BAB III
METODOLOGI PERANCANGAN
3.1 DIAGRAM ALIR ANALISA DAN DESAIN TOWER TRANSMISI
LISTRIK 150 kV (SUTT)
START ANALISIS.
ANALISIS DAN DESAIN AWAL STRUKTUR ATAS TOWER TRANSMISI 150 kV :
MODELING
INPUT DATA MATERIAL INPUT BEBAN
ANALISA GAYA BATANG
CEK DESAIN OPTIMUM (EFFESIEN) STRUKTUR ATAS.
PERBANDINGAN DENGAN PROYEK JARINGAN JAKARTA – BANDUNG SELATAN.
TIDAK
YA
HASIL ANALISIS AKHIR STRUKTUR ATAS TOWER TRANSMISI 150 Kv.
DENGAN TYPE TOWER YANG SAMA DAN
Start analisis merupakan langkah awal dari analisa dan desain struktur tower transmisi listrik 150 kV. Dalam langkah awal ini penulis akan menganalisa dan mendesain dengan mempertimbangkan berbagai peraturan yang ada.
B. ANALISA DAN DESAIN AWAL DESAIN ALTERNATIF TOWER
TRANSMISI LISTRIK 150 kV.
- Modeling
Modeling disini adalah penulis akan mendesain geometri suatu rangka tower sesuai dengan standart dan ketentuan yang diberlakukan pada PT. PLN Persero dan pada modeling ini juga penulis akan dibantu dengan program MS-Tower V6. dengan program MS-MS-Tower pekerjaan desain akan dapat lebih mudah diselesaikan.
- Input Data Material
Setelah proses modeling selesai maka langkah selanjutnya adalah input data material, yaitu kita akan menginput dimensi dan mutu baja siku dari setiap bagian rangka tower.
- Input Beban
Setelah modeling dan input data material selesai maka langkah berikutnya adalah penginputan beban, beban-beban yang akan penulis masukan adalah beban angin, beban konduktor dan beban isolator.
- Analisa Gaya Batang
Pada proses ini penulis akan mengecek gaya-gaya yang bekerja pada setiap rangka tower, bagian-bagian mana yang menjadi batang tarik dan batang tekan, proses ini sudah dilakukan oleh program MS-Tower.
- Cek Kekuatan Batang
Proses ini adalah proses terakhir dari sebuah desain tower transmisi listrik, setelah semua proses dilalui maka proses ini adalah yang paling menentukan. Pada bagian ini kita akan mengetahui apakah desain yang sudah kita buat kuat atau tidak terhadap beban yang bekerja pada tower transmisi yang kita desain. Pengecekan dilakukan secara manual dengan metode LRFD.
C. CEK DESAIN (OPTIMUM/EFESIEN)
Setelah semua tahap desain kita lakukan dan rangka tower transmisi dianggap kuat, maka langkah selanjutnya adalah Cek dengan desain dengan desain yang sudah pernah ada yaitu proyek Jaringan Jakarta – Bandung Selatan. Desain yang dibuat kali ini harus lebih efesien dari segi berat struktur yang sudah ada yang artinya desain ini harus lebih murah dari desain sebelumnya.
D. HASIL ANALISA AKHIR STRUKTUR ATAS TOWER
TRANSMISI 150 Kv.
Dengan tipe tower yang sama (suspension/AA, 2 sirkuit) dan pembebanan yang sama maka didapat hasil yang lebih optimum (efesien).
b. Tower Transmisi 150 kV (SUTT).
c. Tower tipe AA / Suspension 2 Sirkuit. Ekstensi 12M. d. Tinggi tower 46.060 m
3.3.2 SUMMARY BERAT STRUKTUR EKSISTING
PROYEK JARINGAN JAKARTA – BANDUNG SELATAN
3.3.3 SUMMARY BERAT STRUKTUR DESAIN ALTERNATIF TOWER TRANSMISI 150 kV
3.4 METODOLOGI ANALISA DAN DESAIN TOWER TRANSMISI LISTRIK 150 Kv.
3.4.1 Data – data Struktur Desain Alternatif a. Proyek Jaringan Jakarta – Bandung Selatan. b. Tower Transmisi 150 kV (SUTT).
