• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Status Gizi dan Kecukupan Gizi Bayi yang Mendapat MP-ASI Lokal dan MP-ASI Pabrikan di Puskesmas Rantang Kecamatan Medan Petisah Kota Medan Tahun 2016 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Status Gizi dan Kecukupan Gizi Bayi yang Mendapat MP-ASI Lokal dan MP-ASI Pabrikan di Puskesmas Rantang Kecamatan Medan Petisah Kota Medan Tahun 2016 Chapter III VI"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan deskriptif komparatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mempelajari fenomena yang terjadi pada dua objek atau lebih kemudian membandingkan fenomena-fenomena tersebut berdasarkan deskripsi data yang mendalam (Arikunto, 2011).

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Rantang Kecamatan Medan Petisah. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah:

1. Hasil survey menunjukkan masih ditemukannya bayi pada Puskesmas ini dengan status gizi kurang.

2. Adanya perbedaan pendapat ibu tentang status gizi dan kecukupan gizi bayi yang memberikan MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan.

3. Pemberian MP-ASI untuk bayi usia 6-12 bulan di wilayah ini juga beragam yakni MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan.

(2)

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini berlangsung dari bulan Januari 2016 sampai Juli 2016. Tahapan dilaksanakan mulai survei, pembuatan proposal penelitian dan penelitian sampai ujian komprehensif.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi usia 6-12 bulan yang telah mendapat MP-ASI, adapun jumlah bayi yang terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas Rantang Tahun 2016 adalah sebanyak 270 bayi. Dimana sebanyak 59 bayi mendapat MP-ASI lokal, sebanyak 33 bayi mendapat MP-ASI pabrikan dan sebanyak 178 bayi mendapat MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan.

3.3.2. Sampel

(3)

3.4. Metode pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi atas: 1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diantaranya adalah data ibu yang memiliki bayi umur 6-12 bulan, data bayi diantaranya nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin dan data antropometri bayi yakni berat badan (BB), panjang badan (PB), serta data konsumsi.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan maupun dokumen-dokumen resmi dari Puskesmas Rantang, khususnya tentang jumlah bayi usia 6-12 bulan.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

1. MP-ASI lokal adalah makanan pendamping ASI yang diberikan oleh ibu kepada bayinya sesudah berumur 6 bulan dan diolah sendiri oleh ibu dengan menggunakan bahan pangan yang ada di wilayah setempat.

(4)

3.5.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah:

1. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu yang dilihat berdasarkan indeks BB/U, PB/U, BB/PB.

2. Kecukupan gizi adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat yang diukur dengan metode Food Recall 24 jam yang disesuaikan dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi Bagi Bangsa Indonesia.

Aspek Pengukuran

Untuk setiap pengukuran variabel, baik variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini di jabarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Analisa Status Gizi dan Kecukupan Gizi Bayi yang Mendapat MP-ASI Lokal dan MP-ASI Pabrikan di Wilayah Puskesmas

(5)

3. Status Gizi Menimbang

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang:

(6)

membuat skoring dengan 2 kategori yaitu apabila responden menjawab Ya maka dikategorikan memberikan MP-ASI pabrikan dan Tidak maka dikategorikan tidak memberikan MP-ASI pabrikan.

3. Status Gizi diukur dengan menggunakan indeks BB/U, PB/U dan BB/PB. Untuk mengetahui berat badan dapat diukur dengan menggunakan timbangan berat badan. Untuk mengetahui panjang badan dapat diukur dengan alat pengukur panjang bayi.

4. Kecukupan Gizi diukur dengan menggunakan kuesioner“Food Recall 1x24 jam”. Kemudian membuat scoring dengan 2 kategori apabila hasil

perhitungan dari food recall sesuai kecukupan gizi bayi berdasarkan umur maka kecukupan gizi terpenuhi. Namun apabila hasil perhitungan dari food recall tidak sesuai dengan kecukupan gizi bayi berdasarkan umur maka kecukupan gizinya tidak terpenuhi. Dalam penentuan angka kecukupan gizi bayi mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.

