Sinta Dewi, 2014
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab III ini dipaparkan mengenai metode penelitian yang digunakan
dalam mengkaji permasalahan dalam skripsi yang berjudul “Peran New Zealand Dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-1985.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode historis. Metode
historis menurut Sjamsuddin (2005: 34) adalah “bagaimana mengetahui sejarah”. Sedangkan menurut Gottschalk (1975: 32) metode sejarah adalah proses menguji
dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Menurut
Ismaun (2005: 34) metode historis terdiri dari empat langkah yaitu;
1. Heuristik
Heuristik adalah pencarian dan pengumpulan sumber sejarah yang relevan
setelah eksplorasi literatur. Heuristik dalam bahasa Jerman disebut dengan
Quellenkunde yaitu pengetahuan tentang sumber-sumber sesuatu yang secara
langsung atau tidak langsung memberi pengetahuan mengenai
peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi dalam masyarakat manusia pada masa lampau
(Ismaun, 2005: 41). Sumber sejarah terbagi menjadi dua yaitu sumber tertulis
dan sumber tidak tertulis. Sumber tertulis misalnya seperti sumber
dokumenter, sumber korporal (berwujud benda) sedangkan sumber tidak
tertulis misalnya sumber lisan.
2. Kritik
Kritik adalah suatu proses untuk menilai sumber-sumber sejarah. Kritik
dalam hal ini terbagi menjadi dua macam yaitu kritik eksternal dan kritik
internal. Kritik eksternal atau kritik luar yaitu menilai otentisitas sumber
sejarah. Dalam kritik ekstern dipersoalkan bahan dan bentuk sumber, umur
dan asal dokumen, kapan dibuatnya, oleh siapa dibuatnya, dari instansi mana,
atas nama siapa dan apakah sumber itu asli atau salinan dan masih utuh atau
sudah berubah. Sedangkan kritik internal adalah kritik dalam untuk menilai
tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan dengan
kesaksian-kesaksian yang ada pada sumber lain agar mendapatkan sumber
yang dapat dipercaya.
3. Interpretasi
Setelah melakukan heuristik dan kritik (baik kritik eksternal maupun kritik
internal) tahap selanjutnya adalah interpretasi. Interpretasi merupakan
kegiatan menuliskan sumber-sumber yang sudah diperoleh dan berusaha
membayangkan bagaimana gambaran pada masa lampau.
4. Historiografi
Historiografi merupakan menyusun fakta-fakta sejarah yang kemudian
menyimpulkan dan merumuskan dari data yang didapat dari penelitian
terhadap evidensi-evidensi di dalam sumber sejarah. Historiografi adalah
proses penyusunan dari hasil penelitian yang telah diperoleh sehingga
menjadi satu kesatuan yang utuh.
Selanjutnya, peneliti membagi langkah-langkah penelitian tersebut ke dalam
tiga pembahasan yaitu pembahasan mengenai persiapan penelitian, pelaksanaan
penelitian dan laporan penelitian.
3.1 Persiapan Penelitian
3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian
Penentuan dan pengajuan tema dalam penelitian merupakan hal yang sangat
penting di mana dalam mengajukan sebuah karya ilmiah haruslah didasarkan pada
penentuan tema yang menarik untuk dibahas. Ketertarikan peneliti dalam
membahas peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand,
United States) ini adalah ketika peneliti membaca sebuah artikel karya Wawan
Darmawan, S.Pd. M. Hum yang berisi 18 lembar yang membahas tentang Aliansi
Australia Dalam ANZUS Treaty (1951). Di dalam artikel tersebut, terdapat
pernyataan bahwa dengan bergabungnya New Zealand dan Australia dalam Pakta
ANZUS dikhawatirkan akan mengganggu hubungan antar kedua negara tersebut.
Dengan adanya pernyataan tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih
Ketertarikan dalam mengkaji permasalahan tersebut, peneliti pun
selanjutnya mencari sumber-sumber yang relevan dengan pembahasan yang akan
dikaji seperti buku-buku, jurnal, skripsi, tesis dan lain sebagainya. Ketika
pencarian sumber-sumber dirasa cukup, peneliti pun memberanikan diri untuk
mengajukan sebuah proposal penelitian yang berjudul “Peran New Zealand
Dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-1985”
ke pihak Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi (TPPS). Pengajuan judul skripsi
ke-TPPS dilakukan peneliti pada pertengahan bulan Juli 2014, yang selanjutnya di
tindaklanjuti dengan penyusunan proposal penelitian.
