• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Penyuluh Dalam Pengembangan Kegiatan Kelompok Tani (Studi Kasus: Desa subur, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan) Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Penyuluh Dalam Pengembangan Kegiatan Kelompok Tani (Studi Kasus: Desa subur, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan) Chapter III VI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu pemilihan

sampel bertitik tolak pada penilaian pribadi peneliti yang menyatakan bahwa

sampel yang dipilih benar-benar representatif (Sugiarto, 2001).

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Subur, Kecamatan Air Joman,

Kabupaten Asahan dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan

daerah yang potensial untuk kegiatan produksi pertanian, baik dari faktor alamnya

yang strategis, maupun dari faktor luas lahan.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Kelompok Tani yaitu Tani

Jaya di Desa Subur, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan yang dipilih secara

purposive dengan alasan bahwa Kelompok Tani tersebut merupakan kelompok

tani yang memiliki anggota terbanyak. Metode pengambilan sampel dengan

metode Sensus. Metode sensus adalah metode yang mengambil keseluruhan

populasi menjadi sampel penelitian.Dari hasil pra survei yang dilakukan peneliti,

(2)

Tabel 3.1. Nama-Nama Kelompok Tani di Desa Subur Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan

NO. Nama Kelompok Tani Jumlah Anggota Kelompok Tani

1 Tani Jaya 30

2 Karya Bina 23

3 Mekar Jaya 18

4 Subur Tani 20

5 Maju Tani 18

6 Melati Jaya 26

7 Maju Bersama 17

8 Sehati 9

9 Bangun Baru 10

Sumber: Profil Desa Subur 2016

3.3.Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari anggota kelompok tani

dengan wawancara dan bantuan kuesioner. Sedangkan data sekunder dikumpulkan

dari lembaga serta instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik, Dinas

Pertanian, Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Air Joman, serta instansi lain

yang terkait dengan penelitian.

3.4. Metode Analisis Data

Data yang diamati pada penelitian ini adalah peran penyuluh pertanian

dalam pengembangan kelompok tani di Desa Subur, Kecamatan Air Joman

Asahan dalam satu tahun terakhir, yaitu pada tahun 2015.

3.4.1. Untuk Membuktikan Hipotesi 1, TerdapatPeran Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Kelompok Tani di Daerah Penelitian Tinggi

Peran penyuluh dalam pengembangan kelompok tani yaitu Kelompok Tani

Jaya dianalisis secara deskriptif kualitatif. Dari jawaban responden pada kuesioner

diperoleh data yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode skoring

(3)

ditentukan. Responden dengan jumlah 30 orang diminta untuk mengisi kuesioner

yang berisi pernyataan–pernyataan untuk menilai peran penyuluh guna

membentuk proporsi nilai. Atribut yang dinilai terbagi atas enam kategori yaitu

penyuluh sebagai motivator, penyuluh sebagai edukator, penyuluh sebagai

katalisator, penyuluh sebagai organisator, penyuluh sebagai komunikator dan

penyuluh sebagai konsultan. Kriteria untuk setiap tanggapan masing–masing

kategori adalah 3 = sangat berperan, 2 = berperan, 1 = tidak berperan.

Untuk melihat peranan penyuluh pertanian di dalam pengembangan

kelompok tani, hal yang diskroring adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Parameter Penilaian Peranan Penyuluh Pertanian

No Indikator Parameter Skor

1 Pertemuan a. PPL melakukan pertemuan rutin dengan kelompok Tani dan sesuai kebutuhan

b. PPL melakukan pertemuan dengan kelompok Tani jika ada masalah

c. Tidak pernah melakukan pertemuan

3

2

1 2 Kunjungan

Usahatani

a. PPL melakukan kunjungan usahatani rutin dan sesuai kebutuhan

b. PPL melakukan kunjungan usahatani jika ada masalah

c. PPL tidak pernah melakukan kunjungan usahatani

3

2

1

3 Diskusi a. Melakukan diskusi dengan anggota kelompok tani secara rutin

b. Melakukan diskusi dengan anggota kelompok tani jika ada masalah

c. Tidak pernah melakukan diskusi

3

2

1 4 Informasi a. PPL sering menyebarkan informasi pertanian

dan mengajarkan pengetahuan serta keterampilan, dan sesuai dengan kebutuhan

b. PPL jarang menyebarkan informasi pertanian dan jarang mengajarkan pengetahuan serta keterampilan sesuai dengan kebutuhan

c. Tidak pernah menyebarkan informasi pertanian dan tidak mengajarkan pengetahuan serta keterampilan