3.8. Metode Analisis Data

(7)
(8)

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Rantang adalah salah satu Puskesmas yang terdapat di Kecamatan Medan Petisah kota Medan. Puskesmas Rantang terletak di Jalan Rantang No. 37 Kelurahan Sei Putih Tengah Kecamatan Medan Petisah. Luas Bangunan Puskesmas Rantang adalah 8,7 m2 dan luas tanah 3078 m2. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Rantang yakni:

Sebelah Barat : Kelurahan Sei Kambing B Sebelah Utara : Kelurahan Medan Barat Sebelah Timur : Kelurahan Sei Putih Timur II Sebelah Selatan : Kelurahan Babura

(9)

4.2. Karakteristik Bayi

Jumlah bayi dalam penelitian ini berjumlah 92 bayi terdiri dari 59 bayi dengan menggunakan MP-ASI lokal dan 33 bayi menggunakan MP-ASI pabrikan. Karakteristik bayi pada penelitian ini disajikan dalam tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Bayi di Puskesmas Rantang

Jenis Kelamin n %

Laki-Laki 39 42,39

Perempuan 53 57,61

Jumlah 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas menurut jenis kelamin diperoleh bayi dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 39 bayi (42,39) dan perempuan sebanyak sebanyak 53 bayi (57,61%).

4.3 Analisis Univariat

Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi variabel bebas yakni jenis MP-ASI serta variabel terikat adalah kecukupan gizi dan status gizi.

(10)

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas terlihat bahwa jumlah bayi yang mendapat MP-ASI lokal umur 6-7 bulan sebanyak 20 bayi (33,90%), umur 8-10 bulan sebanyak 30 bayi (50,85%) dan umur 11-12 bulan sebanyak 9 bayi (15,25%). Sedangkan untuk bayi yang mendapat MP-ASI pabrikan diperoleh bayi umur 6-7 bulan sebanyak 11 bayi (33,33%), umur 8-10 bulan sebanyak 18 bayi (54,54%) dan umur 11-12 bulan sebanyak 4 bayi (12,12%).

Tabel 4.3. Distribusi Umur Bayi Berdasarkan Jenis Pangan Makanan Pendamping ASI untuk Bayi di Puskesmas Rantang

Umur Jenis Pangan n %

6-7 bulan Bubur bayi (tepung beras )

Bubur bayi pabrikan (beras merah + biskuit) Bubur bayi pabrikan (beras merah) 8-10 bulan Nasi Tim (beras, wortel, bayam)

Nasi Tim pabrikan (beras merah, ayam, 11-12 bulan Nasi Tim (beras, ayam, wortel)

Nasi Tim (beras, wortel)

(11)

mendapat MP-ASI pabrikan bayi usia 6-7 bulan sebanyak 9 bayi (9,78%) dengan jenis pangan bubur bayi (beras merah + biskuit) dan sebanyak 2 bayi (2,17%), bayi usia 8-10 bulan sebanyak 18 bayi (19,57%) dengan jenis pangan nasi tim (beras merah, ayam, wortel, brokoli) dan bayi usia 11-12 bulan sebanyak 4 bayi (4,35%) dengan jenis pangan nasi tim (beras merah, ayam, wortel, brokoli). Bayi yang mendapat MP-ASI pabrikan semuanya mendapat susu formula dan tidak lagi diberikan ASI.

Tabel 4.4. Distribusi Kecukupan Energi Bayi yang Mendapat MP-ASI Lokal dan MP-ASI Pabrikan di Puskesmas Rantang

Jenis MP-ASI n Rata-Rata Energi

(Kkal) Kecukupan energi

Lokal 59 1031,02 135,1%

Pabrikan 33 1787,55 217,9 %

(12)

Tabel 4.5. Distribusi Kecukupan Protein Bayi yang Mendapat MP-ASI Lokal dan MP-ASI Pabrikan di Puskesmas Rantang

Jenis MP-ASI n Rata-rata Protein

(gr) Kecukupan Protein

Lokal 59 30,47 155,6 %

Pabrikan 33 34,54 172,2 %

Berdasarkan Tabel 4.5. di atas terlihat bahwa bayi yang mendapat MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan di Puskesmas Rantang, kecukupan protein bayinya lebih dari angka kecukupan protein yang dianjurkan. Adapun kecukupan protein pada bayi yang mendapat MP-ASI lokal dengan rata-rata 30,47 gr dengan tingkat kecukupan protein sebesar 155,6% dan kecukupan protein pada MP-ASI pabrikan dengan rata-rata 34,54 gr dengan tingkat kecukupan sebesar 172,2%.

Adapun standart untuk kecukupan protein yang ditetapkan yakni sebesar 18 gram pada bayi usia 6-12 bulan. Hasil food recall menunjukkan bahwa protein pada MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan jauh lebih besar dari angka kecukupan yang sudah ditentukan.

