• Tidak ada hasil yang ditemukan

Novita ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERNAPASAN KASUS BRONKOPNEUMONIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Novita ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERNAPASAN KASUS BRONKOPNEUMONIA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Novita

Minggu, 07 Desember 2014

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERNAPASAN

KASUS BRONKOPNEUMONIA

MAKALAH KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKO PNEUMONIA

Logo AKPER

DISUSUN OLEH :

1. NOVITA SARI (13.1397)

DOSEN PEMBIMBING: Ns. RADEN SURAHMAT, S.Kep,. M.Kes

AKADEMI KEPERAWATAN PEMBINA

PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan segenap alam, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada klien Bronko Pneumonia”. Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Sistem Pernafasan. Makalah ini berisi tentang Pengertian, Anatomi Fisiologi,Etiologi,Tanda dan Gejala, Patofisiologi/Patoflow, Pemeriksaan Penunjang, Komplikasi, dan asuhan keperawatan pada klien dengan Bronko Pneumonia. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Ns. Raden Surahmat,S.Kep,.M.Kes selaku dosen mata kuliah Asuhan Keperawatan Pernafasan 2. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Demikian semoga makalah ini bisa menjadi tambahan referensi untuk mahasiswa keperawatan. Kami sadar bahwa makalah masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun khususnya dari dosen penanggung jawab mata kuliah agar dalam pembuatan makalah berikutnya bisa lebih sempurna.

Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang. Terimakasih.

Palembang, September 2014

Tim Penulis

novita sari

Ikuti 22

Lihat profil lengkapku

Mengenai Saya

▼ 2014 (1) ▼ Desember (1)

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERNAPASAN KASUS BRONKOP...

Arsip Blog

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I KONSEP PENYAKIT 1.1 Definisi... 1

1.2 Anatomi dan Fisiologi... 1

1.2.1 Anatomi Sistem Pernafasan ... 2

1.2.2 fisiologi Sistem Pernafasan... 3

1.3 Etiologi... 5

1.4 Manifestasi Klinik ... 5

1.5 Patofisiologi... 5

1.6 Pemeriksaan Diagnostik... 8

1.7 Komplikasi... 8

1.8 Penatalaksanaan Medis ... 8

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN 2.1 Pengkajian... 10

2.2 Diagnosa Keperawatan... 12

2.3 Intervensi... 13

2.4 Evaluasi... 21

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimplan ... 10

3.2 Saran... 10

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I

KONSEP PENYAKIT

1.1 Definisi

Istilah bronchopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002:572)

Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Peyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Ima supardi,1998)

Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

1.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan

Gambar1.2 Anatomi Sistem Pernafasan

1.2.1 Anatomi Sistem pernafasan

(3)

Terdiri dari jalan nafas atas, jalan nafas bawah dan paru. Setiap bagian sistem ini memainkan peran yang penting dalam proses pernafasan, yaitu dimana oksigen dapat masuk ke aliran darah dan karbon dioksida dilepaskan.

a. Jalan Nafas Atas

Jalan nafas atas merupakan suatu saluran terbuka yang memungkinkan udara atmosfer masuk melalui hidung, mulut, dan bronkus hingga ke alveoli. Jalan nafas atas terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, laring, trakea. Udara yang masuk dari rongga hidung akan mengalami proses penghangatan, pelembaban dan penyaringan dari segala kotoran. Setelah rongga hidung dapat dijumpai daerah faring, mulai dari bagian belakang palatum mole sampai ujung bagian atas esofagus.

Faring terdiri atas tiga bagian, yaitu:

1) Naso faring (bagian atas) di belakang hidung.

2) Orofaring (bagian tengah) dapat dilihat saat membuka mulut.

3) Hipofaring (bagian akhir), sebelum menjadi laring.

Di bawah faring terdapat esofagus dan laring yang merupakan permulaan jalan nafas bawah. Di dalam laring terdapat pita suara dan otot-otot yang dapat membuatnya bekerja, serta terdiri dari tulang rawan yang kuat. Pita suara merupakan suatu lipatan jaringan yang mendekat di garis tengah.

