• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN UNIT PENANGKAPAN PANCING RUMPON DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT EKA WIDYA MATTASARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENILAIAN UNIT PENANGKAPAN PANCING RUMPON DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT EKA WIDYA MATTASARI"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKUKTAS PERIKANAN

BARAT

EKA WIDYA MATTASARI

TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKUKTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penilaian Unit Penangkapan Pancing Rumpon di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentukan apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2012 Eka Widya Mattasari

(3)

EKA WIDYA MATTASARI, C44080078. Penilaian Unit Penangkapan Pancing Rumpon di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dibimbing oleh DINIAH dan MOCH. PRIHATNA SOBARI.

Produksi tuna 2011 dari unit penangkapan pancing rumpon di PPN

Palabuhanratu meningkat 0,73 % dari tahun 2010. Unit penangkapan pancing

rumpon meningkat 1,55 % pada tahun 2011 dari tahun sebelumnya. Penilaian teknis dan ekonomis terhadap unit penangkapan pancing rumpon dihitung agar dapat diketahui bagaimana kelayakan usahanya. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keragaan teknis unit penangkapan pancing rumpon, menghitung investasi yang diperlukan dan keuntungan yang diperoleh dari pengoperasian unit penangkapan pancing rumpon di perairan Palabuhanratu. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Analisis data yang dilakukan berupa analisis teknis dan finansial. Unit penangkapan pancing rumpon terdiri atas pancing tonda, jerigen, layang-layang dan kotrek. Pancing rumpon mudah untuk dilakukan karena pengoperasian yang sederhana. Berdasarkan

analisis usaha, pancing rumpon mendapatkan keuntungan sebesar Rp.

67.245.500,00,- dan waktu pengembalian modal usaha dalam waktu 4,2 tahun. Berdasarkan analisis finansial, pancing rumpon layak dilakukan karena nilai NPV>0, Net B/C>1 dan IRR lebih tinggi dari tingkat suku bunga dan usaha ini

tidak terlalu sensitif terhadap kenaikan solar. Akan tetapi, jika menggunakan

modal sendiri usaha baru merupakan yang paling sensitif jika kenaikan harga solar mencapai 198%. Pancing rumpon diminati banyak nelayan karena pengoperasian yang mudah dan dapat dilakukan diperairan mana saja, dapat mengurangi terjadinya over fishing. Modal pinjaman dari bank tidak terlalu sensitif terhadap kenaikan harga solar, sehingga pengambil kebijakan (pemerintah daerah) dapat mengusahakan modal usaha bagi nelayan pancing rumpon melalui lembaga keuangan. Perlu adanya kajian mendalam untuk usaha pancing rumpon untuk keseimbangan stock dan kajian teknis lebih mendalam tentang unit penangkapan pancing rumpon.

(4)

EKA WIDYA MATTASARI, C44080078. Assessment Rumpon Line Fishing Unit in Palabuhanratu, Sukabumi, West Java. Supervised by the DINIAH and MOCH. PRIHATNA SOBARI.

Tuna total production with rod fishing increase 0.73% in 2011, and total of

rod fishing unit increase 1.55% in the same time. Technical and economical

analysis must be done for we know how the feasibility of rod fishing unit’s business. The objective of the research is to describe the rod fishing unit, to calculate the benefit, and the investment of rod fishing unit’s business in Palabuhanratu waters. The research is case study of rod fishing unit’s business. Data analysis used description, technical and financial analysis. There are four types of rod fishing, those are troll fishing, pancing jerigen, pancing layang-layang and hand line. The rod fishing is not difficult in operation. Business of the rod fishing unit can give a profit Rp 67,245,500.00 and payback period is 4.2 years. The value of NPV is more than 0 (zero), Net B/C is more than 1 and IRR is more than value of interest rate. The business of rod fishing unit is not sensitive to the fuel’s price increasing. The decision makers can help the fishermen to improve their capital from finance institution, and do the detail technical analysis about rod fishing unit operation and its influence to stock equilibrium

(5)

Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan tersebut hanya untuk kepentingan

pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

(6)

BARAT

EKA WIDYA MATTASARI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKUKTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

(7)

Nama Mahasiswa : Eka Widya Mattasari

NRP : C44080078

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui : Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

Dr.Ir. Diniah, M.Si. Ir. Moch.Prihatna Sobari, M.S.

NIP. 19610924 198602 2 001 NIP. 19610316 198601 1 001

Diketahui,

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,

Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP. 19621223 1987030 1 001

(8)

Alat penangkapan pancing rumpon banyak digunakan di Perairan Pelabuhanratu. Pengoperasiannya menggunakan alat bantu penangkapan ikan,

yaitu rumpon laut dalam. Tulisan ini mengungkapkan kondisi teknis dan

ekonomis usaha perikanan pancing rumpon yang dilakukan di Perairan Palabuhanratu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu

saran dan kritik sangat diharapkan untuk melengkapi karya ini. Terimakasih

kepada pembimbing Dr.Ir. Diniah, M.Si. sebagai ketua Komisi Pembimbing sekaligus Pembimbing Akademik dan Ir. Moch.Prihatna Sobari, M.S. sebagai anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan perhatiannya selama penulis melaksanakan studi hingga penyelesaian skripsi. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, para akademisi dan semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2012 Eka Widya Mattasari

(9)

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :

1) Kedua orang tua, Bapak Ir. Arief Rahman Lamatta, MM. dan Ibu Wiwik Wulandari yang setiap saat mendoakan dan memberikan yang terbaik. Adikku Poetry Regya Mattasari, teman bertengkar dan pemberi semangat; 2) Dr.Ir. Diniah, M.Si. sebagai ketua Komisi Pembimbing sekaligus Pembimbing

Akademik dan Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. sebagai anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan perhatiannya selama penulis melaksanakan studi hingga penyelesaian skripsi.;

3) Dr.Ir. Mohammad Imron, M.Si. sebagai Ketua Komisi Pendidikan dan Prof.Dr.Ir. Mulyono S. Baskoro, MSc. sebagai dosen penguji pada sidang ujian skripsi yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi; 4) Ibu Ir. Dedah Herlina M.Si Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Sukabumi beserta staf, dan Bapak Ir. Arief Rahman Lamatta, MM. Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu beserta staf yang telah membantu di lapangan selama penelitian;

5) Responden yang telah membantu perolehan data selama penelitian;

6) Candra Arief Himawanto dan keluarga sebagai penyemangat dalam

menyelesaikan skripsi ini;

7) Sahabat Icut, Insun, Alvin “Jablay”, Ani “Eman”, kak Haidir sebagai teman yang telah mendampingi penelitian dan membantu pada saat penelitian dan memberikan semangat;

8) Ana, Desi, Lina, Ina, Herul, Ema, Tabah, Kakek, Bayu, Toro, Okta, Fristy, Rheka, Aming, Luna dan seluruh kawan seperjuangan PSP 45, adik-adik PSP 46, PSP 47 dan Citra sebagai teman TPB yang memberikan semangat;

9) Teman-teman satu Kost Rumah Hijau : Mbak Ayu, Jati, Kak Echa; 10) Pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

(10)

Penulis dilahirkan di Kota Jakarta pada tanggal 2 Pebuari 1990. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Ir. Arief Rahman Lamatta, MM dan Ibu Wiwik Wulandari.

Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMA Negeri 6 Bekasi. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2008 dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di beberapa kegiatan, diantaranya menjadi anggota Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (Himafarin) untuk dua periode 2009-2011. Selain itu, penulis juga menjadi anggota divisi Hubungan Masyarakat Himpunan Perikanan Tangkap Indonesia (Himpatindo) pada tahun 2012.

Penulis melakukan penelitian sebagai bahan penyusun skrispi dengan

judul “Penilaian Unit Penangkapan Pancing Rumpon di Palabuhanratu,

Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat”. Penulis dinyatakan lulus dalam sidang skripsi yang diselenggarakan oleh Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor pada tanggal 4 Juli 2012.

(11)

xi Halaman

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv 1 PENDAHULUAN ...1 1.1 Latar belakang ... 1 1.2 Perumusan masalah ... 2 1.3 Tujuan... 2 1.4 Manfaat... 2 2 TINJAUAN PUSTAKA ...3