Tabel 4.6. Distribusi Status Gizi Bayi yang Mendapat MP-ASI Berdasarkan Indeks Berat Badan per Umur (BB/U) di Puskesmas Rantang

Umur

Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U

Lokal Pabrikan

(13)

n % n % n % n % n % n % 6-7 bulan 1 1,69 16 27,12 3 5,08 0 0 10 33,31 1 3,03 8-10 bulan 1 1,69 25 42,37 4 6,78 0 0 14 42,42 4 12,12 11-12 bulan 1 1,69 8 13,56 0 0 0 0 4 12,12 0 0 Jumlah 3 5,08 49 83,05 7 11,86 0 0 28 84,84 5 15,15 Berdasarkan tabel 4.6. adapun status gizi bayi yang mendapat MP-ASI lokal berdasarkan indeks berat badan per umur (BB/U) diperoleh yakni gizi kurang pada bayi umur 6-7 bulan sebanyak 1 bayi (1,69%), bayi umur 8-10 bulan sebanyak 1 bayi (1,69%) dan bayi umur 11-12 bulan sebanyak 1 bayi (1,69%). Status gizi baik pada bayi umur 6-7 bulan sebanyak 16 bayi (27,12%), bayi umur 8-10 bulan sebanyak 25 bayi (42,37%) dan bayi umur 11-12 bulan sebanyak 8 bayi (13,56%). Dan status gizi lebih pada bayi umur 6-7 bulan sebanyak 3 bayi (5,08%), bayi umur 8-10 bulan sebanyak 4 bayi (6,78%). Untuk status gizi bayi yang mendapat MP-ASI Pabrikan berdasarkan indeks berat badan per umur (BB/U) diperoleh yakni status gizi baik pada bayi umur 6-7 bulan sebanyak 10 bayi (33,31%), bayi umur 8-10 bulan sebanyak 14 bayi (42,42%) dan bayi umur 11-12 bulan sebanyak 4 bayi (12,12%). Dan status gizi lebih pada bayi umur 6-7 bulan sebanyak 1 bayi (3,03%), bayi umur 8-10 bulan sebanyak 4 bayi (12,12%).

Tabel 4.7. Distribusi Status Gizi Bayi yang Mendapat MP-ASI Berdasarkan Indeks Panjang Badan per Umur (PB/U) di Puskesmas Rantang

Umur

Status Gizi Berdasarkan Indeks PB/U

Lokal Pabrikan

Pendek Normal Tinggi Pendek Normal Tinggi

n % n % n % n % n % n %

(14)

Jumlah 0 0 55 93,22 4 6,78 0 0 32 96,97 1 3,03 Berdasarkan tabel 4.7. adapun status gizi bayi yang mendapat MP-ASI lokal berdasarkan indeks panjang badan per umur (PB/U) diperoleh yakni bayi dengan status gizi normal pada umur 6-7 bulan sebanyak 20 bayi (33,89%), bayi umur 8-10 bulan sebanyak 28 bayi (47,45%) dan bayi umur 11-12 bulan sebanyak 7 bayi (11,86%). Bayi dengan kategori tinggi umur 8-10 bulan sebanyak 2 bayi (3,39%) dan bayi umur 11-12 bulan sebanyak 2 bayi (3,39%). Status gizi bayi yang mendapat MP-ASI pabrikan berdasarkan indeks panjang badan per umur (PB/U) diperoleh yakni bayi dengan status gizi normal pada umur 6-7 bulan sebanyak 11 bayi (33,33%), bayi umur 8-10 bulan sebanyak 18 bayi (54,54%) dan bayi umur 11-12 bulan sebanyak 3 bayi (9,09%). Bayi dengan kategori tinggi umur 11-12 bulan sebanyak 1 bayi (3,03%).

Tabel 4.8. Distribusi Status Gizi Bayi yang Mendapat MP-ASI Berdasarkan Indeks Berat Badan per Panjang Badan (BB/PB) di Puskesmas Rantang

Umur

Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/PB

Lokal Pabrikan

Kurus Normal Gemuk Kurus Normal Gemuk

n % n % n % n % n % n %

(15)