3

2

1

5 Kredit a. sering mengikhtiarkan kelompok untuk dapat dan menggunakan kredit

b. jarang mengikhtiarkan kelompok untuk dapat 3

(4)

dan menggunakan kredit

c. tidak pernah mengikhtiarkan kelompok untuk dapat dan menggunakankredit

1

6 Mengetahui keadaan WKPP

a. Tahu lengkap mengenai potensi sumberdaya pertanian (kondisi tanah, iklim tofografi pengairan dan lain-lain)

b. Tahu sebagian mengenai potensi sumberdaya pertanian (kondisi tanah, iklim tofografi pengairan dan lain-lain

c. Tidak tahu mengenai potensi sumberdaya pertanian (kondisi tanah, iklim, tofografi pengairan dan lain-lain.

a. Sering melakukan hubungan kerjasama (mitra) antara PPL dengan instansi/pihak lain yang sesuai dengan kebutuhan kelompok tani

b. Jarang melakukan hubungan kerjasama (mitra) antara PPL dengan instansi/pihak lain yang sesuai dengan kebutuhan kelompok tani

c. Tidak pernah ada melakukan kerjasama

3

a. PPL melakukan bimbingan dalam penerapan teknologi/inovasi baru dan mengevaluasinnya secara rutin sesuai kebutuhan

b. PPL melakukan bimbingan dalam penerapan teknologi/inovasi baru tetapi tidak mengevaluasi secara rutin sesuai dengan kebutuhan

c. PPL tidak pernah melakukan bimbingan dalam penerapan teknologi/inovasi baru

a. Penyuluh Membantu kelompok tani dalam penyediaan alsintan dan sesuai dengan kebutuhan

b. Penyuluh Membantu kelompok tani dalam penyediaan alsintan tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan

c. Penyuluh tidak pernah membantu kelompok tani dalam penyediaan alsintan

3

a. Penyuluh Membantu kelompok tani dalam penyediaan Saprodi dan sesuai dengan kebutuhan

(5)

b. Penyuluh Membantu kelompok tani dalam penyediaan Saprodi tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan

c. Penyuluh tidak pernah membantu kelompok tani dalam penyediaan Saprodi

2

a. PPL menyarankan dan membantu kelompok tani dalam penyusunan RDKK

b. PPL hanya menyarankan kelompok tani dalam pembuatan RDKK

c. PPL tidak pernah membantu dan menyarankan pembuatan RDKK

a. Semua program dilaksanakan

b. 1⁄2 dari program dilaksanakan

c. Tidak ada program

3

Dari keterangan di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah skor untuk

mengetahui peranan penyuluh pertanian berada 16-48.

Table 3.3. Skor Peranan Penyuluh Petanian

No. Kategori Range

1 Tinggi 38-48

2 Sedang 27-37

3 Rendah 16-26

3.4.2. Untuk Membuktikan Hipotesis 2, Terdapat Hambatan Penyuluh dalam Pengembangan Kegiatan Kelompok Tani

Untuk mengetahui hambatan penyuluh dalam pengembangan kegiatan

kelompok tani di Desa Subur Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan dianalisis

(6)

wawancara serta dilihat dari data perencanaan dan laporan penyuluh dalam

mendampingi kelompok selama tahun 2015

3.4.3. Untuk Membuktikan Hipotesis 3, Terdapat Cara Mengatasi Hambatan Penyuluh dalam Pengembangan Kegiatan Kelompok Tani

Untuk mengetahui cara mengatasi hambatan penyuluh dalam

pengembangan kegiatan kelompok tani di Desa Subur, Kecamatan Air Joman,

Kabupaten Asahan dianalisis secara deskriptif kualitatif.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan dalam penelitian ini

maka dibuat defenisi batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1. Definisi

1. Penyuluhan secara sistematis adalah suatu proses yang membantu petani

menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke depan.

2. Penyuluh Pertanian adalah petugas yang melakukan pembinaan dan

berhubungan atau berhadapan langsung dengan petani binaan.

3. BPP adalah Balai Penyuluhan Pertanian

4. Kelompok tani adalah kelembagaan non formal bagi petani yang dibentuk atas

dasar kesepakatan bersama, yaitu kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi

lingkungan (sosial, ekonomi dan sumber daya) guna mencapai tujuan bersama.

5. Peranan adalah bagian yang dimainkan oleh seseorang pada keadaan dan cara

bertingkah laku untuk melaraskan diri dengan keadaan.

6. WKPP adalah wilayah kerja penyuluhan pertanian yang terdiri dari 1(satu) atau

(7)

7. Pengembangan kelompok tani adalah bertambahnya pemahaman petani

terhadap sesuatu informasi serta terjadinya peningkatan kemampuan kelompok

tani dalam melaksanakan fungsinya.

8. Umur adalah usia responden yang dihitung dari tahun kelahiran sampai pada

saat diwawancarai dinyatakan dalam satuan tahun.

9. Kelompok fungsional adalah kelompok Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).

10. Kepuasan kerja adalah perilaku umum karyawan terhadap pekerjaanya sebagai

hasil perbedaan antara nilai reward yang diperoleh dan nilai reward yang

diharapkan akan diperoleh.

