• Tidak ada hasil yang ditemukan

S KOR 1203662 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S KOR 1203662 Chapter3"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

26

memecahkan masalah dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2010, hlm.2)

menjelaskan bahwa “metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen.

Metode ini digunakan untuk mengetahui hasil ketika sudah dilakukan treatmen

atau latihan tambahan. Sugiyono (2010, hlm.6) menjelaskan bahwa “metode

penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk

mencari pengaruh treatment (perlakuan)”.

Dari penjelasan di atas metode penelitian eksperimen ini mempunyai sifat

yang harus dicobakan atau adanya pemberian treatment atau pemberian latihan.

Maka dari itu faktor yang dicobakan adalah latihan Plyo to sprint dan Double leg

hop progression terhadap peningkatan power otot tungkai dalam cabang olahraga

sepakbola.

B.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam sebuah penelitian diperlukan sember data yang digunakan untuk

memperoleh data yang sesuai dengan yang diinginkan. Adapun mengenai objek

yang hendak diteliti adalah dinamakan dengan populasi dan sampel penelitian.

Mengenai populasi Sugiyono (2011, hlm, 80) menjelaskan bahwa “Populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan menurut Arikunto

(2010, hlm. 173) mengatakan “populasi adalah keseluruhan objek penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 1 Parongpong yang

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola yang berjumlah 18 orang. Penelitian

(2)

Asep Sudrajat, 2016

dikarenakan peneliti terlibat dalam kepengurusan Ekstrakurikuler sepakbola

SMAN 1 Parongpong kurang lebih 1 tahun kebelakang, selain itu guna

mengefektifkan waktu peneliti karena intensitas waktu akan tercurah di lapangan,

serta lebih meningkatkan mutu latihan Ekstrakurikuler SMAN 1 Parongpong.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian berarti sekelompok subyek dimana informasi

diperoleh. Mengenai sampel menurut Arikunto (2010, hlm.174) menyatakan

bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Jumlah

sampel yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman pada Arikunto (2002,

hlm.112) yang mengatakan bahwa “apabila subjek kurang dari 100 lebih baik

diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Teknik

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling, dimana

menurut Sugiyono (2010, hlm.61) bahwa “total sampling / sampling jenuh adalah

teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel,

hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang”.

Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana anggota populasi dijadikan

sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa ekstrakurikuler sepakbola

SMAN 1 Parongpong yang berjumlah 18 orang, 18 orang tersebut adalah siswa

yang mengikuti latihan.

Untuk menentukan kelompok latihan, terlebih dahulu dilakukan tes awal.

Setelah tes awal didapat, dilakukan penyusunan rangking dari yang terbesar

sampai yang terkecil dan penjodohan dengan menggunakan metode A-B-B-A,

metode ini digunakan agar kedua kelompok mempunyai kemampuan yang

seimbang (equivalen). Kemudian sampel dipisahkan menjadi 2 kelompok yaitu

kelompok A untuk kelompok latihan plyo to sprint berjumlah 9 orang dan

kelompok B untuk kelompok latihan double leg hop progression berjumlah 9

orang.

C.Desain Penelitian

Dalam sebuah penelitian, desain penelitian sangatlah penting untuk

berjalannya sebuah penelitian yang sistematis. Desain penelitian yaitu digunakan

(3)

Asep Sudrajat, 2016

dalam penelitian eksperimen yang bisa digunakan. Penggunaan desain tersebut,

disesuaikan dengan aspek penelitian dan pokok masalah yang akan diungkapkan.

Atas dasar hal tersebut peneliti menggunakan desain The Pretest-Post test group

Design seperti pada gambar 3.1.

� � �

� � �

Gambar 3.1.

Desain Penelitian (Sumber : Lutan)

Keterangan :

� = Tes Awal

� = Treatment latihan plyo to sprint

� = Treatment latihan double leg hop progression

� = Tes Akhir

Sedangkan langkah pengumpulan data sebagai berikut : kelompok latihan

Plyo to sprint dan kelompok latihan Double leg hop progression seperti pada

gambar 3.2.

Populasi

Sampel

Tes Awal

Treatment latihan Plyo to sprint

Treatment latihan Double leg hop progression

Populasi

Analisis Data Pengolahan Data

(4)

Asep Sudrajat, 2016

Gambar 3.2.

