• Tidak ada hasil yang ditemukan

s paud 1008757 chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "s paud 1008757 chapter3"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab III ini peneliti akan memaparkan tentang bagaimana metode

penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengaplikasikan penerapan permainan leg puzzle dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak TK (

Penelitian Tindakan Kelas di TK Daya Wanita kecamatan Darmaraja).

Pemaparan pada bab III ini meliputi a) lokasi dan subjek penelitian b)

metode penelitian, yaitu menjelaskan tentang metode Penelitian Tindakan Kelas sebagai metode yang tepat untuk mengkaji secara seksama dan memperbaiki permasalahan dalam pembelajaran, serta untuk meningkatkan profesionalisme

guru dalam proses pembelajaran di kelas; c) desain penelitian; d) definisi operasional yang berupa pengamatan terhadap aktivitas mengajar guru, aktivitas belajar anak dan proses belajar mengajar di kelas; e) prosedur penelitian yang

meliputi tahap perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi; f) alat pengumpul data yang digunakan; serta g) pengumpulan dan analisis data.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di TK Daya Wanita, yaitu sekolah tempat peneliti mengajar selama ini sebagai guru PNS. Lokasi sekolah

(2)

pemukiman penduduk. Di depan TK terdapat Mesjid Agung Darmaraja, yang memudahkan anak-anak untuk melaksanakan ibadah di sana. Juga lokasi TK

sangat dekat alun-alun Darmaraja, sehingga mudah untuk ditemukan lokasi tempatnya.

Kelas tempat peneliti melakukan observasi adalah kelas B, yang letaknya berada di bangunan kedua sekolah. Di depan sekolah terdapat halaman, dengan pemandangan yang masih asri belum terkena polusi udara. Di halaman sekolah

juga terdapat beberapa mainan yang cukup memadai dan bisa dipergunakan oleh anak-anak untuk bermain sambil belajar.

2. Subjek Penelitian

Sasaran atau subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah anak – anak

TK Daya Wanita kelas B untuk tahun ajaran 2011/2012. Jumlah siswa dalam kelas tersebut adalah 26 ( dua puluh enam) orang, yang terdiri dari 17 ( tujuh belas ) orang laki-laki dan 9 ( sembilan) orang perempuan.

Alasan penulis memilih subjek tersebut karena subjek adalah anak yang pada dasarnya memiliki kualitas cukup baik dalam setiap pelajaran, tetapi secara

umum memiliki kesan cukup negatif terhadap mata pelajaran berhitung.

B. Metode Penelitian

Metode adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan tindakan, atau suatu kerangka berfikir menyusun gagasan, yang beraturan, terarah dan terkonteks, yang

(3)

untuk melalukan suatu tindakan.Karena berupa sistem maka metode merupakan seperangkat unsur-unsur yang membentuk satu kesatuan.

Unsur-unsur metode adalah wawasan intelektual, konsep, cara pendekatan (approach) persoalan, dan rancang bangun alas data (database).Wawasan

intelektual berkenaan dengan nalar, tanggap rasa (sensation), pemahaman (perseption), pengalaman, dan ilmu pengetahuan.Konsep adalah hasil proses intelektul berupa kejadian imajinatif untuk memperluas dan menambah

pemahaman sehingga dapat dibentuk gagasan baru yang dapat menganalisis persoalan secara lebih cermat.Cara berkenaan dengan pola berfikir.

Alas data adalah cerminan citra tentang “kenyataan” yang dimiliki seorang

peneliti, atau pemahaman peneliti tentang “kenyataan”. Alas data dirancang

bangun sedemikian rupa agar semua data yang terkumpul dapat dialokasikan kepada kedudukan atau fungsi yang sepadan menurut maksud dan tujuan penelitian.

Penelitian (research) adalah suatu kegiatan mengkaji (study) secara teliti dan teratur dalam suatu bidang ilmu menurut kaidah tertentu. Kaidah yang dianut

adalah kaidah metode.Mengkaji adalah suatu usaha memperoleh atau menambah pengetahuan. Jadi, meneliti dilakukan untuk memperkaya dan meningkatkan kefahaman tentang sesuatu.Dalam penelitain ada kegiatan penyelidikan

(investigation), yaitu mencari fakta secara teliti dan teratur menurut kaidah tertentu untuk menjawab suatu pertanyaan . Jadi penyelidikan dilakukan unutk

(4)

Pada dasarnya, penyelidikan dinyatakan selesai setelah berhasil menemukan penyebab kejadian. Suatu penelitian baru dianggap selesai setelah berhasil

menetapkan faktor atau latar belakang penggerak atau pengendali penyebab atau pelaku kejadian. Jadi, suatu penelitian menjangkau persoalan secara lebih jauh

atau lebih mendalan daripada penyelidikan. Oleh karena penelitian selalu mengungkapkan faktor penyebab maka penelitian menjadi sumber ilmu. Dengan kata lain, tanpa penelitian tidak akan ada ilmu dan ilmu hanya dapat

tumbuh dan berkembang jika didorong dan didukung dengan penelitian.