Berdasarkan tabel 4.8. adapun status gizi bayi yang mendapat MP-ASI lokal berdasarkan indeks berat badan per panjang badan (BB/PB) diperoleh yakni kurus pada bayi umur 8-10 bulan sebanyak 5 bayi (8,47%) dan bayi umur 11-12 bulan sebanyak 1 bayi (1,69%). Status gizi normal pada bayi umur 6-7 bulan sebanyak 17 bayi (28,81%), bayi umur 8-10 bulan sebanyak 25 bayi (42,37%) dan bayi umur 11-12 bulan sebanyak 8 bayi (13,56%). Dan status gizi gemuk pada bayi umur 6-7 bulan sebanyak 3 bayi (5,08%). Status gizi bayi yang mendapat MP-ASI pabrikan berdasarkan indeks berat badan per panjang badan (BB/PB) diperoleh yakni gizi normal pada bayi umur 6-7 bulan sebanyak 9 bayi (27,27%), bayi umur 8-10 bulan sebanyak 16 bayi (48,48%) dan bayi umur 11-12 bulan sebanyak 4 bayi (12,12%). Dan status gizi gemuk pada bayi umur 6-7 bulan sebanyak 2 bayi (6,06%) dan bayi umur 8-10 bulan sebanyak 2 bayi (6,06).

4.4. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan mengunakan “uji T” pada tingkat

kemaknaan 95%, untuk mengetahui perbedaan rata-rata dua sampel yang saling bebas (Independent Sample T-Test). Hasil analisis dapat diamati pada tabel berikut ini:

Tabel 4.9. Hasil Hitung Uji T Untuk Kecukupan Energi Bayi Usia 6-12 Bulan yang Mendapat MP-ASI Lokal dan MP-ASI Pabrikan di Puskesmas Rantang

Jenis MP-ASI n Rata-rata Energi

(Kkal) SD p-value

MP-ASI Lokal 59 1031,02 212.4

0,000

(16)

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa kecukupan gizi untuk energi pada bayi yang mendapat MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan pada taraf tingkat kepercayaan 95 % diperoleh p=0,000 artinya bahwa ada perbedaan kecukupan gizi energi untuk bayi yang mendapakan MP-ASI lokal dan MP-ASI Pabrikan.

Tabel 4.10. Hasil Hitung Uji T Untuk Kecukupan Protein Bayi Usia 6-12 Bulan yang Mendapat MP-ASI Lokal dan MP-ASI Pabrikan di Puskesmas Rantang

Jenis MP-ASI n Rata-rata Protein

(gr) SD p-value

MP-ASI Lokal 59 30,47 15,8

0,140

MP-ASI Pabrikan 33 34,54 3,3

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa kecukupan gizi untuk protein pada bayi yang mendapat MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan pada taraf tingkat kepercayaan 95 % diperoleh p=0,140 artinya bahwa tidak ada perbedaan kecukupan gizi protein untuk bayi yang mendapakan MP-ASI lokal dan MP-ASI Pabrikan.

Tabel 4.11. Hasi Hitung Uji T Untuk Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan Menurut Indeks Berat Badan per Umur (BB/U) yang Mendapat ASI Lokal dan

MP-ASI Pabrikan di Puskesmas Rantang

Jenis MP-ASI n Z-Score SD p-value

(17)

MP-ASI Pabrikan 33 0,48 1,177

Berdasarkan tabel 4.11. menunjukkan bahwa status gizi berdasarkan BB/U pada bayi yang mendapat MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan pada taraf tingkat kepercayaan 95 % diperoleh p=0,058 artinya bahwa tidak ada perbedaan status gizi berdasarkan BB/U untuk bayi yang mendapakan MP-ASI lokal dan MP-ASI Pabrikan. Rata-rata status gizi berdasarkan indeks BB/U untuk MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan adalah baik.

Tabel 4.12. Hasi Hitung Uji T Untuk Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan Menurut Panjang Badan per Umur (PB/U) yang Mendapat MP-ASI Lokal dan MP-ASI

Pabrikan di Puskesmas Rantang

Jenis MP-ASI n Z-Score SD p-value

MP-ASI Lokal 59 0,46 1,149

0,145

MP-ASI Pabrikan 33 0,82 1,078

Berdasarkan tabel 4.12. menunjukkan bahwa status gizi berdasarkan PB/U pada bayi yang mendapat MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan adalah normal dan pada taraf tingkat kepercayaan 95 % diperoleh p=0,145 artinya bahwa tidak ada perbedaan status gizi berdasarkan PB/U untuk bayi yang mendapakan MP-ASI lokal dan MP-ASI Pabrikan.

Tabel 4.13. Hasi Hitung Uji T Untuk Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan Menurut Berat Badan Per Panjang Badan (BB/PB) yang Mendapat MP-ASI Lokal dan

(18)

Jenis MP-ASI n Z-Score SD p-value

MP-ASI Lokal 59 -0,64 1,49

0,063

MP-ASI Pabrikan 33 -0,02 1,56

(19)

5.1. Kecukupan Energi Bayi yang Mendapat MP-ASI Lokal dan MP-ASI Pabrikan di Puskesmas Rantang

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Rantang diperoleh sebanyak 59 ibu memberikan MP-ASI lokal untuk bayinya dan sebanyak 33 ibu memberikan MP-ASI pabrikan. Adapun kecukupan energi pada bayi yang mendapat ASI lokal diperoleh rata-rata kecukupannya adalah 1031,02 Kkal dan pada MP-ASI pabrikan kecukupan energinya rata-rata 1787,55 Kkal. Hasil uji T menunjukkan bahwa kecukupan energi pada bayi yang mendapat MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan pada taraf tingkat kepercayaan 95 % diperoleh p=0,000, artinya bahwa ada perbedaan kecukupan energi untuk bayi yang mendapatkan ASI lokal dan MP-ASI Pabrikan. Dari hasil perhitungan food recall yang diberikan kepada ibu yang memiliki bayi menunjukkan bahwa jumlah energi per saji MP-ASI jauh lebih tinggi pada MP-ASI pabrikan dari pada MP-ASI lokal.

Makanan pendamping ASI yang baik adalah makanan yang mengandung sejumlah kalori atau energi (karbohidrat, protein dan lemak), vitamin, mineral dan serat untuk pertumbuhan dan energi bayi, disukai oleh bayi, mudah disiapkan dan harga yang terjangkau. Makanan harus bersih dan aman terhindar dari pencemaran mikroorganisme dan logam, serta tidak kedaluarsa.

(20)

karbohidrat. Pada ASI dan sebagian besar susu formula bayi, 40-50% kandungan kalorinya berasal dari karbohidrat terutama laktosa (Krisnatuti, 2000).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI (2013), adapun angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk bayi usia 0-6 bulan energi sebesar 550, untuk bayi usia 7-11 bulan kecukupan energi sebesar 725 kkal. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa besar jumlah energi baik untuk kelompok bayi yang mendapat MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan melebihi dari angka kecukupan yang sudah ditentukan. Pada kelompok MP-ASI pabrikan jumlah energi lebih tinggi daripada MP-ASI lokal. Menurut peneliti adapun penyebab lebih tinggi kandungan energi pada MP-ASI pabrikan adalah karena pada MP-ASI pabrikan sudah mengalami fortifikasi zat gizi tertentu untuk membantu ibu memenuhi kebutuhan zat gizi bayi. Dalam pengolahan MP-ASI pabrikan juga teknik pengolahan bahan makanan yang menjadi bahan utama yakni dilakukan dengan teknik penepungan (milling) yaitu pengolahan bahan makanan dengan cara dihaluskan menjadi tepung atau bubuk, sehingga unsur zat gizinya tidak banyak hilang seperti dalam proses pemasakan MP-ASI lokal.

(21)

dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa, dimana 30,4% ibu memberikan MP-ASI pabrikan karena sibuk. Dan untuk MP-MP-ASI lokal dipilih karena buatan sendiri lebih berkualitas, sehat dan higenis (37,5%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Zaidah (2010), yang menghubungkan antara pemberian MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan dalam penanggulangan kurang gizi pada balita. Ternyata hasil uji diperoleh bahwa MP-ASI Pabrikan efektif digunakan dalam meningkatkan berat badan anak balita. MP-ASI Pabrikan adalah salah satu program pemerintah sebagai bentuk intervensi yang efektiv dalam mengatasi masalah kekurangan gizi akut di masyarakat. Hasil penelitian, menunjukkan bahwa ada peningkatan perubahan berat badan anak balita sebelum dan sesudah diberikan MP-ASI Pabrikan.

Kandungan zat gizi dalam MP-ASI, baik MP-ASI lokal maupun MP-ASI pabrikan secara umum zat gizi tersebut akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Gizi makro dan gizi mikro berpengaruh terhadap maturitas otak dan pembentukan jaringan-jaringan tubuh dan untuk tumbuh kembang. Apabila asupan MP-ASI tidak adekuat maka akan berpengaruh pada perkembangan otak anak, sehingga nantinya akan mempengaruhi perkembangan anak.

(22)

makanan menjadi rendah. Konsumsi makanan yang rendah juga disebabkan oleh adanya penyakit, terutama infeksi saluran pencernaan.