2.1 Unit Penangkapan Pancing Tonda ... 3

2.1.1 Definisi dan klasifikasi... 3

2.1.2 Alat penangkapan ikan ... 3

2.1.3 Kapal ... 5

2.1.4 Nelayan ... 5

2.1.5 Umpan ... 5

2.1.6 Metode pengoperasian pancing tonda ... 5

2.1.7 Hasil tangkapan pancing tonda ... 6

2.1.8 Daerah pengoperasian pancing tonda... 6

2.2 Unit Penangkapan Pancing Ulur ... 7

2.2.1 Definisi dan klasifikasi... 7

2.2.2 Alat penangkapan ikan ... 7

2.2.3 Kapal ... 8

2.2.4 Nelayan ... 8

2.2.5 Umpan ... 9

2.2.6 Metode pengoperasian pancing ulur ... 9

2.2.7 Hasil tangkapan pancing ulur... 9

2.2.8 Daerah pengoperasian pancing ulur ... 9

2.3 Sumberdaya Ikan Pelagis Besar ... 9

2.3.1 Habitat ... 9

2.3.2 Jenis sasaran tangkap ... 10

2.4 Alat Bantu Penangkapan Rumpon Laut Dalam ... 14

2.4.1 Definisi dan klasifikasi... 14

2.4.2 Konstruksi dan pemasangannya ... 14

2.5 Aspek Teknik ... 16

(12)

xii

3 METODOLOGI ...19

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

3.2 Alat dan Bahan ... 19

3.3 Metode Penelitian ... 19

3.4 Metode Pengambilan Responden ... 19

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 19

3.5.1 Aspek teknik ... 20

3.5.2 Aspek finansial... 20

3.6 Metode Analisis Data ... 20

3.6.1 Analisis teknis ... 21

3.6.2 Analisis finansial ... 21

3.7 Analisis Sensitivitas ... 26

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ...27

4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ... 27

4.1.1 Letak geografis... 27

4.1.2 Penduduk... 27

4.1.3 Kondisi perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi ... 28

4.2 Keadaan Umum PPN Palabuhanratu... 31

4.2.1 Letak geografis... 31

4.2.2 Kondisi perikanan tangkap PPN Palabuhanratu ... 31

5 HASIL DAN PEMBAHASAN ...36

5.1 Analisis Teknik ... 36

5.1.1 Unit penangkapan pancing rumpon ... 36

5.1.2 Produktivitas ... 43

5.2 Analisis Finansial ... 45

5.2.1 Analisis usaha ... 45

5.2.2 Analisis kriteria investasi ... 48

5.3 Analisis Sensitivitas ... 48

5.4 Peluang Pengembangan Usaha Perikanan Pancing ... 49

6 KESIMPULAN DAN SARAN ...51

6.1 Kesimpulan... 51

6.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ...53

(13)

xiii Halaman

1 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Sukabumi tahun

2004-2008 ...28

2 Jumlah nelayan perikanan tangkap tahun 2006-2010 di Kabupaten Sukabumi...28

3 Alat penangkapan ikan yang beroperasi di Kab. Sukabumi tahun 2009...29

4 Jumlah armada penangkapan ikan Kab. Sukabumi tahun 2006-2010 ...30

5 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan tahun 2006-2010 ...30

6 Perkembangan jumlah nelayan PPN Palabuhanratu tahun 2007-2011 ...32

7 Perkembangan alat penangkapan ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu tahun 2007-2011 ...32

8 Perkembangan armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu tahun 2007-2011 ...33

9 Perkembangan volume di PPN Palabuhanratu tahun 2007-2011 ...34

10 Perkembangan nilai produksi di PPN Palabuhanratu tahun 2007-2011 ...35

11 Jumlah hasil tangkapan rata-rata unit penangkapan pancing rumpon per tahun PPN Palabuhanratu tahun 2011...42

12 Produktivitas alat tangkap pancing rumpon (dalam kg) ...45

13 Biaya investasi usaha perikanan pancing rumpon ...45

14 Biaya tetap usaha perikanan pancing rumpon...46

15 Biaya variabel usaha perikanan pancing rumpon dalam satu tahun ...47

16 Penerimaan rata-rata usaha perikanan pancing rumpon...47

17 Hasil analisis usaha perikanan pancing rumpon ...48

18 Hasil analisis kriteria investasi usaha perikanan pancing rumpon ...48

19 Hasil perhitungan analisis sensitivitas usaha unit penangkapan pancing rumpon ...49

(14)

xiv Halaman

1 Alat tangkap pancing tonda...4

2 Alat tangkap pancing ulur ...8

3 Madidihang - Yellowfin Tuna (Thunnus albacares)...10

4 Tuna Mata Besar - Bigeye Tuna (Thunnus obesus) ...12

5 Cakalang (Katsuwonus pelamis) ...13

6 Rumpon ...15

7 Rantai pemasaran ikan di PPN Palabuhanratu ...35

8 Konstruksi pancing tonda...37

9 Konstruksi pancing layang-layang ...37

10 Konstruksi pancing jerigen ...38

11 Konstruksi pancing kotrek ...39

12 Kapal pancing rumpon di PPN Plabuhanratu...39

13 Proporsi hasil tangkapan unit penangkapan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2011 ...43

(15)

xv Halaman

1 Peta Lokasi Penelitian dan Daerah Penangkapan Ikan ...57

2 Perhitungan Produktivitas ...58

3 Analisis usaha pancing rumpon tahun 2012...59

4 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal

sendiri usaha lama ...60

5 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal

sendiri usaha baru...61

6 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal

pinjaman dari bank ...62

7 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal

sendiri usaha lama ketika kenaikan harga solar 180% ...63

8 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal

sendiri usaha baru ketika kenaikan harga solar 198% ...64

9 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal

pinjaman dari bank ketika kenaikan harga solar 288%...65 10 Foto-foto penelitian ...66

(16)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Palabuhanratu merupakan basis utama perikanan tangkap di bagian selatan Jawa Barat. Posisi Palabuhanratu yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, sangat strategis untuk pengembangan sektor perikanan dan kelautan. Dua tahun terakhir ini 2009-2010, telah berkembang dengan pesat unit penangkapan pancing rumpon. Pancing ini dioperasikan di Samudera Hindia di selatan Teluk Palabuhanratu. Hal ini sangat terkait dengan hasil penelitian Mudjizat (2008) bahwa perairan Teluk Palabuhanratu sudah mengalami kejenuhan operasional.

Pancing merupakan alat tangkap yang mempunyai selektivitas tinggi, karena hasil tangkapannya disesuaikan dengan mata pancing yang digunakan dan sesuai dengan target penangkapannya. Pancing yang digunakan di PPN

Palabuhanratu beragam, diantaranya adalah pancing laut dalam. Pancing laut

dalam ini di operasikan di perairan Samudera Hindia di selatan Jawa, posisi 7o-8o

LS dan 1050 -1070 BT. Pengoperasian pancing laut dalam ini menggunakan alat

bantu penangkapan rumpon sebagai pemikat ikan sasaran tangkap, sehingga pancing ini biasa disebut sebagai pancing rumpon. Sasaran tangkap pancing rumpon adalah ikan pelagis besar yang exportable, antara lain yellowfin tuna (Thunnus albacares) dan cakalang (Katsuwonus pelamis).

Produksi tuna dari unit penangkapan pancing rumpon pada tahun 2011 berjumlah 3.502.497 kg atau 53,56% dari jumlah tuna yang didaratkan di PPN Palabuhanratu. Pada tahun 2011 telah terjadi peningkatan produksi tuna sebesar 0,73 % dari tahun 2010. Jumlah unit penangkapan pancing rumpon meningkat 1,55 % pada tahun 2011 dari tahun sebelumnya.

Pancing rumpon mulai dikembangkan di PPN Palabuhanratu pada tahun 2007, dengan tujuan mempermudah nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan mengubah cara penangkapan ikan dari berburu menjadi memanen ikan di suatu lokasi dan ini dapat memudahkan nelayan untuk menangkap ikan. Peningkatan jumlah unit penangkapan pancing rumpon tentunya mempunyai alasan tersendiri. Menjadi pertanyaan bagi penulis, betulkah usaha penangkapan ini memberikan keuntungan, berapa nilai investasi yang diperlukan

(17)

untuk melakukan usaha ini. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis menganggap penting dilakukan penilaian terhadap unit penangkapan pancing rumpon di Palabuhanratu agar lebih jelas besar investasi yang dibutuhkan dan keuntungan yang akan diperoleh.

1.2 Perumusan masalah

Peningkatan jumlah unit penangkapan pancing rumpon dan produksinya, menjadi pertanyaan bagi penulis, apakah keadaan ini akan terus berkembang?, apakah dapat memberikan manfaat bagi nelayan pancing rumpon?. Hal ini dapat diketahui apabila dilakukan penilaian teknis dan ekonomis terhadap kegiatan unit penangkapan pancing rumpon. Sehubungan dengan hal itulah maka terdapat beberapa permasalahan yang perlu dicari jawabannya, antara lain :

1) Bagaimana keragaan teknis unit penangkapan pancing rumpon? 2) Berapakah investasi yang harus ditanam untuk melakukan usaha ini? 3) Berapakah keuntungan yang bisa diperoleh?

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah

1) Menggambarkan keragaan teknis unit penangkapan pancing rumpon

2) Menghitung keuntungan yang akan diperoleh dari pengoperasian unit

penangkapan pancing rumpon di perairan Palabuhanratu dan kriteria investasinya.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1) Bagi penulis, hasil penelitian ini akan menambah wawasan tentang

kegiatan unit penangkapan pancing rumpon, dapat mengevaluasi atau melakukan penilaian terhadap unit penangkapan pancing rumpon; dan

2) Bagi pemerintah daerah maupun Dinas Perikanan dan Kelautan sebagai

informasi tentang pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar

menggunakan unit penangkapan pancing rumpon dengan alat bantu penangkapan rumpon.

(18)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Unit Penangkapan Pancing Tonda

Unit penangkapan pancing tonda merupakan kesatuan unsur dari kapal penangkapan ikan, pancing tonda dan nelayan yang mengoperasikannya. Alat tangkap ini diklasifikasikan ke dalam kelompok pancing atau lines. Berikut merupakan uraian lebih rinci tentang unit penangkapan pancing tonda.

