BAB III
TRANSFORMASI ORMAS PERSATUAN INDONESIA MENJADI PARTAI PERSATUAN INDONESIA DI SUMATERA UTARA
3.1 Elit Lokal yang Mendukung Pendirian Partai Persatuan Indonesia di Sumatera Utara
Pasca reformasi partai politik memiliki kedudukan yang semakin penting dalam
sistem politik Indonesia. Dari sisi rekrutmen jabatan jabatan politik misalnya, hasil
Perubahan UUD 1945 pada tahun 1999 sampai 2002 mengamanatkan, setiap
rekrutmen yang dilakukan untuk mengisi jabatan jabatan politik dalam pemerintahan
(eksekutif), perwakilan (legislatif), dan peradilan (yudikatif) baik di tingkat pusat
maupun daerah mekanismenya harus melalui partai politik. Amanat konstitusi ini
menunjukkan bahwa fungsi dan keberadaan partai politik menjadi sangat penting
dalam relasi pengisian pos pos kenegaraan melalui mekanisme politik yang
demokratis.
Pada pemilu tahun 1999 partai politik peserta pemilu tidak kurang dari 45
partai. Angka tersebut tentu merupakan jumlah yang besar untuk negara dengan
sistem presidensial seperti Indonesia, padahal dalam berbagai literatur sistem
pemerintahan presidensial tidak didesain untuk sistem politik multipartai.
Keseimbangan pemerintahan menjadi esensi yang diusung pada sistem pemerintahan
presidensial. Oleh karena itu, sistem politik yang digunakan lebih cocok
menggunakan sistem dua partai seperti di Amerika. Uniknya, di Indonesia kekhasan
sendiri bagi sistem politik dan pemerintahannya yang mengelaborasi antara sistem
presidensial dengan sistem Politik Multipartai.
Partai politik merupakan salah satu institusi dari pelaksanaan demokrasi
modern. Demokrasi modern mengandaikan sebuah sistem dimana yang disebut
maupun keterwakilan aspirasi masyarakat dalam institusi kepartaian.57
Partai politik mempunyai posisi dan peranan yang sangat penting dalam sistem
demokrasi. Partai politik memainkan peran sebagai penghubung yang sangat strategis
antara proses proses pemerintahan dengan warga negara. Banyak kalangan
berpendapat bahwa partai politiklah yang sebetulnya menentukan demokrasi. Artinya,
semakin tinggi peran dan fungsi partai politik, akan semakin berkualitaslah
demokrasi. Menurut Gabriel A. Almond partai politik yang termasuk salah satu
kelompok infrastuktur politik adalah organisasi manusia dimana didalamnya terdapat
pembagian tugas dan petugas untuk mencapai suatu tujuan, mempunyai ideologi
(ideal objective), mempunyai program politik platform, sebagai rencana pelaksanaan
atau cara pencapaian tujuan secara lebih pragmatis menurut penahapan jangka dekat
sampai jangka panjang serta mempunyai ciri berupa keinginan untuk berkuasa. Kelembagaan
sistem tata negara Indonesia kemudian menginjak fase baru. Pertumbuhan partai
politik diredam dengan serangkaian peraturan dan syarat yang ketat dalam sebuah
undang undang partai politik dan pemilu. Eforia politik yang dirasakan beberapa
tahun pasca reformasi kini dihadapkan pada sebuah stabilitas politik dan
pemerintahan dengan mengurangi jumlah partai politik diparlemen. Upaya ini sering
juga disebut parliamentary threshold yakni partai politik harus memenuhi ambang
batas tertentu untuk bisa masuk ke DPR dan membentuk fraksi tersendiri. Ada juga
electoral threshold yang membatasi partai politik berdasarkan dukungan elektoral
pada saat pendaftaran ke KPU dan ke Kemenkumham.
58
Dengan demikian, setiap organisasi manusia harus memenuhi kriteria secara material
dan substansial dapat dianggap sebagai parpol.59
Adapun fungsi parpol yang ideal menurut Almond dan Coleman adalah
berpartisipasi dalam sektor pemerintahan, dalam artian mendudukkan orang orang
nya menjadi pejabat pemerintah, sehingga dapat turut serta mengambil atau
57
Koirudin, Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hlm. 1.
58
Rusadi, Kantaprawira. 2004. Sistem Politik Indonesia. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Hal. 91 59
Fanina Farindita. 2010. Rekrutmen partai politik terhadap perempuan dalam partai politik dan parlemen suatu
studi terhadap DPRD tingkat I di Sumatera Utara. Medan: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
menentukan keputusan politik ataupun output pada umumnya.60
Pada saat ini kekuatan ideologi dari parpol seakan samar, karena ekonomi dan
pembangunanlah yang menjadi panglima, ditengah sistem otoritarian. Pada
Reformasi, pendirian Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berasal dari Nahdatul Ulama
(NU), lalu pendirian Partai Amanat Nasional (PAN) berasal dari Muhammadiyah dan Hal ini sesuai dengan
proses rekrutmen yang berarti proses pengisian jabatan jabatan politik pada lembaga
lembaga politik, termasuk jabatan dalam birokrasi atau administrasi negara dan partai
partai politik. Rekrutmen politik mempunyai fungsi yang sangat penting bagi suatu
sistem politik, karena melalui proses ini orang orang yang akan menjalankan sistem
politik ditentukan.
Partai politik didirikan dengan anggapan bahwa dengan membentuk wadah
organisasi bisa menyatukan orang orang yang memiliki pikiran serupa sehingga
pikiran dan orientasinya bisa dikonsolidasikan dengan tujuan untuk memperbesar
pengaruh mereka dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan. Dengan kata lain
partai politik merupakan sebuah kelompok manusia yang terorganisir yang anggota
anggotanya memiliki orientasi, nilai, cita cita yang sama yang tujuannya ada
memperoleh kekuasaan politik dan berusaha untuk merebut kekuasaan politik.
Strategi pendirian partai politik dengan mengawalinya melalui pembentukan
organisasi kemasyarakatan bukanlah suatu hal yang baru. Pada demokrasi
parlementer sebut saja pendirian Partai Nasional Indonesia (PNI) yang berasal dari
Klub Studi, lalu pendirian Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) yang berasal dari
Serikat Islam (SI) dan pendirian Partai Komunis Indonesia (PKI) yang berasal dari
Indiche Sosial Demokratische Vereniging (ISDV). Pada saat ini, ideologi parpol
masih kentara, mereka terbagi menjadi 3 golongan yakni Nasionalis, Religius dan
Kelas. Sedangkan, pada orde baru, Golkar yang mengikuti pemilihan umum dan
mendapat perlindungan dari penguasa pun dibentuk dari Kelompok Induk Organisasi
(Kino) yang merupakan wadah dari ormas yang menghimpun hampir seluruh
stratafikasi masyarakat yang ada.
60
pendirikan Partai Hanura berasal dari Perhimpunan Kebangsaan. Kemudian yang
terbaru adalah pendirian Partai NasDem yang diawali dengan membentuk Ormas
Nasional Demokrat (OND). Kondisi seperti ini merupakan paradoks dilematis yang
telah menciderai kehidupan masyarakat demokratis, dimana setiap orang memiliki
hak untuk memperoleh informasi publik yang objektif. Sementara media massa
sebagai sarana pemenuhan informasi paling mainstream justru mulai ditungga ngi
oleh elit politik tentunya yang berkepentingan mengarahkan pilihan politik
masyarakat. Mungkin tidak disangkal juga perubahan
“pak HT ini sejak membentuk Ormas Perindo pak HT mengutamakan IT mengedepankan teknologi jadi keputusan itu bisa perdetik, ada juga beberapa petinggi Hanura yang kecewa karena ketua Bapilu tidak maksimal tapi bagi Perindo kalau Hanura tidak dibantu oleh media yang dimiliki pak HT mungkin bisa saja Hanura seperti PKPI. “61
61
Wawancara dengan Mantan Wakil Sekretaris I Ormas Perindo Sumatera Utara dan sekarang menjabat Wakil Sekretaris I DPW Partai Perindo Sumatera Utara Joko Soekardi Di Kantor DPW Partai Perindo Sumatera Utara Tanggal 20 Desember Pukul 11:25 WIB.
Transformasi organisasi kemasyarakatan menjadi Partai Politik dikarenakan
untuk merubah sesuatu peraturan melalui kekuasaan politik. Partai politik sebagai
sarana politik yang menjebatani elit elit politik dalam upaya mencapai kekuasaan
politik dalam suatu Negara yang bercirikan mandiri dalam hal finansial, memiliki
platform atau haluan politik tersendiri, mengusung kepentingan kepentingan
kelompok dalam urusan politik, dan turut menyumbang political development sebagai
suprastruktur politik untuk merubah Negara ini menjadi lebih baik. Berubah bukan
dari organisasi kemasyarakatan menjadi Partai Politik demi kepentingan golongan,
berubah bukan untuk pribadi sendiri menjadi kaya, popular dan bangga mengisi
jabatan penting di negara ini tapi memang berubah untuk Indonesia ini menjadi lebih
Transformasi organisasi kemasyarakatan menjadi Partai Politik dalam konteks
penelitian ini adalah Perindo. Organisasi Perindo bakal awal dari pendirian partai
politik Perindo yang dibentuk oleh Hary Tanoesudibjo berawal dari konflik internal
dari partai nasdem. Partai NasDem terus bergerak dengan terus mengupayakan
kuantitas anggota bisa menunjukan tren yang positif. Tetapi sebenarnya kematangan
institusi belum teruji seperti suprastruktur dan infrastruktur untuk bisa
mengakomodasi berbagai kekuatan dengan berbagai kepentingan politik hal ini bisa
dilihat dari fenomena friksi antar kelompok di internal Partai Nasdem.
“Ormas berdiri atas keresahan sekelompok anak muda waktu itu sekitar februari 2012 dijakarta, kita melihat bahwa demokrasi dan kepemimpinan di indonesia masih belum mengalami kemajuan pasca 1 dekade reformasi, cita cita reformasi seperti jalan di tempat, rakyat semakin jauh dari wujud sejahtera, pertarungan politik hanya sebagai arena rebutan kekuasaan demi menguasai sumber-sumber ekonomi negara untuk kepentingan kelompok kelompok politik penguasa saja. Perindo mengambil jalan bahwa perlu satu organisasi massa yang punya tujuan untuk mengontrol kerja kerja pemerintah maupun turut serta dalam sistem demokrasi untuk menciptakan kader-kader muda calon pemimpin bangsa untuk masa depan Indonesia.”62
Keadaan perubahan ormas perindo menjadi partai dimulai dari berkembang
konflik antara loyalis Surya Paloh dan Hary Tanoesoedibyo beberapa hari sebelum
kongres I Partai NasDem 23 26 Januari 2013. Konflik besar diinternal partai tidak
bisa dipecahkan melalui instrumen organisasi hingga fragmentasi untuk
memperjuangkan kepentingan masing masing pun tidak terelakan. Bahkan dalam
jumpa pers yang diadakan di Aula Museum Adam Malik, Hary Tanoesoedibyo
mengungkapkan konflik tersebut seperti perang di dalam organisasi dan tidak bisa
dibendung lagi. Puncaknya Hary Tanoesoedibyo selaku Ketua Dewan Pakar Partai
NasDem menyatakan mundur pada tanggal 17 Januari 2013.63
62 Wawancara dengan Mantan Ketua Ormas Perindo Sumatera Utara Effendy Syahputra, Via whatsapp Tanggal
25 Maret Pukul 21: 08 WIB.
63 Diunduh melalui web http://www.gatra.com/fokus berita/23575 perang petinggi partai nasdem.html, pada
tanggal 1 Maret 2017
dibelakangnya 3 pejabat teras Partai NasDem menyatakan mundur melalui surat
pengunduran diri seperti Sekretaris Jendral Ahmad Rofik, Wakil Sekretaris Jendral
Saiful Haq, dan Ketua Internal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Endang Tirtana.
“Kalau transformasi artinya bahwasanya Ormas Perindo itu didirikan karena pada saat itu, sangat tidak mungkin HT langsung mendirikan partai karna posisinya itu kan tahun 2013 sudah tahun politik ya kan dan rasanya tidak akan mungkin terbagun infrastruktur yang kuat, dengan waktu yang sebegitu dekat selanjutnya pada saat itu pak HT pada saat deklarasi Ormas HT mengatakan apabila nanti orang orang Ormas Perindo yang duduk di pencalegkan mempunyai sampan dari partai lain itu berhasil atau kondisi negara ini eee terwujud sesuai dengan cita cita Ormas Perindo maka Perindo akan tetap menjadi Ormas tapi hasil yang didapat memang jauh dari harapan dan pak HT komitmen dengan pernyataan nya maka pada saat itu bulan juni tahun 2014 di adakanlah rakernas ormas perindo di DPP dan di situ langsung di bentuk tim kecil oleh pak HT untuk memperispkan hal hal teknis di lakukannya transformasi dari ormas menuju partai politik di bentuk tim kecil yang di dalamnya ada sekjen DPP Ormas Perindo bapak Ahmad Rofiq sebagaimana yang kita ketahui bahwa pak Ahmad Rofiq pernah menjabat sebagai sekjend Partai Nasdem di Partai PMB dan di Ormas Perindo dia juga sekarang di sekjend partai hasilnya apa ketika tim itu di bentuk kemudian di informasikan ke seluruh DPW Ormas Perindo di sampekan dalam bentuk edaran surat hasil hasil rakrenas ya bahwasanya Ormas Perindo itu bertranformasi menjadi partai politik.”64
Faktanya, konflik tersebut sebenarnya terbangun dari berbagai motif politik
antara yang mendukung pengusungan Surya Paloh sebagai Ketua Umum dengan
yang menolak. Gesekan demi gesekan terjadi ditataran pejabat teras dimana friksi
terus melebar hingga “perang terbuka” pun terjadi. Upaya untuk meredakan konflik
dilakukan dengan proses mediasi yang diadakan di Hotel Grand Hyatt tanggal 16
Januari 2013 dengan mediatornya adalah Rosano Barack. Pada proses ini, Hary
Tanoesoedibyo bersedia untuk tidak menjadi ketua Majelis Partai bahkan Capres dari
Partai NasDem dan beberapa persyaratan lain dalam materi kompromi. Proposal
berisi sebuah syarat untuk posisi Ketua Majelis Nasional Partai (MNP) harus diisi
64
oleh orang lain bukan Jan Darmadi dan Sekretaris Jendral tetap Ahmad Rofik serta
menganulir pemecatan Syaiful Haq. Namun proposal tersebut tidak ditanggapi oleh
Surya Paloh padahal upaya tersebut merupakan titik kompromi diantara keduanya.
Surya Paloh memiliki alasan kuat untuk tidak menanggapi proposal tersebut
karena kelompok dari Hary Tanoesoedibyo telah melakukan kegiatan yang
inkonsensus. Setidaknya ada 3 kegiatan yang tersembunyi tanpa kesepakatan
dilakukan oleh Hary Tanoesoedibyo. Pertama, bulan Juni 2012 Hary Tanoesoedibyo
melakukan janji politik dengan memodali para caleg NasDem 5 milyar sampai 10
milyar rupiah. Kedua, menonjolkan sosok Hary Tanoesoedibyo dalam media iklan
yang sering dilakukan oleh partai NasDem untuk memperkenalkannya ke publik di
stasiun televisi MNC Grup. Padahal, dalam konsensus, sosok partai yang harus
ditonjolkan bukan sosok sosok perorangan. Ketiga, Hary Tanoesoedibyo melakukan
beberapa kali pertemuan dengan DPW DPW tanpa sepengetahuan para deklarator
partai, sehingga memunculkan sebuah fragmentasi yang jelas antara beberapa Dewan
Pimpinan Wilayah.
Pertemuan pertama diadakan di Restoran Bunga Rampai, Menteng, Jakarta
Pusat, 16 Desember 2012. Pertemuan tersebut digagas oleh Hary Tanoe dan diikut i
oleh Ketua Umum Caprice Rio Capella, Sekjen Ahmad Rofik, dan 11 DPW, yaitu
DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, dan Maluku
Utara. Tiga hari berikutnya, rapat tersebut ditindaklanjuti lagi dengan pertemuan di
Hotel Royal Kuningan, Jakarta Selatan. Rapat lanjutannya digelar lagi di Menara
MNC, Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Agenda Rapat tersebut membahas setidaknya satu
hal yang sensitif, yaitu amanat sebagian Dewan Pimpinan Wilayah kepada Hary
Tanoesoedibyo untuk menyelamatkan Partai Nasdem dan menjalankan roda partai
sebagaimana sistem yang ada, dan wacana menghentikan biaya operasional partai
bagi para penentang ide ini yaitu bagi para pendukung Surya Paloh.
Tentunya, mundurnya pejabat teras partai NasDem menimbulkan dampak yang
sistemik bagi kader kader di daerah. Hal ini disebabkan konstituensi Hary
dengan mengadakan pertemuan pertemuan dengan pengurus daerah berhasil
menghasilkan pendukung yang kuat. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Jawa Barat
Rustam Effendi menjadi pejabat teras daerah pertama yang menyatakan mudur
beberapa jam setelah pernyataan mundur Hary Tanoesudibyo.65 Kemudian disusul Ketua Dewan Pimpinan Wilayah DKI Jakarta Armyn Gultom serta dari beberapa
pengurus dan anggota daerah lainnya seperti Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten
Bone, Kota Cimahi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung barat serta daerah lain
dengan jumlah yang tak kalah banyaknya.66
Kronologis singkat perubahan Ormas Perindo menjadi Partai Perindo yakni,
Pertama, Harry Tanoesoedibjo mendirikan Organisasi Kemasyarakatan Persatuan
Indonesia (Perindo) di Istoran Senayan, Minggu 24 Februari 2013. Ormas ini
kemudian resmi menjadi partai politik dengan nama Partai Persatuan Indonesia
(Perindo) di Jakarta International Expo, Sabtu 7 Februari 2014. Kedua
kemenkumham menyatakan Partai Perindo lolos verifikasi badan hukum pada 8
Oktober 2015. Untuk lolos verifikasi itu, syarat yang harus dipenuhi setiap parpol
baru adalah memiliki akta notaris, domisili kantor, dan melengkapi pengurus di setiap
tingkatan daerah (DPW, DPD, DPC). Ketiga, Partai Perindo telah memiliki badan
hukum yang sah berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor: M.HH 03.AH.11.01 Tahun 2014 tertanggal 08 Oktober
2014. Keempat, dengan status badan hukum tersebut dipoin 4, berarti satu tahapan
verifikasi yang wajib diikuti Partai Perindo (dan juga parpol lain) telah terlampaui.
Tahapan selanjutnya yang mesti dilewati adalah verifikasi faktual yang dilakukan
KPU untuk menetapkan parpol peserta Pemilu 2019. Oleh karena itu, verifikasi KPU
yang akan menetapkan nama nama partai yang nanti akan menjadi peserta Pemilu
2019. Kelima, Kemenkumham membuka pendaftaran dan verifikasi parpol baru pada
25 Mei 2016 sampai dengan 29 Juli 2016. Lima partai politik mendaftarkan diri:
Partai Islam Damai dan Aman (Idaman), Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai
65 Diunduh melalui web http://news.detik.com/read/2013/01/25/071414/2151694/10/para pengurus partai nasdem
dki dan jakarta raya mundur, pada tanggal 1 Maret 2017
66 Diunduh melalui web http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/01/30/mhfhq1 ramairamai kader
Rakyat, Partai Rakyat Berdaulat, dan Partai Kerja Rakyat Indonesia. Adapun Partai
Perindo tidak perlu mengikuti pendaftaran dan verifikasi tersebut, karena memang
tidak perlu alias telah mendapatkan verifikasi dan badan hukum seperti yang
dijelaskan di poin 3. Keenam, dari kelima partai yang disebutkan dipoin 5, hanya PSI
yang dinyatakan lolos verifikasi dan mendapatkan status badan hukum. Ini juga yang
dikatakan, Menkumham Yasonna H Laoly saat konferensi pers 7 Oktober 2016.
Ketujuh, Tepat tanggal 8 Oktober 2016 Partai Perindo berulangtahun ke 2 sekaligus
merayakan 2 tahun pula sebagai parpol yang terverifikasi dan memiliki badan hukum.
Proses pengrekrutan partai memiliki sifat khusus dalam tafsirannya, misalnya
untuk pengrekrutan administratif diperlukan suatu dasar patronase (lindungan) dalam
proses pengrekrutannya, dalam arti faktor kedekatan seseorang dapat dijadikan acuan
untuk memperoleh pengaruh terutama ketika proses pemilihan pemimpin partai.
Rekrutmen politik meliputi aspek: subyek politik dalam arti manusia, dan obyek
politik dalam arti partai politik. Rekrutmen politik partai dapat dilakukan dengan cara
cara yang diinginkan partai baik secara terbuka maupun tertutup.
Setiap sistem politik memiliki sistem atau prosedur rekrutmen yang berbeda.
Anggota kelompok yang direkrut adalah yang memiliki suatu kemampuan atau bakat
yang sangat di butuhkan untuk suatu jabatan politik. Setiap partai juga memiliki pola
rekrutmen yang berbeda. Sistem rekrutmen politik menurut Rush dan Althoff dibagi
menjadi dua cara. Pertama rekrutmen terbuka, yakni dengan menyediakan dan
memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga Negara untuk ikut bersaing
dalam proses penyeleksian. Dasar penilaian dilaksanakan melalui proses dengan
syarat syarat yang telah ditentukan melalui pertimbangan pertimbangan yang objektif
rasional. Dimana setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi jabatan politik
yang dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam melakukan kompetisi.
politik tidaklah sama setiap warga negara artinya hanya individu individu tertentu
yang dapat menduduki jabatan politik.67
Dewan Pimpinan Wilayah Partai Perindo Sumatera Utara memiliki kewajiban
yang sifatnya kolektif yakni kewajiban itu dilaksanakan secara efisien dan harus
dilaksanakan dengan seksama dan sesuai dengan hasil keputusan dalam rapat rapat
terbuka. Kewajiban itu harus ada pada diri Dewan Pimpinan Wilayah tersebut dan
jangan sampai lari dari pada konsep yang telah di sepakati bersama dimana
didalamnya sudah tertuang beragam kewajiban atas kewenangan tersebut. Seperti
yang dikatakan oleh Mantan Ketua Ormas Perindo Sumatera Utara Effendy
Syahputra yakni kewenangan untuk menentukan kebijakan tingkat wilayah sesuai
dengan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, keputusan kongres, rapat tingkat
nasional serta peraturan partai lainnya dan berwenang untuk mensyahkan komposisi
personalia Dewan Pimpinan Cabang.68
“Ya jadi kalau masalah kenapa tidak Ketua Perindo Sumut otomatis jadi Ketua Partai kewenangan ada di Ketum di Indonesia ini ada 6 DPW yng ketua DPW Ormasnya jadi Ketua Partai di Provinsi itu dan itu saya kita pak HT mengambil penilaian secara objektif artinya.”69
67
Hesel Nogi Tangkilisan,2003, Kebijakan Publik yang Membumi, Yogyakarta :Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia. hal. 188
68 Wawancara dengan Mantan Ketua Ormas Perindo Sumatera Utara Effendy Syahputra Via Whats app Tanggal
25 Maret, Pukul 21: 08 WIB.
69 Wawancara dengan Ketua Departemen Sosial Ormas Perindo Sumatera Utara Dr. Bobby Susilo, Di DPW
Partai Perindo Sumatera Utara, Tanggal 20 Desember, Pukul 13:23 WIB.
Menurut penjelasan ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Perindo Sumatera
Utara yakni Rudi Zulham Hasibuan menjelaskan bahwa tidak semua Ketua ormas
Perindo menjadi ketua partai, salah satunya adalah beliau. Dalam daerah lain bahwa
memang ada juga sebagian yang ketua, yang tadinya dia ketua ormas Perindo tingkat
provinsi langsung menjadi ketua partai Perindo tingkat provinsi. Oleh karena itu,
salah satu contoh di Sumatera Utara ketua ormas Perindo adalah Effendy Syahputra
transformasi perubahan menjadi partai politik Perindo di Sumatera Utara yang
Garis besar perkembangan elit Indonesia adalah dari yang bersifat tradisional
yang berorientasi kosmologis, dan berdasarkan keturunan kepada elit modern yang
berorientasi kepada negara kemakmuran, berdasarkan pendidikan. Elit modern ini
jauh lebih beraneka ragam daripada elit tradisional.70 Secara struktural ada disebutkan tentang administratur administratur, pegawai pegawai pemerintah, teknisi teknisi,
orang orang profesional, dan para intelektual, tetapi pada akhirnya perbedaan utama
yang dapat dibuat adalah antara elit fungsional dan elit politik. Elit fungsional adalah
pemimpin pemimpin yang baik pada masa lalu maupun masa sekarang mengabdikan
diri untuk kelangsungan berfungsinya suatu negara dan masyarakat yang modern,
sedangkan elit politik adalah orang orang (Indonesia) yang terlibat dalam aktivitas
politik untuk berbagai tujuan tapi biasanya bertalian dengan sekedar perubahan
politik.71
“dijaringlah akhirnya saya yang menjadi ketua DPW partai Perindo Sumut. Jadi memang kita ada tiga gelombang waktu itu, gelombang pertama daerah jawa tentunya harus dibentuk duluan ketua partainya yang tadinya ada ketua ormas jadi ketua partai, ada yang dari luar dan seterusnya, dan Sumut ada di gelombang 2, Indonesia Timur gelombang 3 akhirnya terbentuknya partai ini. Jadi, bukan berarti karena dari Sumut mendesak ormas menjadi partai, justru ketum sendiri ingin membentuk partai Perindo di seluruh Indonesia. Kemudian ketum menjaring siapa-siapa saja calon-calonnya. Dari Sumut saja banyak, banyak calon pada saat itu yang bersedia dan mengajukan dirinya untuk menjadi ketua DPW partai Perindo Sumut. Nah, setelah diseleksi yang dipilih ketum adalah saya. Jadi, memang bukan berarti tokoh Sumut mendesak ormas berubah menjadi partai.”
Dalam konteks penelitian ini elit yang dimaksud adalah elit fungsional yang
menjadi elit politik yakni Rudi Zulham Hasibuan yaitu seorang Ketua Kamar Dagang
Indonesia perwakilan Kota Medan yang dipilih oleh Ketua Umum Perindo untuk
memimpin Perindo di Sumatera Utara.
72
70
Robert Van Niel. 1984. Munculnya Elite Modern Indonesia. Jakarta: Pustaka jaya. Hal. 12
71 Ibid.
72 Wawancara Ketua DPW Partai Perindo Sumatera Utara Rudi Zulham Hasibuan. Di Kantor DPW Partai Perindo
Pareto menyatakan bahwa setiap masyarakat diperintah oleh sekelompok kecil
orang yang mempunyai kualitas yang diperlukan dalam kehidupan sosial dan politik.
Kelompok kecil itu disebut dengan elit, yang mampu menjangkau pusat kekuasaan.
Elit yaitu orang orang berhasil yang mampu menduduki jabatan tinggi dalam lapisan
masyarakat. Pareto mempertegas bahwa pada umumnya elit berasal dari kelas yang
sama, yaitu orang orang kaya dan pandai yang mempunyai kelebihan dalam
matematika, bidang musik, karakter moral dan sebagainya. Konteks penelitian ini
melihat bahwa jabatan ketua Perindo Sumatera Utara yakni Rudi Zulham Hasibuan
yang juga sebelum bergabung dengan Partai Perindo adalah seorang Ketua Kamar
Dagang Indonesia cabang Medan.
“saya ingin membangun kemandirian Sumatera utara, saya ingin membentuk partai itu di maping semua di daerah justru saya bukan bicara tentang politik waktu saya dijaring karena saya ketua Kadin Medan juga, bagi pak hary tanoesudibjo kan tujuannya Indonesia sejahtera, Indonesia sejahtera kan dalam bidang ekonomi, kebetulan saya kan di bidang usaha.”73
Pada saat ini, cara mendirikan Ormas atau Organisasi kemasyarakatan terlebih
dahulu, setelah banyak massa lalu buat parpol atau partai politik sangatlah favorit
bagi kalangan Elit politik saat ini. Para elit Politik berdalih pendirian Partai politik Cita cita dalam melaksanakan tujuan kegiatan, dan kepentingan bersama yang
dibangun dengan kesadaran dan berkelompok yang diyakini dapat memecahkan
kepentingan bersama dalam sebuah wadah yang populer dengan nama Organisasi
Kemasyarakatan. Bentuk organisasi ini digunakan sebagai lawan dari istilah partai
politik. Ormas dapat dibentuk oleh kelompok masyarakat berdasarkan beberapa
kesamaan kegiatan, profesi dan tujuan fungsi, seperti agama, pendidikan, budaya,
ekonomi, hukum dan sebagainya. Ormas merupakan peran serta masyarakat dalam
melaksanakan pembangunan untuk memajukan kehidupan yang berkeadilan dan
kemakmuran.
73 Wawancara Ketua DPW Partai Perindo Sumatera Utara Rudi Zulham Hasibuan. Di Kantor DPW Partai Perindo
yang lahir karena pendirian Ormas sebelumnya hanya untuk melakukan perubahan
yang lebih baik. Sekarang seakan akan menjadi tren situasi kondisi politik indonesia
saat ini, kalau mau buat partai politik sebelumnya buat Ormas atau Organisasi
kemasyarakatan yang mempunyai basis banyak massa lalu setelah banyak massa
yang tertarik di dalamnya dibentuknya partai politik untuk mempermudah dalam
pengenalan masyarakat atas parpol tersebut.
“Ormas perindo tetap ada, tidak hanya di sumut tapi nasional pun tidak pernah di bubarkan, hanya dari ormas perindo di telurkan kesepakatan bahawa perjuangan untuk meweujudkan visi misi dan agenda indonesia sejahtera tadi harus dilakukan dalam koridor sistem ketetanegaraan, bahwa untuk melaksanakan dan masuk dalam kanca politik praktis. Maka sebagian kepengurusan ormas perindo kemudian menginisiasi terbentuknya partai, yang akhirnya dinamakan partai perindo. Sebagian lagi tidak bergabung dengan partai namun masih bertahan sebagai kader dan pengurus ormas perindo, demikian juga di sumut, dan sampai saat ini saya dan teman teman pun masi berstatus sebagai pengurus ormas perindo di sumut.”74
74
Wawancara dengan Mantan Ketua Ormas Perindo Sumatera Utara Effendy Syahputra, Via Whats app Tanggal
25 Maret, Pukul 21:08 WIB.
Menurut Rudi Zulham Hasibuan dalam pernyataannya menjelaskan bahwa
Ormas tetap, jadi seperti yang saya terangkan bahwa ormas perindo memang yang
duluan didirikan oleh Bapak Hary Tanoe, ormas Persatuan Indonesia. Nah, dalam
perjalanannya tentu ormas saja sesuai dengan cita-cita Pak Hary Tano ingin
melakukan perubahan Indosesia kan ormas itu tidak bisa untuk misalnya untuk caleg
untuk yang lain, kan harus partai. Jadi kita sama-sama mengetahui bahwa partai
adalah air matanya Indonesia, produk-produk dari partailah yang bisa memimpin
Negara ini. Oleh karena itu, secara keseluruhan semuanya harus memiliki partai.
Dengan demikian bahwa forum perkembangannya, ormas yang sudah terbentuk
seluruh Indonesia ini bukan berarti dirubah menjadi partai. Anggaran dasar anggaran
rumah tangganya bukan berarti merubah menkumhamnya ormas berubah menjadi
“Tapi memang dilahirkan dua, kemudian ketum membuat partai. Setelah membuat ormas, ketum membuat partai, jadi bukan dirubah ormas menjadi partai. Tapi justru dua kali bentuk, dibentuk ormas, setelah terbentuk ormas dalam perkembangannya oh ternyata butuh partai, ketum membentuk partai Perindo.”75
“Kalau untuk pengurusan dari Ormas ke Partai itu berbeda, hanya Cuma beberapa orang yang dari Ormas dulu masuk ke partai, karena kenapa karena Ketua Partai kan dari Kadin jadi berbeda bidang jadi kebanyakan 80% itu orang orang Kadin dan sisanya orang Ormas dulu, jadi kebanyakan memang pengusaha yang masuk di dalam Partai Perindo, karena di Ormas kan sebagian besar ada PNS juga kemaren itu yang gabung jadi kan gak mungkin mereka gabung ke partai karena kan ada undang undang yang melarang itu.”
Kelahiran Partai Perindo merupakan metamorfosa sekaligus transformasi dari
Ormas Perindo sebelumnya yang mengusung tema besar mewujudkan Indonesia yang
berkemajuan, bersatu, adil, makmur, sejahtera, berdaulat, bermartabat, dan
berbudaya. Partai Perindo dengan jargon bersatu memimpin bangsa setidaknya harus
mampu memberikan jawaban atas kegundahan publik selama ini, utamanya apatisme
rakyat akan keberadaan partai politik. Partai Perindo berdiri murni lahir dari dan oleh
nafas rakyat serta nantinya tumbuh bersama aspirasi rakyat yang menghendaki
kesejahteraan Indonesia lebih baik dan mampu benar benar menjalankan fungsi partai
politik sejatinya bukan justru menambah kekisruhan, keruwetan, dan kebingungan
masyarakat karena semakin banyaknya jumlah pilihan partai politik di samping yang
sudah ada saat ini. Oleh karena itu, sejak 7 Februari melalui deklarasi Partai Perindo,
sejarah baru kehidupan partai politik mulai ditorehkan seraya menegaskan arah
politik kesejahteraan yang menjadi pilihan perjuangan partai Perindo.
76
75
Wawancara Ketua DPW Partai Perindo Sumatera Utara Rudi Zulham Hasibuan. Di Kantor DPW Partai Perindo Sumatera Utara, Tanggal 23 Maret, Pukul 09:32 WIB.
76 Wawancara dengan Wakil Ketua Pemuda Perindo Sumatera Utara Ahmad Iskandar di Kantor DPW Partai
Mendirikan partai baru bukanlah satu pekerjaan yang mudah meski alam
demokrasi sekarang memberikan jalan dan ruang lebih terbuka. Partai baru bukan
sekadar menambah jumlah akan tetapi bermakna baru dari segi kualitas. Partai
Perindo menjadi partai baru tidak berganti dalam wajah saja, melainkan baru juga
dalam memberikan warna, platform perjuangan, misi dan program program yang
berkualitas untuk Indonesia masa depan. Pendirian partai politik yang berkualitas
setidaknya mensyaratkan perencanaan menyeluruh disertai muatan sumber daya
manusia yang menggerakkan organ partai itu sendiri, yang kita kenal dengan sebutan
kader. Pada bagian inilah kerap sejumlah partai politik di Indonesia kurang
memberikan perhatian serius, di mana kader sesungguhnya menjadi kunci penting
dalam melahirkan partai yang berkualitas. Partai Perindo khususnya daerah Sumatera
Utara dituntut jelas dan tegas menerjemahkan pengertian kader secara utuh sebagai
suatu kelompok orang yang terorganisir secara terus menerus dan akan menjadi
tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar dan dalam diri seorang kader
melekat integral kualitas individu dan juga organisasi yang akan membentuk kualitas
partai secara keseluruhan.
Kader partai Perindo adalah pelopor, inspirator, motivator, dan mediator bagi
individu, lingkungan, dan masyarakat bangsanya sehingga kaderisasi menjadi ujung
tombak partai yang harus diprioritaskan dengan bertumpu pada tiga hal yaitu
pengetahuan dasar yang dimiliki, mampu memberikan solusi konstruktif atas
berbagai permasalahan, dan tentunya berkiprah menghasilkan karya yang bermanfaat.
Kualitas berikutnya, yang berkaitan dengan proses rekrutmen anggota dan pengurus
partai secara terbuka. Salah satu perbedaan Partai Perindo yang harus ditampilkan
adalah kemampuannya membangkitkan kesadaran politik warga negara (khususnya
anak anak muda) serta ikut ambil bagian dalam aktivitas kepartaian.
Kesejahteraan yang belum sepenuhnya diakui maupun diakomodasi oleh partai
politik selama ini ibarat pekerjaan rumah yang belum tuntas diselesaikan untuk bisa
diwadahi dalam Partai Perindo. Bangsa yang besar ini telah sejak lama kokoh kuat di
perbedaan. Oleh karena itu, dengan pijakan ragam latarbelakang serta suku, agama,
ras yang berbeda beda tanpa memilah dan memilih status ekonomi/sosial, Partai
Perindo harus menjamin sepenuhnya perlakuan dan kesempatan yang sama bagi
seluruh warga negara untuk bergabung. Keluarga besar Partai Perindo tidak
membedakan antara orang orang yang berlatarbelakang korporasi (MNC Group)
dengan orang orang yang berlatarbelakang ormas, aktivis, maupun akademisi.
Kekuatan besar yang sangat bisa bersinergi saling menguatkan bila dikelola
oleh sistem rekrutmen dan manajemen partai yang cerdas sehingga wajah Partai
Perindo tampil utuh sebagai partai politik representasi denyut nadi rakyat. Kesan
umum publik terhadap partai politik yang hanya dimiliki oleh sekelompok
elit/petinggi partai, merangkul dan mengakomodir kepentingan tertentu saja bahkan
cenderung pragmatis hendaknya bisa ditepis sejak dini dan terbantahkan oleh sistem
rekrutmen partai Perindo yang terbuka. Anggota dan pengurus adalah kader partai
yang tidak boleh berjarak dengan masyarakat. Mereka harus mampu menampung
keluh kesah, merespons aspirasi rakyat yang memerlukan solusi cepat sehingga tidak
ada kesan Partai Perindo tidak pro rakyat.
Membuat terbilang lebih mudah ketimbang mempertahankan dengan demikian
Partai Perindo sebagai pendatang baru di antara para senior partai politik lainnya,
berhadapan dengan tantangan besar dunia perpolitikan. Mesin Partai Perindo dalam
hal ini manajemen organisasi dan kepemimpinan menjadi kunci utama dalam
menghadapi tantangan, ujian, dan eksistensi partai ditengah masyarakat. Kualitas
partai yang tadi sudah terbangun akan mencerminkan kader yang memiliki integritas
dan kompetensi. Kader kader partai inilah yang nantinya akan terus berada di garda
terdepan merespons permasalahan bangsa dan hadir pro rakyat.