Menurut peneliti ada beberapa faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI yakni tingkat sosial ekonomi, pekerjaan orang tua, tingkat pendidikan orang tua dan faktor lingkungan. Energi dan protein diperlukan dalam pertumbuhan dan pertahanan jaringan dari kerusakan. Dan sangat berguna dalam proses tumbuh kembang bayi yang sedang belajar berjalan. Di sisi lain menunjukkan adanya faktor-faktor kultural atau budaya yang menyangkut aspek sosial, ekonomi, politik, dan proses budaya yang mempengaruhi jenis pangan apa yang diproduksi atau dipilih seseorang atau masyarakat untuk dikonsumsi.

5.2. Kecukupan Protein Bayi yang Mendapat MP-ASI Lokal dan MP-ASI Pabrikan di Puskesmas Rantang

(23)

memiliki bayi menunjukkan bahwa jumlah zat gizi protein pada MP-ASI lokal dan pabrikan jauh lebih tinggi dari standart yang sudah ditentukan

Menurut peneliti adapun penyebab jumlah kecukupan protein pada MP-ASI pabrikan dan MP-ASI lokal tidak berbeda karena pada makanan pendamping bayi masih sangat sederhana variasinya, hal ini disesuaikan dengan umur, jenis bahan pangan dan kebutuhan dari bayi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI (2013), adapun angka kecukupan gizi protein yang dianjurkan untuk bayi usia 7-11 bulan kecukupan protein sebesar 18 gr. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa besar jumlah protein baik untuk kelompok bayi yang mendapat MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan melebihi dari angka kecukupan yang sudah ditentukan. Pada kelompok MP-ASI pabrikan jumlah protein lebih tinggi daripada MP-ASI lokal.

(24)

perebusan dan penyaringan lebih baik dari penggorengan supaya unsur zat gizi dalam bahan pangan tidak banyak yang hilang.

5.3. Status Gizi Bayi yang Mendapat MP-ASI Lokal dan MP-ASI Pabrikan di Puskesmas Rantang Berdasarkan Indeks Status Gizi Berat Badan per Umur (BB/U)

Hasil penelitian menunjukkan status gizi pada bayi berdasarkan indeks BB/U untuk bayi yang mendapat MP-ASI lokal diperoleh gizi kurang sebanyak 6,3%, dan gizi baik 83,05% dan gizi lebih 11,86%. Sedangkan untuk bayi yang mendapat MP-ASI pabrikan diperoleh gizi lebih sebanyak 15,15% dan gizi baik sebanyak 84,84%. Hasil uji T menunjukkan bahwa status gizi berdasarkan indeks BB/U pada bayi yang mendapat MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan pada taraf tingkat kepercayaan 95 % diperoleh p=0,058 artinya bahwa tidak ada perbedaan status gizi untuk bayi yang mendapatkan MP-ASI lokal dan MP-ASI Pabrikan. Rata-rata status gizi bayi berdasarkan indeks BB/U baik yang mendapat MP-ASI lokal dan pabrikan diperoleh status gizinya normal.

(25)

dalam mengolah bahan makanan bayi tersebut. Status gizi kurang juga bisa terjadi pada bayi bisa disebabkan oleh proses pengolahan bahan makanan yang salah mulai dari proses pembersihan, pemotongan dan pemasakan yang menyebabkan hilangnya zat gizi. Gizi lebih bisa terjadi karena adanya pemahaman ibu bahwa semakin kuat anak makan maka anak akan semakin sehat. Pada masyarakat masih adanya pemahaman bahwa anak dengan status gizi lebih itu adalah anak sehat.

Status gizi bayi juga dipengaruhi oleh faktor yang lain yakni pola asuh ibu, karena hasil pengamatan ditempat penelitian pola asuh bayi juga sebahagian diserahkan kepada anak yang lebih besar yang berakibat terhadap seringnya anak tersebut mengalami penyakit infeksi. Kurangnya perhatian dan pengasuhan anak yang kurang baik serta didukung oleh kondisi lingkungan yang tidak bersih menyebabkan bayi terkena penyakit infeksi hal ini juga sangat mempengaruhi status gizi bayi.

Hasil penelitian Kristianto (2013), menunjukkan bahwa faktor pengetahuan ibu mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini. Pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik meliputi pendidikan, pekerjaan, keadaan ekonomi. Sedangkan faktor intrinsik meliputi umur, kemampuan, dan kehendak atau kemauan. Berdasarkan hasil penelitian wahyuni (2009), terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita di desa Ngemplek Kecamatan Karangpandan Karanganyar.

(26)

pendidikan. Apabila pengaruh faktor ini tidak berubh dan terus berlangsung maka risiko terjadinya malnutrisi akan lebih besar. Bila situasi ini berjalan dalam waktu yang lama dan berat hal ini dapat berakibat kematian.

