BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu pemilihan
sampel bertitik tolak pada penilaian pribadi peneliti yang menyatakan bahwa
sampel yang dipilih benar-benar representatif (Sugiarto, 2001).
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Subur, Kecamatan Air Joman,
Kabupaten Asahan dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan
daerah yang potensial untuk kegiatan produksi pertanian, baik dari faktor alamnya
yang strategis, maupun dari faktor luas lahan.
3.2. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Kelompok Tani yaitu Tani
Jaya di Desa Subur, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan yang dipilih secara
purposive dengan alasan bahwa Kelompok Tani tersebut merupakan kelompok
tani yang memiliki anggota terbanyak. Metode pengambilan sampel dengan
metode Sensus. Metode sensus adalah metode yang mengambil keseluruhan
populasi menjadi sampel penelitian.Dari hasil pra survei yang dilakukan peneliti,
Tabel 3.1. Nama-Nama Kelompok Tani di Desa Subur Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan
NO. Nama Kelompok Tani Jumlah Anggota Kelompok Tani
1 Tani Jaya 30
2 Karya Bina 23
3 Mekar Jaya 18
4 Subur Tani 20
5 Maju Tani 18
6 Melati Jaya 26
7 Maju Bersama 17
8 Sehati 9
9 Bangun Baru 10
Sumber: Profil Desa Subur 2016
3.3.Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari anggota kelompok tani
dengan wawancara dan bantuan kuesioner. Sedangkan data sekunder dikumpulkan
dari lembaga serta instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik, Dinas
Pertanian, Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Air Joman, serta instansi lain
yang terkait dengan penelitian.
3.4. Metode Analisis Data
Data yang diamati pada penelitian ini adalah peran penyuluh pertanian
dalam pengembangan kelompok tani di Desa Subur, Kecamatan Air Joman
Asahan dalam satu tahun terakhir, yaitu pada tahun 2015.
3.4.1. Untuk Membuktikan Hipotesi 1, TerdapatPeran Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Kelompok Tani di Daerah Penelitian Tinggi
Peran penyuluh dalam pengembangan kelompok tani yaitu Kelompok Tani
Jaya dianalisis secara deskriptif kualitatif. Dari jawaban responden pada kuesioner
diperoleh data yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode skoring
ditentukan. Responden dengan jumlah 30 orang diminta untuk mengisi kuesioner
yang berisi pernyataan–pernyataan untuk menilai peran penyuluh guna
membentuk proporsi nilai. Atribut yang dinilai terbagi atas enam kategori yaitu
penyuluh sebagai motivator, penyuluh sebagai edukator, penyuluh sebagai
katalisator, penyuluh sebagai organisator, penyuluh sebagai komunikator dan
penyuluh sebagai konsultan. Kriteria untuk setiap tanggapan masing–masing
kategori adalah 3 = sangat berperan, 2 = berperan, 1 = tidak berperan.
Untuk melihat peranan penyuluh pertanian di dalam pengembangan
kelompok tani, hal yang diskroring adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2. Parameter Penilaian Peranan Penyuluh Pertanian
No Indikator Parameter Skor
1 Pertemuan a. PPL melakukan pertemuan rutin dengan kelompok Tani dan sesuai kebutuhan
b. PPL melakukan pertemuan dengan kelompok Tani jika ada masalah
c. Tidak pernah melakukan pertemuan
3
2
1 2 Kunjungan
Usahatani
a. PPL melakukan kunjungan usahatani rutin dan sesuai kebutuhan
b. PPL melakukan kunjungan usahatani jika ada masalah
c. PPL tidak pernah melakukan kunjungan usahatani
3
2
1
3 Diskusi a. Melakukan diskusi dengan anggota kelompok tani secara rutin
b. Melakukan diskusi dengan anggota kelompok tani jika ada masalah
c. Tidak pernah melakukan diskusi
3
2
1 4 Informasi a. PPL sering menyebarkan informasi pertanian
dan mengajarkan pengetahuan serta keterampilan, dan sesuai dengan kebutuhan
b. PPL jarang menyebarkan informasi pertanian dan jarang mengajarkan pengetahuan serta keterampilan sesuai dengan kebutuhan
c. Tidak pernah menyebarkan informasi pertanian dan tidak mengajarkan pengetahuan serta keterampilan
3
2
1
5 Kredit a. sering mengikhtiarkan kelompok untuk dapat dan menggunakan kredit
b. jarang mengikhtiarkan kelompok untuk dapat 3
dan menggunakan kredit
c. tidak pernah mengikhtiarkan kelompok untuk dapat dan menggunakankredit
1
6 Mengetahui keadaan WKPP
a. Tahu lengkap mengenai potensi sumberdaya pertanian (kondisi tanah, iklim tofografi pengairan dan lain-lain)
b. Tahu sebagian mengenai potensi sumberdaya pertanian (kondisi tanah, iklim tofografi pengairan dan lain-lain
c. Tidak tahu mengenai potensi sumberdaya pertanian (kondisi tanah, iklim, tofografi pengairan dan lain-lain.