Tepat diatas laring, terdapat struktur yang berbentuk daun yang disebut epiglotis. Epiglotis berfungsi sebagai pintu gerbang yang akan mengantarkan udara yang menuju trakea, sedangkan benda padat dan cair akan dihantarkan menuju esofagus. Dibawah laring, jalan nafas akan menjadi trakea yang terdiri dari cincin-cincin tulang rawan.

b. Jalan Nafas Bagian Bawah

Terdiri dari bronkus dan percabangannya serta paru-paru. Pada saat inspirasi udara masuk melalui jalan nafas atas menuju jalan nafas bawah sebelum mencapai paru-paru. Trakea terbagi menjadi dua cabang, yaitu bronkus utama kanan dan bronkus utama kiri. Masing-masing bronkus utama terbagi lagi menjadi beberapa bronkus primer dan kemudian terbagi lagi menjadi bronkiolus.

1.2.2 FisiologiSistem Pernafasan

Ketika udara atmosfer mencapai alveoli, oksigen akan bergerak dari alveoli melintasi membran alveolar kapiler dan menuju sel darah merah. Sistem sirkulasi kemudian akan membawa oksigen yang telah berikatan dengan sel darah merah menuju jaringan tubuh, dimana oksigen akan digunakan sebagai bahan bakar dalam proses metabolisme.

Pertukaran oksigen dan karbon dioksida pada membran alveolar kapiler dikenal dengan istilah difusi pulmonal. Setelah proses pertukaran gas selesai (kadar karbondioksida yang rendah) akan menuju sisi kiri jantung, dan akan dipompakan ke seluruh sel dalam tubuh.

Saat mencapai jaringan, sel darah merah yang teroksigenasi ini akan melepaskan ikatannya dengan oksigen dan oksigen tersebut digunakan untuk bahan bakar metabolisme. Juga karbondioksida akan masuk sel darah merah. Sel darah merah yang rendah oksigen dan tinggi karbondioksida akan menuju sisi kanan jantung untuk kemudian dipompakan ke paru-paru.

Hal yang sangat penting dalam proses ini adalah bahwa alveoli harus terus menerus mengalami pengisian dengan udara segar yang mengandung oksigen dalam jumlah yang cukup.

Proses pernafasan sendiri ada dua yaitu inspirasi (menghirup) dan ekspirasi (mengeluarkan nafas). Inspirasi dilakukan oleh dua jenis otot:

1. Otot interkostal, antara iga-iga. Pernafasan ini dikenal sebagai pernafasan torakal. Otot dipersarafi oleh

nervus interkostalis (torakall 1 – 12)

2. Otot diafragma, bila berkontraksi diafragma akan menurun. Hal ini dikenal sebagai pernafasan abdominal,

dan persarafan melalui nerfus frenikus yang berasal dari cervikal 3-4-5.

Gambar 2.2: Proses Inspirasi dan Ekspirasi

Pusat pernafasan ada di batang otak, yang mendapat rangsangan melalui baro reseptor yang terdapat di aorta dan arteri karotis. Melalui nervus frenikus dan nervus interkostalis akan menjadi pernafasan abdomino-torakal (pada bayi disebut torako-abdominal).

Dalam keadaan normal volume udara yang kita hirup saat bernafas dikenal sebagai tidal volume. Bila membutuhkan oksigen lebih banyak maka akan dilakukan penambahan volume pernafasan melalui pemakaian otot-otot pernafasan tambahan.

Jika tidal volume adalah 7 cc/kg Berat Badan, maka pada penderita dengan berat 70 kg, tidal volumenya 500 cc. Dengan frekuensi nafas 14 kali / menit, maka volume permenit 500 × 14 = 7000 cc / menit.

Bila pernafasan lebih dari 40 kali / menit, maka penderita harus dianggap mengalami hipoventilasi (nafas dangkal). Baik frekuensi nafas maupun kedalaman nafas harus dipertimbangkan saat mengevaluasi pernafasan. Kesalahan yang sering terjadi adalah anggapan bahwa penderita dengan frekuensi nafas yang cepat berarti mengalami hiperventilasi.