3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian
Setelah peneliti melakukan pengajuan Judul kepada pihak TPPS,
selanjutnya peneliti menyusun proposal penelitian yang terdiri dari:
1. Judul
2. Latar Belakang Penelitian
3. Rumusan Masalah
4. Tujuan Penelitian
5. Manfaat Penelitian
6. Metode Penelitian
7. Kajian Pustaka
8. Struktur Organisasi Skripsi
9. Daftar Pustaka
Selanjutnya setelah proposal penelitian disetujui oleh pihak TPPS, peneliti
diizinkan untuk melaksanakan seminar proposal skripsi yang diadakan pada
tanggal 17 September 2014 di Laboratorium Departemen Pendidikan Sejarah,
lantai empat Gedung Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS),
Universitas Pendidikan Indonesia.
Hasil dari seminar proposal itu pun tidak ada perubahan yang signifikan,
hanya saja ada tambahan-tambahan dibagian latar belakang penelitian agar dalam
dikaji. Selain tambahan dalam latar belakang penelitian, rumusan masalah pun
tidak lepas dari perhatian dosen pembimbing.
3.1.3 Proses Bimbingan
Bimbingan merupakan sebuah proses yang sangat penting dalam melakukan
sebuah penelitian. Dengan adanya bimbingan, peneliti bisa mengkonsultasikan
permasalahan dalam penelitian. Proses bimbingan ini dilaksanakan dengan dua
orang dosen pembimbing yang berkompetensi dengan tema yang akan dikaji.
Kompetensi itu lebih merujuk pada sejarah Australia yang lebih dikhususkan pada
negara New Zealand. Berdasarkan surat penunjukan pembimbing skripsi nomor
10/TPPS/JPS/PEM/2014 yang telah dikeluarkan oleh TPPS, dalam penyusunan
skripsi ini, peneliti dibimbing oleh Wawan Darmawan, S.Pd. M. Hum sebagai
pembimbing I dan Drs. Tarunasena Ma’mur, M.Pd sebagai pembimbing II. Dengan diketahuinya kedua pembimbing tersebut yang berkompeten dengan
permasalahan yang akan dikaji, proses bimbingan pun menjadi lebih mudah.
Konsultasi dengan para pembimbing berguna untuk memberikan
masukan-masukan untuk membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Proses bimbingan
dilakukan setiap satu minggu sekali sesuai dengan yang dijadwalkan oleh para
pembimbing.
3.2 Pelaksanaan Penelitian
3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)
Tahap ini merupakan tahap awal dari peneliti mencari sumber-sumber yang
relevan dengan permasalahan yang akan dikaji baik dalam bentuk sebuah buku,
jurnal, skripsi, tesis, koran atau majalah dan sumber internet. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan teknik studi literatur. Dalam kegiatan pencarian sumber dan
pengumpulan sumber ini, peneliti mencari di sekitar Kota Bandung seperti
mengunjungi toko-toko buku yaitu toko buku Palasari, toko buku Toga Mas dan
toko buku Gramedia. Selain mengunjungi toko-toko buku, peneliti pun
mengunjungi perpustakaan-perpustakaan, seperti Perpustakaan Universitas
Perpustakaan Universitas Parahiyangan. Adapun sumber-sumber yang telah
ditemukan yang sesuai dengan kajian peneliti sebagai berikut;
Lokasi pertama yang dikunjungi peneliti adalah Perpustakaan Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI). Peneliti pun mendapatkan sumber-sumber yang
berkaitan baik berupa buku ataupun jurnal. Buku yang didapatkan peneliti adalah
karya Roderic Alley yang berjudul “New Zealand and The Pacific”, “Alliance Policy in the Cold War” karya Arnold Wolfers. Selain buku, peneliti mendapatkan sumber jurnal yang diakses secara online melalui situs resmi UPI
yaitu www.sagepublications.com. Peneliti mendapatkan beberapa jurnal seperti “Keith Holyoake” karya Barry Gustafso, “Norman Kirk, Robert Muldoon, David Lange, And Helen Clark - And John Key” karya Colin James, The Prevention Of
War: Dilemmas For Policy Making In New Zealand karya Guy Wilson dan
Roberts, Small States And Cyber Security: The Case Of New Zealand karya Joe
Burton.