11. Gaji yaitu salah satu hal yang penting bagi setiap penyuluh yang bekerja

dalam suatu instansi pemerintah, karena dengan gaji yang diperoleh

seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

12. Pangkat dan Golongan adalah kedudukan yang menunjukkan tingkatan

seseorang Pegawai Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian

susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian.

13. Jaminan finansial dan Jaminan sosial adalah suatu program yang didanai atau

diberikan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar orang tanpa

sumber daya.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Subur, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan,

Provinsi Sumatera Utara.

2. Sampel penelitian adalah kelompok tani Tani Jaya.

(8)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Subur, Kecamatan Air Joman Kabupaten

Asahan pada bulan Januari-Februari. Adapun letak dan geografis, keadaan

penduduk, luas lahan dan karakteristik kelompok tani di Desa Subur, Kecamatan

Air Joman, Kabupaten Asahan adalah sebagai berikut:

4.1.1. Letak dan Geografis

Desa Subur Kecamatan Air Joman, merupakan kecamatan yang memiliki

kelompok tani aktif di Kabupaten Asahan. Kecamatan Air Joman terletak di

antara 20 32’ - 20 45’ Lintang Utara dan di antara 980 44’ - 980 50’ Bujur Timur

dengan luas wilayah daratan adalah sebesar 198,20 km2. Luas wilayah Kecamatan

Air Joman hanya sebesar 13,72 persen dari total luas seluruh Kabupaten Asahan.

Batas-batas wilayah desa ini adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Desa Rawang Baru Kecamatan Rawang Panca Arga

2. Sebelah Selatan : Desa Sei Kamah II Kecamatan Sei Dadap

3. Sebelah Timur : Kelurahan Siumbut-umbut Kecamatan Kisaran Utara

4. Sebelah Barat : Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman

Secara geografis Kecamatan Air Joman terdiri dari wilayah dataran

rendah, dengan ke ikliman tropis dengan suhu 32-34 , curah hujan rata-rata

(9)

4.1.2. Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Subur, Kecamatan Air Joman hingga tahun 2016

memiliki penduduk mencapai 4.316 jiwa yang terdiri dari laki-laki 2.123 jiwa dan

perempuan 2.193 jiwa dengan rata-rata jumlah per rumah tangga (average of

household size) sebesar 4 jiwa/rumah tangga dan rasio jenis kelamin (sex

Ratio) 98,31 yang berarti bahwa dalam setiap 100 jiwa penduduk perempuan

terdapat 98 jiwa penduduk laki-laki.

Tabel. 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-Laki 2.123

2 Perempuan 2.193

Total 4.316

Sumber: Profil Desa Subur, 2016

4.1.3. Luas lahan

Luas dan penggunaan lahan di Desa Subur dapat dilihat pada Tabel 4.2

sebagai berikut:

Tabel 4.2. Luas Wilayah Desa Subur Menurut Penggunaannya

No. Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1 Ladang 53

2 Perkebunan Kelapa 9

3 Perkebunan Kakao 7

4 Perkebunan Sawit 220

5 Perkebunan Industri 1.240

Jumlah 1.833

Sumber : Profil Desa Subur, 2016

Tabel 4.2 menunjukan bahwa sebagian besar lahan di Desa Subur

diperuntukkan untuk perkebunan dan hanya 53 Ha untuk ladang dari total luas

(10)

4.2. Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel dalam penelitian ini keadaan sosial ekonomi yang

terdiri dari: usia, tingkat pendidikan dan status kepemilikan lahan dapat diuraikan

sebagai berikut ini:

4.2.1. Usia

Di bawah ini merupakan tabel jumlah petani sampel menurut usia

produktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur petani sampel berada antara

17 hingga 64 tahun ke atas.

Tabel 4.3 Jumlah Petani Sampel Menurut Usia Produktif

No Kelompok Usia (Tahun) Jumlah(Org) Persentase (%)

1 Produktif (17-64) 37 90

2 Non-Produktif (<17; >64) 3 10

Total 30 100

Sumber : Lampiran 2, 2016

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa petani yang berusia

produktif (17-64 tahun) sebanyak 27 orang dengan persentase sebesar 90%. Hal

ini menunujukkan bahwa petani sampel terdiri dari masyarakat yang berada pada

usia produktif. Rata-rata umur anggota kelompok tani sampel 50 tahun.

4.2.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan petani yang ditempuh beragam yaitu mulai dari

Sekolah Dasar (SD) hingga S-1. Namun tingkat pendidikan petani sampel paling

dominan adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebesar 46,7%. Berikut

ini merupakan Tabel Tingkat Pendidikan Anggota Kelompok Tani, Tani Jaya di

Desa Subur, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan. Rata-rata pendidikan

(11)

Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Anggota Kelompok Tani, Tani Jaya di Desa Subur, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Org) Persentase (%)

1 Sekolah Dasar (SD) 14 46.7

2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 6 20

3 Sekolah Menengah Atas (SMA) 9 30

4 S-1 1 3.3

Total 30 100

Sumber :Lampiran 2, 2016

4.2.3 Status Kepemilikan Lahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status kepemilikan lahan yaitu milik

sendiri. Komposisi petani berdasarkan status kepemilikan lahan ditunjukkan

dalam Tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Komposisi Petani Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan No. Status Kepemilikan Jumlah Sampel Persentase

(Orang) (%)

1. Milik Sendiri 30 100

2. Menyewa 0 0

Jumlah 30 100%

Sumber ;Lampiran 2, 2016

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa anggota kelompok tani telah memiliki hak

milik sendiri atas lahannya yaitu 100 %. Rata-rata lahan yang dimiliki anggota

(12)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peranan penyuluh pertanian dalam pengembangan kegiatan kelompok tani

dapat diketahui dari setiap parameter yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang

diberi nilai skor. Peranan penyuluh pertanian dalam pengembangan kelompok tani

di daerah penelitian diukur melalui penilaian dari jawaban-jawaban petani

responden terhadap kuisioner yang berisi pernyataan-pernyataan yang telah

diberikan. Ada 16 parameter yang digunakan dan selanjutnya dibuat ke dalam 16

bentuk pernyataan. Tiap-tiap pernyataan diberi variasi range 1-3 dengan range

skor berada antara 16-48 dan dibagi atas tiga standart, yaitu:

1. Tinggi : 38-48

2. Sedang : 27-37

3. Rendah : 16-26

5.1. Hasil Uji Hipotesi 1, Terdapat Peran Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Kelompok Tani di Daerah Penelitian Tinggi.

Lampiran 5 menunjukan bahwa penilaian atas peranan penyuluh pertanian

dalam melakukan pertemuan pada umumnya sudah sangat baik, yaitu PPL

melakukan pertemuan rutin dengan kelompok tani dengan persentase 86.7%, PPL

melakukan pertemuan dengan kelompok tani jika ada masalah sebesar 13.3% dan

PPL tidak melakukan pertemuan 0%.

Peranan penyuluh pertanian dalam melakukan kunjungan usahatani dapat

dilihat pada Lampiran 6, yaitu PPL melakukan kunjungan usahatani rutin dan

sesuai kebutuhan sebesar 100% sedangkan PPL melakukan kunjungan usahatani

(13)

Peranan penyuluh pertanian dalam hal diskusi dapat dilihat pada

Lampiran 7, yaitu PPL melakukan diskusi dengan anggota kelompok tani secara

rutin sebesar 70%, PPL melakukan diskusi dengan anggota kelompok tani jika ada

masalah sebesar 30%, dan PPL tidak pernah melakukan diskusi sebesar 0%.

Peranan penyuluh pertanian dalam hal informasi dapat dilihat pada

Lampiran 8, yaitu PPL sering menyebarkan informasi pertanian dan mengajarkan

pengetahuan serta keterampilan sebesar 100%, sedangkan PPL jarang

menyebarkan informasi pertanian dan jarang mengajarkan pengetahuan serta

keterampilan sesuai dengan kebutuhan dan PPL tidak menyebarkan informasi

pertanian dan tidak mengajarkan pengetahuan serta keterampilan sebesar 0%.

Peranan penyuluh pertanian dalam hal kredit dapat dilihat pada

Lampiran 9, yaitu PPL sering mengikhtiarkan kelompok untuk dapat

menggunakan kredit sebesar 20%, PPL jarang mengikhtiarkan kelompok untuk

dapat dan menggunakan kredit sebesar 50% dan PPL tidak pernah mengikhtiarkan

kelompok untuk dapat menggunakan kredit sebesar 30 %.

Peranan penyuluhan pertanian dalam hal mengetahui keadaan WKPP

dapat dilihat pada Lampiran 10. PPL mengetahui peranan penyuluh pertanian

dalam hal mengetahui keadaan WKPP untuk kriteria penilaian PPL mengetahui

dengan lengkap mengenai potensi sumberdaya pertanian (kondisi tanah, iklim

tofografi pengairan dan lain-lain) juga sebesar 100%, PPL mengetahui sebagian

mengenai potensi sumberdaya pertanian (kondisi tanah, iklim tufografi pengairan

dan lain-lain sebesar 0% dan PPL tidak mengetahui potensi sumberdaya pertanian

(14)

Peranan penyuluh pertanian dalam hal bermitra (kerjasama) dapat dilihat

pada Lampiran 11. PPL sering melakukan hubungan kerjasama (mitra) antara PPL

dengan instansi/pihak lain yang sesuai dengan kebutuhan kelompok tani

sebesar 60%, PPL jarang melakukan hubungan kerjasama (mitra) antara PPL

dengan instansi/pihak lain yang sesuai dengan kebutuhan kelompok tani

sebesar 30%, dan PPL tidak ada melakukan kerjasama sebesar 10%.

Peranan penyuluh pertanian dalam hal bimbingan penerapan teknologi

dapat dilihat pada Lampiran 12. PPL melakukan bimbingan dalam penerapan

teknologi/inovasi baru dan mengevaluasinya secara rutin sesuai kebutuhan

sebesar 80%, PPL melakukan bimbingan dalam penerapan teknologi/inovasi baru

tetapi tidak mengevaluasi secara rutin sesuai dengan kebutuhan sebesar 20%, dan

PPL tidak melakukan bimbingan dalam penerapan teknologi/inovasi baru

sebesar 0%.

Peranan penyuluh pertanian dalam partisipasi penyuluh dalam mengikuti

kegiatan gotong royong dapat dilihat pada Lampiran 13. Kegiatan gotong royong

dilakukan > 3 kali dalam setahun adalah 25%, kegiatan gotong royong

dilakukan 2 kali dalam setahun adalah 69%, dan kegiatan gotong royong

dilakukan 1 kali dalam setahun adalah 6%.

Peranan penyuluh pertanian dalam hal alsintan dapat dilihat pada

Lampiran 14. Penyuluh membantu kelompok tani dalam penyedian alsintan dan

sesuai dengan kebutuhan sebesar 50%, penyuluh membantu kelompok tani dalam

penyedian alsintan tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan sebesar 30 %, dan

(15)

Peranan penyuluh pertanian dalam hal saprodi dapat dilihat pada

Lampiran 15. Penyuluh membantu kelompok tani dalam penyedian saprodi dan

sesuai dengan kebutuhan sebesar 100%, penyuluh membantu kelompok tani

dalam penyedian saprodi tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan sebesar 0% dan

penyuluh tidak membantu kelompok tani dalam penyedian saprodi sebesar 0%.

Peranan penyuluh pertanian dalam hal RDKK dapat dilihat pada

Lampiran 16. PPL menyarankan dan membantu kelompok tani dalam penyusunan

RDKK sebesar 100%, PPL hanya menyarankan kelompok tani dalam pembuatan

RDKK sebesar 0%, dan PPL tidak membantu dan menyarankan pembuatan

RDKK sebesar 0%.

Peranan penyuluh pertanian dalam hal pelaksanaan program penyuluhan

pertanian dapat dilihat pada Lampiran 17. Semua program dilaksanakan sebesar

100%, setengah dari program dilaksanakan sebesar 0%, dan Tidak ada program

sebesar 0%.

Peranan penyuluh pertanian dalam hal monitoring dan evaluasi kegiatan

penyuluhan dapat dilihat pada Lampiran 18. Monitoring dan evaluasi kegiatan

penyuluhan dilakukan 2 kali setahun sebesar 0 %, monitoring dan evaluasi

kegiatan penyuluhan dilakukan 1 kali setahun sebesar 100%, serta monitoring dan

evaluasi kegiatan penyuluhan tidak pernah dilakukan sebesar 0%.

Peranan penyuluhan pertanian dalam peningkatan produksi dapat dilihat

pada Lampiran 19, yaitu 10 % sangat naik, 30 % naik, 60 % tidak naik.

Selanjutnya peranan penyuluhan pertanian dalam peningkatan biaya dilihat dalam

(16)

Seluruh uraian di atas, menunjukan bahwa peranan penyuluh pertanian

secara umum adalah tinggi. Dari hasil penelitian (Lampiran 4) juga dapat

diketahui bahwa peranan penyuluh pertanian di daerah penelitian tinggi. Hal ini

dapat diketahui dari rata-rata jumlah skor yang diperoleh yaitu

sebesar 39.7, hipoteis yang menyatakan penyuluh berperan dalam pengembagan

kelompok tani didaerah penelitian dapat diterima.

5.2. Hasil Uji Hipotesi 2, Terdapat Hambatan Penyuluh dalam Pengembangan Kegiatan Kelompok Tani.

Dalam mengidentifikasi masalah kelompok tani, PPL di daerah penelitian

melihat setiap keadaan yang terjadi pada kelompok tani, baik itu keadaan

usahatani maupun masalah-masalah yang dihadapi setiap kelompok tani, untuk

itu:

a. PPL mengunjungi lahan petani dalam melakukan usahataninya

b. PPL menanyakan masalah yang dihadapi petani

c. PPL membantu petani dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Dalam mengidentifikasi masalah, biasanya yang sering menjadi hambatan

penyuluh di daerah penelitian ada 4 hal yaitu:

1. Hambatan teknis, seperti:

a. Saluran irigasi; Masalah kotornya saluran irigasi sehingga air menjadi kurang

lancar.

b. Pupuk; Kesulitan mendapatkan pupuk akibat kelangkaan pupuk dan

penggunaan dosis yang belum sesuai dengan yang dianjurkan oleh PPL

didaerah penelitian serta penggunaan dosis baru 65 % yang baik.

(17)

2. Hambatan Ekonomi, seperti:

a. Kelompok tani mengalami kekurangan modal sehingga mengambil kredit dari

tengkulak dengan bunga hingga 4-10%.

b. Harga pasar kurang stabil.

c. Sebagian kelompok masih belum memiliki tabungan kelompok.

3. Hambatan Sosial, seperti:

a. Kehadiran anggota dalam rapat masih kurang.

b. Sebagian anggota kelompok tani kurang merespon kehadiran penyuluh.

c. Sebagian kelompok tani masih sering melanggar kesepakatan yang telah dibuat

oleh kelompok tani sendiri.

d. Sebagian kelompok tani masih memiliki kerjasama yang kurang.

4. Infrastruktur, seperti:

Jalan usaha tani yang rusak sehingga dapat memperlambat kegiatan usahatani.

5.3. Hasil Uji Hipotesi 3, Terdapat Cara Mengatasi Hambatan Penyuluh dalam Pengembangan Kegiatan Kelompok Tani.

Cara mengatasi hamabatan penyuluhan dalam pengambangan kegiatan

kelompok tani adalah dengan membuat program kerja/rencana kerja. Menurut

Kartasaputra (1991) hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana kerja

adalah:

a. Keadaan petani: dalam hal ini harus diketahui tingkat pendidikan petani pada

umumnya, bagaimana hubungan petani dengan masyarakat di luar pertanian.

b. Keadaan sosial ekonomi: harus diketahui bagaimana adat istiadat dan

kepercayaan sesama anggota kelompok, pengaruh dan peranan KUD, tentang

pemasaran hasil usahatani yang umumnya mereka lakukan, bagaimana

(18)

c. Keadaan pertaniannya: dalam hal ini harus diketahui tentang tanah perladangan

yang dimiliki oleh anggota kelompok. Dengan mengetahui hal tersebut maka

suatu rencana kerja akan dengan mudah dikerjakan oleh penyuluh dan

kelompok tani yang ada.

Untuk mengatasi 4 hambatan yang ada maka dilakukan penanganan

sebagai berikut:

1. Hambatan Teknis

Untuk menyelesaikan hambatan teknis yang ada maka dilakukan berberapa

penyelesaian sebagai berikut:

A. Mengidentifikasi Potensi Wilayah Kerja

Dalam mengidentifikasi potensi wilayah kerja di daerah penelitian, yang

dilakukan PPL di daerah penelitian adalah sebagai berikut:

a. PPL membuat format karakteristik tanah dan iklim yang terdapat di WKPP

masing-masing yang ada di daerah penelitian, hal ini dilakukan PPL didaerah

penelitian untuk menentukan komoditi yang sesuai untuk digunakan di daerah

wilayah kerja PPL.

b. PPL membuat format luas lahan yang dimiliki anggota kelompok tani sesuai

dengan pengunaannya yang ada di daerah penelitian, kegiatan ini dilakukan

PPL di daerah penelitian bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana

kebutuhan kelompok tani didalam berusaha tani, baik dalam penyedian saprodi

dan penggunaan saprodi agar kegitan usaha tani dapat berjalan dengan baik.

c. PPL membuat format luas tanaman komoditas utama yang terdapat diWKPP

(19)

mengembangkan komoditas utama yang ada, menjadi komoditas unggulan agar

pertanian yang ada menjadi lebih berkembang.

d. PPL membuat format karakteristik kelompok tani yang terdapat di WKPP

masing-masing di daerah penelitian, hal ini dilakukan PPL agar dapat lebih

mengenal dan mengetahui setiap kemampuan yang dimiliki kelompok tani.

B. Analisis Profil Keluarga Tani

Didaerah penelitian PPL menganalisis profil keluarga tani dengan

melibatkan keluarga anggota kelompok tani untuk mendapatkan penyuluhan dari

PPL sehingga seluruh anggota keluarga kelompok tani juga ikut terlibat didalam

berusaha tani, sehingga kegiatan usaha tani dapat lebih efektif, kegiatan yang

dilakukan PPL didalam menganalisis profil keluarga tani di daerah penelitian

adalah sebagai berikut:

a. PPL membuat daftar angota keluarga tani.

b. PPL membuat format keterlibatan anggota keluarga dalam pelaksanaan usaha.

Keterlibatan anggota kelompok tani di daerah penelitian belum

sepenuhnya berjalan baik, hal ini dapat dilihat dari kurangnya kesadaran anggota

keluarga tani tentang pentingnya penyuluhan. Keadaan ini dapat dilihat dari

kurangnya kesadaran dari para anggota kelompok tani maupun anggota keluarga

tani untuk melakukan pertemuan atau kegiatan kelompok yang diberikan oleh

PPL.

2. Hambatan Ekonomi

Untuk menyelesaikan hambatan ekonomi yang ada maka dilakukan

(20)

A. Mengiktiarkan Kemudahan Usahatani

Untuk mempermudah kelompok tani dalam melakukan usahataninya

penyuluh pertanian di daerah penelitian mengiktiarkan kemudahan usahatani bagi

kelompok tani dan anggotanya, yaitu dengan cara:

a. PPL membantu kelompok tani dalam penyedian produksi.

b. PPL membantu kelompok tani dalam penyediaan alsintan.

c. PPL membantu petani dalam pengadaan kredit.

Dalam penyedian saprodi terkadang penyuluh memiliki kendala yang

cukup serius, yaitu bantuan saprodi yang diberikan kepada kelompok tani

terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan kelompok tani sendiri sehingga

terkadang kelompok tani menolak bantuan atau menerima bantuan tersebut tetapi

tidak dipergunakan dengan baik.

Dalam penyedian alsintan penyuluh tidak memberikan kepada seluruh

kelompok tani, tetapi kepada sebagian kelompok tani yang benar-benar layak,

yaitu penyuluh memberikan kepada kelompok tani yang benar-bena

rmembutuhkan dan dapat mempergunakan serta dapat mempertanggung jawabkan

alsintan dengan baik. Untuk itu penyuluh melihat karakteristik kelompok tani

terlebih dahulu apakah sudah layak untuk mendapatkan alsintan agar anggota

kelompok tani dapat memanfaatkan alsintan dengan baik atau belum.

Menurut penyuluh pertanian, program bantuan dalam pengadaan kredit

tidak lagi berjalan dengan baik bahkan dapat dikatakan tidak ada atau tidak

berjalan lagi, Hal ini disebabkan karena Dinas Pertanian yang tidak membuat

kebijakan lagi tentang kredit, tetapi hal ini tidak menghambat program penyuluh

(21)

sudah memiliki kemampuan dalam pengumpulan modal dan pendapatan secara

rasional seperti mengadakan iuran, penyisihan hasil panen, membuat program

seperti koperasi di dalam kelompok dan memperoleh kredit dari koperasi swasta

lain. Hal ini terjadi akibat prakarsa dari penyuluh pertanian sehingga kelompok

tani dan anggotanya dapat berubah pola fikirnya dalam pengadaan modal.

3. Hambatan Sosial

Untuk menyelesaikan hambatan sosial yang ada maka dilakukan berberapa

penyelesaian sebagai berikut:

A. Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Petani.

Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan kelompok tani

sekaligus anggotanya, PPL di daerah penelitian melakukan kegiatan pelatihan

terhadap kelompok tani seperti:

a. PPL mengadakan pelatiahan bagaimana cara bercocok tanam.

b. PPL mengadakan percontohan.

c. PPL mengadakan pelatihan tentang bagaimana menganalisa usahatani.

d. PPL menganjurkan petani agar aktif dalam melaksanakan pengendalian hama

terpadu.

B. Kunjungan ke Kelompok Tani Secara Teratur dan Berkesinambungan

Kunjungan ke kelompok tani dilakukan empat hari kerja dalam sebulan

sehingga dijadwalkan mengunjungi kelompok tani satu kali dalam dua minggu.

Dalam melakukan kunjungan, penyuluh di daerah penelitian sudah

mempersiapkan materi yang sesuai dengan masalah yang ada di lapangan dan

(22)

sudah mencakup perencanaan materi yang akan didiskusikan dua minggu yang

akan datang.

4. Hambatan Infrastruktur

Untuk menyelesaikan hambatan infrastruktur yang ada maka dilakukan

berberapa penyelesaian sebagai berikut:

A. Mengembangkan Swakarya dan Swadaya

Dalam mengembangkan swakarya dan swadaya biasanya penyuluh

melakukan kebijakan seperti:

a. Kelompok tani terbentuk akibat usaha PPL.

b. PPL mengusahakan terbentuknya gabungan kelompok tani (Gapoktan).

c. PPL mengusahakan adanya gotong royong.

d. Keaktifan PPL dalam membina kelompok tani.

Menurut petani dan penyuluh, terbentuknya kelompok tani akibat usaha

dari petani, kepala desa dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Di daerah

penelitian selain membentuk kelompok tani PPL juga mengusahakan

terbentuknya gabungan kelompok tani. Penggabungan dari gapoktan terutama

dapat dilakukan oleh kelompok tani yang berada dalam satu wilayah administrasi

untuk menggalang kepentingan bersama secara kooperatif. Di daerah penelitian

setiap penyuluh memiliki satu gapoktan. Menurut PPL, hal ini dilakukan agar

kelompok tani dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam penyedian

sarana produksi pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan usahatani.

Pembuatan gapoktan yang ada di daerah penelitian dilakukan dalam satu

musyawarah yang dihadiri minimal oleh para kontak tani/ketua kelompok akan

(23)

susunan kepengurusan, waktu kepengurusan, ketentuan-ketentuan yang menjadi

hak dan kewajiban kelompok. Ketua kelompok dipilih secara musyawarah dan

demokrasi oleh para anggotanya dan selanjutnya ketua memilih kepengurusan

gapoktan lainnya.

Dalam kegiatan gotong royong biasanya diprakarsai oleh PPL, seperti

gotong royong dalam pembersihan saluran irigasi, gotong royong dalam

pembasmian hama yang ada di lahan usahatani anggota kelompok tani di daerah

penelitian.

B. Penyusunan RDKK (Rencana Defenitif dan Kebutuhan Kelompok)

Penyusunan RDKK kelompok tani, dilakukan penyuluh didaerah

penelitian sangat intensif. Menurut PPL, hal ini bertujuan agar kebutuhan

kelompok dalam berusahatani dapat terpenuhi dan dapat disalurkan dengan baik.

Hal-hal yang diperhatikan dalam pembuatan RDKK adalah: jumlah kelompok

(24)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Peran penyuluh pertanian di daerah penelitian tergolong tinggi dengan skor

rata-ratakan sebesar 39,7 yang terdiri dari 16 pertanyaan.

2. Terdapat 4 hambatan yang dijumpai penyuluh pertanian dalam

pengembangan kegiatan kelompok tani, yaitu: hambatan teknis, hambatan

ekonomi, hambatan infrastruktur dan hambatan sosial.

3. Cara mengatasi hambatan penyuluh dalam pengembangan kegiatan kelompok

tani yaitu untuk hambatan teknis: mengidentifikasi potensi kerja dan analisis

profil keluarga tani, untuk hambatan ekonomi: mengiktiarkan kemudahan

usahatani, hambatan sosial: meningkatkan pengetahuan dan sikap dan

keterampilan petani dan kunjungan ke kelompok tani secara teratur dan

berkesinambungan, mengembangkan swakarya dan swadaya, hambatan

infrastuktur: penyusunan RDKK (Rencana definitif dan kebutuhan

kelompok).

6.2 Saran

Kepada Pemerintah

1. Agar pemerintah untuk lebih melihat kebutuhan petani agar sasaran dari

penyuluhan tersebut lebih tercapai. Agar pemerintah memberikan kemudahan

dalam mendapatkan modal kerja petani dalam berusahatani, sehingga

(25)

Kepada Penyuluh

1. Penyuluh diharapkan dapat lebih menigkatkan program kemitraan dengan

pihak lain agar kegiatan penyuluh pertanian lebih berjalan dengan baik.

Kepada Kelompok Tani

1. Kelompok tani diharapkan dapat lebih menjalin hubungan kerja sama yang

baik antara sesama anggota kelompok maupun sesama kelompok tani agar di

Gambar

Tabel 3.1. Nama-Nama Kelompok Tani di Desa Subur Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan
Tabel 3.2. Parameter Penilaian Peranan Penyuluh Pertanian
Table 3.3. Skor Peranan Penyuluh Petanian
Tabel. 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
+3

Referensi

Dokumen terkait

Inspeksi K3 di IEBE dilakukan satu kali dalam satu tahun Inspeksi dilakukan oleh seluruh karyawan yang bekerja di IEBE dengan objek inspeksi yaitu laboratorium

Bapak Muhammad Sholihin (Dosen Pembimbing Tugs Akhir) terima kasih atas bantuan dan bimbingan yang Bapak berikan sampai selesainya Tugas Akhir ini.

upaya meningkatkan nilai-nilai Pancasila siswa metode diskusi pada kelas XII SMKN 2 Kota Bengkulu dalam mata pelajaran PKN, belum lengkapnya sarana pembelajaran

Pokea jantan dan betina tersebar dari kelompok ukuran dengan nilai tengah lebar masing-masing yaitu 1.55 – 6.01cm dan 2.06 – 5.98 cm.Jumlah populasi kerang pokea jantan

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah.. satu syarat ujian Diploma III dalam Bidang Studi

KEBIJAKAN ROTASI DAN PROMOSI JABATAN DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN MOTIVASI KERJA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA.. KARYAWAN PADA BANK BJB KANTOR CABANG

Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan software LabVIEW untuk simulasi sistem keamanan rumah yang praktis, efisien dan aman karena dilengkapi dengan username

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Manajemen. pada