Hal ini sesuai dengan penelitian Elvi (2007), menunjukkan bahwa ibu yang pendidikannya tinggi maka pengetahuannya dalam pemilihan bahan makanan serta pola asuh pada bayinya jauh lebih baik dari ibu yang pendidikannya rendah. Status gizi BB/TB dan BB/U menunjukkan status gizi bayi pada saat ini dalam keadaan normal. Begitu juga dengan status gizi berdasarkan TB/U yang mengindikasikan bahwa status gizi bayi pada masa lampau.

Penelitian yang dilakukan Novia (2009) yang menghubungkan pemberian MP-ASI dengan status gizi anak di Desa Ngimboh, Gresik menunjukkan bahwa yang sangat mempengaruhi status gizi balita adalah frekuensi pemberian makan MP-ASI. Sedangkan menurut Irma (2010), dalam penelitiannya tentang hubungan jenis asupan MP-ASI dominan dengan status gizi anak usia 6-24 bulan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara jenis asupan makanan pendamping ASI dominan dengan status gizi anak usia 6-24 bulan di puskesmas sibela.

(27)

status gizi bayi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status gizi yang baik lebih banyak diperoleh dari bayi yang mendapat MP-ASI pabrikan hal ini disebabkan karena MP-ASI pabrikan sudah diolah dengan pemilihan bahan pangan yang baik dan dalam proses pengolahannya selalu memperhatikan kandungan zat gizi agar jangan sampai terbuang. Dengan adanya juga fortifikasi bahan pangan pada MP-ASI Pabrikan sehingga kecukupan gizi untuk bayi terpenuhi.

5.4. Status Gizi Bayi yang Mendapat MP-ASI Lokal dan MP-ASI Pabrikan di Puskesmas Rantang Berdasarkan Indeks status gizi Panjang Badan per Umur (PB/U)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi pada bayi berdasarkan indeks PB/U untuk bayi yang mendapat MP-ASI lokal diperoleh status gizi normal sebanyak 93,22% dan bayi dengan kategori tinggi sebanyak 6,78%. Sedangkan untuk bayi yang mendapat MP-ASI pabrikan diperoleh bayi dengan status gizi kategori tinggi sebanyak 3,03% dan bayi dengan status gizi normal sebanyak 96,97%. Berdasarkan hasil uji T menunjukkan status gizi pada bayi yang mendapat ASI lokal dan MP-ASI pabrikan pada taraf tingkat kepercayaan 95 % diperoleh p=0,145 artinya bahwa tidak ada perbedaan status gizi untuk bayi yang mendapatkan ASI lokal dan MP-ASI Pabrikan berdasarkan indeks PB/U. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status gizi bayi berdasarkan indeks PB/U baik pada MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan rata-rata status gizinya adalah normal.

(28)

baik. Menurut Almatsier (2013), status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi tersebut. Dengan kata lain keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Sementara kebutuhan zat gizi ditentukan oleh banyak faktor antara lain: tingkat metabolisme basal, tingkat pertumbuhan, aktivitas fisik, dan faktor yang bersifat relatif yaitu: gangguan pencernaan (ingestion), perbedaan daya serap (absorption), tingkat penggunaan (utilization), dan perbedaan pengeluaran dan penghancuran (excretion and destruction) dari zat gizi tersebut dalam tubuh.

Hasil penelitian Septiana (2010), menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola pemberian MP-ASI dengan status gizi balita. Konsumsi makanan yang tidak tepat akan berdampak pada status gizinya, artinya pemberian energi dan protein yang kurang dari kebutuhan dalam jangka waktu yang lama akan menghambat pertumbuhan, bahkan mengurangi cadangan energi dan protein sebagai sumber energi dalam tubuh, sehingga terjadinya keadaan gizi kurang maupun buruk.

5.5. Status Gizi Bayi yang Mendapat MP-ASI Lokal dan MP-ASI Pabrikan di Puskesmas Rantang Berdasarkan Indeks status gizi Berat Badan per Panjang Badan (BB/PB)

(29)

diperoleh status gizi bayi yang gemuk sebanyak 12,12% dan status gizi normal sebanyak 87,88%.