Tantangan berikutnya adalah konsistensi dan fokus perjuangan Partai Perindo
pada politik kesejahteraan, yang sama artinya dengan konsisten dan fokus berjuang
melalui daerah daerah. Dewan Pimpinan Daerah yang tersebar di seluruh Indonesia
menjalankan program kerja partai sekaligus menggerakkan masyarakat agar menjadi
lebih sejahtera. DPD melalui koordinasi dengan DPW dan DPP akan menjadi medan
pertama implementasi kebijakan dan program Partai Perindo yang pro terhadap
kesejahteraan rakyat di daerah. Berhasil atau tidaknya DPD memberikan hasil nyata
yang bisa dirasakan rakyat serta merta, akan menjadi parameter keberhasilan partai
secara keseluruhan. Hasil kerja nyata Itulah yang menjadi jawaban untuk eksistensi
partai. Selain tantangan di atas, Partai Perindo juga dituntut mampu menerjemahkan
fungsi partai politik sebagai sarana komunikasi dan sosialisasi politik. Pilihan Partai
Perindo mengusung politik kesejahteraan tentunya berkorelasi dengan sejauh mana
kebijakan kebijakan pemerintah dalam menyejahterakan rakyatnya.
“Pemandatan dan penunjukan dari ketua umum ormas dan partai perindo dalam hal ini bapak hari tanoesoedibjo karena ini untuk pertama kalinya, jadi belum dipilih dalam mekanisme musyawarah wilayah.”77
“Partai Perindo itu justru memang tokoh-tokoh di DPP itu banyak juga orang Sumut. Maksudnya yang di Perindo di DPP ditingkat nasionalnya yang misal wakil ketua bidang organisasi itu Bapak Syafril Nasution ya dia itu kan dulunya orang Sumut, wakil ketua bidang kader anggota organisasi Bapak Armin Gultom, yaitu dulunya memang dia orang Sumut, tapi sekarang uda jadi pengurus di DPP, ada juga sekarang di bagian media Arya Siulingga, nah itu juga kan orang Sumut, nah kalau Efendi yang tadinya ketua ormas Sumut menjadi ketua DPP Pemuda Perindo jadi Elit lokal yang berada di daerah Sumatera Utara yang mendukung pendirian
Partai Persatuan Indonesia atau Perindo dari organisasi kemasyarakatan Perindo
khususnya di Sumatera Utara yaitu seperti Syafril Nasution, Armin Gultom, Arya
Sinulingga, Effendy Syahputra dan lain lain. Tokoh tokoh Sumatera Utara tadi adalah
tokoh dari organisasi kemasyrakatan Perindo yang mendukung berdirinya partai
perindo secara nasional. Oleh karena itu, aktor atau elit dari transformasi perubahan
organisasi kemasyarakatan perindo menjadi partai politik untuk daerah Sumatera
Utara adalah elite lit yang berada di organisasi kemasyarakatan perindo sebelum
terbentuknya partai Perindo di Sumatera utara.
77
di sayap bukan di partainya. Jadi tokoh-tokoh Sumut itu sebenarnya bukan dari luar, tapi dia memang orang Perindo dari awal. Jadi, pembentukan di Sumut ini bukan karena pengaruh dari luar, justru orang Sumut yang ada di Perindo yang tadinya dia di ormas Perindo menyeleksi untuk menentukan siapa yang akan menjadi ketua DPW Sumutnya, jadi bukan dari luarnya yang mendesak untuk dibentuknya partai DPW Perindo di DPW Sumut.”78
78Wawancara Ketua DPW Partai Perindo Sumatera Utara Rudi Zulham Hasibuan. Di Kantor DPW Partai Perindo
Sumatera Utara, Tanggal 23 Maret Pukul: 09:32 WIB
3.2 Peranan Elit Lokal Dalam Pendirian Partai Perindo Sumatera Utara.
Sebagai Negara Demokrasi baru, tantangan yang dihadapi Indonesia sangat
kompleks. Disatu sisi, tantangan itu masih banyak terkait dengan aspek aspek dasar
kehidupan berbangsa dan bernegara seperti pelembagaan institusi institusi sosial,
politik, dan ekonomi. Demikian juga dengan hal hal dasar dalam kehidupan rakyat
seperti layanan publik dasar berupa penyediaan lapangan kerja, penyediaan sarana
dan prasarana pendidikan, tersedianya infrastruktur perhubungan, layanan dasar
kesehatan, dan sebagainya. Disisi lain, Indonesia harus siap menghadapi tantangan
kehidupan dan politik abad ke 21 dan setelahnya, yang ditandai oleh persaingan yang
makin ketat sekaligus kaburnya batas batas antar negara.
Dengan kata lain, untuk bisa menjawab tantangan tantangan baru tersebut
Indonesia memerlukan transformasi, yakni perubahan dan penyesuaian kerangka
institusional pada lingkup internal Negara. Tanpa adanya perubahan dan penyesuaian
kerangka institusional internal, bisa dipastikan, Indonesia tidak akan memiliki
kemampuan kompetitif untuk bisa menjadi pemenang di dalam kompetisi global
dewasa ini. Sebab, kerangka kelembagaan dan aturan normative yang ada dewasa ini
merupakan hasil dari upaya upaya transformasi terdahulu untuk menjawab masalah
masalah kontekstual pada masanya. Transformasi atau pembaruan dan perubahan
adalah cara paling baik untuk memastikan sebuah institusi besar bernama Negara
Menurut Pareto secara prinsip menyatakan pendapat bahwa disetiap sistem
masyarakat baik struktur masyarakat yang masih bersifat tradisional maupun tatanan
masyarakat modern, pasti ditemukan sekelompok kecil minoritas individu yang
memerintah anggota masyarakat lainnya. Pareto menyatakan bahwa setiap
masyarakat diperintah oleh sekelompok kecil orang yang mempunyai kualitas yang
diperlukan dalam kehidupan sosial dan politik. Kelompok kecil itu disebut dengan
elit, yang mampu menjangkau pusat kekuasaan. Elit adalah orang orang yang berhasil
yang mampu menduduki jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat. Komponen dari
elit non politik lokal adalah seseorang atau individu yang menduduki jabatan strategis
dan mempunyai pengaruh untuk memerintah orang lain dalam lingkup masyarakat.
Elit non politik ini seperti: elit keagamaan, elit organisasi kemasyarakatan dan
kepemudaan serta profesi dan lain sebagainya.
Perindo hendaknya membuat terobosan terobosan melalui programnya yang
langsung bersentuhan dengan masyarakat yakni melalui faktor sosiologis, ekonomi
politik dan psikologis. Elit lokal mempunyai peran yang cukup signifikan dalam
mewujudkan pemerintahan yang demokratis dan mendorong demokratisasi di tingkat
lokal. sekaligus untuk menumbuhkan kesadaran dan memberikan pemahaman
demokrasi kepada masyarakat yang lebih luas. Elit lokal merupakan orang
perorangan atau aliansi dari orang yang dinilai pintar dan mempunyai pengaruh di
dalam masyarakat, misalnya para tokoh masyarakat, pemuka agama, dan orang orang
yang mempunyai kemampauan finansial yang relatif tinggi dibanding masyarakat
umum atau dengan kata lain elit lokal diartikan sebagai elit non politik .
melihat peluang untuk begabung ke hanura kemudian pak HT didaulat sebagai Ketua Bapilu Hanura, kemudian pak HT menyampaikan kepada masyarakat, perindo ini akan tetap jadi ormas jika hasil pemilu 2014 itu paling tidak mewujudkan tujuan dari Perindo ini, ada nama nama caleg yang masuk bung effendi syahputra caleg no 2 sumut 1, syafril nasution dapil sumut 3 no 1, arimin gultom dari sumut 2, nah ketika hasil sudah keluar hanura 5,6 kemudian ada yang membilang karena ketua bapilu yang menyebabkan, kemudian dilakukan mukernas Ormas Perindo dibulan Mei 2014, yang mana keputusannya di bentuk tim kecil untuk melakukan transformasi Ormas Perindo menjadi Partai Politik, alhamdulillah sudah di bentuk DPW DPW diseluruh Indonesia, memang ada penolakan penoilakan oleh kader Perindo yang tergabung pegawai negeri, namun sebagian besar setuju terhadap upgrading, namun pada tanggal 8 oktober 2014 Perindo resmi terdaftar, jadi hari jadi 8 Oktober, nah itu hari pendaftaran, dideklarasikan 7 Febuari 2015.”79
Pada saat ini, ideologi parpol masih kentara, mereka terbagi menjadi 3 golongan
yakni Nasionalis, Religius dan Kelas. Sedangkan, pada orde baru, Golkar yang
mengikuti pemilihan umum (pemilu) dan mendapat perlindungan dari penguasa pun Namun, Partai Perindo tidak harus masuk dalam ranah dukung mendukung,
setuju atau tidak setuju dengan kebijakan pemerintah tersebut melainkan berfungsi
sebagai pemberi solusi alternatif kebijakan. Partai ini dibentuk salah satunya melihat
potret kemiskinan yang terus bertambah dan kesejahteraan yang belum juga dinikmati
oleh rakyat sehingga kehadirannya harus dipastikan sebagai solusi dengan tawaran
alternatif kebijakan yang lebih tepat bagi pemerintah. Partai Perindo bersatu bersama
rakyat membangun Indonesia sejahtera. Strategi pendirian partai politik (parpol)
dengan mengawalinya melalui pembentukan organisasi kemasyarakatan (ormas)
bukanlah suatu hal yang baru. Pada demokrasi parlementer sebut saja pendirian Partai
Nasional Indonesia (PNI) yang berasal dari kelompok belajar, lalu pendirian Partai
Serikat Islam Indonesia (PSII) yang berasal dari Serikat Islam (SI) dan pendirian
Partai Komunis Indonesia (PKI) yang berasal dari Indiche Sosial Demokratische
Vereniging (ISDV).
