• Tidak ada hasil yang ditemukan

Slide PSI 369 Pertemuan I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Slide PSI 369 Pertemuan I"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN SISWA

BERKEBUTUAN KHUSUS

Kuliah 1

(2)

Siswa Berkebutuhan Khusus

Siswa berkebutuhan khusus adalah siswa yang membutuhkan pendidikan yang berbeda dari siswa lainnya (

Anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan/kebutuhan dan potensinya secara maksimal. Meliputi mereka yang tuli, buta, memiliki gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental, gangguan emosional. Juga anak-anak yang berbakat dengan inteligensi yang tinggi, dapat dikategorikan sebagai anak khusus/luar biasa, karena memerlukan

(3)

Batasan

Anak Berkebutuhan Khusus

Berdasarkan kesimpulan oleh Mangunsong (1998) :

anak yang tergolong luar biasa adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal dalam hal: ciri-ciri mental,

kemampuan sensorik, fisik dan neuromuskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi, maupun

(4)

Prevalensi

Siswa berkebutuhan khusus

Incindence adalah jumlah individu yang teridentifikasi pertama kali pada suatu kategori disorder dalam durasi waktu tertentu (biasanya dalam 1 tahun)

Prevalensi adalah jumlah keseluruhan individu yang menderita gangguan tertentu. Biasany disampaikan melalui persentase dari keseluruhan populasi.

Siswa yang menerima pendidikan khusus di Amerika, usia 6-21 tahun adalah:

Specific Learning disability : 43.6%

Speech language or language impairment: 19.2%

Intellectual Disabilities: 8.3%

Emotional Disturbance : 7.3%

Other health impairment: 10.5%

(5)

Kategori keluarbiasaan yang sering

ditemui

Low-incidence (angka kejadian yang rendah) yang sering ditemui di sekolah :

- Tuna netra - Tuna rungu

- Tuna grahita sedang-berat.

- Tuna Daksa dan gangguan kesehatan - Autisme

High-incidence (angka kejadian yang tinggi) yang sering ditemui di sekolah :

- Kesulitan belajar khusus - Slow learner

- Tuna grahita ringan

(6)

Jenis-jenis

Anak Berkebutuhan Khusus

(Program Direktorat PLB, 2006)

1.

Tunanetra

2.

Tunarungu-wicara

3.

Tunagrahita : (a.l. Down Syndrome) - c : Tunagrahita Ringan (IQ = 50-70) 5. Tunalaras (Dysruptive) 6. Tunawicara

(7)

8.

HIV AIDS

9.

Gifted : Potensi Kecerdasan Istimewa (IQ > 125 )

10.

Talented : Potensi Bakat Istimewa (Multiple Intelligences : Language, Logico-mathematic, Visuo-spatial,

Bodily-kinesthetic, Musical, Interpersonal, Intrapersonal, Natural, Spiritual)

11.

Kesulitan Belajar (a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD,

Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung, Dysphasia/Bicara, Dyspraxia/ Motorik)

12.

Lambat Belajar ( IQ = 70 – 90 )

13.

Autis

14.

Korban Penyalahgunaan Narkoba

(8)

Perbedaan terkait keluarbiasaan

Impairment : ketiadaan atau keabnormalan fungsi

psikologis, fisiologis, atau struktur anatomi dari

seseorang

Disability : keterbatasan yang dialami seseorang karena

ketiadaan atau keabnormalan fungsi psikologis, fisiologis,

atau struktur anatomi

Handicap : berkaitan dengan kerugian yang dialami

(9)

Disability vs Handicap

Disability adalah ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu krn cacat atau tidak cakap

Handicap adalah kerugian akibat ketidakmampuan yang dimiliki oleh individu.

Ketidakmampuan yg dimiliki mungkin saja dapat menyebabkan kerugian atau tidak menyebabkan kerugian  tergantung dgn lingkungan

(10)

Pendidikan Khusus

Pendidikan khusus adalah adanya instruksi pengajaran

yang disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan

siswa sehingga mereka tetap memperoleh haknya akan

pendidikan.

Ada tiga komponen yang harus memenuhi kriteria

pendidikan khusu:

1.

Instructional content

2.

Instructional procedure

(11)

Instructional Content

Ialah: apa yang diajarkan kepada siswa.

Misal: siswa dengan hambatan intelektual moderate

kelas 3 SD belajar matematika. Maka content yang

diajarkan setara dengan anak kelas 1 SD. Misal

penambahan satu digit.