1.3 Etiologi

(4)

Secara umum bronchopneumonia di akibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk , adanya lapisan mukus , gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari organ dan sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus,bakteri, jamur, protozoa , mikroplasma, dan riketsia.(Sandra M.Nettiria, 2001:682) antara lain :

1. Bakteri: Streptococcus, Staphylococcus, H.. Influenza, Klebsiella.

2. Virus : Legionella Pneumoniae

3. Jamur : Aspergillus Spesies , Candida Albicans

4. Aspirasi Makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

1.4 Manifestasi Klinis

Bronchopneumonia biasanya di dahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti mengigil,demam, nyeri dada pleuritis , batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa bisa timbul Sianosis.( Barbara C.Long,1996:35)

Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi ( pengisian rongga udara oleh eksudat).

1.5 Patofisiologi

Menurut Smeltzer (2001 : 211) virus, jamur, bakteri masuk ke alveoli dan ke bronkioli melalui inhalasi mikroba yang ada di udara, aspirasi organisme dari nasofaring, sirkulasi dari infeksi sistemik, invasi bakteri ke bronkioli dan alveolar menyebabkan inflamasi saluran pernapasan maka akan terjadi peningkatan jumlah kapiler dan peningkatan sekresi kelenjar mukosa. Peningkatan jumlah kapiler akan terjadi oedema pada mukosa dan bila terlalu lama maka akan terjadi hipoventilasi dan pasien akan sesak nafas dikarenakan pada saat terjadi hipoventilasi terjadi ketidakseimbangan masukan oksigen ke dalam darah. Pada saat terjadi peningkatan sekresi kelenjar mukosa akan meningkatkan produksi mukosa yang bila tidak segera diatasi lama kelamaan sekret itu akan semakin bertambah, yang akan menyebabkan penyumbatan di saluran pernafasan.

Menurut Asih (2003 : 65) virus, jamur,protozoa, atau riketsia masuk melalui beberapa jalur yaitu ketika individu yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, mikroorganisme dilepaskan ke dalam udara dan terhirup oleh orang lain, mikroorganisme dapat juga terinspirasi dengan aerosol (gas nebulasi) dari peralatan terapi pernapasan yang terkontaminasi, melalui sirkulasi infeksi sistemik. Pada individu yang sehat, patogen yang mencapai paru dikeluarkan atau melalui mekanisme pertahanan diri seperti refleks batuk, klirens mukosiliaris, dan fagositosis oleh makrofag alveolar. Pada individu yang rentan, patogen yang masuk ke dalam tubuh memperbanyak diri, melepaskan toksin yang bersifat merusak dan menstimulasi respon inflamasi dan respon imun yang keduanya mempunyai efek samping merusak. Reaksi antigen-antibodi dan endotoksin yang dilepaskan oleh beberapa mikroorganisme merusak membran mukosa bronkhial dan membran alveolar kapiler. Inflamasi dan edema menyebabkan sel-sel acini dan bronkhiolar terminalis terisi oleh debris infeksius dan eksudat, yang menyebabkan abnormalitas ventilasi-perfusi.

(5)

1.6 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik menurut Tucker ( 1998 : 247)

Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:

1. Pemeriksaan laboratorium :

a. Pemeriksaan darah

b. Pemeriksaan sputum

c. Analisa gas darah

d. Kultur darah

e. Sampel darah, sputum, dan urin

2. Pemeriksaan Radiologi:

a. Rontgenogram Thoraks

b. Laringoskopi/bronkoskopi

1.7 Komplikasi

Menurut Tucker (1998 : 247) komplikasi bronchopneumonia adalah

1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat

kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.

2. Emfisema adalah suatu keadaan di mana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat

atau seluruh rongga pleura.

3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.

4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.

5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak

1.8 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan bronkopneumoni menurut Baughman (2000 : 461) yaitu :

1. Pemberian antibiotik yaitu penisilin G merupakan antibiotik untuk infeksi oleh streptokokkus. pneumonia

yang lainnya eritromisin, klindamisin.

