidak akan mencapai tujuan. Untuk mengatasi kondisi tersebut diperlukan langkah-langkah kreatif dan variatif untuk menggugah gairah peserta didik dalam kegiatan menulis puisi. Selanjutnya, menulis puisi merupakan bagian dari pembelajaran yang diajarkan di sekolah, baik pada tingkat pendidikan

(36)

dasar maupun tingkat menengah atas. Permasalahan yang ada di lapangan, pembelajaran menulis puisi seringkali menjadi hal yang ditakutkan oleh siswa. Karena siswa menganggap bahwa puisi merupakan sesuatu yang sulit dipelajari. Hal ini berdampak pula pada kegiatan menulis puisi yang dianggap sebagai kegiatan yang sulit, membosankan, dan menyita banyak waktu dalam menulis puisi.

Oleh karena itu, guru diharapkan perlu membuat rencana pembelajaran agar siswa mampu mengapresiasi sebuah puisi.

b. Jenis-jenis puisi 1) Puisi Baru

Puisi terbagi menjadi dua jenis, Pengertian Puisi Baru adalah jenis puisi yang tidak lagi terikat oleh aturan yang memiliki bentuk lebih bebas dari puisi lama dalam segala hal seperti rima, baris, bait, diksi dan sebagainya. Ciri-ciri puisi baru antara lain :

a) Bersifat simetris atau memiliki bentuk rapih. b) Memiliki sajak yang teratur.

c) Lebih menggunakan sajak syair, atau pola pantun. d) Umumnya berbentuk empat seuntai.

e) Terdiri dari kesatuan sintaksis (gatra).

f) Disetiap gatara terdiri dari 4 sampai 5 suku kata. 2) Puisi Lama

(37)

kaidah dan aturan-aturan penulisan yang berlaku seperti: a) Jumlah kata yang terdapat pada satu baris.

b) Jumlah baris kalimat yang terdapat dalam satu bait. c) Sajak atau rima.

d) Banyaknya suku kata. e) Penggunaan irama.

9. Pengertian Model Discoveri learning

Model Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes

place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun,

1986:103). Ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.

Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan

(38)

discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and

principles in the mind Robert (Malik, 2001:219).

Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry). Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada kedua istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian.

Proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.

Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif. Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya.

(39)

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic.

Tahap enaktive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya. Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).

Tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.

Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Secara sederhana teori perkembangan dalam fase enactive, iconic dan symbolic adalah anak menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan atau kebelakang di papan mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat temannya bermain) ini fase enactive. Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan keseimbangan pada gambar atau bagan dan akhirnya ia menggunakan bahasa untuk menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase symbolic (Syaodih, 85:2001).

(40)

Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145). Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Dalam metode Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan.

Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil Pembelajaran. Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan, penerapan pendekatan Discovery Learning dalam pembelajaran memiliki kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan, antara lain:

1) Kelebihan Penerapan Discovery Learning.

 Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

 Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

 Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.

(41)

 Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannyasendiri.

 Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

 Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

 Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.

 Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah padakebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

 Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

 Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.

 Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

 Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.

 Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.

 Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

 Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.

(42)

 Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

 Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. 2) Kelemahan Penerapan Discovery Learning.

 Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

 Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.

 Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.

 Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.

 Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa

 Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran.

(43)

Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum antara lain sebagai berikut:

1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di samping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244). Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.

Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

(44)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.

Dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

Baca juga: Ada Hari Penting Apa di Bulan Desember 4) Data Processing (Pengolahan Data)

Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22). Data processing disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

(45)

5) Verification (Pembuktian)

Tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

6) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.

Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu. d. Penilaian pada Model Pembelajaran Discovery Learning.

(46)

Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun nontes, sedangkan penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penilaiannya berupa penilaian kognitif, maka dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa dapat menggunakan nontes.

(47)

B. Kerangka Pikir

Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi dalam pembelajaran bahasa yang cukup sulit dibandingkan dengan kompetensi lainnya. Keterampilan menulis tidak dapat dimiliki begitu saja, tapi perlu adanya proses latihan secara terus menerus dan berkesinambungan. Kenyataannya, kondisi pembelajaran di kelas, siswa kurang mempunyai motivasi dalam belajar keterampilan menulis. Siswa malas setiap mengikuti pelajaran menulis puisi, dan menganggap menulis itu sesuatu yang tidak penting.

Puisi merupakan salah satu jenis humor. Puisi kadang sering dianggap sebagai humor itu sendiri. Oleh karena itu, uraian mengenai humor juga menjelaskan tentang puisi. Secara konsep puisi adalah sebuah cerita singkat dan lucu atau menarik, yang mungkin menggambarkan kejadian atau orang sebenarnya. [Puisi bisa saja sesingkat pengaturan dan provokasi dari sebuah kelakar.

Proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.