a. Sering melakukan hubungan kerjasama (mitra) antara PPL dengan instansi/pihak lain yang sesuai dengan kebutuhan kelompok tani
b. Jarang melakukan hubungan kerjasama (mitra) antara PPL dengan instansi/pihak lain yang sesuai dengan kebutuhan kelompok tani
c. Tidak pernah ada melakukan kerjasama
3
a. PPL melakukan bimbingan dalam penerapan teknologi/inovasi baru dan mengevaluasinnya secara rutin sesuai kebutuhan
b. PPL melakukan bimbingan dalam penerapan teknologi/inovasi baru tetapi tidak mengevaluasi secara rutin sesuai dengan kebutuhan
c. PPL tidak pernah melakukan bimbingan dalam penerapan teknologi/inovasi baru
a. Penyuluh Membantu kelompok tani dalam penyediaan alsintan dan sesuai dengan kebutuhan
b. Penyuluh Membantu kelompok tani dalam penyediaan alsintan tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan
c. Penyuluh tidak pernah membantu kelompok tani dalam penyediaan alsintan
3
a. Penyuluh Membantu kelompok tani dalam penyediaan Saprodi dan sesuai dengan kebutuhan
b. Penyuluh Membantu kelompok tani dalam penyediaan Saprodi tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan
c. Penyuluh tidak pernah membantu kelompok tani dalam penyediaan Saprodi
2
a. PPL menyarankan dan membantu kelompok tani dalam penyusunan RDKK
b. PPL hanya menyarankan kelompok tani dalam pembuatan RDKK
c. PPL tidak pernah membantu dan menyarankan pembuatan RDKK
a. Semua program dilaksanakan
b. 1⁄2 dari program dilaksanakan
c. Tidak ada program
3
Dari keterangan di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah skor untuk
mengetahui peranan penyuluh pertanian berada 16-48.
Table 3.3. Skor Peranan Penyuluh Petanian
No. Kategori Range
1 Tinggi 38-48
2 Sedang 27-37
3 Rendah 16-26
3.4.2. Untuk Membuktikan Hipotesis 2, Terdapat Hambatan Penyuluh dalam Pengembangan Kegiatan Kelompok Tani
Untuk mengetahui hambatan penyuluh dalam pengembangan kegiatan
kelompok tani di Desa Subur Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan dianalisis
wawancara serta dilihat dari data perencanaan dan laporan penyuluh dalam
mendampingi kelompok selama tahun 2015
3.4.3. Untuk Membuktikan Hipotesis 3, Terdapat Cara Mengatasi Hambatan Penyuluh dalam Pengembangan Kegiatan Kelompok Tani
Untuk mengetahui cara mengatasi hambatan penyuluh dalam
pengembangan kegiatan kelompok tani di Desa Subur, Kecamatan Air Joman,
Kabupaten Asahan dianalisis secara deskriptif kualitatif.
3.5. Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan dalam penelitian ini
maka dibuat defenisi batasan operasional sebagai berikut:
3.5.1. Definisi
1. Penyuluhan secara sistematis adalah suatu proses yang membantu petani
menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke depan.
2. Penyuluh Pertanian adalah petugas yang melakukan pembinaan dan
berhubungan atau berhadapan langsung dengan petani binaan.
3. BPP adalah Balai Penyuluhan Pertanian
4. Kelompok tani adalah kelembagaan non formal bagi petani yang dibentuk atas
dasar kesepakatan bersama, yaitu kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi
lingkungan (sosial, ekonomi dan sumber daya) guna mencapai tujuan bersama.
5. Peranan adalah bagian yang dimainkan oleh seseorang pada keadaan dan cara
bertingkah laku untuk melaraskan diri dengan keadaan.
6. WKPP adalah wilayah kerja penyuluhan pertanian yang terdiri dari 1(satu) atau
7. Pengembangan kelompok tani adalah bertambahnya pemahaman petani
terhadap sesuatu informasi serta terjadinya peningkatan kemampuan kelompok
tani dalam melaksanakan fungsinya.