Langkah-langkah Pengumpulan Data

D.Instrumen Penelitian

Proses pengumpulan data diarahkan kepada data yang valid yang sesuai

dengan fakta dilapangan. Validitas suatu data ditentukan oleh materi tes yang akan

diberikan kepada sampel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Three hop jump test. Dalam blog topend sports (2013, hlm. 1) mengungkapkan:

This is a test of leg power in which you have to perform three consecutive

horizontal jumps. There is also a similiar 3-hop jump test.

Purpose : to measure horizontal and vertical power of the legs with a component of balance and coordination

Equipment required : tape measure to measure distance jumped. Flat grass area. The strating take off line should be clearly marked

Procedure : the aim of this test is to perform three consecutive one-leg hops as far as possible strecth out approximately 30 fet or rope or tape

measure to mark the hopping direction and to aid recording the jump

distance the athlete stars by standing behind a line with feet shoulder

widht apart when ready they are to perform three, consecutive broad

jumps non stop. Using a forward as weil a vertical jump style that allows

them to gain maximum distance. They are able to use their arms assist the

explosive movement and for balance

Scoring : the measurement is taken from take-off line to the nearest point of contac on the landing of the thrid jump (back of the heels). Record the

longest distance jumped, the best of three trials

Variations / modivications : a long jump landing pit may be used instead so that the final jump lands in the sand, which enables the subject to

confidently put more effort into the the final jump, and to extend the legs

further in front of the body for landing. The best can also be conducted

with any number of consecutive jumps.

(5)

Asep Sudrajat, 2016

Disadvantages : there is some skill component in this test

Comments : falling or stepping backward after the landing will result in measurement to that point of contact rather than where the feet first

touched. Some subjects will try to use a step at take-off.

Menurut uraian di atas adalah tes power kaki di mana Anda harus melakukan tiga

lompatan horisontal berturut-turut. Ada juga tes 3 loncatan lopmat serupa.

Tujuan: untuk mengukur kekuatan horisontal dan vertikal dari kaki

dengan komponen keseimbangan dan koordinasi

Peralatan yang dibutuhkan: meteran untuk mengukur jarak lompatan,

tempat berumput yang datar, garis start harus ditandai dengan jelas

Prosedur: tujuan dari tes ini adalah untuk melakukan satu loncatan kaki

tiga kali berturut-turut sejauh mungkin dengan jarak sekitar 30 kaki atau

tali atau meteran untuk menandai arah melompat dan untuk membantu

merekam jarak lompatan dari atlet dengan berdiri di belakang garis dengan

kaki dan lebar bahu terpisah ketika mereka siap untuk tampil, secara

berurut papan penilai lompatan tanpa jeda. Menggunakan awalan sebagai

gaya melompat vertikal yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan

jarak maksimum. Mereka mampu menggunakan bahu mereka membantu

gerakan secara eksplosif dan untuk keseimbangan

Penilaian: Penilaian diambil dari garis take-off ke titik terdekat dari garis

pada pendaratan lompatan ketiga (belakang tumit). Mencatat jarak terjauh

lompatan, yang terbaik dari tiga percobaan.

Variasi / modifikasi: satu lompatan jauh yang mendarat di pit dapat

digunakan sebagai pengganti sehingga lompatan terakhir tetap di pasir,

yang memungkinkan subyek percaya diri untuk lebih berupaya dalam

lompatan terakhir, dan untuk memperpanjang kaki ke depan tubuh untuk

mendarat. Yang terbaik juga dapat dilakukan dengan jumlah lompatan

berturut-turut.

Keuntungan: Tes ini sederhana dan cepat untuk dilakukan, membutuhkan

sedikit peralatan.

Kekurangan: ada beberapa komponen keterampilan dalam tes ini

(6)

Asep Sudrajat, 2016

menghasilkan pengukuran ke titik dimana terjadi kontak bukan di mana

kaki pertama kali menyentuh. Beberapa mata siswa akan mencoba untuk

menggunakan langkah saat take-off.

 Model Tes :

Gambar 3.3. Three hop jump test

(Sumber: http://www.topendsport.com)

E.Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan persepsi tentang judul, maka perlu ada

penjelasan tentang arti dan makna judul tersebut. Penjelasan tersebut dalam

penegasan istilah seperti berikut:

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut

untuk membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang (Depdikbud,

1989, hlm. 664) . Pengertian pengaruh yang dimaksud adalah akibat yang timbul

dari hasil latihan Plyo to sprint dan Double leg hop progression terhadap

peningkatan power otot tungkai dalam cabang olahraga sepakbola.