Aktifitas mengajar adalah proses yang terjadi pada guru, sedangkan belajar adalah proses yang terjadi pada siswa. Pada umumnya, antara mengajar dan

(48)

belajar memiliki proses yang berbeda. Keduanya terikat pada tujuan akhir yang sama, yaitu bagaimana agar terjadi perubahan yang optimal pada diri siswa. Konteks semacam ini, mengungkapkan bahwa mengajar adalah perbuatan guru untuk menciptakan situasi kelas dan persiapan siswa dalam melakukan proses belajar. Keefektifan belajar mengajar sangat ditentukan bagaimana terjadi interaksi yang dinamis antara mengajar dan belajar.

Barikut kerangka pikir

Gambar 2.1 bagan kerangka pikir

ASPEK GURU

Teknik tradisional (menulis bebas, berdasarkan

kerangka, topik)

Penilaian Hasil Belajar Menulis Teks Puisi

Hasil Belajar Menulis Teks Puisi Siswa Meningkat

Model Pembelajaran Discovery Learning

KETERAMPILAN MENULIS

Hasil belajar menulis Puisi

Siklus I dan Siklus II

o membuat pertanyaan kunci

o memilih pertanyaan utama atau menentukan proyek o membaca dan mencari materi yang relevan dengan masalah o merancang masalah

o merancang/ metode yang tepat dalam memecahkan masalah proyek proposal,

o membuat dokumen tugas,

o analisis data dan membuat simpulan,

o membuat laporan final mempresentasikan proyek final.

ASPEK Siswa Kurang Motivasi, kurang

(49)

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika model Discovery Learning diterapkan dalam pembelajaran menulis puisi dengan benar maka hasil belajar, siswa kelas VII Negeri SMP 3 Sungguminasa akan meningkat.

(50)

39 A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang memiliki kecenderungan menggunakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini digunakan dengan alasan peneliti dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi, meliputi proses dan hasil pembelajaran, dengan diterapkannya Starategi pembelajaran

Discovey Learning. Penelitian melibatkan mahasiswa sebagai peneliti yang

berkolaborasi dengan guru Bahasa Indonesia VII SMP Negeri 3 Sungguminasa. Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti dapat diketahui bahwa pembelajaran menulis puisi belum pernah dilakukan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. Berdasarkan keadaan tersebut, penelitian dengan model pembelajaran Discovery Learning diharapkan dapat membantu siswa untuk menciptakan sebuah teks puisi yang baik sekaligus dapat meningkatkan apresiasi terhadap pembelajaran bahasa khususnya menulis. Desain penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (planning), tindakan (action), observasi (observe,) dan refleksi (reflect).

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di VII SMP Negeri 3 Sungguminasa yang berlokasi di kabupaten Gowa. Subjek yang menerima tindakan adalah siswa kelas VII yang berjumlah 19 siswa. Sekolah ini dipilih dengan beberapa pertimbangan, antara lain dalam keterampilan menulis siswanya masih tergolong rendah.

(51)

Penelitian ini dilaksanakan oleh guru mata pelajaran sebagai subjek yang melaksanakan tindakan pembelajaran, sedangkan yang melakukan pengamatan adalah mahasiswa peneliti. Waktu perencanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Ferbruari 2020 karena bertepatan dengan semester genap, dimana kompetensi inti menulis puisi dilaksanakan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan suatu proses keterlibatan peneliti di lapangan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, maka observasi merupakan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti berupa peristiwa belajar mengajar yang terjadi di kelas (Ahmad, 2003:115). Mengamati situasi guna memantapkan observasi yang kita lakukan. Alat yang digunakan dalam observasi berupa pedoman lembar observasi.

Menurut Arikunto, (2006:204) lembar observasi sangat diperlukan dalam kegiatan refleksi sebagai upaya untuk mengkaji keberhasilan dan kegagalan pencapaian tujuan pembelajaran pada setiap siklus dan menentukan tindak lanjut pada putaran siklus berikutnya. Jenis data yang dikumpulkan dalam observasi yaitu:

a. Data tentang proses atau langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk memancing minat siswa agar aktif dalam mengembangkan

(52)

kemampuannya menulis puisi melalui model pembelajaran Discovery

Learning.

b. Data tentang aktivitas siswa dan aktivitas guru selama proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learning. Data yang dikumpulkan ini berupa instrumen observasi terhadap aktivitas siswa dan aktivitas guru terlampir dalam lembar observasi. Lembar observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Lembar observasi siswa

Lembar observasi siswa adalah data yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil pengamatan kepada siswa setelah diterapkan model pembelajaran Discovery

Learning Format yang disusun berisi butir-butir kejadian atau tingkah laku siswa

digambarkan akan terjadi. 2. Lembar observasi guru

Lembar observasi guru adalah data yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil pengamatan kepada guru setelah diterapkan model pembelajaran Discovery

Learning. Format yang disusun berisi butir-butir kejadian atau tingkah laku guru

digambarkan akan terjadi. 2. Tes

Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara atau aturan yang sudah dientukan. Tes merupakan data yang diperoleh peneliti berdasarkan aspek keterampilan berbahasa yakni kemampuan menulis siswa setelah diterapkan model

(53)

pembelajaran Discovery Learning pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Tes dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemampuan dan kemahiran siswa dalam menulis puisi setelah materi pelajaran disajikan oleh guru. Tes dilakukan pada akhir setiap tindakan penelitian. Instrumen tes yang akan dijadikan sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa terlampir. Tes yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa melalui penerapan model pembelajaran Discovery

Learning.