2.1.1 Definisi dan klasifikasi

Pancing tonda adalah alat penangkapan ikan yang dioperasikan secara aktif dengan cara ditarik oleh perahu motor atau kapal kecil. Pancing tonda merupakan alat tangkap tradisional yang bertujuan untuk menangkap jenis ikan pelagis besar seperti tuna, cakalang dan tongkol yang biasa hidup di dekat permukaan dan mempunyai nilai ekonomis tinggi dengan kualitas daging yang tinggi (Gunarso 1985).

Pancing tonda memiliki nama daerah yang beragam, diantaranya pancing irid atau klewer (Jawa), pancing kaladalam atau kabalancam (Sepulu-Madura), pancing lohmoloh atau palanggungan atau lemading (Pegagan-Madura), pancing pengenser (Bawean), Lor bebe (Penarukan-Jawa Timur), pancing pengambes (Puger-Jawa Timur), pancing pemalesan (Bali), dan kakahu atau sela (Ambon, Maluku Selatan) (Subani dan Barus 1989).

Pancing tonda dalam klasifikasi von Brandt (2005) digolongkan ke dalam kelompok perikanan pancing (lines). Menurut klasifikasi dalam Statistik Perikanan Indonesia yang dikeluarkan Departemen Kelautan dan Perikanan masuk dalam kelompok pancing (hook and line).

2.1.2 Alat penangkapan ikan

Pancing tonda adalah alat penangkapan ikan yang terdiri atas seutas tali panjang, mata pancing dan umpan. Konstruksi pancing tonda terdiri atas galah, tali pancing utama, kili-kili, tali pancing cabang dan mata pancing. Mata pancing pada pancing tonda ada yang dilengkapi dengan umpan tiruan (hook with artificial bait), umpan tiruan yang dilengkapi dengan mata pancing (rapala), atau ada juga yang dilengkapi dengan umpan alam (Anonim 2010). Pancing tonda dioperasikan

(19)

pada siang hari, pengoperasian pancing tonda dilakukan dengan cara ditarik di belakang perahu atau kapal yang bergerak maju secara horizontal menelusuri lapisan permukaan air hingga kedalaman tertentu di wilayah perairan dimana menjumpai kawanan ikan (tongkol dan cakalang) atau di depan gerombolan ikan sasaran dengan kecepatan kapal antara 2-6 knot (Farid et al 1989).

Menurut Ayodhyoa 1981, pancing tonda dikelompokkan ke dalam alat tangkap pancing dengan beberapa kelebihan, yaitu :

1. Metode pengoperasian relatif sederhana; 2. Modal yang diperlukan lebih sedikit; 3. Bisa memakai umpan buatan;

4. Dapat bebas memilih fishing ground;

5. Ikan yang tertangkap seekor demi seekor, sehingga kesegarannya dapat terjamin.

Beberapa kekurangannya adalah

1. Jumlah hasil tangkapan lebih sedikit dibandingkan alat tangkap lainnya; dan 2. Keahlian perseorangan sangatlah berpengaruh pada penentuan tempat dan

waktu.

Parameter utama yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam operasi penangkapan ikan menggunakan pancing tonda adalah ukuran mata pancing. Gambar alat tangkap pancing tonda dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber : www.kp3k.kkp.go.id Gambar 1 Alat tangkap pancing tonda

(20)

2.1.3 Kapal

Pada umumnya panjang kapal yang mengoperasikan pancing tonda berkisar antara 5-20 m. Kapal memiliki ruang kemudi di bagian depan atau haluan dan dek tempat bekerja berada di bagian belakang atau di buritan (Sainsbury 1971). Perahu yang digunakan oleh nelayan pancing tonda di Palabuhanratu adalah perahu motor tempel dari jenis congkreng dan bercadik memiliki panjang 6 m dan terbuat dari bahan kayu (Nugroho 2002).

Kapal yang mengoperasikan alat tangkap pancing tonda biasanya memiliki outrigger sebagai tempat tali pancing diikatkan. Biasanya terdapat satu atau lebih outrigger terpasang pada bagian belakang kapal atau buritan (Sari 2011).

2.1.4 Nelayan

Pancing tonda umumnya dioperasikan oleh 4-6 orang nelayan, terdiri atas satu orang fishing master, satu orang juru mesin dan 2-4 orang ABK. Masing-masing ABK mengoperasikan satu atau lebih pancing pada saat operasi penangkapan ikan berlangsung. Pekerjaan juru mudi merangkap sebagai fishing master.

2.1.5 Umpan

Umpan yang digunakan adalah umpan segar dan umpan buatan. Umpan buatan yang biasa digunakan adalah bulu ayam (chicken feader), bulu domba (sheep wools), kain perca yang berwarna-warni, maupun bahan sintetis berbentuk miniatur yang menyerupai aslinya. Bentuk umpan buatan antara lain berupa miniatur cumi-cumi dan ikan (Subani dan Barus 1989).

2.1.6 Metode pengoperasian pancing tonda

Pancing tonda dioperasikan dengan cara ditarik secara horizontal oleh perahu atau kapal yang bergerak di depan gerombolan ikan sasaran. Pancing diberi umpan segar atau umpan buatan. Umpan buatan dapat bergerak seperti ikan asli, karena adanya pengaruh tarikan dari kapal. Oleh karena itu, ikan pemangsa biasanya langsung menyambarnya. Kecepatan kapal dalam menarik pancing tonda bergantung pada ikan target tangkapan. Kecepatan kapal untuk ikan perenang

(21)

cepat, seperti tuna dan cakalang, biasanya ditarik dengan kecepatan kapal antara 6-8 knot (Sainsbury 1971).

Operasi penangkapan ikan menggunakan pancing tonda biasa dilakukan pada siang hari. Pada saat operasional, satu kapal pancing tonda tidak hanya terdiri atas satu pancing, namun sekaligus beberapa pancing. Penondaan dilakukan dengan mengulurkan tali sekitar dua per tiga dari seluruh panjang tali pancing yang disediakan. Penangkapan ikan dapat dilakukan dengan cara menduga-duga dengan berlayar ke sana dan ke sini atau manoevre, bisa juga terlebih dahulu mencari kawanan ikan atau dapat juga dilakukan di sekitar rumpon (Subani dan Barus 1989).

2.1.7 Hasil tangkapan pancing tonda

Secara umum hasil tangkapan utama pancing tonda adalah ikan pelagis besar yang bernilai ekonomis tinggi, seperti tuna dan cakalang yang sering bergerombol. Ikan pelagis yang memiliki kualitas tinggi seperti yellowfin tuna, skipjack, sword fish, dan ikan pelagis besar lainnya (Monintja dan Martasuganda 1994). Tuna besar berdasarkan FAO (1983) digolongkan menjadi tujuh spesies

yaitu yellowfin tuna (Thunnus albacares), bigeye tuna (Thunnus obesus),

southern bluefin tuna (Thunnus maccoyii), northern bluefin tuna (Thunnus thynnus), albacore (Thunnus alalunga), longtail tuna (Thunnus tonggol) dan blackfin tuna.

2.1.8 Daerah pengoperasian pancing tonda

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan daerah operasi penangkapan ikan berlangsung yang diduga sebagai tempat ikan bergerombol. Ikan merupakan organisme yang bersifat mobile, artinya ikan sering berpindah-pindah tempat yang menyebabkan sulitnya menentukan arah dan letak dari perpindahan daerah penangkapan ikan (Hetharuca 1983). Jenis ikan yang menjadi target utama penangkapan dengan pancing tonda adalah jenis ikan pelagis yang bernilai ekonomis tinggi, seperti tuna dan cakalang. Oleh karena itu, kedalaman mata pancing tonda disesuaikan dengan swimming layer dari ikan yang menjadi target penangkapan (Handriana 2007).

(22)

Penangkapan ikan di Perairan Palabuhanratu umumnya dilakukan sepanjang tahun dan dikenal dengan dua musim penangkapan yaitu Musim Timur dan Musim Barat. Musim Timur adalah musim dengan jumlah ikan sangat banyak atau berlimpah yaitu pada Bulan Juni-Oktober. Periode ini ditandai dengan angin yang lemah, keadaan laut yang tenang dan curah hujan sedikit. Musim Barat ditandai dengan sedikitnya hasil tangkapan yang didaratkan akibat keadaan perairan yang cukup membahayakan untuk operasi penangkapan ikan. Musim Barat berlangsung pada Bulan November-April atau Mei (Pariwono et al. 1998).

Menurut Tampubolon (1980), berdasarkan jumlah hasil tangkapan, di

Palabuhanratu dapat digolongkan menjadi tiga musim penangkapan ikan, yaitu : 1. Musim banyak ikan (Juni – September);

2. Musim sedang ikan (Maret – Mei dan Oktober – November); dan 3. Musim kurang ikan (Desember – Februari).

2.2 Unit Penangkapan Pancing Ulur

Unit penangkapan pancing ulur merupakan kesatuan unsur dari kapal penangkapan ikan, pencing ulur dan nelayan yang mengoperasikannya. Pancing ulur ini diklasifikasikan ke dalam kelompok pancing atau lines. Berikut merupakan uraian lebih rinci tentang unit penangkapan pancing ulur.

2.2.1 Definisi dan klasifikasi

Pancing ulur adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan yang sudah lama dikenal nelayan dan dioperasikan secara sederhana. Menurut FAO-ISSCFG dan Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia (1989) pancing ulur termasuk dalam klasifikasi pancing (BBPPI 2007).