Selain sumber buku dan jurnal, peneliti pun memperoleh
sumber-sumber yang lain melalui media internet seperti buku, artikel, jurnal, penelitian
terdahulu (skripsi atau tesis) yang relevan dengan penelitian peneliti. Sumber-sumber yang diperoleh yaitu “Why New Zealand Took Itself out of ANZUS:
Observing “ Opposition for Autonomy” in Asymmetric Alliances” karya Ami L
Catalinac, “Keluarnya New Zealand Sebagai Keanggotaan ANZUS 1985” karya Made Selly Dwi Suryanti, “The United Nations And New Zealand Security Policy 1945-1960” karya John Martin, “From ANZUS to SEATO – A Study Of Australian
Foreign Policy 1950-1954” karya Hiroyuki Umetsu.
Lokasi kedua yang peneliti kunjungi adalah Perpustakaan Konperensi Asia
Afrika yang dilakukan pada tanggal 9 Oktober 2014. Peneliti menemukan
beberapa sumber buku yang relevan dengan kajian penelitian. Buku-buku yang
diperoleh adalah buku karya Terence Wesley-Smith yang berjudul “New Zealand and its Southeast Asian Neighbours”, “Beyond New Zealand: the Foreign Policy
peneliti melakukan pencarian sumber berkala pada Perpustakaan Konperensi Asia
Afrika ini.
Lokasi ketiga yang peneliti kunjungi adalah Perpustakaan Universitas
Parahiyangan yang dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2014. Peneliti menemukan
beberapa sumber yang relevan dengan kajian penelitian. Buku-buku yang
diperoleh adalah buku karya Dian Wirengjurit yang berjudul “Kawasan Damai
dan Bebas Senjata Nuklir: Pengertian, Sejarah dan Perkembangannya”. Selain
itu, peneliti pun menemukan buku yang berjudul “de Domestic Sources of New Zealand Security Policy in Comparative Perspective” karya David Campbell.
Setelah sumber-sumber sudah didapatkan, peneliti pun mulai mengkaji
sumber-sumber tersebut. Sebagian besar sumber berbahasa Inggris sehingga agar
lebih memudahkan peneliti dalam mengkaji maka terlebih dahulu diterjemahkan.
Selanjutnya peneliti membaca dan mencoba memahami lebih mendalam terkait
dengan penelitian peneliti. Hal tersebut berguna untuk memudahkan peneliti agar
lebih mudah dalam menuangkan hasil temuan-temuan yang telah didapatkan.
3.2.2 Kritik Sumber
Setelah melakukan pencarian sumber-sumber yang relevan dengan kajian
peneliti, selanjutnya peneliti tidak secara langsung menggunakan sumber-sumber
tersebut. Sumber yang sudah diperoleh itu selanjutnya memasuki tahap kritik.
Data yang diperoleh dikritik dan disaring sehingga memperoleh data yang
benar-benar akurat. Kritik sumber biasanya dilakukan pada sumber utama atau sumber
primer. Hal ini menyangkut verifikasi sumber yang berhubungan dengan benar
atau ketepatan sumber tersebut. Menurut Ismaun (2005: 49) setelah memperoleh
sumber-sumber yang berkaitan diperlukan untuk menentukan apakah sumber itu
otentik atau hanya sebagian yang otentik, seberapa banyak sumber yang otentik
tersebut yang dapat dipercaya.
Proses kritik ini dalam metode sejarah terbagi atas dua cara yaitu kritik
eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal adalah cara pengujian dari aspek
luarnya sedangkan kritik internal adalah cara pengujian dilihat dari isi sumber
3.2.2.1 Kritik Eksternal
Kritik eksternal adalah kritik luar untuk menilai otentisitas sumber sejarah.
Menurut Sjamsuddin (2007: 132) kritik eksternal adalah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek “luar” dari sumber sejarah. Kritik eksternal dilakukan untuk menilai terlebih dahulu kelayakan sumber-sumber
sejarah yang dijadikan bahan penunjang dalam penelitian skripsi ini dari aspek
luarnya sebelum melihat isi dari sumber tersebut. Menurut Sjamsuddin (2007:
134);
Kritik eksternal harus menegakkan fakta dari kesaksian bahwa kesaksian itu benar-benar diberikan oleh orang ini atau pada waktu ini (authenticity), kesaksian yang telah diberikan itu telah bertahan tanpa ada perubahan (uncorrupted), tanpa ada suatu tambahan-tambahan atau penghilangan-penghilangan yang substansial (integrity.)