c. Tower tipe AA / Suspension 2 Sirkuit. Ekstensi 12M. d. Tinggi tower 46.060 m
3.4.2 Modeling / Pemodelan Struktur Tower
Pada pembahasan ini penulis melakukan pemodelan struktur tower dibantu dengan program komputer yaitu program Ms-tower, dengan program ini pekerjaan pemodelan dapat lebih mudah dikerjakan. Dalam pemodelan ini penulis membagi menjadi beberapa bagian struktur tower sebelum menjadi sebuah struktur tower yang utuh. Adapun bagian-bagian struktur tower tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1 Struktur (modeling alternative) Tower Transmisi listrik 150kV Tipe Suspension / AA. Ekstensi 12M
Struktur Body Tengah
Struktur Body Bawah
Struktur crossarm / lengan isolator & konduktor “Phase S”
Struktur crossarm / lengan isolator & konduktor “Phase T”
3.4.2.1 Modeling Struktur Eearth Wire
Bagian ini berada pada struktur paling atas (lihat gambar 3.1) dan berfungsi sebagai struktur penahan jalur earth wire (kawat grounding) dari satu tower ke tower yang lainnya. Berikut adalah pemodelan alternatif struktur earth wire.
Gambar 3.2 Tampak Atas Modeling Alternatif Struktur earthwire
Gambar 3.3 Tampak Depan Modeling Alternatif Struktur earthwire
Gambar 3.4 Tampak Samping Modeling Alternatif Struktur earthwire
Gambar 3.5 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur earthwire 3.4.2.2 Modeling Struktur crossarm / lengan konduktor & isolator
Bagian ini berada pada struktur bagian atas tepatnya dibawah struktur earthwire (lihat gambar 3.1) dan berfungsi sebagai tempat bergantungnya isolator dan bergantungnya kawat konduktor yang menyambungkan antara satu tower dengan tower lainnya. Pada bagian ini crossarm di buat menjadi 3 struktur yaitu untuk Phase “R”, Phase “S”, Phase “T”. Berikut adalah pemodelan alternative struktur crossarm / lengan konduktor & isolator :
Gambar 3.6 Tampak Atas Modeling Alternatif Struktur Crossarm Phase R, S, T
Gambar 3.7 Tampak Depan Modeling Alternatif Struktur Crossarm Phase R dan S
Gambar 3.8 Tampak Samping Modeling Alternatif Struktur Crossarm Phase R dan S
Gambar 3.9 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur Crossarm Phase R dan S
Gambar 3.10 Tampak Depan Modeling Alternatif Struktur Crossarm Phase T
Gambar 3.11 Tampak Samping Modeling Alternatif Struktur Crossarm Phase T
Gambar 3.12 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur Crossarm Phase T
3.4.2.3 Modeling Struktur Body Tower
Bagian ini merupakan struktur utama didalam sebuah bangunan konstruksi tower karena bagian ini berfungsi sebagai pendukung dari struktur earthwire dan crossarm (konduktor dan isolator). Struktur ini penulis bagi menjadi 3 bagian yaitu struktur body atas, tengah dan bawah. Berikut adalah pemodelan struktur body tower atas, tengah dan bawah.
Gambar 3.13 Tampak Atas Modeling Alternatif Struktur Body Atas
Gambar 3.15 Tampak Samping Modeling Alternatif Struktur Body Atas
Gambar 3.17 Tampak Atas Modeling Alternatif Struktur Body Tengah
Gambar 3.18 Tampak Depan Modeling Alternatif Struktur Body Tengah
Gambar 3.20 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur Body Tegah
Untuk pemodelan pada body bawah penulis akan membaginya lagi menjadi beberapa bagian, dikarenakan pada struktur body bawah ini lebih kompleks maka penulis membaginya lagi menjadi beberapa bagian agar setiap bagiannya penulis dapat tampilkan menjadi lebih detail. Berikut penulis membaginya menjadi beberapa bagian :
A. Body 1
Gambar 3.22 Tampak Depan dan Samping Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Body 1)
Gambar 3.23 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Body 1)
B. Body 2
Gambar 3.25 Tampak Depan dan Samping Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Body 2)
Gambar 3.27 Tampak Atas Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Body 3)
Gambar 3.28 Tampak Depan dan Samping Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Body 3)
Gambar 3.29 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Body 3)
D. Leg 0
Gambar 3.31 Tampak Depan dan Samping Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg 0)
E. Leg + 3
Gambar 3.33 Tampak Atas Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 3)
Gambar 3.34 Tampak Depan dan Samping Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 3)
Gambar 3.35 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 3)
F. Leg + 6
Gambar 3.37 Tampak Depan dan Samping Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 6)
Gambar 3.39 Tampak Atas Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 9)
Gambar 3.40 Tampak Depan dan Samping Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 9)
Gambar 3.41 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 9)
H. Leg + 12
Gambar 3.43 Tampak Depan dan Samping Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 12)
Gambar 3.44 Detail 3D Modeling Alternatif Struktur Body Bawah (Leg + 12) Setelah pemodelan telah selesai dilakukan dimulai dari struktur earthwaire hingga body tower bagian bawah, maka langkah selanjutnya adalah menyatukan seluruh bagian struktur yang sudah didesain sehingga menjadi sebuah struktur tower yang utuh seperti gamar 3.1
Langkah berikutnya didalam mendesain sebuah struktur tower setelah pemodelan (modeling) adalah penginputan material yang akan digunakan.
3.4.3 Input Data Material
Input data material yang dimaksud pada pembahasan kali ini adalah memasukan jenis dan dimensi baja siku kedalam program Ms-Tower pada setiap rangka batang yang sudah didesain pada tahap pemodelan (modeling). Jenis (mutu baja) yang telah disetujui oleh PT. PLN Persero adalah baja jenis S235JR (standart) dan S355JR (mutu tinggi “H”), Sedangkan untuk dimensi baja yang digunakan dari yang terkecil ukuran L45*45 hingga yang terbesar L100*8H.
Penginputan data material yang dilakukan didalam program MS-Tower harus mengacu pada gambar desain alternatif pada lampiran 2.
Setelah proses penginputan data material langkah berikutnya adalah penginputan beban – beban yang harus diterima oleh tower transmisi.
3.4.4.1 PERHITUNGAN BEBAN A. TIPE TOWER 150 kV
Tipe Tower = AA
Sudut Deviasi = 0 - 3 derajat
Tipe = Suspension
B. Tekanan Angin
Konduktor dan Kabel Grounding = 0.392 kN/m2 (Spec PLN)
Insulator = 0.589 kN/m2 (Spec PLN)
Besi Tower = 1.177 kN/m2 (Spec PLN)
C. Konduktor
Tipe = HAWKACSR
Berat Konduktor = 0.00958 kN/m (Spec Suplier)
Nominal Diameter (1 Konduktor) = 0.02178 m (Spec Suplier)
Jumlah Konduktor = 2
Max. Tegangan Tarik = 23.536 kN Satu Phase
(Spec Suplier) Insulator
Jumlah Insulator = 12
Berat+Aksesoris = 1.030 kN (Spec Suplier)
Tebal = 0.260 m (Spec Suplier)
Panjang = 1.900 m (Spec Suplier)
Beban Angin Pada Insulator Beban Angin Arah Dalam
(Longitudinal) = Tek. Angin Insulator x Tebal Insulator xPanjang Insulator
= 0.2910 kN
Beban Angin Arah Luar (Transversal) = Tek. Angin Insulator x Tebal Insulator xPanjang Insulator
D. Grounding
Tipe = GSW55
Berat = 0.00438 kN/m (Spec Suplier)
Nominal Diameter (1 Konduktor) = 0.0096 m (Spec Suplier)
Berat Aksesoris = 0.0491 kN (Spec Suplier)
Max. Tegangan Tarik = 14.71 kN Satu Phase
(Spec Suplier) E. Asumsi Rentangan
Kondisi Normal =
Rentangan Dasar = 350 m (Spec PLN)
Rentangan diterpa Angin = 500 m (Spec PLN)
Panjang rentangan = 700 m
Kondisi Rusak / Putus =
Rentangan Dasar = 350 m (Spec PLN)
Rentangan diterpa Angin = 400 m (Spec PLN)
Panjang rentangan = 400 m (Spec PLN)
Faktor Reduksi
Konduktor = 60 % (Spec PLN)
Grounding = 100 % (Spec PLN)
F. SAFETY FACTOR
Kondisi Normal = 1.5 (Spec PLN)
Kondisi Rusak = 1.1 (Spec PLN)
G. PERHITUNGAN BEBAN YANG TERJADI AKIBAT KONDUKTOR DANINSOLATOR
Tipe Tower AA
Tipe konduktor ACSR HAWK G.1 BEBAN VERTICAL
KONDISI NORMAL
Beban Berat Konduktor = Jumlah Konduktor x Panjang Rentangan x Berat Konduktor = 2 x 700 x 0.0096 = 13.412 kN
Berat Insulator = = 1.030 kN
Total = 14.442 kN
KONDISI RUSAK/PUTUS
Beban Berat Konduktor = Jumlah Konduktor x Panjang Rentangan x Berat Konduktor = 2 x 400 x 0.0096 = 7.664 kN
Berat Insulator = = 1.030 kN
Deviasi = 2 x sin 1.5 x 23.536 = 1.2322 kN Total = 10.061 kN
KONDISI RUSAK/PUTUS
Angin pada konduktor = Jum. konduktor x Rentangan diterpa Angin x Tek. Angin x Dia. Konduktor = 2 x 400 x 0.39 x 0.02178 = 6.8302 kN
Angin pada insulator = = 0.2910 kN
Angin akibat sudut = Jumlah Konduktor x Sin 1.5 x Max. Tegangan Tarik
Deviasi = 1 x sin 1.5 x 23.536 = 0.6161 kN
Total = 7.7373 kN G.3 Beban Arah
Dalam = Faktor Reduksi x Max. Tegangan Tarik
= 60 % x 23.536 = 14.122 kN
H. PERHITUNGAN BEBAN YANG TERJADI AKIBAT KABEL GROUNDING + AKSESORIS
Tipe Tower AA
GSW 55 Tipe Grounding
H.1 BEBAN VERTICAL
KONDISI NORMAL
Beban Berat grounding = Jumlah Kabel grounding x Panj. Rentangan x BeratKabel Grounding = 1 x 700 x 0.0044 = 3.066 kN
Berat Aksesoris = = 0.049 kN
Total = 3.1151 kN
KONDISI RUSAK/PUTUS
Beban Berat grounding = Jumlah Kabel grounding x Panj. Rentangan x BeratKabel Grounding = 1 x 400 x 0.0044 = 1.752 kN
Berat Aksesoris = = 0.049 kN
H.2 BEBAN HORISONTAL
KONDISI NORMMAL
Angin pada grounding = Jumlah kabel grounding x Rentangan diterpa Angin x TekananAngin x Diameter Kabel Grounding = 1 x 500 x 0.392 x 0.00960 = 1.8816 kN
Angin pada aksesoris = = 0.0000 kN
Angin akibat sudut = Jumlah Kabel Grounding x Sin 1.5 x Max. Tegangan Tarik
Deviasi = 2 x sin 1.5 x 14.71 = 0.7701 kN
Total = 2.6517 kN
KONDISI RUSAK/PUTUS
Angin pada grounding = Jumlah kabel grounding x Rentangan diterpa Angin x TekananAngin x Diameter Kabel Grounding = 1 x 400 x 0.39 x 0.00960 = 1.5053 kN
Angin pada aksesoris = = 0.0000 kN
Angin akibat sudut = Jumlah Kabel Grounding x Sin 1.5 x Max. Tegangan Tarik
Deviasi = 1 x sin 1.5 x 14.71 = 0.3851 kN
Total = 1.8903 kN H.3 Beban arah dalam = Faktor Reduksi x Max. Tegangan Tarik
= 100 % x 14.71 = 14.71 kN
3.4.4.2 PENGGAMBARAN PEMBEBANAN PADA TOWER TRANSMISI 150 kV AA4 (LOADING TREE).
3.4.5 ANALISA GAYA BATANG
Setelah semua proses dimulai dari Modeling, input data material dan input pembebanan yang dilakukan melalui program MS-Tower tahap berikutnya adalah Running Program Ms-Tower yang pada pembahasan ini didapat output gaya-gaya batang yang bekerja dan besarnya gaya.
Untuk hasil output gaya batang dengan running Ms-Tower dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.4.6 CEK KEKUATAN BATANG
Pada pembahasan ini penulis akan melakukan cek ulang kekuatan batang secara manual dengan menggunakan metode LRFD.
Hasil perhitungan cek ulang akan penulis paparkan didalam BAB IV dengan menggunakan rumus LRFD sebagai berikut :
3.4.6.1 Cek Keuatan Pada Batang Tarik
Batang tarik banyak dijumpai dalam banyak struktur baja, seperti struktur-struktur jembatan, rangka atap, menara transmisi, ikatan angin, dan lain sebagainya. Batang tarik ini sangat efektif dalam memikul beban. Batang ini dapat terdiri dari profil tunggal ataupun profil tersusun.
Adapun syarat desain batang tarik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
3.4.6.2 Batang Tekan
Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan konsentris, akibat beban terfaktor Nu, menurut SNI 03-1729-2002, Pasal 9.1 harus memenuhi:
Komponen struktur tekan harus memenuhi syarat kelangsingan/kestabilan sebagai berikut :
... < 1
Komponen strukstur tekan juga harus memenuhi syarat kekakuan yaitu dengan menghitung defleksi (Perpanjangan atau perpendekan).
= Perpanjangan atau Perpendekan batang akibat beban yang diketahui. S . L
A . E
E = Modulus Elastisitas Batang Dimana :
actual ≤limit.