8. Umur adalah usia responden yang dihitung dari tahun kelahiran sampai pada
saat diwawancarai dinyatakan dalam satuan tahun.
9. Kelompok fungsional adalah kelompok Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).
10. Kepuasan kerja adalah perilaku umum karyawan terhadap pekerjaanya sebagai
hasil perbedaan antara nilai reward yang diperoleh dan nilai reward yang
diharapkan akan diperoleh.
11. Gaji yaitu salah satu hal yang penting bagi setiap penyuluh yang bekerja
dalam suatu instansi pemerintah, karena dengan gaji yang diperoleh
seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
12. Pangkat dan Golongan adalah kedudukan yang menunjukkan tingkatan
seseorang Pegawai Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian
susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian.
13. Jaminan finansial dan Jaminan sosial adalah suatu program yang didanai atau
diberikan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar orang tanpa
sumber daya.
3.5.2. Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di Desa Subur, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan,
Provinsi Sumatera Utara.
2. Sampel penelitian adalah kelompok tani Tani Jaya.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Subur, Kecamatan Air Joman Kabupaten
Asahan pada bulan Januari-Februari. Adapun letak dan geografis, keadaan
penduduk, luas lahan dan karakteristik kelompok tani di Desa Subur, Kecamatan
Air Joman, Kabupaten Asahan adalah sebagai berikut:
4.1.1. Letak dan Geografis
Desa Subur Kecamatan Air Joman, merupakan kecamatan yang memiliki
kelompok tani aktif di Kabupaten Asahan. Kecamatan Air Joman terletak di
antara 20 32’ - 20 45’ Lintang Utara dan di antara 980 44’ - 980 50’ Bujur Timur
dengan luas wilayah daratan adalah sebesar 198,20 km2. Luas wilayah Kecamatan
Air Joman hanya sebesar 13,72 persen dari total luas seluruh Kabupaten Asahan.
Batas-batas wilayah desa ini adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Desa Rawang Baru Kecamatan Rawang Panca Arga
2. Sebelah Selatan : Desa Sei Kamah II Kecamatan Sei Dadap
3. Sebelah Timur : Kelurahan Siumbut-umbut Kecamatan Kisaran Utara
4. Sebelah Barat : Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman
Secara geografis Kecamatan Air Joman terdiri dari wilayah dataran
rendah, dengan ke ikliman tropis dengan suhu 32-34 , curah hujan rata-rata
4.1.2. Keadaan Penduduk
Penduduk Desa Subur, Kecamatan Air Joman hingga tahun 2016
memiliki penduduk mencapai 4.316 jiwa yang terdiri dari laki-laki 2.123 jiwa dan
perempuan 2.193 jiwa dengan rata-rata jumlah per rumah tangga (average of
household size) sebesar 4 jiwa/rumah tangga dan rasio jenis kelamin (sex
Ratio) 98,31 yang berarti bahwa dalam setiap 100 jiwa penduduk perempuan
terdapat 98 jiwa penduduk laki-laki.
Tabel. 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-Laki 2.123
2 Perempuan 2.193
Total 4.316
Sumber: Profil Desa Subur, 2016
4.1.3. Luas lahan
Luas dan penggunaan lahan di Desa Subur dapat dilihat pada Tabel 4.2
sebagai berikut:
Tabel 4.2. Luas Wilayah Desa Subur Menurut Penggunaannya
No. Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1 Ladang 53
2 Perkebunan Kelapa 9
3 Perkebunan Kakao 7
4 Perkebunan Sawit 220
5 Perkebunan Industri 1.240
Jumlah 1.833
Sumber : Profil Desa Subur, 2016
Tabel 4.2 menunjukan bahwa sebagian besar lahan di Desa Subur
diperuntukkan untuk perkebunan dan hanya 53 Ha untuk ladang dari total luas
4.2. Karakteristik Sampel
Karakteristik sampel dalam penelitian ini keadaan sosial ekonomi yang
terdiri dari: usia, tingkat pendidikan dan status kepemilikan lahan dapat diuraikan
sebagai berikut ini:
4.2.1. Usia
Di bawah ini merupakan tabel jumlah petani sampel menurut usia
produktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur petani sampel berada antara
17 hingga 64 tahun ke atas.
Tabel 4.3 Jumlah Petani Sampel Menurut Usia Produktif
No Kelompok Usia (Tahun) Jumlah(Org) Persentase (%)
1 Produktif (17-64) 37 90
2 Non-Produktif (<17; >64) 3 10
Total 30 100
Sumber : Lampiran 2, 2016
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa petani yang berusia
produktif (17-64 tahun) sebanyak 27 orang dengan persentase sebesar 90%. Hal
ini menunujukkan bahwa petani sampel terdiri dari masyarakat yang berada pada
usia produktif. Rata-rata umur anggota kelompok tani sampel 50 tahun.