Dari penjelasan diatas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa metode

penelitian adalah kegiatan mengkaji suatu masalah secara teliti dan teratur, dengan cara menyusun gagasan yang terarah dan terkonsep untuk memecahkan

permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat atau peneliti itu sendiri. Berdasarkan metode, penelitian dapat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain :

1. Penelitian Historis.

Metode penelitian historis merupakan salah satu penelitian mengenai

pengumpulan dan evalasi data secara sistematik berkaitan dengan kejadian masa lalu untuk menguji hipotesis yang berhubungan dengan penyebab , pengaruh atau perkembangan kejadian yang mungkin membantu dengan

memberikan informasi pada kejadian sekarang dan mengantisipasi kejadian yang akan dating. Sumber-sumber data dalam penelitian historis,

(5)

a. Sumber-sumber primer, yaitu data yang diperoleh dari cerita para pelaku peristiwa itu sendiri, dan atau saksi mata yang mengetahui

perisiwa tersebut

b. Sumber informasi sekunder, yaitu informasi yang diperoleh dari

sumber lain yang mungkin tidak berhubungan langsung dengan peristiwa tersebut.

2. Penelitian Deskriptif

Metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai denga apa

adanya.Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik

objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Langkah-langkah penelitian deskriptif,yaitu:

a. Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk

dipecahkan melalui metode deskriptif.

b. Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas

c. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian

d. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan

e. Menentukan kerangka berfikir dan pertanyaan penelitian dan atau

hipotesis penelitian.

f. Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam

(6)

g. Mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistik yang relevan.

h. Membuat laporan penelitian. 3. Penelitian Eksperimen

Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang paling produktif, karena jika penelitin tersebut dilakukan dengan baik, dapat menjawab hipotesis yang umumnya berkaitan dengan hubungan sebab

akibat. Penelitian eksperimen pada prinsipnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung

fenomena sebab akibat.

Konsep penelitin eksperimen dimulai dengan pengertian yang sederhana

misalnya tentang pertanyaan yang berkaitan dengan bagaimanakah hubungan satu atau lebih variabel dalam suatu kondisi tertentu. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, seorang peneliti pada umumnyya akan

mengembangkan satu atau lebih hipotesis yang menyatakan hubungan yang diharapkanm membuat desain penelitian, mencari dan

mengorganisasi data, untuk kemudian menganalisis dan akhirnya memperoleh jawaban hipotesis di atas.

Langkah-langkah penelitian eksperimen

a. Melakukan kajian secara induktif yang berkaitan erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan

(7)

c. Melakukan studi literatur dari beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan definisi

operasional dan variabel.

d. Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan :

- mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen.

- Menentukan cara untuk mengontrol mereka

- Memilih desain riset yang tepat

- Menentukan populasi, memilih sampel yang mewakili dan memilih

sejumlah subjek penelitian

- Membagi subjek ke dalam kelompok kontrol maupun kelompok

eksperimen.

- Membuat instrument yang sesuai, memvalidasi instrumen dan melakukan pilot study agar memperoleh instrument yang memenuhi

persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan.

- Mengidentifikasi prosedur pengumpluan data, dan menentukan

hipotesis.

e. Melakukan eksperimen

f. Mengumpulkan data kasar dari proses eksperimen

g. Mengorganisasi dan mendeskripsikan data sesuai dengan variabel yang telah ditentukan

(8)

4. Metode penelitian ex-postfacto

Penelitian ex postfacto merupakan penelitian dimana variabel-variabel

bebas telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini keterikatan antara

variabel bebas dengan variabel bebas, maupun antara variabel bebas dengan variabel terikat, sudah terjadi secara alami, dan peneliti dengan setting tersebut ingin melacak kembali jika dimungkinkan apa yang

menjadi faktor penyebabnya.