2. Latihan

Latihan adalah kegiatan atau aktivitas latihan yang dilakukan secara

berulangulang, sistematis, berencana, dengan beban kian hari kian bertambah.

Latihan yang dimaksud penulis adalah suatu metode atau bentuk perlakuan untuk

memperoleh hasil peningkatan power otot tungkai dalam permainan sepakbola

dengan perlakuaan atau latihan Plyo to sprint dan Double leg hop progression.

(7)

Asep Sudrajat, 2016

Pliometrik adalah latihan-latihan atau ulangan yang bertujuan

menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakan

-gerakan eksplosif. Istilah ini sering digunakan dalam menghubungkan -gerakan

lompat yang berulang-ulang atau latihan reflek regangan yang cepat dari otot-otot

yang terlibat untuk menghasilkan reaksi yang eksplosif (Johansyah Lubis, 2009).

4. Latihan Plyo to sprint

Latihan Plyo to sprint adalah bentuk latihan dengan melompat keatas

menggunakan dua kaki dan di akhiri dengan lari sprint (Brown dkk 2000. Hlm

216) “For example, you may peform three vertical jump followed by a 5-20yard

sprint” uraian tersebut adalah untuk melakukannya, kalian hanya melakukan

gerakan melompat ke atas sebanyak 3 kali dan diakhiri dengan sprint 5-20meter.

sedangkan menurut Watts (2015, halm, 1) “The athletes will execute 3 vertical

jump or the athletes will then execute 3 tuck jumps over hurdle and then after the

last hurdle or vertical jumps, the athlete will then sprint 5-20 yardsmaksud

pernyataan tersebut adalah para atlet akan mengeksekusi 3 lompatan vertikal atau

atlet akan melakukan 3 lompatan sempit melalui rintangan dan kemudian setelah

rintangan terakhir atau melompat vertikal, atlet akan sprint sejauh 5-20 meter.

plyo to sprint adalah latihan untuk mengembangkan lompatan dan

kecepatan linear sehingga atlet akan melompat keatas atau dengan melewati 3

rintangan, diakhiri dengan melakukan sprint. Untuk melakukan latihan ini tubuh

bagian bawah melakukan latihan Plyometrik (vertical jump, tuck jump dan

lain-lain) dan setelah mendarat segera lakukan sprint 5-20m. Sebelum melakukan

sprint anda dapat melakukan pengulangan lompatan sebanyak satu atau lebih.

5. Latihan Double leg hop progression

Double leg hop progression merupakan salah satu bentuk latihan dari

Plyometrik. Latihan dengan intensitas tinggi yang sebenarnya dirancang untuk

mempercepat perkembangan otot dan daya tahan tubuh pada atlet. Latihan

plyometrik mengondisikan tubuh untuk berlatih dengan resistensi dinamis yang

cepat meregangkan otot (tahap ekstrinsik) dan kemudian mempersingkat tahap

konsentris dengan cepat. Seperti yang dikemukakan oleh Radeliffe and

(8)

Asep Sudrajat, 2016

mengembangkan explosive power, yang merupakan komponen penting dalam

pencapaian prestasi sebagian besar atlet”.

Salah satu bentuk latihan plyometrik adalah doubleg hop progression,

menurutJackson (2011, hlm. 4) menyatakan bahwa:

Be sure to practice good form for these hops. Remember, in medial hops, the hurdle will be to the inside of the jumping leg. For lateral hops, it will be to the outside of the jumping leg. And then jump over the hurdle and upon landing, quckly jump again.

Maksud dari pernyataan tersebut adalah pastikan untuk latihan yang baik

untuk loncatan ini. Ingat, di loncatan medial, rintangan akan terjadi saat kaki

melompat. Untuk loncatan lateral, akan keluar dari kaki melompat. Dan kemudian

melompati rintangan dan setelah mendarat, secara cepat melompat lagi.

Sedangkan double leg hop progression Radcliffe J.C. & Farentinos R.C.