4.2.2 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan petani yang ditempuh beragam yaitu mulai dari
Sekolah Dasar (SD) hingga S-1. Namun tingkat pendidikan petani sampel paling
dominan adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebesar 46,7%. Berikut
ini merupakan Tabel Tingkat Pendidikan Anggota Kelompok Tani, Tani Jaya di
Desa Subur, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan. Rata-rata pendidikan
Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Anggota Kelompok Tani, Tani Jaya di Desa Subur, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Org) Persentase (%)
1 Sekolah Dasar (SD) 14 46.7
2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 6 20
3 Sekolah Menengah Atas (SMA) 9 30
4 S-1 1 3.3
Total 30 100
Sumber :Lampiran 2, 2016
4.2.3 Status Kepemilikan Lahan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status kepemilikan lahan yaitu milik
sendiri. Komposisi petani berdasarkan status kepemilikan lahan ditunjukkan
dalam Tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5 Komposisi Petani Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan No. Status Kepemilikan Jumlah Sampel Persentase
(Orang) (%)
1. Milik Sendiri 30 100
2. Menyewa 0 0
Jumlah 30 100%
Sumber ;Lampiran 2, 2016
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa anggota kelompok tani telah memiliki hak
milik sendiri atas lahannya yaitu 100 %. Rata-rata lahan yang dimiliki anggota
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peranan penyuluh pertanian dalam pengembangan kegiatan kelompok tani
dapat diketahui dari setiap parameter yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang
diberi nilai skor. Peranan penyuluh pertanian dalam pengembangan kelompok tani
di daerah penelitian diukur melalui penilaian dari jawaban-jawaban petani
responden terhadap kuisioner yang berisi pernyataan-pernyataan yang telah
diberikan. Ada 16 parameter yang digunakan dan selanjutnya dibuat ke dalam 16
bentuk pernyataan. Tiap-tiap pernyataan diberi variasi range 1-3 dengan range
skor berada antara 16-48 dan dibagi atas tiga standart, yaitu:
1. Tinggi : 38-48
2. Sedang : 27-37
3. Rendah : 16-26
5.1. Hasil Uji Hipotesi 1, Terdapat Peran Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Kelompok Tani di Daerah Penelitian Tinggi.
Lampiran 5 menunjukan bahwa penilaian atas peranan penyuluh pertanian
dalam melakukan pertemuan pada umumnya sudah sangat baik, yaitu PPL
melakukan pertemuan rutin dengan kelompok tani dengan persentase 86.7%, PPL
melakukan pertemuan dengan kelompok tani jika ada masalah sebesar 13.3% dan
PPL tidak melakukan pertemuan 0%.
Peranan penyuluh pertanian dalam melakukan kunjungan usahatani dapat
dilihat pada Lampiran 6, yaitu PPL melakukan kunjungan usahatani rutin dan
sesuai kebutuhan sebesar 100% sedangkan PPL melakukan kunjungan usahatani
Peranan penyuluh pertanian dalam hal diskusi dapat dilihat pada
Lampiran 7, yaitu PPL melakukan diskusi dengan anggota kelompok tani secara
rutin sebesar 70%, PPL melakukan diskusi dengan anggota kelompok tani jika ada
masalah sebesar 30%, dan PPL tidak pernah melakukan diskusi sebesar 0%.
Peranan penyuluh pertanian dalam hal informasi dapat dilihat pada
Lampiran 8, yaitu PPL sering menyebarkan informasi pertanian dan mengajarkan
pengetahuan serta keterampilan sebesar 100%, sedangkan PPL jarang
menyebarkan informasi pertanian dan jarang mengajarkan pengetahuan serta
keterampilan sesuai dengan kebutuhan dan PPL tidak menyebarkan informasi
pertanian dan tidak mengajarkan pengetahuan serta keterampilan sebesar 0%.
Peranan penyuluh pertanian dalam hal kredit dapat dilihat pada
Lampiran 9, yaitu PPL sering mengikhtiarkan kelompok untuk dapat
menggunakan kredit sebesar 20%, PPL jarang mengikhtiarkan kelompok untuk
dapat dan menggunakan kredit sebesar 50% dan PPL tidak pernah mengikhtiarkan
kelompok untuk dapat menggunakan kredit sebesar 30 %.
Peranan penyuluhan pertanian dalam hal mengetahui keadaan WKPP
dapat dilihat pada Lampiran 10. PPL mengetahui peranan penyuluh pertanian
dalam hal mengetahui keadaan WKPP untuk kriteria penilaian PPL mengetahui
dengan lengkap mengenai potensi sumberdaya pertanian (kondisi tanah, iklim
tofografi pengairan dan lain-lain) juga sebesar 100%, PPL mengetahui sebagian
mengenai potensi sumberdaya pertanian (kondisi tanah, iklim tufografi pengairan
dan lain-lain sebesar 0% dan PPL tidak mengetahui potensi sumberdaya pertanian
Peranan penyuluh pertanian dalam hal bermitra (kerjasama) dapat dilihat
pada Lampiran 11. PPL sering melakukan hubungan kerjasama (mitra) antara PPL
dengan instansi/pihak lain yang sesuai dengan kebutuhan kelompok tani
sebesar 60%, PPL jarang melakukan hubungan kerjasama (mitra) antara PPL
dengan instansi/pihak lain yang sesuai dengan kebutuhan kelompok tani
sebesar 30%, dan PPL tidak ada melakukan kerjasama sebesar 10%.
Peranan penyuluh pertanian dalam hal bimbingan penerapan teknologi
dapat dilihat pada Lampiran 12. PPL melakukan bimbingan dalam penerapan
teknologi/inovasi baru dan mengevaluasinya secara rutin sesuai kebutuhan
sebesar 80%, PPL melakukan bimbingan dalam penerapan teknologi/inovasi baru
tetapi tidak mengevaluasi secara rutin sesuai dengan kebutuhan sebesar 20%, dan
PPL tidak melakukan bimbingan dalam penerapan teknologi/inovasi baru
sebesar 0%.
Peranan penyuluh pertanian dalam partisipasi penyuluh dalam mengikuti
kegiatan gotong royong dapat dilihat pada Lampiran 13. Kegiatan gotong royong
dilakukan > 3 kali dalam setahun adalah 25%, kegiatan gotong royong
dilakukan 2 kali dalam setahun adalah 69%, dan kegiatan gotong royong
dilakukan 1 kali dalam setahun adalah 6%.
Peranan penyuluh pertanian dalam hal alsintan dapat dilihat pada
Lampiran 14. Penyuluh membantu kelompok tani dalam penyedian alsintan dan
sesuai dengan kebutuhan sebesar 50%, penyuluh membantu kelompok tani dalam
penyedian alsintan tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan sebesar 30 %, dan
Peranan penyuluh pertanian dalam hal saprodi dapat dilihat pada
Lampiran 15. Penyuluh membantu kelompok tani dalam penyedian saprodi dan
sesuai dengan kebutuhan sebesar 100%, penyuluh membantu kelompok tani
dalam penyedian saprodi tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan sebesar 0% dan
penyuluh tidak membantu kelompok tani dalam penyedian saprodi sebesar 0%.
Peranan penyuluh pertanian dalam hal RDKK dapat dilihat pada
Lampiran 16. PPL menyarankan dan membantu kelompok tani dalam penyusunan
RDKK sebesar 100%, PPL hanya menyarankan kelompok tani dalam pembuatan
RDKK sebesar 0%, dan PPL tidak membantu dan menyarankan pembuatan
RDKK sebesar 0%.
Peranan penyuluh pertanian dalam hal pelaksanaan program penyuluhan
pertanian dapat dilihat pada Lampiran 17. Semua program dilaksanakan sebesar
100%, setengah dari program dilaksanakan sebesar 0%, dan Tidak ada program
sebesar 0%.
Peranan penyuluh pertanian dalam hal monitoring dan evaluasi kegiatan
penyuluhan dapat dilihat pada Lampiran 18. Monitoring dan evaluasi kegiatan
penyuluhan dilakukan 2 kali setahun sebesar 0 %, monitoring dan evaluasi
kegiatan penyuluhan dilakukan 1 kali setahun sebesar 100%, serta monitoring dan
evaluasi kegiatan penyuluhan tidak pernah dilakukan sebesar 0%.
Peranan penyuluhan pertanian dalam peningkatan produksi dapat dilihat
pada Lampiran 19, yaitu 10 % sangat naik, 30 % naik, 60 % tidak naik.
Selanjutnya peranan penyuluhan pertanian dalam peningkatan biaya dilihat dalam
Seluruh uraian di atas, menunjukan bahwa peranan penyuluh pertanian
secara umum adalah tinggi. Dari hasil penelitian (Lampiran 4) juga dapat
diketahui bahwa peranan penyuluh pertanian di daerah penelitian tinggi. Hal ini
dapat diketahui dari rata-rata jumlah skor yang diperoleh yaitu
sebesar 39.7, hipoteis yang menyatakan penyuluh berperan dalam pengembagan
kelompok tani didaerah penelitian dapat diterima.
5.2. Hasil Uji Hipotesi 2, Terdapat Hambatan Penyuluh dalam Pengembangan Kegiatan Kelompok Tani.
Dalam mengidentifikasi masalah kelompok tani, PPL di daerah penelitian
melihat setiap keadaan yang terjadi pada kelompok tani, baik itu keadaan
usahatani maupun masalah-masalah yang dihadapi setiap kelompok tani, untuk
itu:
a. PPL mengunjungi lahan petani dalam melakukan usahataninya
b. PPL menanyakan masalah yang dihadapi petani
c. PPL membantu petani dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Dalam mengidentifikasi masalah, biasanya yang sering menjadi hambatan
penyuluh di daerah penelitian ada 4 hal yaitu:
1. Hambatan teknis, seperti:
a. Saluran irigasi; Masalah kotornya saluran irigasi sehingga air menjadi kurang
lancar.
b. Pupuk; Kesulitan mendapatkan pupuk akibat kelangkaan pupuk dan
penggunaan dosis yang belum sesuai dengan yang dianjurkan oleh PPL
didaerah penelitian serta penggunaan dosis baru 65 % yang baik.
2. Hambatan Ekonomi, seperti:
a. Kelompok tani mengalami kekurangan modal sehingga mengambil kredit dari
tengkulak dengan bunga hingga 4-10%.
b. Harga pasar kurang stabil.
c. Sebagian kelompok masih belum memiliki tabungan kelompok.
3. Hambatan Sosial, seperti:
a. Kehadiran anggota dalam rapat masih kurang.
b. Sebagian anggota kelompok tani kurang merespon kehadiran penyuluh.
c. Sebagian kelompok tani masih sering melanggar kesepakatan yang telah dibuat
oleh kelompok tani sendiri.
d. Sebagian kelompok tani masih memiliki kerjasama yang kurang.
4. Infrastruktur, seperti:
Jalan usaha tani yang rusak sehingga dapat memperlambat kegiatan usahatani.
5.3. Hasil Uji Hipotesi 3, Terdapat Cara Mengatasi Hambatan Penyuluh dalam Pengembangan Kegiatan Kelompok Tani.
Cara mengatasi hamabatan penyuluhan dalam pengambangan kegiatan
kelompok tani adalah dengan membuat program kerja/rencana kerja. Menurut
Kartasaputra (1991) hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana kerja
adalah:
a. Keadaan petani: dalam hal ini harus diketahui tingkat pendidikan petani pada
umumnya, bagaimana hubungan petani dengan masyarakat di luar pertanian.
b. Keadaan sosial ekonomi: harus diketahui bagaimana adat istiadat dan
kepercayaan sesama anggota kelompok, pengaruh dan peranan KUD, tentang
pemasaran hasil usahatani yang umumnya mereka lakukan, bagaimana
c. Keadaan pertaniannya: dalam hal ini harus diketahui tentang tanah perladangan
yang dimiliki oleh anggota kelompok. Dengan mengetahui hal tersebut maka
suatu rencana kerja akan dengan mudah dikerjakan oleh penyuluh dan
kelompok tani yang ada.
Untuk mengatasi 4 hambatan yang ada maka dilakukan penanganan
sebagai berikut:
1. Hambatan Teknis
Untuk menyelesaikan hambatan teknis yang ada maka dilakukan berberapa
penyelesaian sebagai berikut:
A. Mengidentifikasi Potensi Wilayah Kerja
Dalam mengidentifikasi potensi wilayah kerja di daerah penelitian, yang
dilakukan PPL di daerah penelitian adalah sebagai berikut:
a. PPL membuat format karakteristik tanah dan iklim yang terdapat di WKPP
masing-masing yang ada di daerah penelitian, hal ini dilakukan PPL didaerah
penelitian untuk menentukan komoditi yang sesuai untuk digunakan di daerah
wilayah kerja PPL.
b. PPL membuat format luas lahan yang dimiliki anggota kelompok tani sesuai
dengan pengunaannya yang ada di daerah penelitian, kegiatan ini dilakukan
PPL di daerah penelitian bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana
kebutuhan kelompok tani didalam berusaha tani, baik dalam penyedian saprodi
dan penggunaan saprodi agar kegitan usaha tani dapat berjalan dengan baik.
c. PPL membuat format luas tanaman komoditas utama yang terdapat diWKPP
mengembangkan komoditas utama yang ada, menjadi komoditas unggulan agar
pertanian yang ada menjadi lebih berkembang.
d. PPL membuat format karakteristik kelompok tani yang terdapat di WKPP
masing-masing di daerah penelitian, hal ini dilakukan PPL agar dapat lebih
mengenal dan mengetahui setiap kemampuan yang dimiliki kelompok tani.
B. Analisis Profil Keluarga Tani
Didaerah penelitian PPL menganalisis profil keluarga tani dengan
melibatkan keluarga anggota kelompok tani untuk mendapatkan penyuluhan dari
PPL sehingga seluruh anggota keluarga kelompok tani juga ikut terlibat didalam
berusaha tani, sehingga kegiatan usaha tani dapat lebih efektif, kegiatan yang
dilakukan PPL didalam menganalisis profil keluarga tani di daerah penelitian
adalah sebagai berikut:
a. PPL membuat daftar angota keluarga tani.
b. PPL membuat format keterlibatan anggota keluarga dalam pelaksanaan usaha.
Keterlibatan anggota kelompok tani di daerah penelitian belum
sepenuhnya berjalan baik, hal ini dapat dilihat dari kurangnya kesadaran anggota
keluarga tani tentang pentingnya penyuluhan. Keadaan ini dapat dilihat dari
kurangnya kesadaran dari para anggota kelompok tani maupun anggota keluarga
tani untuk melakukan pertemuan atau kegiatan kelompok yang diberikan oleh
PPL.
2. Hambatan Ekonomi
Untuk menyelesaikan hambatan ekonomi yang ada maka dilakukan
A. Mengiktiarkan Kemudahan Usahatani
Untuk mempermudah kelompok tani dalam melakukan usahataninya
penyuluh pertanian di daerah penelitian mengiktiarkan kemudahan usahatani bagi
kelompok tani dan anggotanya, yaitu dengan cara:
a. PPL membantu kelompok tani dalam penyedian produksi.
b. PPL membantu kelompok tani dalam penyediaan alsintan.
c. PPL membantu petani dalam pengadaan kredit.
Dalam penyedian saprodi terkadang penyuluh memiliki kendala yang
cukup serius, yaitu bantuan saprodi yang diberikan kepada kelompok tani
terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan kelompok tani sendiri sehingga
terkadang kelompok tani menolak bantuan atau menerima bantuan tersebut tetapi
tidak dipergunakan dengan baik.
Dalam penyedian alsintan penyuluh tidak memberikan kepada seluruh
kelompok tani, tetapi kepada sebagian kelompok tani yang benar-benar layak,
yaitu penyuluh memberikan kepada kelompok tani yang benar-bena
rmembutuhkan dan dapat mempergunakan serta dapat mempertanggung jawabkan
alsintan dengan baik. Untuk itu penyuluh melihat karakteristik kelompok tani
terlebih dahulu apakah sudah layak untuk mendapatkan alsintan agar anggota
kelompok tani dapat memanfaatkan alsintan dengan baik atau belum.
Menurut penyuluh pertanian, program bantuan dalam pengadaan kredit
tidak lagi berjalan dengan baik bahkan dapat dikatakan tidak ada atau tidak
berjalan lagi, Hal ini disebabkan karena Dinas Pertanian yang tidak membuat
kebijakan lagi tentang kredit, tetapi hal ini tidak menghambat program penyuluh
sudah memiliki kemampuan dalam pengumpulan modal dan pendapatan secara
rasional seperti mengadakan iuran, penyisihan hasil panen, membuat program
seperti koperasi di dalam kelompok dan memperoleh kredit dari koperasi swasta
lain. Hal ini terjadi akibat prakarsa dari penyuluh pertanian sehingga kelompok
tani dan anggotanya dapat berubah pola fikirnya dalam pengadaan modal.
3. Hambatan Sosial
Untuk menyelesaikan hambatan sosial yang ada maka dilakukan berberapa
penyelesaian sebagai berikut:
A. Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Petani.
Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan kelompok tani
sekaligus anggotanya, PPL di daerah penelitian melakukan kegiatan pelatihan
terhadap kelompok tani seperti:
a. PPL mengadakan pelatiahan bagaimana cara bercocok tanam.
b. PPL mengadakan percontohan.
c. PPL mengadakan pelatihan tentang bagaimana menganalisa usahatani.
d. PPL menganjurkan petani agar aktif dalam melaksanakan pengendalian hama
terpadu.
B. Kunjungan ke Kelompok Tani Secara Teratur dan Berkesinambungan
Kunjungan ke kelompok tani dilakukan empat hari kerja dalam sebulan
sehingga dijadwalkan mengunjungi kelompok tani satu kali dalam dua minggu.
Dalam melakukan kunjungan, penyuluh di daerah penelitian sudah
mempersiapkan materi yang sesuai dengan masalah yang ada di lapangan dan
sudah mencakup perencanaan materi yang akan didiskusikan dua minggu yang
akan datang.
4. Hambatan Infrastruktur
Untuk menyelesaikan hambatan infrastruktur yang ada maka dilakukan
berberapa penyelesaian sebagai berikut:
A. Mengembangkan Swakarya dan Swadaya
Dalam mengembangkan swakarya dan swadaya biasanya penyuluh
melakukan kebijakan seperti:
a. Kelompok tani terbentuk akibat usaha PPL.
b. PPL mengusahakan terbentuknya gabungan kelompok tani (Gapoktan).
c. PPL mengusahakan adanya gotong royong.
d. Keaktifan PPL dalam membina kelompok tani.
Menurut petani dan penyuluh, terbentuknya kelompok tani akibat usaha
dari petani, kepala desa dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Di daerah
penelitian selain membentuk kelompok tani PPL juga mengusahakan
terbentuknya gabungan kelompok tani. Penggabungan dari gapoktan terutama
dapat dilakukan oleh kelompok tani yang berada dalam satu wilayah administrasi
untuk menggalang kepentingan bersama secara kooperatif. Di daerah penelitian
setiap penyuluh memiliki satu gapoktan. Menurut PPL, hal ini dilakukan agar
kelompok tani dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam penyedian
sarana produksi pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan usahatani.
Pembuatan gapoktan yang ada di daerah penelitian dilakukan dalam satu
musyawarah yang dihadiri minimal oleh para kontak tani/ketua kelompok akan
susunan kepengurusan, waktu kepengurusan, ketentuan-ketentuan yang menjadi
hak dan kewajiban kelompok. Ketua kelompok dipilih secara musyawarah dan
demokrasi oleh para anggotanya dan selanjutnya ketua memilih kepengurusan
gapoktan lainnya.
Dalam kegiatan gotong royong biasanya diprakarsai oleh PPL, seperti
gotong royong dalam pembersihan saluran irigasi, gotong royong dalam
pembasmian hama yang ada di lahan usahatani anggota kelompok tani di daerah
penelitian.
B. Penyusunan RDKK (Rencana Defenitif dan Kebutuhan Kelompok)
Penyusunan RDKK kelompok tani, dilakukan penyuluh didaerah
penelitian sangat intensif. Menurut PPL, hal ini bertujuan agar kebutuhan
kelompok dalam berusahatani dapat terpenuhi dan dapat disalurkan dengan baik.
Hal-hal yang diperhatikan dalam pembuatan RDKK adalah: jumlah kelompok
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Peran penyuluh pertanian di daerah penelitian tergolong tinggi dengan skor
rata-ratakan sebesar 39,7 yang terdiri dari 16 pertanyaan.
2. Terdapat 4 hambatan yang dijumpai penyuluh pertanian dalam
pengembangan kegiatan kelompok tani, yaitu: hambatan teknis, hambatan
ekonomi, hambatan infrastruktur dan hambatan sosial.
3. Cara mengatasi hambatan penyuluh dalam pengembangan kegiatan kelompok
tani yaitu untuk hambatan teknis: mengidentifikasi potensi kerja dan analisis
profil keluarga tani, untuk hambatan ekonomi: mengiktiarkan kemudahan
usahatani, hambatan sosial: meningkatkan pengetahuan dan sikap dan
keterampilan petani dan kunjungan ke kelompok tani secara teratur dan
berkesinambungan, mengembangkan swakarya dan swadaya, hambatan
infrastuktur: penyusunan RDKK (Rencana definitif dan kebutuhan
kelompok).
6.2 Saran
Kepada Pemerintah
1. Agar pemerintah untuk lebih melihat kebutuhan petani agar sasaran dari
penyuluhan tersebut lebih tercapai. Agar pemerintah memberikan kemudahan
dalam mendapatkan modal kerja petani dalam berusahatani, sehingga
Kepada Penyuluh
1. Penyuluh diharapkan dapat lebih menigkatkan program kemitraan dengan
pihak lain agar kegiatan penyuluh pertanian lebih berjalan dengan baik.
Kepada Kelompok Tani
1. Kelompok tani diharapkan dapat lebih menjalin hubungan kerja sama yang
baik antara sesama anggota kelompok maupun sesama kelompok tani agar di