Tes yang diberikan pada penelitian ini adalah tes tertulis. Untuk tes tertulis digunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dimana digunakan beberapa aspek untuk mengukur kemampuan menulis puisi pada siswa yakni sistematika penulisan, tanda baca, ejaan dan isi karangan. Nilai yang digunakan untuk menentukan hasil belajar dan pencapaian kemampuan menulis puisi pada siswa dianalisis kembali pada analisis data yang disajikan yakni secara kuantitatif dan kualitatif.

3. Dokumentasi

Kegiatan dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran konkret keterlaksanaan kegiatan penelitian, data jumlah guru, data jumlah kelas, data jumlah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sungguminasa.

D. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus kegiatan dengan perincian sebagai berikut :

(54)

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat diperincikan sebagai berikut:

Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tahap tindakan, tahap observasi dan tahap evaluasi, dan refleksi. Adapun rincian kegiatan yang akan dilakukan pada setiap siklus adalah sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

1) Menelaah kurikulum Sekolah Menengah Atas khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII khususnya pada kompeensi dasar menulis puisi.

Perencanaan Pelaksanaan/tindakan Refleksi Siklus I Pengamatan/Evaluasi Perencanaan Siklus II Pelaksanaan/tindakan Refleksi Pengamatan/Evaluasi SIKLUS N

(55)

2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

3) Membuat evaluasi belajar yang akan diberikan pada tiap akhir siklus.

4) Membuat alat bantu mengajar, berupa gambar dan suara (audio) yang mendukung dalam pembelajaran serta Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diperlukan dalam rangka optimalisasi pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Discovery Learning.

5) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi siswa pada saat proses belajar mengajar di kelas berlangsung yang meliputi kehadiran, keaktifan mengikuti pelajaran, rasa percaya diri, keterampilan siswa dalam mengutarakan kalimatnya menjadi sebuah pendapat yang relevan dan menggunakan kemampuan menulis puisi dengan perbendaharaan bahasa yang dimilikinya sesuai dengan pokok bahasan/materi yang diajarkan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan, pada pembelajaran ini siswa mengikuti proses belajar mengajar dan mampu menulis puisi dengan menerapkan cara belajar discovery learning yang berkaitan dengan materi setelah diberikan materi pelajaran dari guru.

c. Observasi dan Evaluasi

Pada tahap ini dilkasanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi.

Gambar

Gambar 2.1 bagan kerangka pikir
Tabel 3.1 Model Penilaian Tugas Menulis Puisi
Tabel 3.4. Tingkat penguasaan (Taraf Keberhasilan Tindakan) Tingkat Penguasaan  Nilai Huruf  Bobot  Predikat  90 % ≤ NR ≤ 100 %  80 % ≤ NR < 90 %  70 % ≤ NR < 80 %  60 % ≤ NR < 70 %  0 % ≤ NR < 60  %  A B C D  E  4 3 2 1 0  Sangat baik  Baik Cu
Tabel 1. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus 1
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kualitas bunga anyelir dinilai dari batang yang kuat dan lurus dengan daun yang lebar, tangkai bunga kuat dan lurus, bunga berwarna cerah, tidak ada kerusakan pada petal,

Hal ini berbeda dengan tanaman kedelai lokal yang dalam hal ini menggunakan kedelai varietas Wilis yang mengalami 100% kelayuan setelah 5 hari dan selanjutnya mati di hari

 Pengelolaan informasi tepat waktu dan penyederhanaan proses rekonsiliasi untuk keperluan perhitungan arus uang yang lebih baik..  Pengelolaan piutang yang lebih nyaman dan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II dapat disimpulkan bahwa hasil penilaian keterampilan siswa bermain tenis meja pada siklus II telah mencapai tingkat

hubungan dengan kategori sangat kuat terhadap kepuasan pelanggan sebesar 0,829 yang berada pada interval 0,80 – 1,000. Nilai korelasi bertanda positif yang menunjukkan bahwa

Kinerja karyawan sudah sesuai dengan standar kuantitas yang ditetapkan perusahaan.. 3

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.4, penyinaran dengan menggunakan sinar Ultraviolet terhadap kualitas mikrobiologi air minum isi ulang mempunyai pengaruh

Metode yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini adalah analisis Korelasi Ganda bertujuan untuk mengetahui korelasi antara variabel pemahaman konsep