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini, peneliti mengalami kesulitan
dalam mencari sumber primer. Sumber primer yang berkaitan dengan
permasalahan peneliti ini sulit untuk didapatkan. Sebagian besar sumber-sumber
yang diperoleh peneliti adalah sumber sekunder seperti buku-buku sehingga
peneliti tidak melakukan kritik eksternal.
3.2.2.2. Kritik Internal
Kritik internal adalah cara melakukan verifikasi atau pengujian dari dalam
yaitu berdasarkan isinya. Menurut Sjamsuddin (2007: 143) mengungkapkan bahwa kritik internal ialah lebih menekankan pada aspek “dalam” yaitu isi dari sumber, kesaksian (testimoni). Senada dengan pendapat Sjamsuddin, menurut
Ismaun (2005: 50) kritik internal adalah;
Menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatnya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian sumber lain.
Dalam hal ini peneliti mencoba melakukan kaji banding terhadap isi buku
New Zealand and The Pacific yang ditulis oleh Henderson dan buku Kawasan
yang ditulis oleh Dian Wirengjurit. Dalam bukunya Roderic Alley, peneliti
menemukan bahwa dalam menentukan kebijakan politik luar negeri New Zealand
seringkali berbeda pandangan. Hal ini disebabkan karena ada dua partai besar di
New Zealand yang berkuasa yaitu Partai Nasional dan Partai Buruh. Partai Buruh
lebih condong menerapkan kebijakan anti nuklir, akan tetapi pandangan dari
Partai Nasional berbeda. Seperti yang dikatakan oleh Perdana Menteri Robert
Muldoon yang terpilih tahun 1975 yang berasal dari Partai Nasional, menyatakan bahwa “larangan kunjungan kapal bertenaga nuklir seperti halnya usulan zona bebas senjata nuklir tidak sesuai dengan keanggotaan New Zealand dengan aliansi ANZUS” (Henderson, 1984: 98).
Sedangkan dalam bukunya Dian Wirengjurit peneliti menemukan bahwa
setelah masa pemerintahan Partai Nasional yang dipimpin oleh Robert Muldoon
berakhir, maka masa baru Partai Buruh pun berkembang. Partai Buruh berhasil
memenangkan Pemilihan Umum tahun 1984 yang dipimpin oleh David Lange.
Kebijakan anti nuklir yang diterapkan oleh Perdana Menteri yang berasal dari
Partai Buruh yang telah lama mengalami proses naik turun akhirnya dipertegas
pada masa pemerintahan David Lange. David Lange mengerluarkan kebijakan
yang melarang segala jenis senjata nuklir baik dari darat, laut dan udara ke
wilayah teritorialnya. Kebijakan tersebut menimbulkan adanya ketegangan antara
New Zealand dengan Amerika Serikat yang pada saat itu pemerintahan Ronald
Reagan meminta izin untuk mengirim kapal destroyer USS Buchanan untuk
berlabuh di Selandia Baru dalam rangka latihan tahunan Pakta ANZUS. Menurut
Wirengjurit (2002: 73) menyatakan bahwa;
Selandia Baru semakin tegas dengan sikap dan kebijakan anti nuklirnya dan pada bulan juni 1987 mengeluarkan undang-undang “the New Zealand Nuclear Free Zone, disarmament and arms control act”. Di bawah undang-undang ini seluruh wilayah Selandia Baru dinyatakan sebagai bebas nuklir, warga negaranya tidak diperbolehkan membuat, mendapatkan, menempatkan atau memiliki kontrol atas senjata nuklir.
Setelah melakukan kaji banding terhadap kedua buku tersebut, peneliti
menyimpulkan bahwa pada dasarnya kedua buku itu adalah sama yaitu kebijakan
condong diterapkan oleh pemerintah yang berasal dari Partai Buruh. New Zealand
menginginkan wilayah kawasannya terbebas dari persenjataan nuklir. Walaupun
kebijakan tersebut membuat adanya gesekan politik antara New Zealand dengan
Amerika Serikat, pemerintah New Zealand tetap bersikukuh dengan keputusannya
dalam mengambil kebijakan anti nuklir di kawasan New Zealand yang pada
akhirnya membuat New Zealand keluar dari Pakta ANZUS.
3.2.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi)
Proses selanjutnya setelah peneliti melakukan kritik, baik kritik internal
maupun kritik eksternal adalah interpretasi. Menurut Ismaun (2005: 34)
interpretasi merupakan kumpulan informasi-informasi yang sudah didapatkan
kemudian berusaha untuk membayangkan bagaimana gambaran masa lampau.
Pendapat lain diungkap oleh Sjamsuddin (2007: 158) yang menyatakan bahwa ‘’ketika para sejarawan menulis, disadari atau tidak, diakui atau tidak, dinyatakan secara eksplisit atau implisit, mereka berpegang pada salah satu atau kombinasi
beberapa filsafat sejarah tertentu yang menjadi dasar penafsirannya’’.
Dalam melakukan interpretasi ini, peneliti menggunakan pendekatan
interdisipliner. Pendekatan ini menggunakan bantuan dari disiplin ilmu lain yaitu
ilmu politik. Penggunaan ilmu bantu ini dimaksudkan untuk mempertajam hasil
analisis. Ilmu politik peneliti gunakan untuk menjelaskan konsep politik luar
negeri New Zealand.
3.2.4 Historiografi
Historiografi merupakan langkah terakhir dalam metode sejarah. Menurut
Ismaun (2005: 34) historiografi adalah tahapan menyampaikan hasil-hasil
rekontruksi imajinatif dari masa lampau sehingga sesuai dengan jejak-jejaknya
maupun dengan imajinasi ilmiah. Menurut Sjamsuddin (2007: 156) menjelaskan
bahwa;
menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya itu dalam suatu penulisan utuh yang disebut historiografi. Historiografi merupakan penulisan sejarah yang telah menggunakan
langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang sesuai dengan metodologi penelitian.
Pada tahap terakhir ini seluruh hasil penelitian dituangkan oleh penulis dalam
sebuah tulisan yang ilmiah dan sesuai kaidah keilmuan. Tahap historiografi ini
pula akan peneliti laporkan dalam sebuah tulisan berbentuk skripsi dan disusun
berdasarkan pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di lingkungan
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
3.3 Laporan Hasil Penelitian
Berdasarkan ketentuan penulisan karya ilmiah di lingkungan UPI, maka
sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penelitian. Pada bab ini juga
dijelaskan mengenai ketertarikan peneliti dalam memilih permasalahan yang
dibahas yaitu mengenai peran New Zealand dalam Pakta ANZUS tahun
1951-1985. Agar permasalahan yang dikaji tidak melebar dari konteks maka
dicantumkan perumusan masalah dan pembatasan masalah dalam penulisan
skripsi ini. Kemudian ada tujuan penelitian dan juga dicantumkan struktur
organisasi skripsi yang akan menjadi kerangka dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bab II Kajian Pustaka dan Landasan Teoretis berisi tentang sumber-sumber
buku dan sumber-sumber lainnya yang relevan dengan bahasan yang dikaji
seperti jurnal, artikel dan penelitian terdahulu (skripsi atau tesis) mengenai
peran New Zealand dalam Pakta ANZUS tahun 1951-1985. Selain itu karena
pendekatan yang digunakan peneliti menggunakan pendekatan interdisipliner,
bab ini juga berisi mengenai teori-teori beserta konsep yang digunakan
penulis untuk mengkaji permasalahan yang diteliti. Hal tersebut dilakukan
agar analisis yang dilakukan lebih mendalam.
3. Bab III Metode Penelitian diuraikan mengenai kegiatan-kegiatan dan
cara-cara yang dilakukan dalam penelitian skripsi. Metode yang digunakan adalah
atau proses pengumpulan sumber, kritik terhadap sumber yang telah
dikumpulkan, interpretasi sumber, hingga ke tahap penulisan atau
historiografi. Setiap langkah-langkah tersebut nantinya akan dijelaskan lebih
rinci lagi. Metode yang digunakan adalah metode historis dan teknik yang
digunakan adalah studi literatur.
4. Bab IV Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS tahun 1951-1985
merupakan pembahasan dari penelitian yang dilakukan dan menjawab
pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah dan pembatasan masalah.
Dalam bab ini akan dijelaskan bagaimana latar belakang bergabungnya New
Zealand dalam Pakta ANZUS, bentuk kontribusi New Zealand dalam Pakta
ANZUS dan dampak bergabungnya New Zealand dalam Pakta ANZUS
terhadap hubungan diantara Australia, New Zealand dan Amerika Serikat
5. Bab V Simpulan dan Saran merupakan bab terakhir dari rangkaian
penyusunan dan penulisan skripsi ini. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil
DAFTAR PUSTAKA
Gottschalk. (1975). Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press. (32)
Henderson, J. (1984). “New Zealand Foreign Policy” dalam New Zealand and The Pacific. Colorado: Westview Press. (98)
Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu Dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press. (34)
Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. (34)