(2013, hlm. 82) mengemukakan bahwa :

Single-response hop-upon clearing the first hurdle, land with full-foot contact and give at the knees and hips. After sticking this landing, then reset the body position, stance, and relationship to the next hurdle. Then execute the next hop. This reset allows for a re-education of landing and takeoff technique.

Maksud dari pernyataan di atas yaitu Respon tunggal saat loncatan awal

menghilangkan rintangan pertama, terjadi kontak secara penuh antara tanah dan

kaki lalu kemudian pada lutut dan pinggul. Setelah menempel pada pendaratan

ini, kemudian mengulang posisi tubuh, sikap, dan hubungan dengan rintangan

berikutnya. Kemudian jalankan loncatan berikutnya. Pengulangan ini

memungkinkan untuk pengajarann ulang pendaratan dan teknik lepas landas.

F. Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau

universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada

setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan

ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat,

dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini

diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk

(9)

Asep Sudrajat, 2016

2012:), sehingga para siswa bisa menciptakan prestasi baik dari non akademik

atau bidang akademik.

Penelitian ini dilaksanakan di SPN Cisarua Kabupaten Bandung Barat.

Waktu penelitian dilaksanakan dari tanggal 25 April sampai 03 Juni selama 6

minggu dengan perlakuan eksperimen selama 16 kali pertemuan dengan frekuensi

pertemuan tiga kali dalam seminggu. Dengan demikian pemberian treatment

sebanyak 6 minggu, hal ini untuk memberikan perubahan terhadap proses latihan.

Harsono (1988, hlm.208) menjelaskan bahwa “latihan bukanlah aktifitas yang

dapat kita harapkan cepat diperoleh hasilnya. Baru setelah kira-kira satu bulan

latihan biasanya akan nampak perubahan pada tubuh kita”. Mengenai jangka

waktu latihan Kosasih (1995, hlm.28) mengatakan bahwa “latihan tiga kali setiap

minggu, agar tidak terjadi kelelahan yang kronis”. Mengenai intensitas latihan

yang diperlukan adalah selama enam minggu, dengan uruatan jadwal selama

seminggunya adalah :

a. Senin, Pukul 14.30-16.30 WIB di Stadion SPN Cisarua Kab. Bandung Barat.

b. Rabu, Pukul 14.30-16.30 WIB di lapangan SPN Cisarua Kab. Bandung Barat.

c. Jumat, Pukul 14.00-16.00 WIB di lapangan SPN Cisarua Kab. Bandung Barat.

Untuk memudahkan dalam penyusunan program latihan dapat dilihat dalam

lampiran. Kemudian latihannya dibagi ke dalam tiga bagian, yakni latihan

pemanasan, latihan inti dan latihan pendinginan. Berikut adalah uraian dari tiga

latihan di atas :

1. Latihan Pemanasan

Sebelum melakukan latihan, sampel diberikan latihan pemanasan terlebih

dahulu, hal ini berkenaan dengan mempersiapkan kondisi fisik tubuh sampel agar

nantinya melakukan latihan/treatment sampel siap secara fisiologis. Latihan

pemanasan yang berupa peregangan statis, yaitu meregangkan secara sistematis

anggota tubuh yang dimulai dari bagian atas sampai bagian bawah. Selanjutnya

diberikan peregangan dinamis yaitu lari mengelilingi lapangan SPN Cisarua Kab.

Bandung Barat selama 5 menit. Penekanan latihan pemanasan lebih kepada

bagian tungkai karena pada latihan inti menekankan kepada kesiapan tungkai

(10)

Asep Sudrajat, 2016

2. Latihan Inti

Sebelum melakukan latihan inti, sampel diharuskan untuk mengecek denyut

nadi, karena denyut nadi sampel harus berada dalam daerah latihan, sehingga

nanti dapat mengontrol kondisi sampel. Latihan inti yang diberikan adalah latihan

Plyo to sprint dan Double leg hop progression.

3. Latihan Pendinginan

Setelah melakukan latihan inti sampel diberikan latihan pendinginan atau

penenangan yang dibimbing oleh peneliti tujuannya adalah untuk mengurangi dan

mencegah terjadinya kelelahan otot akibat latihan. Bentuk latihan yang diberikan

adalah lari kecil selama 6 menit dan ikuti dengan peregangan pasif untuk

melaksanakan otot-otot, terutama otot yang digunakan selama pemberian latihan.