79
dibentuk dari Kelompok Induk Organisasi (Kino) yang merupakan wadah dari ormas
yang menghimpun hampir seluruh stratafikasi masyarakat yang ada. Pada era ini
kekuatan ideologi dari parpol seakan samar, karena ekonomi dan pembangunanlah
yang menjadi panglima, ditengah sistem otoritarian. Pada Reformasi, pendirian Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB) berasal dari Nahdatul Ulama (NU), lalu pendirian Partai
Amanat Nasional (PAN) berasal dari Muhammadiyah dan pendirikan Partai Hanura
berasal dari Perhimpunan Kebangsaan. Kemudian yang terbaru adalah pendirian
Partai NasDem yang diawali dengan membentuk Ormas Nasional Demokrat (OND).
Dalam sirkulasi elit, konflik bisa muncul dari dalam kelompok itu sendiri
maupun antarkelompok pengusaha maupun kelompok tandingan. Sirkulasi elit
menurut Pareto terjadi dalam dua kategori yaitu: Pertama, pergantian terjadi antara
kelompok kelompok yang memerintah sendiri, dan Kedua, pergantian terjadi di
antara elit dengan penduduk lainya. Pergantian model kedua ini bisa berupa
pemasukan yang terdiri atas dua hal yaitu Pertama, individu individu dari lapisan
yang berbeda kedalam kelompok elit yang sudah ada. Kedua, Individu individu dari
lapisan bawah yang membentuk kelompok elit baru dan masuk kedalam kancah
perebutan kekuasaan dengan elit yang sudah ada.80
Agar krisis kepercayaan terhadap parpol, tidak terjadi juga pada Ormas maka
yang dibutuhkan sekarang adalah ormas yang mampu mempraktikan ideologinya
dengan program yang tepat sasaran, kader berkualitas dan waktu yang terukur untuk Secara umum, elit merupakan sekelompok orang yang menempati kedudukan
kedudukan tinggi. Dalam arti yang lebih khusus, elit juga ditunjukkan oleh
sekelompok orang terkemuka dalam bidang bidang tertentu dan khususnya kelompok
kecil yang memegang pemerintahan serta lingkungan dimana kekuasaan itu diambil.
Dengan demikian, konsep tentang elit cenderung lebih menekankan kepada elit
politik dengan merujuk pada pembagian elit penguasa dan elit yang tidak berkuasa
yang mengarah kepada adanya kepentingan yang berbeda.
80
melakukan perubahan. Terlebih bagi Ormas baru, yang tentunya masih diharapkan
oleh sebagian masyarakat yang semakin sedikit jumlahnya dibandingkan dari
sebelumnya, untuk dapat membangun budaya baru. Mengingat Ormas mempunyai
kecenderungan sebagai embrio dari pendirian parpol, budaya baru yang dimaksud
tentunya adalah budaya politik.
Tipe budaya politik partisipan lah yang dimana individu individu bersikap aktif
dan terlibat dengan sistem secara utuh melalui proses input maupun output dalam
sistem politik yang diperlukan oleh ormas baru untuk mengedepankan substansi
demokrasi. Ini lah yang akan menjadi mata air yang dihasilkan ormas untuk parpol
yang kini seperti tanah yang gersang. Persatuan Indonesia (Perindo) sebagai ormas
baru yang dideklarasikan oleh Hary Tanoe, Ahmad Rofiq, kawan kawan aktifis
beserta lapisan masyarakat lainnya, kiranya dapat dijadikan sebagai wadah mengabdi
kepada masyarakat dan wadah berpolitik yang mengedepankan budaya partisipan
dengan idealisme dan semangat kaum muda. Dengan maksud agar tidak mengalami
nasib yang sama seperti OND atau Partai NasDem. Ahmad Rofiq sedari dini
mengatakan bahwa Perindo nantinya akan menjadi Parpol. Dengan kejujuran seperti
ini belum cukup dapat dijadikan bekal untuk membangun budaya politik baru. Dan
belum cukup juga apabila Perindo sekedar membuat pengandaian yang sama seperti
ormas ormas atau partai partai yang ada melalui platform yang dapat dibedakan
hanya melalui redaksinya semata.
“Inisiasi pembentukan partai tentu melibatkan orang orang generasi awal dari pendirian ormas dan beberapa pengurus ormas perindo sumut yang bergabung ke partai tentu salah satunya adalah saya sendiri sebagai ketua ormas perindo sumut yang ketika itu di daulat untuk masuk dalam kepengurusan pusat sebagai wasekjend bidang politik dan komunikasi media.”81
81 Wawancara dengan Mantan Ketua Ormas Perindo Sumatera Utara Effendy Syahputra Via Whatsapp, Tanggal
Perubahan Organisasi kemasyarakatan (Ormas) menjadi partai politik (Parpol)
itu dikarenakan untuk merubah sesuatu peraturan melalui kekuasaan politik. Karena
hanya partai politik (Parpol) sebagai sarana politik yang menjembatani elit elit politik
dalam upaya mencapai kekuasaan politik dalam suatu negara yang bercirikan mandiri
dalam hal finansial, memiliki platform atau haluan politik tersendiri, mengusung
kepentingan kepentingan kelompok dalam urusan politik, dan turut menyumbang
political development sebagai suprastruktur politik untuk merubah negara ini menjadi
lebih baik. Perubahan dari Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) menjadi partai politik
demi kepentingan golongan, populer dan bangga mengisi jabatan penting tapi
memang berubah untuk Indonesia.
“secara eksistensi memang kita pasif karena memberi kesempatan kepada partai untuk melaksanakan tugas tugas politiknya mengawal agenda yang pernah digaungkan ormas perindo itu sendiri dan kalau kantornya masi melekat dengan kantor partai perindo”82
Partisipasi politik elit politik masyarakat di Indonesia berdasarkan intensitasnya
terbagi dalam tiga bentuk yakni sebagai pengamat, partisipan, dan aktivis.
Masyarakat sebagai pengamat ditunjukkan dalam bentuk pemberian suara.Sedangkan
elit politik masyarakat sebagai partisipan ditunjukkan dalam bentuk menjadi peserta
kampanye, juru kampanye, saksi dalam pemilu, mencalonkan diri sebagai anggota
legislatif, dan terlibat dalam diskusi diskusi informal. Dan elit politik masyarakat Elit politik merupakan individu individu yang memiliki keistimewaan dalam
pemahaman, pemaparan, dan pengalaman mengenai sistem kekuasaan selain itu, elit
politik juga merupakan individu yang telah mendapat pengakuan dari masyarakat
sebagai suatu minoritas yang memiliki status sosial dalam peran dan fungsinya di
tengah masyarakat. Sehingga dengan kedudukan yang istimewa inilah kemudian elit
menjadi faktor penentu yang berperan dalam mendorong dan mempengaruhi
partisipasi politik masyarakat.
82
sebagai aktivis yaitu menjadi panitia penyelenggara pemilu dan menjadi pengurus
partai politik. Adapun seberapa besar seseorang (aktor) berpengaruh pada pembuatan
kebijakan dipengaruhi beberapa faktor di antaranya: minat pada politik, pengetahuan
dan pengalaman politik, kecakapan dan sumber daya politik, partisipasi politik,
kedudukan politik serta kekuasaan politik
Adapun yang mendorong elite politik atau kelompok kelompok elite untuk
memainkan peranan aktif dalam politik adalah Karena ada dorongan kemanusiaan
yang tidak dapat dihindarkan atau diabaikan untuk meraih kekuasaan. Politik
merupakan permainan kekuasaan dan para individu menerima keharusan untuk
melakukan sosialisasi serta penanaman nilai nilai guna menemukan ekspresi bagi
pencapaian kekuasaan tersebut. Keinginan berebut kekuasaan dan berusaha
memperbesar kekuasaan yang menyebabkan terjadinya pergumulan politik antar elite
di dunia politik.
Elit politik sering kali memainkan peran yang amat menentukan. Pernyataan elit
politik bisa membius emosi dan pikiran konstituennya. Elit politik juga mampu
menggerakkan kehidupan demokrasi pemerintahan. Selain itu elit politik juga mampu
melakukan intervensi intervensi terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh
pemerintahan. Elit partai politik merupakan kelas penentu yang memiliki kemampuan
tertentu dalam melakukan penggalangan massa untuk menjadi pendukung suatu partai
politik.
Sistem demokrasi yang memberi peran besar bagi partai politik memang tidak
salah, karena di negara negara maju dan sejahtera, partai politiklah yang silih berganti
memerintah. Partai politik dijadikan wadah mencetak pemimpin pemimpin bangsa,
seperti itulah mekanismenya. Seharusnya, kekuasaan dan wewenang yang besar itu,
harus diikuti dengan tanggung jawab yang menyertainya, sehingga peran partai
politik dipercayai oleh masyrakat.
Elit partai politik adalah orang orang pilihan yang mempunyai kemampuan dan
kapasitas untuk memimpin dan menjalankan kontrol politik. Elit partai politik juga
tuntutan terhadap peranan elit untuk dapat mentransformasikan nilai nilai ideal
demokrasi dalam masyarakat menjadi kenyataan empiris terutama dalam negara yang
menganut demokrasi dan dengan kultur partai politik yang kuat seperti Indonesia,
adalah suatu kewajiban bagi partai politik untuk dapat memilih dan menempatkan
kadernya secara selektif. Oleh karena itu, mekanisme rekrutmen elit menjadi salah
satu faktor terpenting dalam proses pembentukan pemerintahan organisasi yang
aspiratif.
“Penolakan gak ada, tapi dari internal ada Ketua Ormas di DPD Kota ada yang Pegawai Negeri di Serdang Bedagai ketua bpn dan ada Ketua Ormas yang pada saat itu komisaris KPU contoh di samosir si Fernando Sitanggang, artinya ketika ini bertranformasi menjadi partai politik mereka harus mundur mau ikut atau lepas jabatan atau kalau tetap kan gak mungkin, karena Perindo ini menurut pemahaman saya tranformasi ini kan udah gak ada, seperti kecebong yang bertranformasi menjadi katak kan kecebong nya uda gak ada. Beda seperti Nasdem, kalau Nasdem masih ada.”83
Kondisi ini sebenarnya bisa dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan bentuk
dari partisipasi elit lokal dalam berdemokrasi. Tetapi yang menjadi masalah ketika
elit lokal memanfaatkan kekuasaannya untuk memonopoli masyarakat atau masa
politik dengan mengarahkan pada pilihan tertentu. Selain itu banyak juga terjadi Kemampuan elit lokal dalam mempengaruhi masyarakat dikarenakan oleh
beberapa hal yaitu, pertama mereka memiliki kekuasaan informal yang diakui dan
dihormati oleh masyarakat. Elit lokal secara umum memiliki pengetahuan dan
wawasan yang cukup luas dibanding dengan kebanyakan masyarakat. Akses
informasi media baik cetak maupun elektronik, melalui tayangan media itulah mereka
bisa mengakses isu isu reformasi dan juga akses pendidikan. Namun peran strategis
dari elit lokal untuk menjadi corong demokratisasi, menjadi sangat dilematis, ketika
mereka berafiliasi dengan kepentingan kepentingan politik yang ingin mendapatkan
konstituen pemilu, terutama dalam Pilkada langsung, demi kepentingan kelompok
atau golongan.
83
kerusahan kerusahan ditingkat lokal yang dipacu oleh provokasi elit lokal. Disinilah
terjadi patahan patahan antara peran yang seharusnya dengan peran yang senyatanya,
sehingga terjadi kemandekan kemandekan dalam proses demokratisasi di daerah.
Dari uraian tersebut menarik untuk dikaji dalam makalah ini yaitu melihat bagaimana
peranan elit lokal dalam proses demokratisasi di daerah, terutama dalam Pilkada
langsung.
Elit lokal merupakan orang perorangan atau aliansi dari orang yang dinilai
pintar dan mempunyai pengaruh di dalam masyarakat, misalnya para tokoh
masyarakat, pemuka agama, dan orang orang yang mempunyai kemampauan
finansial yang relatif tinggi dibanding masyarakat umum atau dengan kata lain elit
lokal diartikan sebagai elit non politik. Memang agak sulit untuk membedakan
defenisi elit secara konseptual dan perlunya terminologi yang lebih cermat, dan ini
sudah menjadi perdebatan panjang antara berbagai intelektual yang memberikan
perhatian pada elit.
Elit lokal didefinisikan sebagai elit yang tidak memerintah tetapi memiliki
pengaruh dalam masyarakat lokal dan elit politik diartikan secara fungsional sebagai
elit yang memerintah. Otonomi daerah sebagai amanat dari reformasi disambut cukup
antusias oleh masyarakat lokal. Ada banyak harapan dan keinginan yang mereka
sandarkan pada otonomi darah, meningkatnya pembangunan daerah dan juga
pengingkatan ekonomi dan kesejahteraan. Inilah mimpi mimpi dari agenda
desentralisasi dan implementasi otonomi daerah.
Respon positif sangat nampak dari kalangan elit elit lokal. Perkembangan
demokratisasi melalui desentralisasi dan otonomi daerah, munculnya semangat
lokalitas dan kedaerahan bisa memberikan sumbangan yang positif bagi
pembangunan daerah. Banyak sekali sumbangan dan respon positif dari elit lokal
terhadap proses demokratisasi tersebut. Pada dasarnya semua elit lokal merespon
dinamika politik dengan mengambil peran sambil membenahi dan meningkatkan
sumber daya manusia baik secara formal maupun non formal.
Perkembangan kehidupan demokrasi diaras lokal sangat ditentukan oleh peran
sentralisasi ke desentralisasi, yang hampir berlangsung selama 10 tahun dengan
berbagai kemajuan, elit lokal mempunyai andil didalamnya. Gerak nyata dari respon
berwujud perilaku atau tindakan tindakan yang mendukung upaya demokratisasi dan
pembangunan ditingkat lokal.
Tidak heran modal sosial yang ada dalam masyarakat lokal digunakan oleh
politisi, elit lokal dalam memenuhi kepentingan pemilihan pimpinan partai politik di
daerah. secara logika maka modal sosial seperti, munculnya identitas, suku, agama,
ras, budaya, dll, yang tentunya merupakan elemen elemen politik yang tidak bisa
dihindari harus bersentuhan dengan persoalan politik. Tetapi yang menjadi titik fokus
yaitu elit lokal dijadikan tameng politik dengan muatan yang tidak logis, tetapi
rasional bagi elit yang mempunyai kepentingan, memperjuangkan apa yang
diinginkan. Tidak heran elit elit lokal seperti tokoh adat, kepala suku, agama,
dijadikan sebagai tameng demi memuluskan kepentingan dalam kebesaran partai di
daerah daerah. Bagi penulis tidak salah jika modal sosial seperti disebutkan diatas
dijadikan, dipakai sebagai alat politik, seperti dijelaskan diatas. Elemen politik harus
dipergunakan secara santun, baik, cerdas, bagi kepentingan masyarakat. Nilai nilai
dihormati dengan baik, tanpa diintervensi esensi nilainya.
Elit merupakan seseorang yang menduduki jabatan jabatan politik (kekuasaan)
di eksekutif dan legislatif yang dipilih melalui pemilihan umum dan dipilih dalam
proses politik yang demokratis ditingkat lokal. Mereka menduduki jabatan politik
tinggi ditingkat lokal yang membuat dan menjalankan kebijakan politik. Elit
politiknya seperti Gubenur, Bupati, Walikota, Ketua DPRD, dan pimpinan pimpinan
partai politik. Oleh karena itu, alam menganalisa kedudukan elit dalam masyarakat,
elemen yang perlu di perhatikan adalah konsep kekuasaan. Hal ini disadari bahwa elit
dan kekuasaan merupakan dua variable yang tidak dapat dipisahkan, karena elit
adalah merupakan sekelompok orang yang memiliki sumber sumber kekuasaan dan
sebaliknya. Kekuasaan merupakan salah satu unsur terbentuknya elit.
Upaya penyederhanaan partai politik atau upaya mengurangi jumlah partai
politik di parlemen memiliki sejumlah langkah perekayasaan, yang hendak dilakukan
(yang memang sudah sulit dan berbiaya mahal). Kedua, mempersulit syarat partai
politik yang ada menjadi peserta pemilu (yakni merubah syarat memiliki
kepengurusan di 75% jumlah kabupaten/kota menjadi 100% kabupaten/kota, dan
50% kecamatan di tiap kabupaten kota dengan memastikan adanya kantor
kepengurusan). Ketiga, menaikkan electoral dan parliamentary threshold untuk
menyaring partai politik yang bisa ikut pemilu maupun mendapatkan kursi di
parlemen, dengan menetapkan ambang batas minimal perolehan suara dalam pemilu
lebih tinggi dari 3,5%, yaitu menjadi 10%. Keempat, mengganti sistem penghitungan
suara dan konversi kursi melalui metode kuota yang saat ini menguntungkan partai
kecil menjadi sistem penghitungan dengan metode D’hondt84
Setelah 15 tahun proses demokrasi berjalan, partai partai yang ada kurang
efektif dalam menjalankan amanat konstitusi. Warga semakin kecewa dan semakin
apatis pada partai politik. Bukti dari kekecewaan itu adalah rendahnya kepercayaan yang menguntungkan
partai besar. Kelima, hingga mendorong argumentasi irasional sekaligus lucu
(setidaknya dari beberapa ahli politik) yang mengatakan bahwa ideologi yang eksis di
Indonesia hanya tiga yakni nasionalis, agama (religius), dan developmentalism
(modern).
Para elit politik ini berharap jumlah partai yang sedikit diparlemen akan
memudahkan negosiasi politik pemerintah yang berkuasa, karena tidak harus
berurusan dengan banyak partai politik. Sebenarnya langkah ini bisa diidentifikasi
sebagai upaya oligarki politik mengonsolidasikan diri dalam menguasai sumber daya
negara. Oleh karena sedikitnya jumlah atau kuantitas partai politik tidak akan
menghilangkan kecenderungan bernegosiasi politik untuk menguasai parlemen (tanpa
basis platform, identitas, dan kepentingan ideologi). Partai politik yang ada saat ini
tidak berbeda satu sama lain, sehingga jumlah menjadi tidak penting, apakah itu 10
ataupun hanya 5 partai politik diparlemen, bahkan ketika hanya tersisa 3 partai saja.
Oleh karena itu, secara sederhana partai yang ada diparlemen saat ini bisa dibuktikan
tidak bersandar pada identitas dan kepentingan ideologi yang jelas.
84
Metode divisor (highest average) yaitu d’hondt dengan metode ini, suara yang diraih setiap partai dibagi
berdasarkan angka serial : 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan seterusnya. Lihat dalam
mereka pada partai politik, seperti tercermin dari berbagai hasil survei belakangan ini.
Upaya pembenahan yang dilakukan beberapa partai politik untuk merespon sikap
apatisme itu tampaknya belum berhasil. Partai partai lama dan baru secara umum
mengandalkan seorang tokoh tunggal atau segelintir elit. Partai seperti milik keluarga.
Rekrutmen kader dan pemimpin partai sangat bertumpu pada preferensi tokoh
tunggal tersebut. Partai kurang mau terbuka dalam rekrutmen putra putri terbaik
bangsa. Tidak mengherankan kalau hasil rekrutmennya kemudian kurang memenuhi
harapan.
“Inisiasi pembentukan partai tentu melibatkan orang orang generasi awal dari pendirian ormas dan beberapa pengurus ormas perindo sumut yang bergabung ke partai tentu salah satunya adalah saya sendiri sebagai ketua ormas perindo sumut yang ketika itu di daulat untuk masuk dalam kepengurusan pusat sebagai wasekjend bidang politik dan komunikasi media.”85
Pada Pemilu 2019 mendatang, mayoritas pemilih berasal dari kelompok umur
muda, yakni berusia 40 tahun ke bawah. Generasi muda inilah yang akan menentukan
kepemimpinan nasional, yang bakal menjadi wakil rakyat (DPR) dan menduduki
jabatan jabatan penting di eksekutif. Generasi baru ini cenderung membesar di daerah
perkotaan, sejalan dengan semakin besarnya gelombang urbanisasi. Secara umum,
generasi baru ini juga lebih terpelajar. Populasi urban dan terpelajar ini punya akses Harus ada terobosan dari situasi ini. Disatu sisi, partai partai yang ada
memerlukan dorongan yang kuat untuk memperbaiki organisasi maupun kinerjanya.
Disisi lain, kita memerlukan partai politik baru dengan visi, misi, program,
manajemen, dan strategi yang berbeda dari kecenderungan partai partai yang ada
sekarang. Partai baru ini harus mampu menjawab aspirasi generasi baru yang dalam
10 atau 20 tahun ke depan akan menentukan politik dan kepemimpinan Indonesia.
Partai baru ini juga harus menjadi contoh bahwa menjadi partai yang sukses haruslah
dengan meninggalkan kebiasaan yang selama ini menjadi praktik umum di partai
partai yang sudah ada.
85 Wawancara dengan Mantan Ketua Ormas Perindo Sumatera Utara Effendy Syahputra Via Whatsapp 25 Maret
yang lebih kuat pada media massa. Mereka terekspos ke berbagai berita dan opini,
dan cenderung kritis terhadap kondisi politik sekarang. Partai baru harus mampu
merespon aspirasi generasi baru ini.
“syarat untuk mengikuti pemilu 2019 kan harus lulus verifikasi kpu dan itu bukan hanya partai yang baru melainkan seluruh partai yang telah lolos kemenkumhamnya baik itu partai baru partai lama yang telah lolos kemenkumhamnya, partai berkuasa atau ngak itu akan diverifikasi ulang oleh kpu dan verifikasi kpu itu ada di tahun ini mungkin ada di bulan 7atau bulan8 dan infrasuktur partai secara nasional sudah di bentuk, secara daerah sudah dibentuk secara kab/kota sudah dibentuk secara kecamatan juga sudah di bentuk untuk Sumatera Utara kita standardnya di atas dari KPU di DPW harus 100% dan kalau di kab/kota syarat dari KPU harus 75% dan kecamatan harus 50% namun ketum diatas target itu semua diminta harus 100%, seluruh kecamatan ada kantornya makanya kami ingin melakukan perispan, partai perindo lahir bukan unutk meramaikan peta politik Indonesia tapi pak HT bilang kita lahir untuk jadi pemenang, dan untuk jadi pemenag kita harus 100% kan semakin banyak terbentuk bahkan kita membentuk sampai tingkat DPRt samapai pak HT langsung yang melantik sampai tingkat DPRt tujuannya agar lebih solid”86
Kegiatan elit dalam pendirian Partai Perindo Sumatera Utara diawali dari
kegiatan kegiatan yang dilakukan organisasi kemasyaraktan Perindo Sumatera Utara.
Kegiatan Ormas Perindo Sumut yakni Pertama, Menjelang acara deklarasi
pelantiikan Perindo Sumatera Utara, dilaksanakan kegiatan sosial Donor Darah, Pada
Tanggal 14 Mei 2013, di kantor DPW Perindo Sumut, Jl. Abdullah Lubis No.55.
Dengan diadakannya kegiatan tersebut, diikuti 100 peserta dan berbagai kalangan
profesi. Termasuk beberapa Pengurus Perindo yang akan dilantik, dan Wakil Ketua
Umum II DPP Perindo Bapak Amir Gultom, dalam pelaksanan kegiatan sosial
tersebut. Kedua, Pengarahan yang diberikan Ketua DPW Perindo Effendy Syahputra.
Tentang “Ikhtiarkan persaudaraan untuk persatuan.” Pada Acara Roadshow
Ramadhan Minggu, 28 juli 2013 Di Kecamatan Medan Perjuangan. Ketiga,
Penyerahan bantuan sembako kepada masyarakat Tapanuli Tengah yang terkena
banjir . Keempat, Pengobatan gratis untuk masyarakat Tapanuli Tengah yang terkena
86 Wawancara Ketua DPW Partai Perindo Sumatera Utara Rudi Zulham Hasibuan. Di Kantor DPW Partai Perindo
banjir. Kelima, Penyerahan secara simbolis bantuan beasiswa dan korban banjir di
Tapanuli Tengah.87
“saya ingin membangun kemandirian Sumatera utara, saya ingin membentuk partai itu di meping semua di daerah justru saya bukan bicara tentang politik waktu saya dijaring karena saya ketua Kadin medan juga, bagi pak hary tanoesudibjo kan tujuannya Indonesia sejahtera, Indonesia sejahtera kan dalam bidang ekonomi, kebetulan saya kan di bidang usaha kemungkinan di situ letak mecing nya kalua masalah partai ad/art semua nya bias belajar apalgi partai perindo kan partai baru dan cara baru berpartai artinya walau yang sudah pengalaman pun harus belajar di aprtai perindo ini karena ketua umum ingin melakukan dengan cara cara yang baru”
Kegiatan yang dilakukan embrio dari Partai Perindo Sumatera Utara yakni
organisasi kemasyarakatan Perindo Sumatera utara adalah awal kegiatan yang
dilakukan Perindo yang akan berubah menjadi Partai Politik di Sumatera Utara.
Peranan dari elit terdahulu dari partai Perindo Sumatera yakni organisasi
kemasyarakatan Perindo Sumatera Utara untuk mengenalkan kepada masyarakat
Sumatera Utara bahwa Perindo hadir dalam kehidupan sosial politik Indonesia
khususnya di Sumatera Utara.
88
“Jadi tokoh-tokoh Sumut itu sebenarnya bukan dari luar, tapi dia memang orang Perindo dari awal. Jadi, pembentukan di Sumut ini bukan karena pengaruh dari luar, justru orang Sumut yang ada di Perindo yang tadinya dia di ormas Perindo menyeleksi untuk menentukan siapa yang akan menjadi ketua DPW Sumutnya, Peranan pendirian partai Perindo dari organisasi masyarakat khususnya di
Sumatera Utara yang dilakukan sejumlah elit atau tokoh Sumatera Utara lebih
berpengaruh secara nasional. Partai Perindo yang awalnya dari Organisasi
Kemasyarakatan mempunyai elit politik yang dominasi berawal dari organisasi
kemasyarakatan khususnya dari daerah Sumatera Utara yang dalam Partai Perindo
mempunyai jabatan jabatan tinggi dalam Dewan Pimpinan Pusat Partai Perindo.
87 Powerpoint aksi kegiatan yang diberikan oleh Mantan Wakil Sekertaris 1 Ormas Perindo Sumatera Utara Joko
Soekardi Di DPW Partai Perindo Sumatera Utara Tanggal 23 Maret 2017 Pukul 11:25 WIB.
88 Wawancara Ketua DPW Partai Perindo Sumatera Utara Rudi Zulham Hasibuan. Di Kantor DPW Partai Perindo
jadi bukan dari luarnya yang mendesak untuk dibentuknya partai DPW Perindo di DPW Sumut. Tapi memang tokoh yang ada tentunya mereka kan harus turun. Ya mungkin pengurus DPP ada yang turun ke daerahnya di Jawa, misalnya dia orang Jawa, Jawa Timur misalnya lalu dia cari tokoh di Jawa Timur atau dia cari siapa yang akan mimpin Jawa Timur, nah begitulah seterusnya.”89
89 Wawancara dengan Ketua DPW Partai Perindo Sumatera Utara Rudi Zulham Hasibuan di Kantor DPW Partai
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di DPW Partai perindo Sumatera Utara, bahwa
Ormas Perindo yang didirikan oleh bapak Hary Tanosudibjo bertujuan untuk
bersosialisasi dengan masyarakat mengah kebawah tetapi perjalanan ormas perindo
sangat kecil harapan untuk mengubah konsep kemakmuran rakyat kecil yang ada di
Indonesia. Sehingga kalangan Elite Ormas Perindo mempunyai Prinsip bahwa Ormas
Perindo akan mengembangkan menjadi Partai Perindo yang tentunya itu termasuk
elite lokal Perindo Sumut Bapak Effendi Syahputra, Syafril Nasution dan Armin
Gultom.
Perubahan Ormas Perindo menjadi Partai Politik Perindo itu dikarenakan untuk
merubah sesuatu peraturan melalui kekuasaan politik. Sebab Partai Politik bisa
menjalankan kegiatan sosial terhadap masyarakat itu dengan pendekatan yang nyata
dan juga partai politik sebagai sarana politik yang menghubungkan elit, elit politik
dalam upaya mencapai kekuasaan politik dalam suatu negara yang bertujuan untuk
mengubah nasib kepentingan rakyat dalam memakmurkan jalannya roda
pemerintahan saat ini. kepentingan kelompok dalam urusan politik, dan turut
menyumbang political development sebagai suprastruktur politik untuk merubah
negara ini menjadi lebih baik. Perubahan dari Ormas Perindo menjadi partai politik
demi kepentingan golongan, popular dan bangga mengisi jabatan penting tapi
memang berubah untuk Indonesia.
Secara keseluruhan, Elite lokal Ormas Perindo Sumatera Utara awalnya
melakukan kegiatan yang dilakukan Ormas Perindo itu untuk mengenalkan kepada
masyarakat bahwa kepedulian sosial tidak hanya dilakukan oleh pihak-pihak