(12)

Instructional Procedure

Ialah : bagaimana content diajarkan kepada siswa

Akomodasi : perubahan dalam kurikulum dan prosedur

pengajaran sehingga siswa dapat menyelesaikan tugas atau pelajarannya.

Disini pentingnya dituliskan cara pengajaran untuk siswa yang bersangkutan.

Misal : siswa dengan diskalkulia kelas 3 SD akan belajar

pengurangan tiga digit. Cara mengajar harus dituliskan dengan detil

(13)

Instructional Environment

Bukan saja melibatkaun dimana proses belajar

berlangsung, namun juga menerapakn adaptasi

lingkungan dan tempat belajar siswa.

Misal: siswa dengan autisme membutuhkan lingkungan

belajar yang terstruktur dan dapat diprediksi. Tugas guru

tersebut menyediakan situasi lingkungan tersebut agar

siswa dengan autisme dapat belajar dengan optimal.

Assisstive technology: sistem produk apa pun yang sudah

dimodifikasi untuk membantu siswa belajar dengan

(14)

Who deliver Special Education?

Guru PLB

(15)

Sejarah Pendidikan Khusus di Amerika

Individuals with Disabilities Education Act of 1990 (IDEA) –

Setiap negara bagian memiliki LEA (local educational Agency)

1.

Free Appropriate Public Education - seluruh siswa

berkebutuhkan khusus gratis mendapatkan pendidikan yang sama dengan teman sebayanya yang tidak memiliki

kebutuhkan khusus

2.

Child Find - Setiap siswa yang dicurigai memiliki kebutuhkan khusus wajib diidentifikasi menggunakan asesmen untuk segera mendapatkan pelayanan pendidikan khusus

(16)

4.

Procedural Guidelines – Mulai dikembangkan panduan

keamanan bagi siswa berkebutuhan khusus agar hak siswa dan orang tua terpenuhi , seperti hak melihat record siswa, ikut serta dalam asesment, hak memilih pendidikan sendiri di luar saran dari pemerintah

5.

Evaluation Procedures – meliputi evaluasi mengenai

kepastian siswa memiliki kebutuhkan khusus, penentuan jenis layanan pendidikan khusus. Evaluasi ulang tidak boleh lebih dari 1x dalam setahun

6.

Persiapan program transisi ke pra sekolah – intervensi dini

(17)

Sejarah Pendidikan Inklusif di Indonesia

UUD 1945

setiap WNI berhak mendapatkan pendidikan

Konferensi Nasional Inklusi di Bandung tahun 2004.

menghasilkan deklarasi yang berisi

1.

Pembangunan kapasitas dan kesadaran terhadap inklusi

di kalangan pemerintah dan pemangku kepentingan

2.

Deklarasi Nasional menuju pendidikan inklusif di

Indonesia

(18)

Sejarah Pendidikan Inklusif di Indonesia

Simposium Internasional di Bukittinggi yang

menghasilkan Rekomendasi Bukittinggi. Isinya: terung

mengembangkan program pendidikan inklu pendidikan

dan inklusif sebagai salah satu cara menjamin agar setiap

anak memperoleh pendidikan dan pemeliharaan yang

berkualitas layak

Referensi

Dokumen terkait

(2) Dalam hal terjadi perubahan terhadap kelas jabatan dari para pemangku jabatan di lingkungan Kementerian Perindustrian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kelas

Pada penelitian ini didapatkan proporsi kelainan kongenital, proporsi persalinan dengan seksio sesaria dan tindakan, proporsi adanya preeklamsia dan rata-rata umur kehamilan

(SOFC).Elektrolitpadat SOFC dibuatdaribahanCalsia Stabilized Zirconia (CSZ) dan Magnesium Oxide.Kandungan Magnesium Oxide dalam % berat yang.. bervariasiyaitu 0%, 0.1%,

(2) Dalam hal terjadi perubahan terhadap kelas jabatan dari para pemangku jabatan di lingkungan Kementerian Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kelas jabatan

Nama produk adalah Lampu Duduk yang merupakan salah satu produk keramik yang sering dibuat oleh industri berskala kecil atau terbatas menggunakan motif dan dekorasi terawang

di bawah ini menjelaskan tentang layout atau susunan komponen yang mencakup semuanya alat pengukur Indeks Massa.. Tubuh selanjutnya dapat di lihat pada gambar sebagai

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Jakarta:Depdiknas.. Direktorat Pendidikan Kesetaraan (2006), Acuan proses pelaksanaan

Studi komparasi sedimen soil dengan residual soil di wilayah Jatigede.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu