• Tidak ada hasil yang ditemukan

Slide PSI 369 Pertemuan II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Slide PSI 369 Pertemuan II"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN

SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS

Kuliah 2

(2)

Pendidikan

Anak Berkebutuhan Khusus

Pendidikan khusus

Ialah instruksi pengajaran yang khusus didesign untuk

memenuhi kebutuhan tidak biasa dari siswa

berkebutuhan khusus, spt membutuhkan material,

teknik mengajar, dan alat/fasilitas khusus (Huefner,

dalam Hallahan 2009).

Spt siswa tunet membutuhkan

large print reading

(3)

Jenis Bentuk Layanan Pendidikan

SEKOLAH LUAR BIASA

- Satuan pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus : TKLB, SDLB,SMPLB,SMALB,SMKLB

SEKOLAH INKLUSIF

- Sekolah Biasa Penyelenggara Pendidikan Inklusif, yang

mengakomodasi semua anak berkebutuhan khusus (yang mempunyai IQ normal) bagi : a. Yang memiliki Kelainan (Intelectual Challenge), bakat

(4)
(5)

Penyediaan

Pendidikan Khusus

◦ Siapa saja yang memberikan pendidikan khusus? ◦ Pertimbangkan :

1. Jumlah siswa dan seberapa berbeda siswa berkebutuhan khusus dgn populasi normal

2. Sumber2 apa saja yg tersedia di sekolah dan komunitas.

◦ Bila ternyata, guru sekolah umum mampu mengoptimalkan apa yg dimiliki dirinya dan sekolah u/ membantu mrk, maka guru tidak

membutuhkan specialits service

◦ Alternatif lainnya, guru sekolah dapat konsultasi dengan special educator dan school psychologist dalam mempertimbangkan

(6)

A resources teacher menyediakan jasa untuk siswa dan

guru di satu sekolah.

Biasanya siswa berkebutuhan khussus join kelas reguler

dan bekerja dgn resources teacher ini di kelas.

Special self-contained class

Special day school

Hospital or homebound instruction

(7)

Special education laws menyatakan bahwa siswa

berkebutuhkan khusus harus berada di LRE (LEAST

RESTRICTIVE ENVIRONMENT), yaitu siswa tidak boleh

dipisahkan dengan siswa normal atau dipisakan dari

rumah, keluarga, dan komunitas. Hal ini dilakukan agar

mereka tetap dapat berfungsi spt layaknya orang lain.

(8)

Program Pengajaran Individual (PPI)

Biasanya dikenal dengan nama IEP (Individualized

Educational Program)

Ialah : program pengajaran individual dimana siswa

dapat dengan tepat menyelesaikan tugas-tugasnya

dengan waktu yg cukup dan kondisi yg termotivasi.

Disusun oleh : tenaga profesi, orang tua, guru kelas,

kepsek, terapis, GPK.

(9)

Penyusunan PPI

Harus mempertimbangkan:

1. Bahan pelajaran yg dipelajari

2. Rumusan tujuan pembelajaran

3. Prosedur kerja dan alat2 bantu

4. Waktu yang digunakan siswa untuk menyelesaikan

tugas

(10)

Integrasi dan Inklusi

Integrasi : menggabungkan siswa2 berkebutuhan

khusus dengan individu normal lainnya, di segala

bidang, termasuk pendidikan.

Terdapat dua tipe integrasi, yaitu:

1.Into larger society

(11)

Konsep utama Integrasi

1. Normalisasi

2. Deinstitusional

3. Self determination

1. Normalisasi : dalam rangka untuk maintain tingkah laku dan karakteristik perilaku orang normal, maka indv dgn kebutuhan khusus dilatih untuk dapat melakukan hal2 tsb yg sesuai norma dan budaya “indv normal”

◦ Ide dari normalisasi adalah barrier/penghambat indv dgn kebut khusus untuk dapat berpartisipasi ke dalam kehidupan orang normal harus dipisahkan. ◦ Dengan perkataan lain, kita harus menggunakan alat/means atau

(12)

Konsep utama Integrasi (cont)

2.

Deinstitusi

Ialah : mengeluarkan indv2 yang berada di institusi khusus

agar kembali bergabung dengan lingkungan dan

keluarganya. Sehingga mereka dapat bekerja.

Misal: di Amerika thn 60-70an, indiv2 yg memiliki intelektual

deficit dimasukan dalam institusi ttt. Kemudian mrk dikeluarkan

dan masuk dalam kelompok kerja di sekitar lingkungan mrk.

Misal : ada job coach yang dilakukan oleh warga sekitar.

(13)

Konsep utama Integrasi (cont)

3.

Self determination

Ialah : hak seseorang untuk menentukan keputusan penting

dalam hidupnya, termasuk didalamnya pekerjaan, berteman

dengan siapa, sekolah dimanan, dsb

Idealnya, sso yang memiliki disabilities tetap

wajib

(14)

Perbedaan Integrasi dan Inklusi

Integrasi

◦ Anak2 penyandang cacat yang mengikuti kelas/sekolah khusus

dipindahkan ke sekolah reguler ketika mereka dianggap siap untuk mengikuti suatu kelas di sekolah reguler.

◦ Mrk ditempatkan di dalam suatu kelas berdasarkan tingkat

keberfungsiannya dan pengetahuannya bukan menurut usia. ◦ Inklusif

◦ Masyarkat inklusif  1) semua anak dan orang dewasa adalah

(15)

Tipe Integrasi

1. Integrasi dalam acara-acara kebudayaan tertentu 2. Integrasi fisik dimana siswa ABK terlihat

3. Partisipasi yang sistematis/sporadis bagi siswa untuk pelajaran

tertentu di kelas reguler tertentu  biasanya dalam kegiatan musik, keterampilan/olahraga

4. Partisipasi reguler di kelas reguler untuk mata pelajaran ttt

5. Pada prinsipnya partisipasi penuh dalam kelas reguler tetapi harus meninggalkan kelas untuk mendapatkan pelatihan khusus di ruang khusus

◦ Dengan demikian, ABK harus menyesuaikan diri dgn ketentuan sistem dan aktivitas kelas reguler.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Dalam hal terjadi perubahan terhadap kelas jabatan dari para pemangku jabatan di lingkungan Kementerian Perindustrian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kelas

Pada penelitian ini didapatkan proporsi kelainan kongenital, proporsi persalinan dengan seksio sesaria dan tindakan, proporsi adanya preeklamsia dan rata-rata umur kehamilan

(SOFC).Elektrolitpadat SOFC dibuatdaribahanCalsia Stabilized Zirconia (CSZ) dan Magnesium Oxide.Kandungan Magnesium Oxide dalam % berat yang.. bervariasiyaitu 0%, 0.1%,

(2) Dalam hal terjadi perubahan terhadap kelas jabatan dari para pemangku jabatan di lingkungan Kementerian Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kelas jabatan

Nama produk adalah Lampu Duduk yang merupakan salah satu produk keramik yang sering dibuat oleh industri berskala kecil atau terbatas menggunakan motif dan dekorasi terawang

Guru yang dijadikan sampel adalah mereka yang memenuhi kriteria (1) mempunyai latar bela- kang pendidikan yang relevan dengan tugasnya, (2) merupakan guru tetap, yaitu guru

[r]

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi wilayah kantong penyakit DBD di Jawa Timur dengan Flexibly Shaped Spatial Scan Statistic dan untuk mengetahui faktor-faktor yang