2. Oksigen untuk hipoksemia, gas darah arteri

3. Tirah baring sampai tanda infeksi yang diperlihatkan.menghilang

4. Tindakan dukungan pernafasan seperti intubasi endotrakeal, inspirasi oksigen konsentrasi tinggi, ventilasi

(6)

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/ pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah Keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.

Menurut Ali (1997) Proses Keperawatan adalah metode Asuhan Keperawatan yang ilmiah, sistematis, dinamis dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/klien, dimulai dari Pengkajian (Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan Masalah) Diagnosis Keperawatan, Pelaksanaan dan Penilaian Tindakan Keperawatan (evaluasi).

2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan, yaitu Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan Masalah kesehatan serta keperawatan.

Dalam hal ini pengkajian yang bisa dilakukan dari masalah keperawatan pada Sistem Pernapasan: Bronkopneumonia adalah sebagai berikut :

1) Identitas

2) Riwayat Keperawatan a. Keluhan utama

Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.

b. Riwayat penyakit sekarang

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang

tinggi.

c. Riwayat penyakit dahulu.

Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun. d. Riwayat kesehatan keluarga.

Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.

e. Riwayat kesehatan lingkungan.

Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.

f. Imunisasi.

Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.

g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan. h. Nutrisi.

Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP). 3) Pemeriksaan persistem

a. Sistem kardiovaskuler. Takikardi, iritability. b. Sistem pernapasan.

Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.

c. Sistem pencernaan.

Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.

(7)

d. Sistem eliminasi.

Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).

e. Sistem saraf.

Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.

f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal. Tonus otot menurun, lemah secara umum, g. Sistem endokrin.

Tidak ada kelainan. h. Sistem integumen.

Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering, . i. Sistem penginderaan.

Tidak ada kelainan.

4) Pemeriksaan diagnostik dan hasil.

Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 / m฀ dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan test resistensi dapat menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest x ray) dilakukan untuk melihat :

A. Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.

B. Luas daerah paru yang terkena.

C. Evaluasi pengobatan

D. Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah satu atau beberapa lobur.

E. Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2< 0 mmHg.

2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000).

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan nafas. 2. Gangguan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi eksudat 3. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, proses inflamasi

4. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan tachipnea 5. Resiko cidera berhubungan dengan aktivitas kejang

PERENCANAAN KEPERAWATAN PADA SISTEM PERNAPASAN KASUS BRONKOPNEUMONIA

Menurut NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis Definition and Classification, United Statesof America, Philadelphia.

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Evaluasi

(NOC) Intervensi (NIC)

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan nafas. 2. Bunyi napas tambahan 3. Perubahan dalam frekuensi napas

4. Perubahan dalam irama pernapasan

5. Sianosi 6. Dyspnea

7. Sputum terlalu banyak

: Kepatenan jalan napas 1. Demam tidak ada 2. Ansietas tidak ada 3. Sesak tidak ada 4. Frekuensi napas dalam batas normal

5. Keluaran sputum dari jalan napas

6. Tidak ada suara napas tambahan

Indikator skala : 1: ekstrim 2: berat 3: sedang 4: ringan 5: Tidak ada

Manajemen Jalan Napas Aktivitas :

1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2. Identifikasi kebutuhan pasien akan insersi jalan napas actual/potensial

5. Dukung untuk bernapas pelan, dalam, berbalik dan batuk

6. Instruksikan bagaimana cara batuk efektif Penghisapan jalan napas Aktivitas :

(8)

8. Batuk tidak efektif 9. Mata terbelalak ( Melihat ) Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x24 jam jalan napas pasien efektif

atau trakeal

2. Auskultasi bunyi napas sebelum dan sesudah respon tubuh pasien 5. Catat jenis dan jumlah sekresi yang dihasilkan

2. Kerusakan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi eksudat.

Definisi :

Penurunan jalanya gas oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan system vaskuler.

Batasan Karakteristik : 1. Abnormalnya gas darah arteri

2. Abnormalnya pH arteri 3. Abnormalnya pernapasan 4. Abnormalnya warna

dengan kriteria hasil : Keseimbangan elektrolit dan asam basa 1. Nadi dalam batas yang diharapkan

2. Irama jantung dalam batas yang diharapkan 3. Frekuensi pernafasan dalam batas yang diharapkan

4. Natrium serum dalam batas normal

5. Kalium serum dalam batas normal

6. Klorida serum dalam batas normal

7. Kalsium serum dalam batas normal

8. Magnesium serum dalam batas normal

Indikator skala : 1: ekstrim

3. Pantau kadar eletrolit 4. Pantau pola nafas 5. Sediakan terapi oksigen Terapi Oksigen

Aktivitas :

1. Bersihkan secret mulut dan trakea

2. Jaga kepatenan jalan napas

3. Sediakan peralatan oksigen, sistim humadifikasi

4. Pantau aliran oksigen 5. Pantau posisi peralatan yang menyalurkan oksigen pada pasien 6. Monitor aliran oksigen dalam liter

Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak menyediakan ventilasi yang adekuat. Batasan Karakteristik : 1. Napas dalam

2. Perubahan gerakan dada 3. Bradipnea

7. Napas cuping hidung 8. Ortopnea Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam …x 24 jam pola napas efektif

kriteria hasil : Status Pernapasan : kepatenan jalan napas

1. Demam tidak ada 2. Sesak tidak ada 3. Frekuensi napas dalam batas normal

4. Irama napas teratur 5. Keluaran sputum dari jalan napas

6. Tidak adanya suara napas tamabahan Indikator skala : 1: ekstrim 2 : Berat 3: sedang 4: ringan 5: tidak ada

Manajemen Jalan Napas Aktivitas :

1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2. Identifikasi kebutuhan pasien akan insersi jalan napas actual/potensial

5. Dukung untuk bernapas pelan, dalam, berbalik dan batuk

6. Instruksikan bagaimana cara batuk efektif Bantuan Ventilasi Aktivitas :

1. Jaga kepatenan jalan napas

2. Berikan posisi yang mengurangi dyspnea 3. Bantu perubahan posisi dengan sering

4. Pantau kelemahan oto pernapasan

5. Mulai dan jaga oksigen tambahan

(9)

4. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan tachipnea.

Definisi :

Suatu keadaan yang berisiko mengalami dehidrasi vascular, selular, atau intra selular.

Faktor resiko : 1. Penyimpanan yang mempengaruhi akses cairan 2. Penyimpangan yang … x 24 jam tidak terjadi kekurangan volume cairan

kriteria hasil : Hidrasi 1. Dehidrasi kulit 2. Membran mucus yang basah

3. Edema perifer 4. Nafas pendek tidak ditemukan

5. Mata cekung tidak ditemukan

6. Bunyi napas tambahan tidak ditemukan Indikator skala : 1: ekstrim

1. Timbang BB tiap hari 2. Hitung haluaran 3. Pertahankan intake yang adekuat

4. Monitor status hidrasi 5. Monitor TTV 6. Berikan terapi IV Terapi Intra vena Aktifitas :

1. Atur pemberian IV sesuai resp dan pantau hasilnya

2. Pantau jumlah tetes dan tempat infuse IV 3. Periksa IV secara teratur

4. Pantau TTV

5. Catat intake dan output 6. Pantau tanda dan gejala yang berhungan dengan infusion flebitis

5. Resiko cidera berhubungan dengan aktivitas kejang Definisi :

Suatu kondisi individu yang berisiko untuk mengalami cidera sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang berhubungan dengan sumber – sumber adaptif dan pertahanan.

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan resiko cidera dapat di hindari,

kriteria hasil : a. Monitor factor resiko lingkungan

b. Monitor factor resiko individu

c. Melakukan strategi control resiko d. Monitor perubahan status kesehatan Indikator skala : 1 : tidak adekuat 2 : sedikit adekuat 3 : kadang – kadang adekuat 4 : Adekuat

5 : Sangat adekuat

Manajemen kejang Aktivitas :

1. Tunjukkan gerakan yang dapat mencegah injury / cidera. 2. Monitor hubungan antara kepala dan mata selama kejang. 3. Longgarkan pakaian klien

4. Temani klien selama kejang

Mengatur airway Aktivitas :

1. Berikan oksigen bila perlu

2. Berikan terapi iv line bila perlu

3. Monitor status neurology

4. Monitor vital sign 5. Orientasikan kembali klien setelah kejang 6. Laporkan lamanya kejang

(10)

tempat tidur 3. Memberikan penerangan yang cukup 4. Menganjurkan keluarga untuk menemani klien 5. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan 6. Bersama tim kesehatan lain, berikan penjelasan pada klien dan keluarga adanya perubahan status kesehatan

2.3. Evaluasi

Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Evaluasi dilakukan dengan SOAP dan disesuaikan dengan kriteria hasil atau NOC yang pada intervensi keperawatan.

BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli. penangannya yaitu dengan diberi antibiotik , pemberian oksigen , melakukan tirah baring sampai tanda infeksi yang di perlihatkan menghilang.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menganggap perlu adanya saran-saran untuk memperbaiki dan meningkat nya kualitas pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Asih, Niluh Gede Yasmin, 2003, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

Baughman, Diane, C., 2000, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.

Carpenito,Lynda Juall, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi2, EGC, Jakarta.

Doengoes, Marilynn, E., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Dongoes. Marlym.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta : EGC.

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis Definition and Classification, United Statesof America, Philadelphia.

Rcevers,Chalene. J et all.2000.Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: Salemba Medika .

Smeltzer, Suzanne.2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.Vol 1.Jakarta : EGC

(11)

Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Diposting oleh novita sari di 22.32

LAMPIRAN

1. Jika terjadi pada balita apakah terjadi dalam waktu yang lama dan bagaimana cara penanganannya dengan

baik ?(Diana Novita)

Jawab: Menurut Kelompok kami penyakit bronkopneumonia terjadi dalam jangka waktu lama atau tidak nya itu tergantung dari sistem imun balita tersebut kuat atau tidaknya melawan virus, bakteri, jamur dan lainnya yag bisa menyebabkan balita tersebut terkena penyakit, sedangkan penangannya yaitu dengan diberi antibiotik , pemberian oksigen , melakukan tirah baring sampai tanda infeksi yang di perlihatkan menghilang. Untuk mempermudah melakukan itu semua tim medis harus bekerjasama dengan keluarga balita terutama ibu balita .

2. Apakah ada gaya hidup yang bisa di ubah untuk mengatasi kasus tersebut? (Aris Nandar )

Jawab:

Menjaga dan memelihara kesehatan serta lingkunga karena lingkungan yang tidak terpelihara dapat menyebabkan penyakit

Hindari tinggal di lingkungan pabrik , banyak asap maupun debu

Hindari merokok atau jauhi orang yang merokok(perokok aktif) serta cegah perokok aktif dalam anggota keluarga

Beri imunisasi pada anak agar tidak berisiko tinggi mengalami penyakit tersebut

3. Apakah menurut kelompok kalian prioritas masalah dalam diagnosa keperawatan tersebut benar?( Eko

Agus S)

Jawab: Menurut kelompok kami prioritas masalah tersebut telah benar sesuai dengan masalah yang harus didahulukan untuk di tangani terlebih dahulu.

Logout

Beri tahu saya Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Unknown (Goo

Publikasikan Pratinjau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Referensi

Dokumen terkait

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat hidayahNya serta memberikan kekuatan, ketabahan, kemudahan dan kedamaian berfikir

Peneliti melakukan wawancara kepada Sekretaris Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan anak Kabupaten Deli Serdang untuk menayakan peningkatan jumlah kasus

Bandar Lampung (Lampost.co) -- Masa pandemi saat ini ada bantuan dari pemerintah melalui perbankan untuk UMKM nilainya cukup besar Rp2,4 Juta untuk satu pelaku usaha. Namun

Air sumber gadung di desa watesnegoro memiliki kualitas air sedang karena hasil menunjukkan bahwa kadar oksigen sebesar 3,3 mg/l dan indeks keanekaragaman sebesar 1,6

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa maksud judul penelitian ini secara keseluruhan adalah tentang usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh pihak

● DISTRO: hasil kompilasi sistem operasi yang.

Sedangkan, dilihat dari sisi lingkungan ( environment) masih kurangnya fasilitas toilet terutama toilet pria, ruang tunggu poliklinik penuh dan ruang tunggu apotik panas