Dari keempat metode penelitian yang telah di bahas diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa hampir semua metode penelitian pada dasarnya memiliki karakteristik sebagai berikut :

a) Adanya tujuan penelitian yaitu untuk memberikan arah atau target yang akan dicapai

b) Adanya kegiatan mengumpulkan data

c) Mencakup kegiatan yang terencana dan sistematis

d) Menggunakan analisis logis, yaitu yang bersifat objektif dan universal

e) Mempertimbangkan aspek pengembangan teori dalam pemecahan masalah. f) Mengandung unsur observasi yaitu pengamatan terhadap objek dan subjek

yang diteliti.

g) Melakukan pencatatan terhadap gejala yang muncul yang berasal dari objek atau subjek yang diteliti.

(9)

i) Memerlukan validasi instrumen yaitu alat ukur yang valid dan universal serta tidak terpengaruh oleh faktor waktu dan tempat.

5. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk inquiry melalui refleksi

diri yang dilakukan oleh peneliti yang terlibat dalam situasi yang diteltitnya yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, serta untuk meningkatkan kinerja sistem pendidikan. Suhardjono (Mohammad Asrori, 2008:5)

mendefinisikan” penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik

pembelajaran.”

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Pemilihan metode penelitian ini didasarkan pada pandangan peneliti bahwa: pertama, secara umum Penelitian Tindakan Kelas telah menjadi bagian penting dari pekerjaan guru yang

telah terbiasa menghadapi masalah-masalah dalam pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Kedua, secara umum hasil dari Penelitian Tindakan Kelas

ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak sebagai alat/media untuk mengembangkan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar atau meningkatkan profesionalisme guru, dan lain-lain.

Melalui studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti sejak bulan Desember 2011 sampai Januari tahun 2012 diTK Daya Wanita kecamatan

(10)

pembelajaran. Perhatian anak cenderung mengarah pada hal-hal lain yang dianggap oleh dirinya menarik. Hal ini terkadang membuat proses pembelajaran

berjalan lambat. Apa yang menjadi tujuan pembelajaran yang telah dirancang oleh guru dalam SKH (Satuan Kegiatan Harian) menjadi tidak terlaksana dengan baik.

Kedua, anak tidak bisa memusatkan perhatian terhadap suatu tugas yang disampaikan oleh guru. Rata-rata mereka susah untuk menjalankan langsung setiap perintah dari gurunya. Hal ini bukan dikarenakan tugasnya sulit atau

mereka tidak bisa mengerjakan tugas tersebut. Kondisi ini lebih dikarenakan konsentrasi anak yang kurang fokus terhadap tugas yang sedang dijalani. Anak

lebih senang mengobrol dengan teman-teman di samping kiri dan kanan mereka, daripada mengerjakan tugas dari ibu gurunya. Biasanya untuk memerintahkan

suatu tugas kepada anak, guru harus ekstra sabar dan perlahan membimbing mereka.

Ketiga, karena anak kurang konsentrasi terhadap tugasnya saat di kelas, ini menjadikan anak kurang aktif dalam proses pembelajaran. Kurang aktif dalam mengerjakan setiap tugas-tugas yang telah diperintahkan oleh gurunya. Aktivitas

mereka lebih banyak jalan-jalan bolak-balik di dalam kelas, mengobrol dengan teman terdekat yang dekat dengan bangkunya serta ada pula yang berlari keluar kelas kemudian asyik bermain di halaman sekitar sekolah. Keempat, karena ketiga

hal diatas dampaknya adalah berpengaruh kepada kemampuan kognitif anak yang terhambat, rata – rata anak sulit diarahkan untuk bisa membaca, menulis dan

(11)

hampir 13 orang anak dari 26 anak (50%) anak kesulitan untuk belajar menghitung.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di lapangan, khususnya diTK Daya Wanita kecamatan Darmaraja, maka peneliti memilih Penelitian Tindakan

Kelas sebagai metode yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Dalam pemilihan metode Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti merujuk kepada beberapa pendapat ahli. Menurut Sukidin, dkk. (2002: 13) Penelitian Tindakan

Kelas ini dapat dipilih sebagai metode penelitian karena mampu menawarkan berbagai cara dan prosedur baru yang lebih mengena dan bermanfaat untuk

memperbaiki serta meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran di kelas. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Wardani, dkk

(2000: 14) bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi

meningkat.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Sukidin, dkk dan Wardani, dkk

(2002: 17) di atas, maka tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah memperbaiki serta meningkatkan kualitas proses pembelajaran diTK Daya Wanita kecamatan Darmaraja, khususnya meliputi aspek yang berhubungan

dengan proses pembelajaran berhitung, , meningkatkan kemampuan guru dalam menciptakan metode pembelajaran yang asyik dan menarik bagi anak,

(12)

pembelajaran lebih bermakna bagi anak serta pada akhirnya anak memiliki pandangan positif terhadap pembelajaran di TK.

Rujukan lain yang digunakan peneliti dalam pemilihan metode Penelitian Tindakan Kelas ini adalah pendapat Kardiawarman (2000: 14) yang menyatakan

bahwa dalam konteks pendidikan Penelitian Tindakan Kelas adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas tentang praktek-praktek

kependidikan. Secara spesifik Sukaryana (2000: 3-4) menyebutkan beberapa alasan dipilihnya Penelitian Tindakan Kelas, yaitu:

1. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas membuat guru dapat melihat kembali, mengkaji secara seksama dan menyempurnakan kegiatan pengajaran yang telah dilakukan. Kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam proses belajar mengajar dapat diperbaiki jalan keluarnya dengan melakukan tindakan tertentu, sehingga pengajaran yang kurang berhasil menjadi lebih efektif, efisien dan menarik.

2. Penelitian Tindakan Kelas memberikan keterampilan kepada guru untuk menanggulangi masalah yang dihadapinya ketika melaksanakan proses belajar mengajar.

3. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas memungkinkan guru mengadakan penelitian terhadap kegiatan pembelajaran tanpa harus meninggalkan kegiatan pokok sebagai pengajar.

4. Penelitian Tindakan Kelas dapat menjembatani kesenjangan antara teori yang bersifat umum, abstrak dan ideal dengan praktik pembelajaran di kelas yang bersifat objektif dan praktis. Dalam konteks ini guru memiliki peranan yang sangat penting dalam mengkaji teori manakah yang cocok untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelasnya, mengingat karakteristik setiap kelas berbeda.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Kemmis dan Mc Taggart yang dikutip

oleh Sukardi (2003: 210) secara umum mengemukakan bahwa “Action research

is the way groups of people can organized the conditions under wich they can

(13)

Maksud dari ungkapan di atas, bahwa “Penelitian tindakan dapat dilakukan baik secara kelompok maupun individual dengan harapan pengalaman mereka

dapat ditiru atau diakses untuk memperbaiki kualitas kerja orang lain”. Dalam hal ini difokuskan pada perbaikan praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan di

kelas.

Kolaborasi yang dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini pada dasarnya bertujuan agar dapat meringankan sekaligus membantu

mengartikulasikan permasalahan yang dirasakan guru, sehingga dapat dijajaki dan dicarikan jalan keluarnya. Menurut Supriatna (2001: 28), Penelitian Tindakan

Kelas merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sekaligus memecahkan persoalan pengajaran yang dihadapi oleh guru. Penelitian

ini dapat dilakukan melalui kolaborasi antara guru dengan mitra guru, baik dari kalangan sekolah maupun peneliti dari perguruan tinggi yang menjadi mitranya.

Pendapat di atas sejalan dengan pendapat Hopkins yang dikutip

Wiriaatmadja (2002: 124), yaitu Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau pendidik dengan mitra peneliti, bertujuan untuk

meningkatkan kualitas mengajarnya atau kualitas mengajar sejawatnya, atau untuk menguji asumsi-asumsi serta teori-teori pendidikan dalam kenyataan atau prakteknya, atau untuk mengimplementasikan atau mengevaluasi

kebijakan-kebijakan sekolah. Dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas, guru melengkapi lagi perannya sebagai pendidik dengan melakukan refleksi kritis

(14)

Menurut Wardhani, dkk (2008: 17) Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang mempunyai karakteristik berbeda dengan penelitian formal, sebab

Penelitian Tindakan Kelas merupakan:(a) an inquiry on practice from

within(penelitian berawal dari kerisauan guru akan kinerjanya), (b) self-reflective inquiry(metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak longgar, tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian), (c) fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran, dan (d) tujuannya adalah memperbaiki pembelajaran.

Berdasarkan karakteristik tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dipicu oleh permasalahan praktis yang secara langsung

dihayati dalam pelaksanaan tugas sehari-hari oleh guru sebagai pengelola program pembelajaran di kelas. Guru sebagai jajaran staf pengajar di suatu sekolah secara

praktis mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapi di kelasnya, terutama berkaitan dengan permasalahan pengajaran. Adapun Sukardi (2003:211) mengemukakan ciri-ciri penelitian tindakan sebagai berikut:

1. Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari.

2. Peneliti memberikan perlakuan atau treatmen yang berupa tindakan terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti. 3. Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus,

tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif.

(15)

C. Desain Penelitian

Penelitian Tindakan kelas ini akan dilaksanakan oleh peneliti dalam proses

pengkajian berdaur secara bertahap, yaitu dimulai dari siklus pertama sampai pada suatu siklus yang dianggap telah mencapai titik jenuh dan memperoleh hasil data

yang memuaskan. Tahapan-tahapan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini sejalan dengan pendapat Hopkins yang dikutip oleh Wiriaatmadja (2002: 127), bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang dalam prosesnya

memiliki siklus dengan empat langkah utama, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect).

(16)

Gambar 3.1

Prosedur Pengembangan Model Tindakan (Kemmis dalam Hopkins, 1993: 43)

Peneliti menggunakan prosedur pengembangan model tindakan dari Kemmis karena lebih mudah dipahami dan dimengerti. Sehingga peneliti tidak

terlalu sulit untuk memahami alurnya, dan mampu mengembangkan alur tersebut ke dalam amplikasi di lapangan. Alur PTK dari Kemmis sangat sederhana, sehingga dalam penelitian di lapangan, peneliti tinggal mempraktekkannya sesuai

dengan petunjuk yang ada. Yaitu meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dari model Kemmis diatas, maka peneliti pun sebelum melakukan

Penelitian Tindakan Kelas, peneliti juga memiliki alur penelitian yang bisa diperhatikan di bawah ini :

(17)

Prosedur Pengembangan Model Tindakan ( Peneliti, 2012)

Studi Pustaka

Mengenai Permainan Puzzle

Orientasi Lapangan

Identifikasi Masalah

Rekomendasi

Rencana Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Observasi Pelaksanaan

Refleksi Tindakan I Rencana Tindakan II

Pelaksanaan

tTTTindakan II

Observasi

Pelaksanaan

Refleksi Tindakan III Rencana Tindakan III

Pelaksanaan TindakanIII

(18)

Desain penelitian di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut: 1. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan merupakan suatu kegiatan pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti sebelum menetapkan judul penelitan. Peneliti mengkaji beberapa sumber mengenai permainan leg puzzle, sebagai referensi peneliti dalam menentukan judul penelitian.

2. Identifikasi gagasan awal/orientasi dan Identifikasi Masalah

Identifikasi gagasan awal/orientasi merupakan studi pendahuluan sebelum tindakan dan penelitian dilakukan. Pada tahap ini peneliti mencari informasi awal yang dibutuhkan dari lokasi penelitian. Observasi selama

bulan Desember 2011 sampai Januari tahun 2012. Observasi awal tersebut sangat bermanfaat bagi peneliti, terutama untuk mengetahui dan

memahami latar belakang atau situasi dan kondisi lokasi penelitian, karakteristik anak, kondisi guru dan proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas, serta pandangan atau pendapat anak terhadap

pembelajaran. 3. Perencanaan

Perencanaan dalam penelitian ini mengandung arti bahwa peneliti melakukan berbagai persiapan, sehingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik atau peneliti melakukan analisa

masalah dan membuat rencana berdasarkan analisa masalah yang didapatkan. Pada tahap ini peneliti menyusun rencana tindakan dan

(19)

perencanaan dimulai dari penentuan kelas penelitian dan kesepakatan waktu dimulainya penelitian, pembuatan satuan pelajaran, rencana

pengajaran, menentukan model pembelajaran, membuat/mempersiapkan media pembelajaran, menyusun format observasi dan lain-lain yang

dibutuhkan selama penelitian dilakukan. 4. Pelaksanaan tindakan

Tindakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan

serangkaian kegiatan yang telah direncanakan atau dirumuskan bersama antara peneliti dengan mitra peneliti (kolaborator). Implementasi tindakan

dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan permainan leg puzzle dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak di TK Daya Wanita

Kecamatan Darmaraja. 5. Observasi

Observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang

terjadi selama tindakan berlangsung dengan atau tanpa alat bantu. Selama tindakan berlangsung, peneliti bersama mitra peneliti melakukan

pengamatan terhadap aktivitas guru, anak dan proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas, sekaligus melakukan penilaian mengenai kesesuaian atau kecocokan tindakan-tindakan yang dilakukan dengan

permasalahan yang ada. 6. Rekomendasi

(20)

kelebihan dan kekurangan serta pengaruhnya dalam kegiatan belajar mengajar pada setiap tindakan selama penelitian dilaksanakan.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah pengamatan terhadap aktivitas guru, aktivitas anak dan proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas.