Berdasarkan hasil uji T menunjukkan status gizi pada bayi yang mendapat MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan pada taraf tingkat kepercayaan 95 % diperoleh p=0,063 artinya bahwa tidak ada perbedaan status gizi untuk indeks BB/PB pada bayi yang mendapatkan MP-ASI lokal dan MP-ASI Pabrikan. Rata-rata status gizi berdasarkan indeks BB/PB terlihat bahwa status gizi bayi baik yang mendapat MP-ASI lokal dan MP-MP-ASI pabrikan diperoleh rata-rata normal.

Menurut peneliti pada bayi yang mendapat MP-ASI lokal ditemukan adanya bayi yang kurus, hal ini bukan karena MP-ASI yang diberikan kepada bayi yang tidak tercukupi gizinya namun, terkadang ibu rumah tangga tidak terlalu memperhatikan pemilihan bahan makanannya sehingga kadar gizi yang diberikan kepada bayinya tidak terukur secara jelas. Hasil penelitian juga diperoleh bayi yang gemuk baik yang mendapat MP-ASI lokal dan pabrikan, hal ini bisa disebabkan oleh karena pada bayi usia 6-12 bulan dalam pemberian MP-ASI ibu kurang memperhatikan kecukupan dan takaran energi dan protein sesuai umurnya, selama bayi masih mau menerima makanan ibu tetap memberikan yang mengakibatkan bayi menjadi kegemukan.

(30)

Hasil penelitian Wargiana (2013), menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan status gizi bayi umur 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Rowotengah, Jember. Bahwa bayi yang terlalu dini mendapat MP-ASI dapat meningkatkan angka kematian bayi, mengganggu sistem pencernaan pada bayi, dan menyebabkan terjadinya kurang gizi pada bayi. Menurut Soetjiningsih (2011), insidensi obesitas pada masa anak berhubungan kuat dengan variabel keluarga, termasuk obesitas orang tua, status sosio ekonomi yang lebih tinggi, bertambahnya pendidikan orang tua, ukuran keluarga kecil dan pola inaktivitas keluarga. Bila orang tuanya obesitas maka anaknya mempunyai risiko 40% menjadi obesitas, sedangkan bila kedua orang tuanya obesitas maka risiko menjadi 80%.

(31)

6.1. Kesimpulan

Hasil penelitian analisa status gizi dan angka kecukupan gizi pada bayi yang mendapat MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan di Puskesmas Rantang Kecamatan Medan Petisah Kota Medan Tahun 2016 bahwa,

1. Terdapat perbedaan kecukupan gizi energi untuk bayi yang mendapatkan MP-ASI lokal dan MP-ASI Pabrikan. Untuk kecukupan protein diperoleh bahwa tidak ada perbedaan kecukupan protein pada MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan.

2. Tidak terdapat perbedaan status gizi untuk bayi yang mendapatkan MP-ASI lokal dan MP-ASI Pabrikan. Status gizi bayi baik pada indeks BB/U, PB/U dan BB/PB untuk bayi yang mendapat MP-ASI lokal dan pabrikan menunjukkan rata-rata status gizi bayi dalam keadaan baik.

6.2. Saran

(32)

Gambar

Tabel 3.1 (Lanjutan)
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Bayi di Puskesmas Rantang
Tabel 4.3. Distribusi Umur Bayi Berdasarkan Jenis Pangan Makanan Pendamping ASI untuk Bayi di Puskesmas Rantang
Tabel 4.4. Distribusi Kecukupan Energi Bayi yang Mendapat MP-ASI Lokal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji Friedman pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada perbedaan yang sangat nyata terhadap nilai tekstur tahu interaksi antara lama simpan dan jenis konsentrasi

Mengajar shooting dengan gaya komando yang dimaksud adalah, guru mengatur siswa sedemikian rupa agar dalam pelaksanaan shooting semua siswa memperoleh kesempatan

JUDUL : PENDERITA GANGGUAN MATA AKIBAT DM TERUS BERTAMBAH. MEDIA :

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan maka Perancangan Video Dokumenter Kelenteng Hok An Kiong Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa

sisa pendapatan yang tersedia untuk pemegang ekuitas lebih besar dari biaya. peluang dari ekuitas yang digunakan untuk membiayai

Rawa Pening merupakan danau alami yang terletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Danau ini menjadi lahan usaha warga yang bekerja serta menjadi tempat wisata

Dalam penelitian ini dilakukan perancangan alat bantu pada proses mengangkat beban yang mampu meminimasi gaya tekan pada lempeng tulang belakang bagian

Model pembelajaran TAI mengajarkan untuk saling bertukar pikiran dalam memahami materi yang diajarkan diperoleh hasil 93.75% dikategorikan sangat baik, karena dengan