G.Prosedur Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil pengetesan masih merupakan skor-skor

mentah, belum lah berarti sebelum diolah. Supaya skor-skor itu mempunyai arti,

maka data tersebut harus diolah secara statistik agar menimbulkan kebenaran

untuk menjawab persoalan-persoalan atau yang diajukan dalam penelitian.

Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pengolahan data tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Menghitung nilai rata-rata dari kelompok sampel yang telah

distandarisasikan dengan menggunakan rumus :

�̅= Nilai rata-rata

x = Skor yang diperoleh

n = Jumlah orang

Σ = “sigma” yang berarti jumlah

2. Mencari simpangan baku dari skor yang tidak dikelompokkan dengan

(11)

Asep Sudrajat, 2016

S = Simpangan baku yang dicari

n = Banyaknya sampel

x = Nilai yang didapat

�̅ = Nilai rata-rata

Langkah-langkah yang ditempuh adalah:

a. Menentukan nilai rata-rata

b. Mencari x dengan cara mengurangi skor yang didapat dengan nilai

rata-rata.

c. Harga x dikuadratkan, kemudian dijumlahkan

d. Menarik akar kuadrat setelah dibagi jumlah responden.

3. Uji normalitas, Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah data dari hasil

pengukuran tersebut normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan

penulis dalam penelitian ini dalam penelitian ini adalah uji normalitas

Liliefors, Uji inimenggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membakukan setiap bilangan dari hasil observasi, X1, X2, . . . Xn

S = Simpangan baku kelompok sampel

b. Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan daftar distribusi

normal baku, kemudian menghitung peluang

F (zi) = P ( z ≤ zi)

c. Kemudian menghitung proporsi Z1, Z2, . . . , Zn yang lebih kecil atau

sama dengan Zi . Jika Proporsi itu dinyatakan dengan

S (Zi) : S (Zi) = Banyaknya Z1,Z2,...,Zn ≤ Zi

(12)

Asep Sudrajat, 2016

d. Menghitung selisih F (Zi) =- S (Zi) dan menentukan harga mutlaknya

e. Ambil harga mutlak yang paling besar diantara harga-harga mutlak

tersebut, sebutlah harga terbesar L0 kriteria Uji Normalitas Liliefors,

adalah:

1) Hipotesis diterima apabila Lo < Lt , kesimpulannya data berdistribusi

normal

2) Hipotesis ditolak apabila Lo > Lt, kesimpulannya data berdistribusi

tidak normal

4. Langkah berikutnya menghitung peningkatan hasil latihan dengan

pengujian signifikansi, menggunakan uji t dengan rumus:

5. Untuk melihat pengaruh yang lebih signifikan dari perbedaan kedua hasil

maka menggunakan pengujian T-skor dengan rumus:

T-Skor = 50 + 10 (X - �̅ ) atau

S

= 50 + 10 ( �̅ - X) untuk waktu

S

H.Hipotesis Statistika

Sesuai dengan masalah penelitian, maka hipotesis statistik yang dirumuskan

dalam masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

(13)

Gambar

gambar 3.2.
Gambar 3.3. Three hop jump test

Referensi

Dokumen terkait

Makalah ini dibuat dengan tujuan agar pembaca dapat lebih memahami, mengerti dan menambah ilmu pengetahuan tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi, yang saya sajikan dari

[r]

Rata-rata pengembangan adonan roti yang menggunakan bahan pengembang ragi instan dan nira aren setelah difermentasi selama satu jam (cm).

Sehubungan dengan hasil evaluasi penawaran saudara, perihal penawaran Pekerjaan Peningkatan Jalan Simpang Melasu Baru Sebuku , dimana perusahaan saudara termasuk

Pada hari ini Senin tanggal Satu bulan Juli tahun Dua Ribu Tiga Belas , kami Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Diharapkan nantinya akan mendapatkan hasil yang terbaik dari tiap– tiap jenis model penyambungan dari preheat dan PWHT, pengujian dalam penelitian ini meliputi pengujian tarik,

Misalnya, menjelaskan tentang prosedur, maka dipilih penjelasan dengan bagan dll Mampu menjelaskan, walaupun dengan strategi yang standard, seperti memberi ceramah

Lanjutan Pemb Mess Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan , maka dengan ini kami mengundang saudara untuk hadir dalam acara pembuktian kualifikasi sesuai