2.2.2 Alat penangkapan ikan

Pancing ulur pada prinsipnya terdiri atas dua komponen utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (hook). Tali pancing biasanya terbuat dari benang katun, nilon atau polyethylene. Mata pancing dibuat dari kuningan atau bahan lain yang tahan karat. Pada umumnya ujung mata pancing berkait balik, namun ada juga mata pancing yang tidak berkait balik. Jumlah mata pancing bisa tunggal atau lebih, bahkan banyak sekali mencapai ratusan sampai ribuan. Ukuran mata

(23)

pancing bervariasi disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan tertangkap (Subani dan Barus 1989). Banyaknya kelebihan yang dimiliki oleh pancing ulur menyebabkan banyak nelayan menggunakannya dan banyak dit

setiap perkampungan nelayan (Puspito 2009). Gambar alat tangkap pancing ulur dapat dilihat pada Gambar 2.

2.2.3 Kapal

Perahu yang digunakan pada pengoperasian pancing ulur terbuat dari kayu sengon dan berukuran LxBxD = 10,70 m x 2,87 m x 1,00 m. Tenaga penggerak yang digunakan adalah sebuah mesin yang ditempatkan di dalam

engine. Perahu dilengkapi dengan jangkar, petromak dan digunakan terbuat dari

panjang 74 cm, lebar 32 cm dan tinggi 35 cm

2.2.4 Nelayan

Nelayan yang mengoperasikan pancing ulur bia sampai tiga orang terdiri

saat pengoperasian dilakukan berdasarkan pengalaman. Pada saat pengoperasian pancing ulur, juru mudi berperan sebagai pemancing (Rochmawati 2004).

pancing bervariasi disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan tertangkap (Subani dan Barus 1989). Banyaknya kelebihan yang dimiliki oleh pancing ulur menyebabkan banyak nelayan menggunakannya dan banyak dit

setiap perkampungan nelayan (Puspito 2009). Gambar alat tangkap pancing ulur dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber : http://jurnal.pdii.lipi.go.id Gambar 2 Alat tangkap pancing ulur

Perahu yang digunakan pada pengoperasian pancing ulur terbuat dari kayu sengon dan berukuran LxBxD = 10,70 m x 2,87 m x 1,00 m. Tenaga penggerak yang digunakan adalah sebuah mesin yang ditempatkan di dalam

engkapi dengan jangkar, petromak dan cool box

digunakan terbuat dari styrofoam dengan kapasitas 25 kg dan mempunyai ukuran panjang 74 cm, lebar 32 cm dan tinggi 35 cm (Handriana 2007).

Nelayan yang mengoperasikan pancing ulur bia sanya berjumlah dua sampai tiga orang terdiri atas nelayan pekerja dan pemilik. Pembagian kerja pada saat pengoperasian dilakukan berdasarkan pengalaman. Pada saat pengoperasian pancing ulur, juru mudi berperan sebagai pemancing (Rochmawati 2004).

pancing bervariasi disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan tertangkap (Subani dan Barus 1989). Banyaknya kelebihan yang dimiliki oleh pancing ulur menyebabkan banyak nelayan menggunakannya dan banyak dit emukan pada setiap perkampungan nelayan (Puspito 2009). Gambar alat tangkap pancing ulur

Perahu yang digunakan pada pengoperasian pancing ulur terbuat dari kayu sengon dan berukuran LxBxD = 10,70 m x 2,87 m x 1,00 m. Tenaga penggerak yang digunakan adalah sebuah mesin yang ditempatkan di dalam atau inboard

cool box. Cool box yang dengan kapasitas 25 kg dan mempunyai ukuran

sanya berjumlah dua nelayan pekerja dan pemilik. Pembagian kerja pada saat pengoperasian dilakukan berdasarkan pengalaman. Pada saat pengoperasian pancing ulur, juru mudi berperan sebagai pemancing (Rochmawati 2004).

(24)

2.2.5 Umpan

Umpan yang digunakan adalah umpan segar dan umpan buatan. Umpan buatan yang biasa digunakan adalah bulu ayam (chicken feader), maupun bahan

sintetis berbentuk miniatur hewan yang menyerupai aslinya. Bentuk umpan

buatan antara lain berupa miniatur cumi-cumi dan ikan. Umpan yang telah

dimakan ikan, maka mata pancing akan tersangkut pada mulut ikan dan pancing ditarik ke perahu (Subani dan Barus 1989).

2.2.6 Metode pengoperasian pancing ulur

Posisi para pemancing pada saat pengoperasian pancing ulur adalah berada di bagian haluan, tengah dan buritan. Umpan yang digunakan akan diganti setiap trip. Pada saat pengoperasian, tali pancing diulur ke dalam perairan hingga pemberatnya menyentuh dasar perairan. Jumlah pengangkatan dan penurunan setiap unit pancing tidak sama, karena bergantung pada ikan yang tertangkap (Handriana 2007).

2.2.7 Hasil tangkapan pancing ulur

Hasil tangkapan pancing ulur yang dominan adalah ikan layur (Trichiurus spp.). Ikan layur umumnya hidup di perairan dalam dengan dasar lumpur, meskipun tergolong ikan demersal, umumya ikan layur muncul ke permukaan pada waktu senja (Astuti 2008).

2.2.8 Daerah pengoperasian pancing ulur

Pengoperasian alat pancing ini di daerah karang-karang, di perairan dangkal, perairan dalam, di rumpon-rumpon maupun rumpon dengan kedalaman 2-3 meter. Penggunaan pancing ulur banyak digunakan di daerah perairan Tanjung Pasir, Banten (Subani dan Barus, 1989).

2.3 Sumberdaya Ikan Pelagis Besar

2.3.1 Habitat

Habitat ikan pelagis besar berada di kolom dan lapisan permukaan perairan. Berdasarkan habitatnya, ikan pelagis dibagi menjadi pelagis kecil dan pelagis besar. Ikan pelagis besar terdiri atas berbagai jenis ikan seperti : Tenggiri (Scomberomous Commerson), Tongkol (Euthynnus spp), Tuna (Thunnus spp).

(25)

2.3.2 Jenis sasaran tangkap

1) Tuna Sirip Kuning - Madidihang

Madidihang (Thunnus albacares) (Gambar 3) termasuk dalam ordo Perciformes, famili Scombridae dan genus Thunnus. Ciri-cirinya yaitu bentuk badan yang memanjang, bulat seperti cerutu. Tapisan 26-34 pada busur insang pertama. Memiliki dua cuping atau lidah di antara kedua sirip perutnya. Jari-jari keras sirip punggung pertama 13-14, dan 14 jari-jari lemah pada sirip punggung kedua, diikuti 8-10 jari sirip tambahan. Kemudian sirip dubur berjari-jari lemah 14-15, lalu 7-10 jari-jari sirip tambahan. Satu lunas kuat pada batang sirip ekor diapit dua lunas kecil pada ujungnya. Untuk jenis-jenis dewasa, sirip punggung kedua dan dubur tumbuh sangat panjang, sirip dada cukup panjang. Badan bersisik kecil-kecil, korselet (jalur sisik khusus yang mengelilingi badan di daerah sekitar sirip dada) bersisik agak besar tetapi tidak nyata. Madidihang termasuk ikan buas, predator, karnivor, dapat mencapai 195 cm, umumnya 50-150 cm, hidup bergerombol kecil (Ditjen Perikanan 1990).

Sumber: Saanin 1984

Gambar 3 Madidihang - Yellowfin Tuna (Thunnus albacares)

Warna tubuh madidihang bagian atas berpadu antara hitam dan keabu-abuan, kuning perak pada bagian bawah, sirip punggung dan sirip perut. Sirip tambahan berwarna kuning cerah berpinggiran gelap. Pada perut terdapat kurang lebih 20 garis putus-putus warna putih pucat melintang (Ditjen Perikanan 1990).

(26)

Berikut ini adalah klasifikasi ikan tuna menurut Saanin (1984) : Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Pisces Subclass : Actinopterygii Order : Perciformes Suborder : Scombroidei Family : Scombridae Subfamily : Scombrinae Genus : Thunnus

Species : Thunnus albacares

2) Tuna Mata Besar (Bigeye Tuna)

Bigeye Tuna (Thunnus obesus) (Gambar 4) termasuk ordo Perciformes, famili Scombridae dan genus Thunnus dan juga termasuk jenis tuna besar, sirip dada cukup panjang pada individu yang besar dan menjadi sangat panjang pada individu yang sangat kecil. Warna bagian bawah dan perut putih, garis sisi pada ikan yang hidup seperti sabuk berwarna biru membujur sepanjang badan, sirip punggung pertama berwarna kuning terang, sirip punggung kedua dan sirip dubur berwarna kuning muda, jari-jari sirip tambahan (finlet) berwarna kuning terang, dan hitam pada ujungnya. Menurut Fukofuka dan Itano 2006 vide Faizah 2010 ikan tuna mata besar mempunyai ciri-ciri luar seperti sirip ekor mempunyai lekukan yang dangkal pada pusat celah sirip ekor, pada ikan dewasa matanya relatif besar dibandingkan dengan tuna-tuna yang lain, profil badan seluruh bagian dorsal dan ventral melengkung secara merata, sirip dada pada ikan dewasa 1/4 -1/3 kali fork lenght (FL), ikan tuna mata besar dengan ukuran lebih dari 75 cm dengan berat 10 kg mempunyai sirip dada yang lebih panjang dari pada ikan tuna sirip kuning dari ukuran-ukuran yang sebanding.

(27)

Sumber: Saanin 1984

Gambar 4 Tuna Mata Besar - Bigeye Tuna (Thunnus obesus)

Berikut ini adalah klasifikasi ikan tuna mata besar menurut Collette dan Nauen 1983 vide Faizah 2010 :

Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Osteichthyes Subclass : Actinopterygii Order : Perciformes Suborder : Scombroidei Family : Scombridae Subfamily : Scombrinae Genus : Thunnus

Species : Thunnus obesus

3) Cakalang

Cakalang (Katsuwonus pelamis) (Gambar 5) termasuk ke dalam ordo Perciformes, famili Scombridae dan genus Katsuwonus. Ciri-ciri ikan cakalang adalah badan memanjang seperti cerutu atau torpedo (fusiform) dan bentuk tubuh padat agak membulat, memiliki tapis insang (gill raker) 53-62 buah. Cakalang mempunyai dua sirip dorsal yang terpisah, sirip yang pertama mempunyai 14-16 jari-jari keras, sedangkan sirip kedua mempunyai 7-8 jari-jari lunak. Sirip dada pendek dan pada sirip perut terdapat 7-8 finlet dan terdapat rigi-rigi kedua lebih kecil pada masing-masing sisi perut dan sirip ekor. Pada sirip punggung terdapat 12-16 duri lemah, serta mempunyai 7-9 finlet pada bagian perut. Ikan cakalang

(28)

tergolong ikan pelagis dan perenang cepat yang mencapai lebih dari 25 mil per jam.

Sumber: Saanin 1984

Gambar 5 Cakalang (Katsuwonus pelamis)

Penyebaran cakalang dapat meliputi skala ruang yang luas. Penyebarannya di Indonesia meliputi Samudera Hindia, sepanjang pantai utara dan timur Aceh, pantai barat Sumatera, selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Keberadaannya sangat dipengaruhi oleh kondisi habitat suatu perairan seperti : suhu, makanan, massa air, salinitas dan arus. Kisaran suhu optimum untuk ikan cakalang sekitar

14,7oC-30oC. Cakalang merupakan perenang cepat dan melawan arus, mencari

makan berdasarkan penglihatan dan sifatnya rakus terhadap makanan. Dalam

gerakannya, cakalang mengandalkan loncatan lamban dan membentuk

lengkungan (Tampubolon 1980).

Klasifikasi cakalang menurut Saanin (1984) : Phylum : Chordata

Sub phylum : Vertebrata Class : Pisces Subclass : Actinopterygii Order : Perciformes Suborder : Scombroidea Family : Scombridae Subfamily : Scombrinae Genus : Katsuwonus

(29)

2.4 Alat Bantu Penangkapan Rumpon Laut Dalam

2.4.1 Definisi dan klasifikasi

Keberhasilan usaha penangkapan ikan di laut pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan daerah penangkapan ikan (fishing ground), gerombolan ikan dan potensinya untuk kemudian dilakukan operasi penangkapan ikan. Beberapa cara untuk mendapatkan atau mengumpulkan kawanan ikan sebelum operasi penangkapan ikan dilakukan ialah menggunakan alat bantu penangkapan

ikan. Alat bantu penangkapan ikan sering disebut Fish Agregating Device.

Bentuk alat bantu penangkapan ikan ini antara lain “Rumpon” dan sinar lampu (Light fisheries). Alat bantu penangkapan ikan berfungsi membantu untuk mengumpulkan ikan pada satu titik atau tempat yang kemudian di tempat itu dilakukan operasi penangkapan ikan (Handriana 2007).

Pada prinsipnya, alat bantu rumpon digunakan untuk mengumpulkan ikan agar mudah tertangkap. Ada beberapa dugaan penyebab ikan berkumpul di sekitar rumpon, diantaranya adalah karena rumpon dijadikan sebagai tempat berlindung dan mencari makan (Subani dan Barus 1989). Rumpon adalah suatu bangunan yang menyerupai pepohonan yang dipasang atau ditanam di suatu tempat di tengah laut.

2.4.2 Konstruksi dan pemasangannya

Pada umumnya rumpon (Gambar 6) terdiri atas empat bagian penting, yaitu pelampung atau float, pemikat atau atraktor berupa daun kelapa atau daun

lontar dan pemberat atau sinker/anchor (Handriana 2007). Pelampung (float)

berfungsi sebagai penanda keberadaan rumpon, pada pelampung biasanya dipasang bendera tanda. Tali panjang (rope) berfungsi menghubungkan pelampung dan pemberat, sedangkan pemberat berfungsi sebagai jangkar dengan tujuan agar rumpon menetap pada satu tempat atau tidak berpindah-pindah. Atraktor merupakan bagian yang paling penting karena berfungsi sebagai alat pengumpul ikan. Gambar konstruksi rumpon dapat dilihat pada Gambar 6.

(30)

Sumber : www.google.com Gambar 6 Rumpon

Menurut kedalamannya, rumpon dibagi dua, yaitu rumpon laut dalam dengan kedalamannya lebih dari 600 m dan rumpon laut dangkal dengan kedalamannya kurang dari 100 m. Rumpon dikenal dengan nama daerah yang berbeda-beda, tendak (Jawa), onjen (Madura), robo (Sumatera Barat), unjang dan ulasan (Sumatera Timur, Sumatera Utara) (Handriana 2007).

Rumpon yang dipergunakan sebelumnya sudah berada pada daerah penangkapan ikan yang ditentukan. Metode pengoperasian rumpon sendiri terbilang mudah karena hanya diapungkan saja dalam jangka waktu lama. Menurut Rosana dan Prasita (2008), sebelum melabuhkan rumpon, terlebih dahulu dilakukan survei perairan untuk memperoleh masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan lokasi yang sesuai untuk menerjunkan rumpon.

Survei perairan di sepanjang landas kontinen Samudera Hindia

menggunakan sejumlah peralatan, antara lain: penentuan posisi kapal dan kedudukan rumpon menggunakan GPS dan arah haluan, baringan kapal terhadap benda-benda daratan dilakukan dengan kompas tangan. Penempatan rumpon sebaiknya pada perairan landas kontinen berkisar 1 mil hingga 5 mil dari garis pantai, karena kedalaman perairan pada jarak lebih dari 5 mil di luar garis pantai cenderung berubah tajam memasuki lereng kontinen. Penempatan rumpon pada lereng kontinen sangat riskan bagi rumpon karena beberapa hal, antara lain: jangkar rumpon dapat tergelincir (sliding) ke dasar perairan yang lebih dalam, tali utama dapat bergesekan langsung dengan tubir karang dan hempasan gelombang

(31)

pada lereng kontinen lebih besar dibandingkan pada landasan kontinen (Rosana dan Prasita 2008).

Menurut Rosana dan Prasita (2008) pelaksanaan pemasangan atau penerjunan rumpon sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari, sebab pada saat itu kondisi laut umumnya dalam keadaan tenang. Adapun urutan pelaksanaan penerjunan rumpon dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pangkal tali atraktor dikaitkan dengan pelampung;

1. Ujung tali atraktor dikaitkan dengan pangkal tali pemberat rangkap dua; 2. Bila kapal sudah mendekati posisi lokasi penerjunan, kapal mengambil posisi

melawan arus;

3. Pelampung yang diterjunkan, disusul tali atraktor yang diulur dan dilanjutkan dengan rakitan atraktor diterjunkan secara satu persatu agar tidak saling terkait dan melilit;

4. Rangkaian pemberat diterjunkan secara serentak.

2.5 Aspek Teknik

Aspek teknik meliputi evaluasi tentang input dan output dari barang dan jasa yang akan diperlukan dan dihasilkan oleh proyek (Kadariah et al. 1999). Menurut Umar (2003), analisis teknis digunakan dalam penentuan strategi produksi dan perencanaan produk. Tujuan studi aspek ini adalah untuk meyakini apakah secara teknik suatu usaha dapat dilaksanakan secara layak atau tidak layak, baik pada saat pembangunan proyek atau operasional. Analisis teknis untuk

melihat hubungan faktor-faktor teknis yang mempengaruhi produksi. Aspek

teknik diperlukan untuk mengetahui produktivitas dari unit penangkapan. Oleh sebab itu, penilaian aspek teknik meliputi produktivitas per alat tangkap, per trip, per nelayan, per biaya operasional dan per biaya investasi (Sparre dan Venema 1999).

2.6 Aspek Finansial

Aspek finansial digunakan sebagai salah satu parameter untuk penelitian

tentang unit penangkapan ikan. Analisis finansial penting dalam

memperhitungkan insentif bagi orang-orang yang turut serta dalam menyukseskan pelaksanaan kegiatan unit penangkapan ikan atau proyek. Analisis proyek ini

(32)

dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek (Kadariah et al. 1999).

Gray et al. (2005) mengatakan bahwa analisis finansial dapat dilakukan

melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi. Analisis usaha yang

dilakukan meliputi analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan

biaya (Revenue- Cost Ratio), serta Payback-Period (PP). Menurut Rangkuti

(2001), Return on Investment (ROI) dilakukan untuk mengetahui besarnya

keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan besar investasi yang

ditanamkan.

Analisis kriteria investasi meliputi Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Gross Benefit-Cost Ratio

(Gross B/C) dan Profitability Ratio (PV’/K). Setiap kriteria investasi

menggunakan perhitungan nilai sekarang (present value) atas arus benefit dan biaya selama umur proyek (Gray et al. 2005).

Dari kelima kriteria tersebut, tiga kriteria pertama yaitu NPV, IRR dan Net B/C lebih umum dipakai dan dapat dipertanggungjawabkan. Penggunaan Gross B/C dan Profitability Ratio didasarkan atas salah pengertian tentang sifat dasar biaya, sehingga dapat menyebabkan kekeliruan dalam penyusunan urutan peluang investasi. Dengan kata lain, kedua kriteria ini tidak dianjurkan untuk dipergunakan di Indonesia (Gray et al. 2005).

2.6.1 Analisis usaha

Analisis usaha merupakan pemeriksaan keuangan pada suatu usaha selama usaha itu telah berjalan. Dalam perikanan, analisis usaha penting untuk mengetahui tingkat keuntungan atau keberhasilan dari usaha perikanan yang telah dijalankan selama ini. Analisis usaha meliputi analisis pendapatan usaha bertujuan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang dilakukan pada saat ini berhasil atau tidak, analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue-Cost Ratio) untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan (Sugiarto et al. 2002), analisis waktu balik modal (Payback Period) agar dapat mengetahui periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan

(33)

aliran kas, Return on investment (ROI) untuk membandingkan kinerja antar periode atau untuk mengevaluasi proyek investasi.

2.6.2 Analisis kriteria investasi

Analisis kriteria investasi bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur ekonomis proyek. Analisis dilakukan dengan menghitung komponen-komponen Net Present Value (NPV) untuk mengetahui apakah usaha layak dilanjutkan atau tidak, Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) untuk mengetahui besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis proyek., Internal Rate of Return (IRR) untuk mengetahui tingkat keuntungan internal yang diperoleh dari investasi yang ditanamkan (Gray et al. 2005).

(34)

3 METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan, yaitu pada Bulan Maret 2012.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya kuisioner, alat dokumentasi berupa kamera dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pancing.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

dengan jenis penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang

terinci tentang suatu objek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik

atau khusus dari keseluruhan personalitas. Tujuan studi kasus adalah untuk

memberikan gambaran tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter dari suatu keadaaan yang ada pada waktu penelitian (Nazir 2005).

3.4 Metode Pengambilan Responden

Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu mengambil sample secara tidak acak atau peneliti menganggap sample yang diambil memiliki informasi yang diperlukan dalam penelitian ini. Sampel yang diambil berjumlah 4 orang nelayan yang memiliki kriteria diantaranya:

1. Nelayan pancing rumpon yang menjalankan usahanya lebih dari satu tahun; 2. Nelayan merupakan pemilik sekaligus orang yang hanya memiliki penghasilan

dari usaha perikanan tangkap;

3. 3 unit penangkapan merupakan usaha yang telah lama dijalankan; 4. 1 unit penangkapan merupakan usaha baru.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan

(35)

mengenai keseluruhan kegiatan unit penangkapan pancing rumpon. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari instansi PPN Palabuhanratu dan Syahbandar PPN Palabuhanratu.

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain :

3.5.1 Aspek teknik

Aspek teknik berhubungan dengan metode pengoperasian pancing rumpon meliputi :

1. Konstruksi dan metode pengoperasian unit penangkapan pancing rumpon; 2. Komposisi hasil tangkapan;

3. Lokasi dan musim pengoperasian unit penangkapan pancing rumpon; 4. Jumlah trip per tahun.

5. Banyaknya hasil tangkapan yang diperoleh unit penangkapan pancing rumpon per total trip

3.5.2 Aspek finansial

Aspek finansial yang akan diamati dalam penelitian ini diantaranya: 1. Biaya operasional selama kegiatan berlangsung;

2. Biaya perbekalan;

3. Harga jual hasil tangkapan per kilogram; 4. Pendapatan nelayan per tahun.

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi:

1. Jumlah unit penangkapan pancing rumpon yang dioperasikan di perairan Palabuhanratu, Sukabumi pada tahun 2007-2011;

2. Peta lokasi pengoperasian unit penangkapan pancing rumpon yang

dioperasikan di perairan Palabuhanratu, Sukabumi;

3. Keadaan umum daerah penelitian berupa letak geografis, astronomis, kependudukan dan keadaan perikanan secara umum di perairan Palabuhanratu, Sukabumi.

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data dimaksudkan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah diinterpretasikan. Data dan informasi yang telah diperoleh, kemudian dianalisis menggunakan analisis teknik dan finansial.

(36)

3.6.1 Analisis teknis

Analisis teknis digunakan untuk mengetahui apakah secara teknik alat tangkap pancing rumpon efektif atau tidak bila dioperasikan berdasarkan konstruksi, daerah penangkapan ikan, metode penangkapan ikan dan musim penangkapan ikan. Oleh sebab itu, penilaian aspek teknis meliputi hasil tangkapan per tahun (ton), upaya penangkapan per tahun (unit) dan produksi per alat tangkap.

Produktivitas adalah suatu alat untuk melihat efisiensi teknik dan suatu proses produksi yang merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan input sumberdaya yang dipergunakan. Produktivitas dihitung menggunakan data sekunder untuk mengetahui produktivitas per alat tangkap, produktivitas per trip, produktivitas per nelayan, produktivitas per biaya operasional dan produktivitas per biaya investasi, (Hanafiah 1986) yaitu:

3.6.2 Analisis finansial

Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui kemungkinan

pengembangan usaha perikanan pancing rumpon. Analisis finansial dilakukan melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi (Riyanti 2010).

1) Analisis usaha

Analisis usaha merupakan pemeriksaan keuangan pada suatu usaha selama usaha itu telah berjalan. Dalam perikanan, analisis usaha penting untuk

(37)

mengetahui tingkat keuntungan atau keberhasilan dari ussaha perikanan yang telah dijalankan selama ini. Analisis usaha meliputi analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (

balik modal (Payback Period

(1) Analisis pendapatan u

Analisis Pendapatan Usaha merupakan jumlah nominal yang diperoleh dari selisih antara total pemasukan yang diterima dengan total

dikeluarkan. Analisis ini bertujuan untuk mengukur ap dilakukan pada saat ini berhasil atau tidak.

untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha yang dilakukan (Sugiarto

Keterangan :

π = Keuntungan

TR = Total penerimaan

TC = Total biaya

Kriteria :

 Jika total penerimaan > total biaya maka usaha dikatakan untung dan layak untuk dilanjutkan

 Jika total penerimaan = total biaya maka usaha dikatakan tidak untung dan tidak rugi (impas)

 Jika total penerimaan < total biaya maka usaha dikatakan rugi dan tidak layak untuk dilanjutkan

(2) Analisis imbangan penerimaan dan b

Analisis Revenue hasil yang diperoleh dar menguntungkan (Sugiarto Keterangan : π = Keuntungan TR = Total penerimaan TC = Total biaya R = Revenue (pendapatan) C = Cost (biaya)

ahui tingkat keuntungan atau keberhasilan dari ussaha perikanan yang telah dijalankan selama ini. Analisis usaha meliputi analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya ( Revenue-Cost Ratio), analisis waktu

Payback Period) dan Return on investment (ROI). dapatan usaha

Analisis Pendapatan Usaha merupakan jumlah nominal yang diperoleh dari selisih antara total pemasukan yang diterima dengan total pengeluaran yang

Analisis ini bertujuan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang saat ini berhasil atau tidak. Analisis ini juga dapat digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha yang dilakukan (Sugiarto et al 2002). Rumus yang digunakan adalah :

= Keuntungan = Total penerimaan

Jika total penerimaan > total biaya maka usaha dikatakan untung dan layak Jika total penerimaan = total biaya maka usaha dikatakan tidak untung dan Jika total penerimaan < total biaya maka usaha dikatakan rugi dan tidak layak

Analisis imbangan penerimaan dan b iaya (Revenue-Cost Ratio)

Revenue-Cost Ratio digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan (Sugiarto et al 2002). Rumus yang digunakan adalah :

= Keuntungan = Total penerimaan

(pendapatan) (biaya)

ahui tingkat keuntungan atau keberhasilan dari ussaha perikanan yang telah dijalankan selama ini. Analisis usaha meliputi analisis pendapatan usaha, ), analisis waktu

Analisis Pendapatan Usaha merupakan jumlah nominal yang diperoleh pengeluaran yang akah kegiatan usaha yang Analisis ini juga dapat digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha

2002). Rumus yang digunakan adalah :

Jika total penerimaan > total biaya maka usaha dikatakan untung dan layak Jika total penerimaan = total biaya maka usaha dikatakan tidak untung dan Jika total penerimaan < total biaya maka usaha dikatakan rugi dan tidak layak

Cost Ratio)

digunakan untuk mengetahui sejauh mana i kegiatan usaha selama periode tertentu cukup

(38)

Kriteria :

 Jika R/C > 1, maka kegiatan usaha tersebut untung sehingga usaha

tersebut layak untuk dilanjutkan;

 Jika R/C < 1, maka kegiatan usaha tersebut rugi sehingga usaha tersebut

tidak layak untuk dilanjutkan;

 Jika R/C = 1, maka kegiatan usaha tersebut tidak untung maupun rugi

atau usaha tersebut berada dalam titik impas.

(3) Analisis waktu balik modal (Payback Period)

Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas atau dengan kata lain payback period juga dapat diartikan sebagai ratio antara initial cash investment dengan cash inflownya, hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya rasio nilai ini dibandingkan dengan Maximum payback period yang dapat diterima. Rumus yang digunakan (Umar 2003) adalah

Keterangan:

PP = Payback Period

I = Investasi yang dikeluarkan

π = Keuntungan

Kriteria :

Jika payback periode lebih pendek waktunya dari maximum payback periode maka usaha tersebut dikatakan layak untuk dilanjutkan.

(4) Return on investment (ROI)

Analisis keuangan sangat bermanfaat untuk membandingkan kinerja antar

periode atau untuk mengevaluasi proyek investasi. Metode yang umum

digunakan dalam evaluasi kinerja adalah membandingkan seluruh sumberdaya yang digunakan dengan laba yang diperoleh. Model pengukuran yang dipakai adalah analisis tingkat pengembalian investasi (Return on investment-ROI). ROI adalah kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan keuntungan.

(39)

Perhitungan terhadap ROI dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan besar investasi yang ditanamkan (Rangkuti 2001). Rumus yang digunakan adalah

Keterangan:

ROI = Return on Investment (tingkat pengembalian)

π = Keuntungan

I = Investasi

2) Analisis kriteria investasi

Analisis kriteria investasi bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur ekonomis proyek. Suatu kegiatan bisa atau tidak untuk dijalankan dan mengevaluasi kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan analisis kriteria investasi. Perhitungan analisis ini menggunakan beberapa asumsi dasar untuk membatasi permasalahan yang ada. Asumsi dasar yang digunakan adalah sebagai berikut:

(1) Analisis yang dilakukan untuk usaha lama akan dimulai dengan umur kegiatan 10 tahun, karena umur teknis kapal sekitar 10 tahun;

(2) Untuk skenario pertama, yaitu menggunakan modal sendiri usaha lama, analisis ini dimulai dari tahun ke-1, karena dibuat untuk mengevaluasi usaha pancing rumpon yang telah berjalan.

(3) Untuk skenario kedua, yaitu menggunakan modal sendiri usaha baru, analisis ini dimulai dari tahun ke-0, karena dibuat untuk melihat kelayakan usaha pancing rumpon.

(4) Sumber modal yang digunakan adalah modal sendiri dan modal pinjaman dari bank sebesar 60% dari modal investasi;

(5) Nilai dan harga pada saat perhitungan adalah konstan;

(6) Discount factor yang digunakan berdasarkan pada tingkat suku bunga kredit investasi pada Bank BRI sebesar 15%.

Analisis dilakukan dengan menghitung komponen-komponen Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) (Gray et al 2005).

(40)

(1) Net Present Value (NPV)

Keterangan : BtCt

NPV : Net Present Value

Bt : benefit sosial kotor dari suatu proyek pada tahun ke-t

Ct : biaya kotor dari suatu proyek pada tahun ke-t

i : Tingkat suku bunga

n : Umur ekonomis proyek

Ketentuan dari NPV adalah

NPV ≥0, artinya usaha penangkapan dapat dilanjutkan NPV ≤0, artinya usaha penangkapan tidak dapat dilanjutkan

NPV = 0, artinya usaha penangkapan ikan tidak untung maupun rugi

(2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Analisis Net Benefit Cost Ratio bertujuan untuk mengetahui besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis proyek. Net B/C merupakan perbandingan sedemkian rupa, sehingga pembilangnya terdiri atas present value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun saat benefit bersih itu bernilai positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas present value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun saat Bt - Ct bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar daripada benefit kotor, yang dinyatakan dengan rumus (Gray et al 2005):

Ketentuan:

Net B/C ≥1, maka usaha tersebut mendapatkan keuntungan Net B/C ≤1, maka usaha tersebut mengalami kerugian Net B/C = 1, maka usaha tersebut impas

(3) Internal Rate of Return (IRR)

Analisis Internal Rate of Return digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan internal yang diperoleh dari investasi yang ditanamkan. Internal Rate

(41)

of Return merupakan nilai

dengan nol, yang dinyatakan dengan rumus (Gray

Keterangan :

IRR = Internal Rate of Return

i' = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif

i″ = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif

NPV' = NPV pada suku bunga i NPV″= NPV pada suku bunga i Ketentuan :

IRR ≥i, usaha tersebut layak untuk dilanjutkan dan mendapatkan keuntungan; IRR = i, usaha tersebut layak untu

IRR ≤i, usaha tersebut tidak layak menimbulkan kerugian.

3.7 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan melihat apa yang akan terjad usaha perikanan pancing rumpon jika ada suatu perubahan dalam dasar perhitungan biaya. Perubahan yang kemungkinan dapat mempengaruhi usaha

penangkapan pancing rumpon

pengoperasiannya sanga

operasi penangkapan membutuhkan bahan bakar untuk menggera jumlahnya tidak sedikit

2010).

Switching value

perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar usaha masih bisa dilaksanakan

dan masih memberikan keuntungan normal. Perubahan

terjadi misalnya pada dilakukan secara coba

dapat diketahui tingkat kenaikan ataupun penurunan maksimum yang boleh terjadi agar usaha masih dapat memperoleh keuntungan normal

merupakan nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol, yang dinyatakan dengan rumus (Gray et al. 2005):

= Internal Rate of Return

= Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif = NPV pada suku bunga i'

= NPV pada suku bunga i″

usaha tersebut layak untuk dilanjutkan dan mendapatkan keuntungan; usaha tersebut layak untu k dilanjutkan tanpa mendapatkan

usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan karena hanya menimbulkan kerugian.

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan melihat apa yang akan terjad usaha perikanan pancing rumpon jika ada suatu perubahan dalam dasar

Perubahan yang kemungkinan dapat mempengaruhi usaha

penangkapan pancing rumpon diantaranya kenaikan harga solar.

nya sangat bergantung kepada bahan bakar, karena untuk setiap operasi penangkapan membutuhkan bahan bakar untuk menggera

jumlahnya tidak sedikit. Metode yang digunakan adalah switching

Switching value adalah nilai pengganti, dalam analisis ini di

perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar usaha masih bisa dilaksanakan

dan masih memberikan keuntungan normal. Perubahan -perubahan yang dapat

terjadi misalnya pada harga output maupun harga input. Teknik analisis ini

ukan secara coba-coba terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga dapat diketahui tingkat kenaikan ataupun penurunan maksimum yang boleh terjadi agar usaha masih dapat memperoleh keuntungan normal (Oktawidya

yang membuat NPV dari proyek sama

usaha tersebut layak untuk dilanjutkan dan mendapatkan keuntungan; k dilanjutkan tanpa mendapatkan keuntungan;

untuk dilanjutkan karena hanya akan

Analisis sensitivitas bertujuan melihat apa yang akan terjad i terhadap usaha perikanan pancing rumpon jika ada suatu perubahan dalam dasar -dasar Perubahan yang kemungkinan dapat mempengaruhi usaha unit

diantaranya kenaikan harga solar. Kegiatan

karena untuk setiap operasi penangkapan membutuhkan bahan bakar untuk menggera kkan kapal dan switching value (Riyanti

lam analisis ini dicari beberapa perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar usaha masih bisa dilaksanakan

bahan yang dapat

harga output maupun harga input. Teknik analisis ini

perubahan yang terjadi, sehingga dapat diketahui tingkat kenaikan ataupun penurunan maksimum yang boleh terjadi

(42)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian

4.1.1 Letak geografis

Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara

geografis terletak di antara 60.57`- 70.25` LS dan 1060.49`- 1070 BT. Kabupaten

Sukabumi mempunyai luas daerah 4.128 km2atau 14,39% dari luas Jawa Barat

atau 3,01% dari luas Pulau Jawa. Batas-batas wilayah Kabupaten Sukabumi (BPS Kabupaten Sukabumi, 2009) sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor , 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia,

3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudra Indonesia, 4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur.

Kabupaten Sukabumi dibagi menjadi 47 kecamatan. Kegiatan perikanan tangkap banyak dilakukan di 7 kecamatan yang menghadap ke Samudera Hindia yaitu Cikemas, Ciracap, Surade, Cibitung, Palabuhanratu, Simpenan dan Cisolok. Namun, semua kegiatan perikanan terpusat di Kecamatan Palabuhanratu. Hal ini karena adanya PPN Palabuhanratu.

4.1.2 Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi tahun 2004 hingga tahun 2008

terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 jumlah penduduk mencapai

2.437.395 jiwa, terdiri atas 1.221.177 laki-laki dan 1.216.218 perempuan.

Kepadatan penduduk Kabupaten Sukabumi adalah sebesar 590,45 orang per km2.

Selain data BPS, data kependudukan juga dilengkapi dengan data hasil registrasi penduduk sebagai pembanding. Perkembangan jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 1.