1. Pengamatan terhadap aktivitas mengajar guru

Secara spesifik, fokus penelitian terhadap aktivitas mengajar guru mencakup

hal-hal sebagai berikut:

a. Melakukan apersepsi yang dapat menarik perhatian anak untuk mengikuti

pembelajaran dengan penerapan permainan leg puzzle.

b. Memberikan motivasi kepada anak dengan cara menginformasikan nilai yang diperoleh anak setiap pertemuan, memberikan reward kepada anak

yang terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Pemberian motivasi tersebut bertujuan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang lebih

menyenangkan dan lebih bermakna.

c. Mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan penerapan permainan leg puzzle dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak.

d. Memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk memainkan permainan

(21)

2. Pengamatan terhadap aktivitas belajar anak

Secara spesifik, fokus penelitian terhadap aktivitas belajar anak mencakup

hal-hal sebagai berikut:

a. Kesiapan siswa untuk mengikuti atau menyimak pembelajaran melalui

penerapan permainan leg puzzle dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak.

b. Respon anak terhadap topik yang dijelaskan atau dikembangkan guru pada

pembelajaran melalui penerapan permainan leg puzzle dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak .

c. Kemampuan anak dalam memainkan setiap kepingan-kepingan puzzle. Dari mulai menyusun kepingan-kepingan puzzle dengan benar, hingga

anak bisa menghitung setiap kepingan-kepingan puzzle itu dengan baik dan benar.

3. Pengamatan terhadap proses belajar mengajar

Secara spesifik, fokus penelitian terhadap proses belajar mengajar melalui penerapan permainan leg puzzle dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak

mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Keadaan kelas

b. Situasi belajar

(22)

E. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam beberapa siklus.

Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Jumlah siklus dalam penelitian

ini tidak dibatasi, penelitian berakhir ketika didapat hasil yang cukup signifikan dan stabil atau sudah menghasilkan data jenuh.

Prosedur penelitian yang dilakukan peneliti dalam Penelitian Tindakan

Kelas ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu: 1. Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Kelas

Sebelum tindakan kelas dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan penyusunan perencanaan tindakan. Adapun perencanaan tersebut meliputi:

a. Menentukan kelas yang akan digunakan oleh peneliti sebagai tempat Penelitian Tindakan Kelas.

b. Menyusun kesepakatan antara peneliti dengan mitra peneliti/kolabolator,

terutama untuk menentukan kapan penelitian akan dimulai dan meminta kesediaan mitra peneliti/kolabolator untuk mengamati proses belajar

mengajar yang akan dilaksanakan di kelas penelitian.

c. Menentukan model Penelitian Tindakan Kelas yang akan digunakan, menyusun satuan pelajaran dan rencana pengajaran yang akan

dilaksanakan pada saat penelitian dan telah didiskusikan terlebih dahulu dengan mitra peneliti/kolabolator, menentukan metode dan

(23)

d. Menyusun alat observasi yang akan digunakan dalam penelitian untuk melihat aktivitas anak ketika berlangsungnya kegiatan belajar mengajar

dengan penerapan permainan leg puzzle, serta menyusun alat evaluasi yang dapat melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar melalui

penerapan permainan leg puzzle.

e. Merencanakan untuk melakukan diskusi dengan mitra peneliti/kolabolator berdasarkan hasil pengamatannya, terutama yang berkaitan dengan

keaktifan anak dan penampilan guru dalam proses belajar mengajar.

f. Membuat rencana untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap

kekurangan-kekurangan yang ditemukan setelah melakukan dialog dengan mitra peneliti/kolabolator.

g. Merencanakan untuk mengolah data yang diperoleh setelah penelitian selesai dilaksanakan.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah ditetapkan. Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada Februari 2012. Hal-hal yang

dilakukan pada pelaksanaan penelitian ini adalah:

a. Melaksanakan perencanaan pada setiap awal siklus.

b. Melaksanakan tindakan yang telah ditetapkan dalam perencanaan.

c. Melaksanakan pengamatan yang telah ditetapkan dalam perencanaan. d. Melaksanakan refleksi.

(24)

melaksanakan keempat kegiatan tersebut. Demikian seterusnya sampai penelitian ini berhasil, sehingga dalam penelitian ini tidak dibatasi jumlah siklus.

F. TeknikPengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Untuk mendapatkan data yang diharapkan, maka alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara,

dan lembar tugas. 1. Observasi

Observasi merupakan alat pengumpul data yang banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat

diamati, baik dalam situasi sebenarnya maupun situasi buatan (Sudjana & Ibrahim, 2001: 109). Menurut Rianto (1996: 77) observasi adalah teknik pengamatan terhadap objek atau situasi secara terus menerus, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Melalui observasi diharapkan akan diperoleh informasi mengenai gambaran pembelajaran yang berlangsung, seperti suasana

kelas, pola interaksi, aktivitas anak dan guru serta kejadian-kejadian lain yang dianggap penting.

Observasi dalam Penelitian Tindakan Kelas pada dasarnya berfungsi untuk

mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait dengan orientasi tindakan berikutnya yang dicatat dalam catatan lapangan sebagai dasar bagi refleksi dan

(25)

pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas yang meliputi aktivitas guru dan anak pada saat pembelajaran melalui penerapan permainan leg puzzle dalam

meningkatkan kemampuan berhitung anak TK. Untuk mendapatkan data yang sesuai, maka peneliti menggunakan penelitian langsung, yaitu suatu teknik

pengumpulan data yang menuntut peneliti terjun langsung atau bersentuhan dengan subjek penelitian. Selain itu, peneliti menggunakan pula bentuk observasi terfokus. Observasi terfokus adalah observasi yang sasaran pengamatannya

diarahkan pada kategori-kategori perilaku pembelajaran yang dikehendaki.

Dalam rangka memudahkan peneliti mengumpulkan data, maka digunakan

alat bantu yang mendukung pengamatan. Merujuk kepada pendapat Bogdan dan Biklen dalam Maleong (2002: 153), maka alat bantu pengamatan yang digunakan

peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini berupa:

a. Pedoman observasi dan/atau catatan lapangan mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka mengumpulkan

data dan refleksi terhadap data. Pedoman observasi merupakan pedoman teknik dan pencatatan langsung atau tidak langsung terhadap objek yang

sedang diteliti dengan menggunakan alat-alat seperti daftar isian, daftar pertanyaan, cheking list dan sebagainya yang pengisiannya diisi oleh pengamat sendiri.

(26)

2. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang menghendaki adanya

komunikasi langsung antara peneliti dengan responden, biasanya dalam wawancara terjadi pertanyaan-pertanyaan sepihak yang dilakukan secara

sistematis dan berpijak pada tujuan penelitian (Rianto, 1996: 67). Untuk memudahkan proses wawancara, maka peneliti menggunakan pedoman wawancara.

Pedoman wawancara adalah pedoman percakapan untuk tujuan tertentu yang dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara dan yang diwawancarai

untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara (Maleong, 2002: 155). Pedoman wawancara digunakan untuk mengungkap data

secara kualitatif, terutama untuk mendapatkan informasi dari perorangan, kejadian, kegiatan atau untuk menyelami pikiran dan perasaan responden. Melalui wawancara data yang dihasilkan bersifat lebih luas dan dalam, karena data

diperoleh peneliti sampai merasa cukup.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara terhadap guru dan anak

sesudah siklus dilaksanakan seluruhnya. Wawancara terhadap anak dilakukan oleh peneliti dengan memilih secara acak tiga orang anak yang mewakili kemampuan di kelas tersebut.

Wawancara dilakukan oleh peneliti pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar, yaitu melalui pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan anak

(27)

wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas, yaitu peneliti (pewawancara) tidak menyiapkan jawaban dan responden bebas

mengemukakan pendapatnya, sehingga data atau informasi yang didapatkan akan lebih lengkap.

3. Lembar Tugas

Tugas dalam penelitian ini diberikan kepadaanak, baik dalam bentuk tugas individu maupun kelompok. Tugas ini diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai, seperti untuk memotivasi anak aktif belajar, mengembangkan kemandirian anak, melatih anak untuk berpikir kritis, membina tanggung jawab,

mengembangkan kreativitas, dan lain-lain. 4. Lembar Catatan Harian Anak

Catatan harian anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah catatan yang berisi pendapat anak disetiap akhir tindakan/akhir pertemuan terhadap proses belajar mengajar melalui penerapan permainan leg puzzle dalam meningkatkan

kemampuan berhitung anak TK. Catatan harian siswa tersebut kemudian digunakan oleh peneliti sebagai salah satu alat untuk menilai tingkat keberhasilan

tindakan yang dilakukan.

G. Pengolahan Data

Data yang hendak dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang perencanaan, pengaplikasian dan deskripsi hasil melalui penerapan permainan leg

(28)

data, maka selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data dengan cara sebagai berikut:

1. Mereduksi, yaitu data mentah yang diperoleh peneliti dari kegiatan observasi, wawancara, tugas anak dan catatan pendapat anak diseleksi dan

diklasifikasi berdasarkan aspek-aspek permasalahannya, kemudian dirangkum sehingga mudah untuk dipahami.

2. Kodifikasi, yaitu data-data yang telah direduksi diberi kode tertentu

berdasarkan jenis sumbernya. Kodifikasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah dengan memberikan kode pada setiap nama

anak dalam lembar keaktifan anak dan lembar penilaian anak.

3. Kategorisasi, kegiatan ini dilakukan berdasarkan hasil belajar anak,

berupa aktivitas menyusun kepingan-kepingan puzzle, berhitung, bertanya, menjawab pertanyaan, dan lain-lainnya.

4. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi, kegiatan ini merupakan tahap

pemberian arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola urutan dan mencari hubungan uraian selama penelitian berlangsung.

H. Validasi Data

Validasi merupakan salah satu syarat penting dalam pelaksanaan seluruh

jenis penelitian, termasuk dalam Penelitian Tindakan Kelas. Validasi data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah practical validity, yaitu

(29)

Tindakan Kelas ini layak digunakan (Sukidin, 2002: 101). Agar derajat kepercayaan penelitian andal atau dapat dipercaya, maka validasi yang dilakukan

oleh peneliti berupa: 1. Triangulasi

Menurut Sukidin, dkk (2002: 102) triangulasi adalah proses memastikan sesuatu dari berbagai sudut pandang atau suatu cara untuk mendapatkan keakuratan data dengan menggunakan berbagai cara/prosedur/metode agar data

yang diperoleh dapat dipercaya kebenarannya. Dengan kata lain, triangulasi merupakan suatu proses pemeriksaan data tentang pelaksanaan tindakan dengan

menggunakan sumber lain, yaitu mengkonfirmasikan informasi dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Dalam hal ini, peneliti mengkonfirmasikan hasil

penelitian kepada guru yang bersangkutan, anak , teman sejawat, dan pembimbing yang terlibat dalam penelitian.

2. Members check

Members check adalah suatu kegiatan peneliti mengecek kebenaran dan kesahihan data temuan dengan cara mengkonfirmasikan kepada guru kelas pada

setiap akhir tindakan. 3. Audit Trail

Peneliti mengecek kebenaran data yang telah dikumpulkan dengan cara

membicarakan dan mendiskusikan dengan mitra peneliti. 4. Interpretasi

(30)

mengacu pada norma-norma praktis yang disetujui atau diintuisi guru itu sendiri dan menggambarkan pembelajaran yang baik. Hasil dari interpretasi yang telah

Gambar

Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Model Tindakan (Kemmis dalam Hopkins, 1993: 43)

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh konsentrasi yang berbeda dari pemberian POC US terhadap tanaman cabai rawit tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, akan tetapi nyata terhadap

Giliran dalam penyajian makanan atau disebut dengan Courses pada masa sekarang dikenal dengan Menu Moderen atau Modern Menu yang terdiri dari 4 giliran makan atau courses

KAP spesialisasi industri memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih mengenai perusahan-perusahaan pada suatu industri, sehingga telah mengetahui kondisi

Kenaikan jabatan pada Kantor STIA LAN Makassar pada dasarnya masih bersifat manual, proses penilaian kinerja yang dilakukan tidak sesuai dengan kenyataan dan

Menimbang, bahwa permohonan banding dari Kuasa Hukum Pembanding semula Tergugat II, telah diajukan dalam tenggang waktu dan menurut tata cara serta memenuhi

Kebiasaan-kebiasaan pulang bersama itu pada akhirnya mengubah aku, kami, mereka, yang awalnya tak begitu akrab menjadi teman satu geng.. Di awal pulang bersama, aku

Untuk memantapkan niat dan menyusun rencana, pihak amanatul ummah kemudian berkomunikasi dengan SMA Negeri 05 Surabaya dan perwakilan Cambridge untuk menjajaki

Sifat fisik batang kayu sawit tidak terlalu begitu berpengaruh nyata oleh perlakuan perbedaan suhu panas tapi sangat berpengaruh nyata oleh perbedaan tekanan yang diberikan