• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Hak Menjual Pemilik Tanah yang Berasal Dari Harta Bersama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Hak Menjual Pemilik Tanah yang Berasal Dari Harta Bersama"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia selalu berhubungan dengan tanah, yang mana tanah tersebut

dibutuhkan oleh manusia sejak dilahirkan ke dunia ini, artinya manusia lahir ke dunia

ini membutuhkan tanah untuk tempat tinggal, demikian juga manusia meninggal

dunia, membutuhkan tanah untuk tempat dikebumikannya, manusia makin bertambah

jumlahnya, sedangkan tanah tidak bertambah luasnya.

Semua manuasia pasti meninggal dunia maka dengan sendirinya akan timbul

pertanyaan apakah yang akan terjadi dengan hubungan-hubungan hukum tersebut,

dan yang mungkin akan erat sifatnya pada saat seseorang tersebut masih hidup,

seperti bagaimana pengurusan harta miliknya atau dalam hal ini bisa disebut dengan

harta bersama.

Harta bersama adalah harta yang diperoleh selama masa perkawinan suami

isteri, demikian diatur dalam Undang-Undang Hukum Perdata khususnya dalam hal

ini yang beragama kristen. Ketika seseorang meninggal dunia, hal ini akan

menimbulkan sebuah akibat hukum yaitu bagaaimana pengurusan dan kelanjutan

hak-hak dan kewajiban bagi seseorang yang telah meninggal dunia. Penyelesaiannya

dalam hak-hak dan kewajiban sebagai akibat adanya peristiwa hukum karena

meninggalnya seseorang diatur oleh hukum waris1. Jadi hukum waris itu dikatakan

(2)

sebagai himpunan peraturan-peraturan yang mengatur hak-hak dan kewajiban para

ahli waris yang ditinggalkan oleh si pewaris atau yang meninggal dunia terlebih

dahulu.

Demikian juga sebagai filosofi harta benda dalam perkawinan atau harta

bersama didalam Undang undang Perkawinan nomor 1 Tahun 1974 Bab VII Pasal 35

: 1,2:

ayat 1 : dinyatakan Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.

ayat 2 : Harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah dibawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

Dengan putusnya perkawinan didalam Undang undang Perkawinan nomor 1

Tahun 1974 pasal 38 dinyatakan karena kematian, perceraian dan atas keputusan

Pengadilan.

Di dalam hal hendak melangsungkan perkawinan dimana antara si calon isteri

dan calon suami telah membuat perjanjian kawin, dimana dalam perjannian kawin

tersebut menerangkan harta terpisah maka selama dilangsungkan perkawinan tersebut

harta tetap menjadi milik masing masing. Baik harta tersebut yang dibawa sebelum

perkawinan maupun yang didapatkan dalam masa berlangsungnya perkawinan.

Adapun hal tersebut diatur didalam pasal 1338 Kitab Undang undang Hukum Perdata

disebut jugaPacta Sun Servanda (aggrements must be kept) adalah asas hukum yang

menyatakan bahwa “setiap perjanjian menjadi hukum yang mengikat bagi para pihak

(3)

Di dalam pasal 833 Kitab Undang undang Hukum Perdata dinyatakan bahwa

ahli waris dengan sendirinya karena hukum memperoleh hak milik atas segala barang

segala hak dan segala piutang si yang meninggal, maka dengan demikian apabila ada

harta bersama yang akan dijual atau dialihkan kepda orang lain maka haruslah turut

mendapat persetujuan dari pada semua ahli warisnya dari pada si yang meninggal

dunia tersebut. Adapun bahagian dari pada harta warisan tersebut sesuai dengan Kitab

Undanag Undang Hukum Perdata adalah ½ (setengah) bahagian milik si suami dan ½

(setengah) bahagian milik si Isteri, dan apabila salah satu pasangan suami isteri

tersebut meninggal dunia maka ½ (setengah) bahagian kepemilikan yang pasangan

terlebih dahulu meninggal dunia akan beralih kepada ahli warisnya yang dibagi rata

sesuai dengan jumlah ahli warisnya tersebut.

Pada dasarnya yang menjadi perdebatan adalah tentang harta peninggalan

yang ditinggalkan, umumnya dalam pembagian harta peninggalan itu dapat

diselesaikan secarah musyawarah dan mufakat antar sesama ahli waris yang

meninggal dunia, namun apabila timbul sengketa antar ahli waris yang satu dengan

ahli waris yang lainnya, maka pembagian harta peninggalan itu baru dapat

diselesaikan di pengadilan.

Persoalan waris merupakan bagian terkecil dari hukum kekeluargaan yang

masuk lingkup hukum perdata. Pengaturan secara materil mengenai kewarisan dalam

ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yaitu untuk

orang yang beragama Islam (“KHI”) dan untuk orang yang beragama selain Islam

(4)

Kitab Undang undang Hukum Perdata (“KUH Perdata”). Selain itu juga, Kewarisan

diatur di dalam hukum adat yang di dalam praktiknya masih diterapkan sesuai dengan

adat masing masing yang ada di wilayah Negara Republik Indonesia.

Ada kalanya si pewaris yang meninggal dunia tersebut baik suami atau istri

yang yang meningggal dunia terlebih dahulu ada meninggalkan harta warisan yang

merupakan harta bersama berupa tanah sertipikat hak milik yang masih terdaftar atas

nama suaminya atau isterinya yang masih hidup sedangkan pasangan hidupnya yang

masih hidup terlama itu hendak menjual tanah sertipikat hak milik tersebut, tentu

saja ia selama hidupnya membutuhkan biaya untuk kebutuhan hidupnya sehari hari,

sehingga dengan demikian akan memerlukan beberapa tahapan untuk bisa

melangsungkan jual beli tersebut dan tentu saja menurut peraturan dan undang

undang harus adanya surat kematian dari Kepala Kelurahan dimana si yang

meninggal dunia tersebut berdomisisli atau akta kematian yang dikeluarkan oleh

Kantor Catatan Sipil, dan kemudian akan dibuktikan lagi dengan Surat Pernyataaan

Ahli Waris yang di tanda tangani oleh Kepala Kelurahan dan Camat setempat,

sedangkan bagi yang sedang ada perkara Surat Pernyataan Ahli Waris tersebut akan

dikelurakan oleh Pengadilan Negeri setempat bagi yang bukan beragama Islam

sedangkan Pengadilan Negeri Agama bagi yang beragama Islam.

Dalam sistem hukum waris yang ada di Indonesia yang ada hanya mengenal

(5)

warisan. Peristiwa kematian sebagai acuan terbukanya warisan2, artinya seseorang

dinyatakan meninggal secara hakiki, artinya memang benar-benar secara medis dan

hakikatnya dan benar-benar seseorang itu sudah meninggal dunia dengan pembuktian

untuk menentukan bahwa seseorang benar telah meninggal dunia adalah

diperlihatkannya akta kematian yang diterbitkan oleh pegawai catatn sipil bagi

golongan penduduk yang tunduk kepada Hukum Perdata dan bagi golongan pribumi

lebih berperan surat keterangan kematian yang diterbitkan oleh pejabat kepala

pemerintahan setempat.3

Dari seluruh hukum yang dikenal dan berlaku dewasa ini, salah satu hukum

yang yang paling familiar adalah hukum waris. Hukum waris merupakan

bagian-bagian dari hukum kekeluargaan, yang memegang peranan yang sangat penting

dalam masyarakat. Hal ini disebabkan hukum waris itu sangat erat kaitannya dengan

ruang lingkup kehidupan manusia bahwa setiap manusia pasti akan mengalami suatu

peristiwa, yang merupakan peristiwa hukum dan lazim disebut dengan kematian.

Penyelesaian hak dan kewajiban sebagai akibat meninggalnya seseorang,

diatur oleh hukum waris. Jadi warisan itu dapat dikatakan ketentuan yang mengatur

cara pengurusan dan peralihan harta kekayaan (berwujud atau tidak berwujud) dari

pewaris kepada ahli warisnya.

2Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Cetakan ke V. (Jakarta : Universitas Indonesia, 1982) .

(6)

Dalam kehidupan sehari-hari, persoalan waris sering kali menjadi krusial yang

terkadang memicu banyaknya pertikaian dan sampai terjadinya keretakan hubungan

di dalam suatu keluarga, bahwa bukan lagi suatu hal yang biasa sering kita dengar

bahkan kita lihat terjadi pembunuhan antara sesama dalam keluarga. Sudah

merupakan sifat alamiah dari manusia yang pada umumnya ingin mendapatkan lebih

banyak bahkan dari porsi dia yang sebenarnya dari pada ahli waris.

Ahli waris menurut Kitab Undang-Undang Perdata terdiri dari dua jenis, yaitu

ahli waris ab intestato (menurut Undang-Undang) dan ahli waris testamentair

(menurut surat Wasiat).4

Dalam ketentuan hukum di Indonesia dijelaskan bahwa setiap orang dapat

menjadi subyek hukum, tetapi menurut ketentuan undang-undang ada subyek hukum

yang tidak sempurna artinya bahwa subyek hukum itu hanya mempunyai kehendak,

tetapi tidak mampu untuk menuangkan kehendaknya di dalam perbuatan hukum,

dengan kata lain subyek hukum yang tidak sempurna tersebut terkait dengan

kecakapan bertindak atau melakukan perbuatan hukum, mereka mereka itu adalah :

a. Orang yang belum dewasa.

b. Orang-orang yang ditaruh dibawah pengampuan, seperti orang gila, hilang

ingatan.

c. Orang-orang yang undang-undang memperbolehkan atau melarangnya,

misalnya menurut undang-undang Perseroan Terbatas, yang dapat

(7)

mewakili perbuatan hukum PT adalah direktur. Seorang manajer dianggap

tidak cakap mewakili perusahaan tempatnya bekerja jika tidak ada

pemberian dari direktur.

Salah satu contoh kasus yang menarik adalah pada tahun 2011 seorang Tuan

NS yang beragama kristen hendak menjual harta bersama Sertipikat Hak Milik yang

berada di Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor setempat dikenal

dengan Jalan Letjend Jamin Ginting dengan luas 651.-m2 (enam ratus limapuluh satu

meter persegi) yang mana tanah tersebut dia peroleh semasa perkawinan dengan

isterinya almarhumah X, dan sertipikat atas nama si Suami yakni Tuan NS,

berhubung Tuan NS sudah tua dan Tuan NS ingin menjual tanah tersebut kepada

Tuan SS, sementara Sertipikat Hak Milik tersebut dalam agunan pada PT Bank

Negara Indonesia , maka sebelum diadakan transaksi jual beli dihadapan

Notaris/PPAT dibuatlah suatu perjanjian jual beli dengan penerimaan panjar antara

Tuan NS dengan Tuan SS, yang mana panjar tersebut digunakan untuk menebus asli

sertipikat Hak Milik tersebut yang berada di Pesreroan Terbatas (PT) Bank Bank

Negara Indonesia (Persero) Cabang Sutomo. Setelah ditebus dari PT Bank Negara

Indonesia Tuan NS dan Tuan SS sama-sama datang ke hadapan Notaris/PPAT untuk

segera menindak lanjuti penandatanganan akta jual belinya tersebut, dan calon

pembeli Tuan SS juga sudah menyiapkan dana dengan itikad baik hendak segera

melunasinya.

Adapun anak kandung dari pada Tuan NS tersebut dari hasil perkawinannya

(8)

ternyata salah satu anaknya ada yang tidak mau tanda tangan, dan orangnya yang

tidak mau tanda tangan tersebut adalah anak yang tidak patuh pada orang tuanya,

sedangkan panjar sudah diterima Tuan NS dari Tuan SS selaku calon pembeli sebesar

Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah), dan akibatnya dari hal tersebut, pihak

calon pembeli SS melaporkan pihak penjual tersebut ke Pihak Kepolisian Daerah

Sumatera Utara, dan semuanya anak-anaknya tersebut turut dipanggil untuk dimintai

keterangannya dihadapan Kepolisian Daerah Sumatera Utara, termasuk Tuan NS

selaku bapak kandungnya dan juga Tuan SS selaku calon pembeli yang beritikad baik

yang hendak segera melunasi sisa pembayarannya tersebut, berhubung sampai saat

ini tidak ada juga penyelesian dan tidak ada titik perdamaian, atas permintaan calon

pembeli Tuan SS, Polisi pun menyimpan sementara Sertipikat Hak Milik tersebut

dari Kantor Notaris/PPAT dengan memakai Berita Acara penyimpanan seritpikat,

menunggu kedua belah pihak ada perdamaian, adapun hal tersebut dilakukan adalah

demi melindungi kepentingan pihak Calon pembeli yang beretikad baik untuk segera

melunasinya sehubungan dengan perjanjian yang telah dilakukan sebelumnya.

Dari rangkaian permasalahan tersebut diatas bagaimana solusinya atau jalan

keluarnya sehingga terdapat rasa keadilan pada Tuan NS selaku bapak kandung dari

pada anak-anaknya tersebut dan pemilik tanah Sertipikat tersebut yang sampai saat

ini juga masih terdaftar atas nama Tuan NS yang masih hidup samai saat ini,

bukanlah nama isterinya yang sudah meninggal dunia. Ketika waktu masih hiduppun

isterinya adalah memang dibuat atas nama Tuan NS, bukanlah terdaftar atas nama

almarhumah Isterinya tersebut. Yang mana tanah tersebut juga dia peroleh

berdasarkan pencahariannya sendiri bukanlah pencaharian anak-anaknya tersebut,

(9)

anaknya yang tidak mau ikut tanda tangan tersebut. Sedangkan Bapak kandungnya

Tuan NS tersebut sudah usia lanjut dan sangat memerlukan biaya untuk kebutuhan

hidupnya dan juga biaya perobatannya yang juga sudah sedang sakit-sakitan. Dengan

peraturan peraturan tentang harta bersama ini akibatnya harus selalu diikutkan para

ahli warisnya atau anak-anaknya untuk melakukan persetujuannya dan turut menanda

tangani akta jual belinya tersebut dan timbullaah masalah dan sampai saat ini

terganjallah Tuan NS untuk menjual tanah tersebut kepada calon pembelinya, dimana

calon pembelinya sudah beretikad baik untuk segera melunasinya sesuai dengan

perjanjian yang telah mereka sepakati sebelumnya, dan sebelumnya juga sudah

memberikan panjarnya sebesar Rp.400.000.000,-- (empat ratus ratus juta rupiah)

untuk menebus hutang Tuan NS di Kantor Perseroan Terbatas (PT) Bank Negara

Indonesian Cabang Sutomo. Karena berhubung sebelumya Sertipikat Hak Milik yang

berada di Kelurahan Kuala Bekala, Kecamatan Medan Johor tersebut memang

diagunkan di Perseroan Terbatas (PT) Bank Negara Indonesia Cabang Sutomo.

Berdasarkan uraian diatas dan berdasarkan permasalahan singkat yang

diuraikan tersebut diatas, maka penulis sangat tertarik untuk mengkaji permasalahan

tersebut dalam tesis dengan judul“Analisis Yuridis Hak Menjual Pemilik Tanah

Yang Berasal Dari Harta Bersama”.

B. Perumusan Masalah.

Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengalihan hak atas tanah yang berasal dari harta bersama?

2. Bagaimana pengalihan hak atas tanah yang berasal dari harta bersama dimana

(10)

3. Bagaimana akibat hukum pengalihan hak atas tanah yang berasal dari harta

bersama yang tidak mendapat persetujuan dari salah satu ahli waris?

C. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi tujuan

yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui cara pengalihan hak atas tanah yang bersasal dari harta

bersama.

2. Untuk mengetahui pengalihan hak atas tanah yang berasala dari harta bersama

dimana salah satu pihak suami isteri meninggal dunia.

3. Unntuk mengetahui akibat hukum pengalihan hak atas tanah yang berasal dari

harta bersama yang tidak mendapat persetujuan sari salah satu ahli waris.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun

secara praktis, yaitu :

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah

pengetahuan dan wawasan serta sebagai referensi tambahan pada program Studi

Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, khususnya mengenai Pengalihan

atas harta bersama yang dilakukan oleh Bapak dan beberapa anaknya, namun ada satu

orang anaknya tidak setuju dan tidak mau menanda tangani akta jual beli tersebut

dihadapan Notaris/PPAT.

(11)

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan Akademis, praktisi,

maupun masyarakat umunya serta dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang ingin

melakukan penelitian dibidang yang sama.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan

Universitas Sumatera Utara, guna menghindari terjadinya duplikasi terhadap

penelitian di dalam masalah yang sama, maka peneliti melakukan pengumpulan data

khususnya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara menunjukkan

bahwa penelitian dengan judul “ Analisis Yuridis Hak Menjual Pemilik Tanah Yang

Bersasal dari Harta Bersama” belum ada membahasnya, sehingga tesis ini dapat

dipertanggung jawabkan keasliannya secara akademis.

Meskipun ada penulis-penulis terdahulu yang pernah melakukan penelitian

mengenai masalah Harta bersama, atau warisan, namun secara substansi pokok

permasalahan yang dibahas berbeda dengan penelitian ini. Adapun beberapa judul

penelitian yang mendekati yang pernah dilakikan sebelumnya dengan judul penelitian

tesis adalah :

1. Julyana, mahasiswa Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana USU

tahun 2008, dengan Judul “Analisis Yuridis Pembagian Harta Bersama

Milik Orang Tua yang dilakikan Anak di kala kedua orang tua masih

hidup (Putusan MA Tanggal 27 Oktober 2004 No.1187/K/PDT/2000.”

(12)

a. Mengapa hanya seorang anak saja yang diberikan hak milik atas

harta bersama berupa tanah dan bangunan Toko “Agung”

b. Bagaimana akibat hukum pembagian harta bersama milik orang tua

yang dilakukan anak di kala kedua orang tua masih hidup?

c. Bagaimana keduudkan anak luar kawin terhadap pewarisan dalam

kasus Putusan Mahkamah Agung tanggal 27 Oktober 2004 No 1187

K/PDT/2000 antara Ny Tan Jong Nio dan Hadianto Utomo melawan

Jap Hong Tjiang, Hadi Soetjipto dan Susan Chaya Dewi?

2. Endah Mayana, mahasiswa Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana

USU tahun 2010, dengan Judul “Analisis yuridis terhadap pelaksanaan

pembagian harta warisan yang dikuasai oleh satu ahli waris (Studi Kasus

putusan MA No 2134K/Pdt/1989)”.

Dengan permasalahan adalah :

a. Faktor-faktor apa yang menyebabkan sebahagian ahli waris

menguasai harta warisan?

b. Bagaimana tindakan hukum yang dilakukan ahli waris yang dikuasai

haknya oleh ahli waris yang lain?

c. Bagaimana analisis terhadap putusan Mahkamah Agung dalam

menyelesaikan kasus No.2134./PDT/1989?

3. Mirza Baharsan, Mahasiswa Magister Kenotariatan Program Pasca

Sarjana USU tahun 2004, dengan Judul : “Identifikasi Faktor-faktor

(13)

Hadadapan Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah,” (Kajian

Putusan-Putusan Sengketa Akta Jual Beli Tanah di Pengadolan Negeri Medan)”.

Dengan Permasalahan yang dibahas adalah :

a. Faktor-faktor apa yang dominan menjadi penyebab terjadinya

sengketa atas akta jual beli tanah yang dinbuat di hadapan

Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)?

b. Apakah akibat hukum terhadap akta jual beli tanah yang dibuat oleh

Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) setelah perkaranya

diputus oleh Pengadilan Negeri Medan?

c. Bagaimana cara mencegah terjadinya sengketa atas akta jual beli

tanah yang dibuat di hadapan Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah

(PPAT)?

Jika dibandingkan penelitian yang pernah dilakukan dengan penelitian peneliti

ini, baik permasalahan maupun pembahasan adalah berbeda. Dengan demikian maka

penelitian ini adalah asli, serta dapat dipertanggung jawabkan keasliannya secara

akademis. .

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi

1. Kerangka Teori.

Teori adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik

tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara

rasioanl digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan

(14)

penjelasan biar bagaimanapun meyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris

untuk dapat dinyatakan dengan benar. Kerangka Teori adalah menyajikan cara-cara

untuk bagaimana mengorganisasi dan menginterpretasikan hasil penelitian dan

menghubungkannya dengan hasil hasil yang terdahulu.5

Teori harus mengungkapkan suatu tesis atau argumentasi tentang fenomena

tertentu yang menerangkan bentuk sustansi atau eksistensinya,6dan suatu teori harus

konsisten tentang apa yang diketahui tentang dunia sosial oleh partisipan dan ahli

lainnya, minimal harus ada aturan-aturan penerjemah yang dapat menghubungkan

teori dengan ilmu bahkan pengetahuan lain, sedangkan kerangka teori adalah

kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat teori, tesis mengenai suatu kasus atau

permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan pegangan teoritis.7

Menurut J.J.H Bruggink yang dikutip oleh Titik Triwulan Tutik teori hukum

adalah suatu keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan berkenaan dengan sisitem

konseptual antara aturan-aturan hukum dan putusan-putusan hukum dan sistem

tersebut untuk sebagian yang penting dipositifkan.8

Bernard Arief Sidharta seperti yang dikutip oleh Hasim Purba, teori hukum

diartikan sebagai ilmu atau disiplin hukum yang dalam prespektif interdisipliner dan

eksternal secara kritis menganalisa berbagai aspek gejala hukum, baik tersendiri

mapupun dalam kaitan keseluruhan, baik dalam konsepsi teoritisnya maupun

5Burhan Ashshofa,Metode Penelitian Hukum, (Jakarta,: Rineka Cipta, 2010), hal.19.

6H.R. Otje Salman, S dan Anton F Susanto,Teori Hukum, (Bandung: Rafika Aditama, 2005), hal.23.

(15)

praktisnya dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dan

memberikan penjelasan sejernih mungkin tentang bahan hukum yang tersaji dan

kegiatan yuridisnya dalam kenyataan kemasyarakatan.9

Bagi suatu penelitian, teori atau kerangka teoritis mempunyai beberapa

kegunaan.Kegunaan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut :10

a. Teori berguna untuk lebih mempertajam dan mengkhususkan faktor-faktor

yang hendak diselidiki atau dikaji kebenarannya.

b. Teori berguna untuk mengembangkan sisitem klasifikasi fakta membina

struktur konsep-konsep serta mengembangkan defenisi-defenisi.

c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal-hal yang telah

diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut obyek yang diteliti.

d. Teori memberikan kemungkinan pada fakta mendatang, oleh karena telah

diketahui sebab sebab terjadinya fakta tersebut mungkin faktor-faktor tersebut

akan timbul lagi pada masa mendatang.

e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada

pengetahuan peneliti.

Teori hukum yang digunakan adalah teori kepastian hukum. Soerjono

Soekanto menyatakan yang penting dalam kepastian hukum adalah peraturan dan

dilaksanakan peraturan itu sebagaimana yang ditentukan. Apakah peraturan itu harus

adil dan mempunyai kegunaan bagi masyarakat adalah diluar pengutamaan kepastian

(16)

hukum. Dengan tersedianya perangkat hukum yang tertulis, siapapun yang

berkepentingan akan mudah mengetahui kemungkinan apa yang tersedia baginya.

Teori kepastian hukum menekankan pada penafsiran dan sanksi yang jelas

agar suatu perjanjian dapat memberikan kedudukan yang sama antara subyek hukum

yang jelas agar suatu perjanjian dapat memberikan kedudukan yang sama antara

subyek hukum yang membuat perjanjian itu. Memperbaiki kepastian hukum, memang

bukan satu-satunya dan juga tidak dapat berdidi sendirinya, namun dengan

mengetahui hak dan kewajiban masing-masing yang diatur dalam hukum sangat

dimungkinkan tidak terjadi sengketa,11 artinya bila kepastian hukum yang dijadikan

sasaran, maka hukum formal adalah wujud yang dapat diambil sebagai tolak ukurnya,

dengan demikian perlu mengkaji hukum formal sebagai basis dalam menganalisa

suatu kebijakan yang dapat memberikan suatu kepastian hukum.

2. Kerangka Konsepsi

Dalam kerangka konseptional diungkapkan sebagai konsepsi atau pengertian

yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.12 Selanjutnya konsep atau

pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, kalau masalah dan kerangka

konsep teoritisnya sudah jelas /, maka sudah diketahui pula fakta mengenai

gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian dan suatu konsep sebenarnya adalah defenisi

secara singkat dari sekelompok fakta dan gejala itu. Maka konsep merupakan defenisi

11Muhammad Yamin,Beberapa Dimensi Filosofi Hukum Agraria, (Medan: Pustaka Bangsa Pers, 2003), hal.41-42.

(17)

dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan antara variabel-variabel yang ingin

menentukan adanya gejala empiris.

Konsepsional pada hakikatnya merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang

lebih konkrit dari kerangka teoritis (tinjauan pustaka), yang sering kali bersifat

abstrak. Namun demikian, suatu kerangka konsepsional kadang kadang dirasakan

masih abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional yang akan menjadi

pegangan konkrit di dalam penelitian.

Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini perlu

didefinisikan beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi agar secara

operasional dapat dibatasi ruang lingkup variabel dan dapat diperoleh hasil penelitian

yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Konsep itu adalah :

a. Hak menjual adalah : Keleluasaan sesorang atau beberapa orang ahli waris

yang yang berkuasa untuk melakukan, pemindahan perbuatan pengalihan atau

pemindahan.

b. Pemilik tanah adalah : orang orang yang secara bersama-sama mempunyai

hak atas tanah.

c. Harta Warisan adalah : dalam bahasa Indonesia disebut pusaka, yaitu harta

benda dan hak yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia untuk

dibagikan kepada yang berhak menerimanya.

d. Harta bersama adalah : disebut juga harta gono gini atau hasil kekayaan yang

(18)

diperoleh dari hasil kerja suami saja, isteri tetap memiliki hak atas harta

bersama.

G. Metode Penelitian

1. Sifat Penelitian

Spesifikasi penelitian dalam penulisan bersifat deskriptif analisis, yaitu dari

penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sisitimatis tentang

permasalahan yang akan diteliti. Analisis dilakukan berdasarkan gambaran, fakta

yang diperoleh dan akan dilakukan secara cermat bagaimana menjawab permasalahan

dalam menyimpulkan suatu solusi sebagai jawaban dari permasalahan tersebut.13

Pendekatan kualitatif memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum

yang mendasarkan perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan

manusia, atau pola-pola yang dianalisa gejala-gejala sosial budaya dengan

menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh

gambaran mengenai pola pola yang berlaku.14

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode atau jenis penelitian yuridis normatif,

yaitu pendekatan terhadap permasalahan dilakukan dengan mengkaji ketentuan

mengenai kepastian hukum terhadap pemilik tanah yang berasal dari harta bersama

.Menggunakan pendekatan yuridis normatif oleh karena sasaran penelitian ini adalah

hukum atau kaedah (norm). Pengertian kaedah meliputi asas hukum, kaedah dalam

13Mukhlis Lubis dan Mahmun Zulkifli,Ilmu Pembagian Waris, (Jakarta: Citapustaka Media, 1999), hal.3.

(19)

arti sempit (velue), peraturan hukum konkrit. Penelitian yang berobyekkan hukum

normatif berupa asas-asas hukum, sisitem hukum, taraf sinkronisasi vertikal dan

horizontal.15

3. Metode Pengumpulan Data

Sebahgai penelitian hukum normatif, penelitian ini menitik beratkan pada

studi kepustakaan. Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data skunder melalui studi dokumen-dokumen, untuk memperoleh data yang diambil

dari bahan kepustakaan, diantaranya adalah :

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mengikuti

perundang-undangan seperti Kompilasi Hukum Islam.16

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahwa hukum

primer, antara lain berupa tulisan atau pendapat pakar hukum dibidang

waris.17

c. Badan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang sifatnya penunjang untuk dapat

memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

sekunder, seperti jurnal hukum,jurnal ilmiah, surat kabar, internet, serta

makalah-makalah yang berkaitan dengan objek penelitian.18

4. Alat Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya

serta dapat dipertanggung jawabkan hasilnya, maka data dalam penelitian ini

diperoleh melalui alat pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan cara :

15Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Op.Cit, hal.70.

16Ronny Hanitijo Soemitro dan Jurimetri, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), hal.53.

17Ibid, hal.55.

(20)

a. Studi dokumen digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan

membaca, mempelajari, meneliti, mengindetifikasi dan menganalisis data

sekunder yang berkaitan dengan materi penelitian.19

b. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana penulis

melakukan percakapan atau tatap muka yang terarah kepada pihak yang

berkepentingan guna memperoleh keterangan atau data-data yang

diperlakukan. Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh

keterangan lisan guna mencapai tujuan tertentu.20

5. Analisa Data

Penelitian ini bersifat deskriptip. Data hasil penelitian yang berupa data hasil

studi dokumen (data sekunder), data hasil pengamatan dan wawancara , dianalisa

dengan metode kualitatif,21 dengan maksud untuk menggunakan apa yang dianalisis

tadi secara sistematis dan menyeluruh untuk menjawab permasalahan yang diteliti

sehingga dihasilkan kesimpulan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode

deduktif.

Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan

evaluasi terhadap semua data yang dikumpulkan baik secara studi dokumen maupun

wawancara. Setelah itu secara keseluruhan data tersebut akan dianalisis dan

disistematisasikan secara kualitatif yang artinya menjelaskan dengan kalimat sendiri

19Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986), hal.21.

(21)

semua kenyataan yang terungkap dari data sehingga menghasilakan klasifikasi yang

selaras dengan permasalahn yang dibahas dalam penelitian ini.

Pada tahap akhir akan ditemukan hukum secara konkret, sehingga penarikan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan sapi-sapi endometritis pada K1 mengalami regresi CL rata-rata 32 jam setelah terapi, sedangkan pada K2, CL tidak langsung regresi setelah

berpotensi karena ada anggotanya yang meraih prestasi di PON 2012 Pekanbaru Riau dan PON 2015 di Palembang. 4) Atlet Persinas ASAD cenderung merasa pesimis karena

Metode Northwest Corner, Metode Biaya Terkecil, dan Metode Vogel’ s Approximation (VAM) digunakan untuk mencari penyelesaian awal dari masalah transshipment

Membandingkan metode seleksi saham syariah di Indonesia dan di Malaysia adalah hal yang menarik untuk diteliti karena dua negara ini merupakan negara berkembang

In the fra m ework of im proving s upervis ion conducted by the Board of Com m is s ioners , bes ides evaluating the reports of the Boa rd of Directors a nd SKAI, the Boa rd of Com

Permasalahan mengenai presensi kehadiran ini terjadi di Desa Pakemitan Kecamatan Ciawi dan Desa Margamulya Kecamatan Sukaresik Kabupaten Tasikmalaya yang dijadikan

Ada peningkatan aktivitas peserta didik pada saat proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menyimak sebuah berita dengan menggunakan media Audio Visual pada

Pertumbuhan UKM Sidoarjo Unit Industri Tenaga Kerja.. memancing disungai Brantas atau sekedar menikmati pemandangan pohon bakau yang terdapat di sekitar sungai berantas,