(43)

Tabel 1 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Sukabumi tahun 2004-2008

Tahun Jumlah penduduk Rasio jenis

kelamin

Kepadatan penduduk

per km2

Laki-laki Perempuan Jumlah

2004 1.135.889 1.120.755 2.256.644 101,35 546,67

2005 1.156.871 1.143.773 2.300.644 101,15 557,33

2006 1.178.005 1.167.454 2.345.459 100,90 568,18

2007 1.199.698 1.192.038 2.391.736 100,64 579,39

2008 1.221. 177 1.216.218 2.437.395 100,41 590,45

Sumber : BPS Kab. Sukabumi, 2009

4.1.3 Kondisi perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi

1) Nelayan

Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi yang bekerja sebagai nelayan pada tahun 2010 sebanyak 12.440 orang, terbagi atas 10.810 orang nelayan buruh dan 1.630 orang nelayan pemilik. Sejak tahun 2006 hingga 2010, jumlah nelayan di Kabupaten Sukabumi berfluktuatif, namun tidak terlalu jauh berubah dan cenderung menurun. Perkembangan jumlah nelayan secara rinci tahun 2006-2010 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah nelayan perikanan tangkap tahun 2006-2010 di Kabupaten

Sukabumi

Tahun Nelayan (orang) Jumlah (orang)

Nelayan Buruh Nelayan Pemilik

2006 10951 1350 12301

2007 10745 1603 12348

2008 10761 1639 12400

2009 10800 1610 12410

2010 10810 1630 12440

Sumber : Statistik Bidang Perikanan Tangkap Kab. Sukabumi 2010

2) Alat penangkapan ikan

Alat penangkapan ikan yang beroperasi di wilayah perairan Kabupaten Sukabumi pada tahun 2009 berjumlah 1951 unit, terdiri atas lima kelompok alat penangkapan ikan, mencakup lebih dari 12 jenis alat penangkapan ikan. Alat penangkapan ikan yang paling banyak digunakan adalah jaring insang hanyut,

(44)

sebanyak 905 unit atau 46,4% dengan sasaran utama adalah ikan kembung

(Restraliger sp). Selanjutnya diikuti oleh rawai tuna sebanyak 350 unit atau

17,9% dengan sasaran utama ikan pelagis besar, terutama jenis tuna. Jenis alat penangkapan ikan yang paling sedikit jumlahnya adalah jaring insang lingkar, yaitu berjumlah 9 unit atau 0,5% dari jumlah total alat penangkapan ikan di perairan Kabupaten Sukabumi. Sasaran utama alat tangkap jaring insang lingkar

adalah ikan tembang (Sardinella fimbriata). Perincian alat penangkapan ikan

yang beroperasi di perairan Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Alat penangkapan ikan yang beroperasi di Kab. Sukabumi tahun 2009

No Kelompok Alat Tangkap Jenis Alat Tangkap Jumlah

unit

Persentase (%)

1 Pukat Kantong Payang 150 7,7

Dogol 24 1,2

2 Jaring Insang Jaring Insang Hanyut 905 46,4

Jaring Insang

Lingkar 9 0,5

Jaring Insang Tetap 106 5,4

3 Jaring Angkat Bagan Perahu/Rakit 154 7,9

Bagan Tancap 54 2,8

4 Pancing Rawai Tuna 350 17,9

Pancing Tonda 100 5,1 Pancing Ulur 84 4,3 5 Lainnya Garpu, Tombak, Lain-lain 15 0,8 Jumlah 1.951 100

Sumber: DKP Kab. Sukabumi 2009

3) Armada penangkapan ikan

Armada penangkapan ikan yang beroperasi di perairan Kabupaten Sukabumi pada tahun 2010 berjumlah 1543 unit, meningkat 1,18% dari tahun sebelumnya. Perkembangan jumlahnya dari tahun 2006 hingga 2010 berfluktuasi

dan cenderung meningkat. Armada penangkapan ikan ini dibedakan menjadi

perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal motor. Sejalan dengan

modernisasi armada penangkapan ikan, sejak tahun 2006 jumlah armada perahu tanpa motor mengalami penurunan, sedangkan perahu motor tempel maupun

kapal motor mengalami peningkatan. Armada perahu tanpa motor, jumlahnya

(45)

Penurunan tertinggi terjadi dari tahun 2006 ke tahun 2007, mencapai 16%. Armada kapal motor mengalami peningkatan dari tahun 2006 sebanyak 233 unit

menjadi 403 unit pada tahun 2010. Peningkatan jumlah armada kapal motor

tertinggi terjadi dari tahun 2006 ke 2007, yaitu mencapai 36%. Perkembangan armada penangkapan ikan tahun 2006 hingga 2010 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah armada penangkapan ikan Kab. Sukabumi tahun 2006-2010

Tahun

Jumlah Armada (unit)

Jumlah unit Perahu Tanpa Motor Motor Tempel Kapal Motor Persentase (%) 2006 332 785 233 1350 -2007 278 960 365 1603 18,74 2008 290 975 374 1639 2,25 2009 240 900 385 1525 -6,7 2010 230 910 403 1543 1,18

Sumber : Statistik Bidang Perikanan Tangkap Kab. Sukabumi 2010

4) Volume dan nilai produksi

Volume produksi perikanan tangkap yang dihasilkan perairan Kabupaten Sukabumi pada tahun 2010 sebesar 6.992,15 ton dengan nilai produksi sebesar Rp. 49.174.100,00. Jika melihat perkembangannya pada periode 2006-2010, terjadi penurunan volume produksi, namun nilai produksi mengalami kenaikan hingga tahun 2008 sebesar Rp. 65.863.676,30 dan selanjutnya menurun kembali

hingga tahun 2010. Perkembangan volume dan nilai produksi lebih rinci sejak

tahun 2006 hingga 2010 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan tahun 2006-2010

Tahun Volume Penangkapan (Ton) Persentase (%) Nilai Penangkapan (Rp) /000 Persentase (%) 2006 9.486,20 - 47.430.000,00 -2007 8.655,79 -8,75 62.955.134,74 32,73 2008 8.822,00 1,92 65.863.676,30 4,62 2009 7.878,20 -10,7 56.155.022,00 -14,74 2010 6.992,15 -11,24 49.174.100,00 -12,43

(46)

4.2 Keadaan Umum PPN Palabuhanratu

4.2.1 Letak geografis

Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu terletak di Kecamatan

Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Secara geografis Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu terletak pada posisi 06º 59' 47, 156" Lintang Selatan (LS) dan 106º 32’ 61, 884" Bujur Timur (BT). Daerah ini merupakan daerah pesisir Selatan Kabupaten Sukabumi yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.

Secara geografis, Perairan Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi 06º 50' 47, 10"- 07º 30’ Lintang Selatan (LS) dan 106º 32’ 10"- 106º 30’ Bujur Timur

(BT). Kecamatan Palabuhanratu merupakan ibukota Kabupaten Sukabumi

dengan luas wilayah 10.287,91 ha. Kecamatan Palabuhanratu memiliki batas

wilayah sebagai berikut (BPS Kabupaten Sukabumi, 2009):

1) Sebelah Utara : Kecamatan Cikidang

2) Sebelah Selatan : Samudra Hindia

3) Sebelah Timur : Kecamatan Bantargadung

4) Sebelah Barat : Kecamatan Cikakak

4.2.2 Kondisi perikanan tangkap PPN Palabuhanratu

1) Nelayan

Nelayan adalah orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung

di dalam aktivitas penangkapan ikan. Jumlah nelayan yang berada di PPN

Palabuhanratu berfluktuatif. Jika dilihat sejak tahun 2007 hingga 2011, jumlah nelayan terbanyak terdapat pada tahun 2007 sebanyak 5.994 orang. Tahun 2008

jumlah nelayan berkurang menjadi 3.900 orang atau menurun 53,7%.

Perkembangan jumlah nelayan rinci sejak tahun 2007 hingga 2011 dapat dilihat pada Tabel 6

Gambar

Gambar 2 Alat tangkap pancing ulur
Gambar 3 Madidihang - Yellowfin Tuna (Thunnus albacares)
Gambar 4 Tuna Mata Besar - Bigeye Tuna (Thunnus obesus)
Gambar 5 Cakalang (Katsuwonus pelamis)
+7

Referensi

Dokumen terkait

pencipta lagu tidak mendapatkan hasil apa-apa atas karyanya tersebut yang dinikmati oleh orang lain, dan banyak sekali pihak yang menggunakan lagu tersebut tanpa

Parenting berbasis Islami merupakan suatu program pendidikan yang diberikan kepada anggota keluarga, khususnya bagi orang tua yang memiliki kemampuan untuk mendidik

Dos sollen, yakni mengenai Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Dan Pengaturan Pertanahan, terkait

Kecenderungan terus meningkatnya kebutuhan akan lahan ini menyebabkan alih fungsi lahan pertanian sulit untuk dihindari (Iqbal, 2007). Meningkatnya kebutuhan lahan

tidaknya pengaruh kompetensi pedagogik terhadap kemampuan guru mengelola pembelajaran IPS di SMPN Kota Singaraja Uji t perhitungan dibantu dengan IBM SPSS 16 for

Hasil penelitian menunjukan kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode jigsaw pada siklus I diperoleh skor 3,32 dengan NDWHJRUL ³EDLN´ GDQ

RKA - SKPD 2.2.1 Rincian Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. RKA - SKPD 3.1 Rincian Penerimaan Pembiayaan Daerah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa