• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kepuasan Ibu Nifas Terhadap Pelayanan Asuhan Kebidanan di Klinik Sahara Padangsidimpuan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Kepuasan Ibu Nifas Terhadap Pelayanan Asuhan Kebidanan di Klinik Sahara Padangsidimpuan Tahun 2015"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kepuasan

Kepuasaan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan

hasil dari membandingkan produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan

harapan seseorang (Arifin dan Rahayu, 2011).

Kepuasan menurut kamus bahasa Indonesia adalah puas; merasa senang;

perihal (hal yang bersifat kesenangan, kelegaan dan sebagainya). Kepuasan dapat

diartikan sebagai rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan

mengkomsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa.

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul

setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil)

suatu produk dan harapan-harapannya (Asmuji, 2012).

Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membadingkan kinerja/

hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Jadi, tingkat kepuasan merupakan

fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan (Supranto,

2011).

Kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan dapat disimpulkan sebagai

selisih kinerja institusi pelayanan kesehatan dengan harapan pelanggan (pasien

atau kelompok masyarakat). Dari penjelasan ini, kepuasan pelanggan (customer

satisfaction). Tingkat kepuasan pelanggan institusi pelayanan kesehatan adalah

dokter, paramedis, perusahaan farmasi, pemasok alat-alat kedokteran , termasuk

pimpinan institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan. Pelanggan yang puas akan

berbagi rasa dan pengalaman mereka kepada teman, keluarga, dan tetangga. Ini

akan menjadi referensi yang baik kepada institusi penyedia pelayanan kesehatan.

(2)

Diduga, masih banyak petugas kesehatan yang kurang atau belum memahami

prinsip-prinsip kepuasan pelanggan (Muninjaya, 2012).

Setiap pelayanan jasa akan berdampak pada kemauan dari pelanggan untuk

mendatangi tempat dimana pelayanan dilaksanakan. Apabila pelanggan merasa

puas dari pelayanan yang dia terima maka pasti mereka akan kembali untuk

membeli produk yang ditawarkan (Tando, 2013).

1. Dimensi kepuasan dapat dibedakan menjadi dua macam:

a) Kepuasan mengacu pada penerapan kode etik standar pelayana profesi

1) Hubungan dokter- pasien.

2) Kenyaman pelayanan.

3) Kebebasan melakukan pilihan.

4) Pengetahuan dan kompetensi teknis.

5) Efektivitas pelayanan.

6) Keamanan tindakan.

b) Kepuasan mengacu pada persyaratan pelayanan kesehatan :

1) Ketersediaan pelayanan kesehatan.

2) Kewajaran pelayanan kesehatan.

3) Kesinambungan pelayanan kesehatan.

4) Penerimaan pelayanan kesehatan.

5) Ketercapaian pelayanan kesehatan.

6) Keterjangkauan pelayanan kesehatan.

7) Efisiensi pelayanan kesehatan.

(3)

2. Faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan

a) Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterima,

dalam hal ini aspek komunikasi memegang peranan penting.

b) Empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan. Sikap ini

akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat

kepatuhan pasien (compliance).

c) Biaya (cost), tingginya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber moral

pasien dan keluargannya, “yang penting sembuh” sehingga menyebabkan

mereka menerima saja jenis perawatan dan teknologi yang ditawarkan

petugas kesehatan. Akibatnya, biaya perawatan menjadi mahal. Informasi

terbatas yang dimiliki pihak pasien dan keluarganya tentang perawatan

yang diterima dapat menjadi sumber keluhan pasien. Sistem asuransi

kesehatan dapat mengatasi masalah biaya kesehatannya.

d) Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan

ruangan (tangibillty).

e) Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan (assurance),

ketepatan jadwal pemeriksaan, dan kunjungan dokter juga termasuk

faktor ini.

f) Keandalan dan keterampilan (reliability) petugas kesehatan dalam

memberi perawatan.

g) Kecepatan petugas dalam memberi tanggapan terhadap keluhan pasien

(responsiveness) (Simatupang, 2008).

3. Tingkat kepuasan antara lain:

a) Bila penampilan kurang dari harapan pelanggan tidak dipuaskan.

(4)

c) Apabila penampilan melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang

(Tando, 2013).

B. Pelanggan

Pelanggan (costumer) adalah orang yang akan mendefinisikan hasil dari

proses yang diberikan (puas atau tidak puas). Menurut Vincent, pelanggan adalah

semua orang yang menuntut kita untuk memenuhi suatu standar kualitas tertentu

karena itu akan memberi pengaruh pada kinerja.

Vincent dalam bukunya Total Quality Management, memberi beberapa

defenisi tentang pelanggan, yaitu:

1. Pelanggan adalah orang yang tidak bergantung pada kita, tetapi kita yang

bergantung kepadanya.

2. Pelanggan adalah orang yang membawa kita kepada keinginannya.

3. Tidak ada seorang pun yang pernah menang berargumentasi dengan

pelanggan.

4. Pelanggan adalah orang yang teramat penting yang harus dipuaskan.

Pelanggan dalam pelayanan kebidanan adalah orang yang langsung menerima

jasa pelayanan yang diberikan dan menikmati pelayanan atau asuhan yang

disebut pelanggan dalam pelayanan kebidanan adalah:

1. Wanita

2. Bayi baru lahir

3. PUS (pasangan usia subur)

4. WUS (wanita usia subur)

5. Pasutri (pasangan suami istri)

(5)

7. Wanita pada masa pra-menopause, menapause, dan pasca menapause.

Faktor yang memengaruhi persepsi pelanggan adalah:

1. Kebutuhan dan keinginan, berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan

pelanggan saat melakukan transaksi dengan penyedia produk atau pemberi

produk.

2. Pengalaman masa lalu.

3. Pengalaman dari teman-teman.

4. Komunikasi melalui iklan dan pemasaran juga memengaruhi persepsi

pelanggan (Simatupang, 2008).

C. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan

selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas

ini yaitu 6-8 minggu (Bahiyatun, 2013).

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta

selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti

sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).

Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang

dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya

memerlukan waktu 6-12 minggu (Nugroho dkk, 2014).

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalianan selesai

(6)

1. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas

a) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa post

partum dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan

psikologis selama masa pasca bersalin.

b) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

c) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan dengan meningkatkan

rasa nyaman.

d) Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan

dengan ibu dan anak dan mapu melakukan kegiatan administrasi.

e) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

f) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang

baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

g) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk

mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan

memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode post partum.

h) Memberikan asuhan secara professional (Nugroho dkk, 2014).

2. Tahapan masa nifas

a) Puerperium dini. Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk

berdiri dan berjalan-jalan.

b) Puerperium intermedial. Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ

(7)

c) Remote puerperium. Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

kembali diam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau

waktu persalinan mengalami komplikasi (Nugroho dkk, 2014).

3. Tujuan asuhan masa nifas

a) Memulihkan Kesehatan Umum Penderita.

1) Menyediakan makanan sesuai kebutuhan.

2) Mengatasi anemia.

3) Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan strerilisasi.

4) Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk

memperlancar peredaran darah.

b) Mempertahankan kesehatan psikologis.

c) Mencegah infeksi dan komplikasi.

d) Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI).

e) Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa

nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat

mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal (Bahiyatun,

2013).

4. Kebijakan program nasional nifas

Selama ibu berada pada masa nifas paling sedikit 4 kali bidan harus

melakukan kunjungan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir serta

mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

a) Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan)

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk bila

(8)

3) Memberi konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

mengenai mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

4) Pemberian ASI awal.

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

7) Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus mendampingi

ibu dan bayi selama 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu

dan bayi dalam keadaan stabil.

b) Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan)

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak

ada bau.

2) Menilai adanya demam.

3) Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan

istirahat.

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperhatikan

tanda penyulit.

5) Memberi konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi, perawatan

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari.

c) Kunjungan ke-3 ( minggu setelah persalinan), sama seperti diatas.

d) Kunjungan ke-4 ( minggu setelah persalinan )

1) Mengkaji tentang kemungkinan penyulit pada ibu.

2) Memberi konseling keluarga berencana (KB) secara dini (Rukiyah

(9)

5. Standar pelayanan nifas

a) Standar 1 : perawatan bayi baru lahir

Dalam hal ini, bidan memeriksa sekaligus menilai bayi baru lahir guna

memastikan pernapasan spontan, mencegah hipoksia sekunder,

menemukan kelainan serta melakukan tindakan atau merujuk sesuai

dengan kebutuhan. Selain itu, bidan juga memiliki keharusan guna

mencegah atau menangani hypothermia.

b) Standar 2 : Penanganan pada dua jam pertama pasca persalinan

Dalam hal ini, bidan melakukan pemantauan pada ibu dan bayi terhadap

terjadinya komplikasi dalam dua jam pasca persalinan, serta melakukan

tindakan yang dibutuhkan. Selain itu, bidan juga memiliki keharusan

guna memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang mempercepat

pemulihan kesehatan ibu dan membantu ibu untuk memulai pemberian

ASI.

c) Standar 3 : pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas

Dalam hal ini, bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui

kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu keenam,

pasca persalinan guna membantu proses pemulihan pada ibu dan bayi

melalui penanganan tali pusat yang tepat dan benar, penemuan dini,

penanganan, atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa

nifas. Selain itu, bidan juga harus menjelaskan mengenai kesehatan

secara umum, kebersihan individu, makanan bergizi, perawatan bayi baru

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

– Menyediakan sebuah mekanisme yang siap untuk hidup dan bekerja lagi dengan cepat setelah terjadi kesalahan, kerusakan atau bencana, dimana semua data dapat diakses pada

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA..

Palisser serta hambatan dan upaya yang dilakukan dalam memberikan perlindungan hukum keselamatan dan kesehatan terhadap tenaga kerja di PT..

Gambar 5.40 Implementasi Halaman Jadwal Mengajar yang Masuk E-mail user 87 Gambar 5.41 Implementasi Halaman Pemberitahuan Jam Mengajar yang Masuk E-mail user

Akan tetapi, ia juga tidak bisa memungkiri bahwa pada kenyataannya Soemirah sebagai perempuan pribumi mampu hidup bahagia dengan Tan Bi Liang meskipun berbeda bangsa.. (43) “Ya

BP ( Broken Pekoe ) Berasal dari tangkai daun teh, tulang daun teh muda, memiliki ukuran yang besar, pendek, dan berwarna hitam.. BT ( Broken Tea ) Partikel serbuk agak