• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan Dan Minuman Kedaluwarsa (Studi Kasus Pada UD. Diamond Swalayan Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan Dan Minuman Kedaluwarsa (Studi Kasus Pada UD. Diamond Swalayan Medan)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi adalah gerakan perluasan pasar, dan di semua pasar yang

berdasarkan persaingan, selalu ada yang menang dan kalah. Perdagangan bebas

juga menambah kesenjangan antara negara maju dan berkembang yang akan

membawa akibat pada komposisi masyarakat dan kondisi kehidupan mereka.

Dalam perjalanannya, hal tersebut tidak terlepas dari hambatan dan rintangan.

Setiap orang pada suatu waktu, dalam posisi tunggal atau sendiri maupun

berkelompok bersama orang lain, dalam keadaan apapun pasti menjadi konsumen

untuk suatu produk barang atau jasa tertentu.1

Keadaan yang universal ini pada beberapa sisi menunjukkan adanya

berbagai kelemahan pada konsumen sehingga konsumen tidak mempunyai

kedudukan yang “aman”.2

1

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal. 13.

2

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 5.

Oleh karena itu, secara mendasar konsumen juga

membutuhkan perlindungan hukum yang sifatnya universal. Mengingat lemahnya

kedudukan konsumen pada umumnya dibandingkan dengan kedudukan produsen

yang relatif lebih kuat dalam banyak hal, maka pembahasan perlindungan

konsumen akan selalu terasa aktual dan selalu penting untuk dikaji

ulang.Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara material maupun formal

(2)

teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktivitas dan efisiensi

produsen atas barang dan/atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai

sasaran usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya

baik langsung dan tidak langsung, konsumenlah pada umumnya akan merasa

dampaknya. Perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum yang memuat

asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat

yang melindungi kepentingan konsumen.

Hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan

kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu

sama lain yang berkaitan dengan barang dan/atau jasa konsumen dalam pergaulan

hidup.3

3

AZ Nasution, Konsumen dan Hukum: Tinjauan Sosial Ekonomi dan Hukum Pada Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995 ), hal. 64-65.

Hal ini juga tercantum di dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 (selanjutnya disebut dengan UU No. 8 Tahun 1999) tentang

perlindungan konsumen yang menyebutkan bahwa “Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

perlindungan kepada konsumen.” Oleh karena itu, berbicara mengenai

perlindungan konsumen berarti mempersoalkan mengenai jaminan ataupun

kepastian mengenai terpenuhinya hak-hak konsumen. Sebagaimana yang

diketahui bahwa dengan adanya globalisasi dan perkembangan perekonomian

yang terjadi secara pesat di dalam era perekonomian modern ini telah

menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari barang dan/atau jasa yang dapat

(3)

Upaya untuk memberikan perlindungan yang memadai terhadap

kepentingan konsumennya merupakan suatu hal yang penting dan mendesak

untuk segera dicari solusinya, terutama di Indonesia, mengingat sedemikian

kompleksnya permasalahan yang menyangkut perlindungan konsumen,

lebih-lebih menyongsong era perdagangan bebas yang akan datang. Konsumen yang

keberadaannya sangat tidak terbatas dengan strata yang sangat bervariasi

menyebabkan produsen melakukan kegiatan pemasaran dan distribusi produk

barang atau jasa dengan cara seefektif mungkin agar dapat mencapai konsumen

yang sangat majemuk tersebut. Untuk itu semua cara pendekatan diupayakan

sehingga mungkin menimbulkan berbagai dampak, termasuk keadaan yang

menjurus pada tindakan yang bersifat negatif bahkan tidak terpuji yang berawal

dari itikad buruk. Dampak buruk yang lazim terjadi antara lain menyangkut

kualitas, atau mutu barang, informasi yang tidak jelas bahkan menyesatkan

pemalsuan dan sebagainya.4

Apabila diperhatikan kondisi konsumen di Indonesia saat ini, maka

tampak bahwa posisi konsumen masih sangat lemah dibanding dengan posisi

produsen, sehingga perlu adanya pemberdayaan konsumen agar posisinya tidak

selalu pada pihak yang dirugikan. Pemberdayaan konsumen dapat dilakukan

melalui penerapan hukum perlindungan konsumen yang memadai, dimana hukum

perlindungan konsumen ini menjadi relevan pada tiga tahap transaksi konsumen

yaitu pra pembelian, saat pembelian dan purna pembelian. Yang diartikan sebagai

konsumen tidak selalu memberikan prestasinya dengan cara membayar uang

4

(4)

untuk memperoleh barang dan/atau jasa itu. Dengan kata lain, dasar hubungan

hukum antara konsumen dan pelaku usaha tidak harus kontraktual (The Privity Of Contract).5

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk Bahan Tambahan Pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

(selanjutnya disebut dengan UUPK), dimaksudkan agar menjadi landasan hukum

yang kuat bagi masyarakat agar dapat melakukan upaya pemberdayaan konsumen

melalui pembinaan dan pendidikan konsumen. UUPK bertujuan untuk menjamin

kepastian dan perlindungan terhadap konsumen dan pelaku usaha, khususnya

terhadap pelaku usaha agar menjalankan usahanya dengan jujur agar konsumen

tidak mengalami kerugian atas barang dan/atau jasa yang dikonsumsi oleh

konsumen.

Barang yang dikonsumsi oleh konsumen pada dasarnya adalah berkaitan

dengan makanan dan minuman, hal ini merupakan kepentingan untuk

kelangsungan hidup manusia (konsumen). Berdasarkan pasal 1 angka 2 Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun

2015 tentang Kategori Pangan menyebutkan bahwa:

6

Pemenuhan pangan yang aman dan bermutu merupakan hak asasi setiap

manusia, tidak kecuali produk pangan yang dihasilkan oleh Industri Rumah

5

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2004), hal. 6.

6

(5)

Tangga Pangan (IRTP). Pangan yang digunakan masyarakat harus didasarkan

pada standar dan persyaratan kesehatan, sehingga makanan dan minuman yang

tidak memenuhi ketentuan standar, persyaratan kesehatan, dan membahayakan

kesehatan dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar dan

disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.7

7

Lihat lebih lanjut pada Pasal 111 ayat (6) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Karena pada dasarnya peraturan yang mengatur tentang produk

pangan untuk saat ini, sebenarnya sudah cukup memadai. Tetapi, sampai sejauh

mana produsen pangan mampu menerapkan atau menindaklanjuti setiap ketentuan

itu, serta bagaimana sebenarnya pemerintah secara efektif dan berkelanjutan

melakukan pengawasan terhadap setiap produk pangan tanpa ada laporan dari

anggota masyarakat lembaga atau yayasan perlindungan konsumen. Sementara

itu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang bertujuan untuk

membantu konsumen agar tidak dirugikan dalam mengonsumsi barang dan jasa,

belum sepenuhnya dapat membantu konsumen sebagaimana yang diharapkan.

Adanya beberapa produk yang tidak layak konsumsi terkadang masih bisa

diperjualbelikan tanpa adanya tindakan untuk menarik dari peredaran. Misalnya

saja produk yang kemasannya sudah rusak ataupunyang sudah lewat tanggal

kedaluwarsanya.Efek negatif dari produk tersebut pastilah merugikan jika kita tidak menyadarinya dan tidak melakukan pengecekan terlebih dahulu

sebelummengkonsumsinya. Bukan manfaat yang timbul melainkan munculnya

permasalahan dikemudian hari yang akan mengancam pada kesehatan tubuh.

(6)

dikonsumsi oleh masyarakat atau konsumen.8 Hal itu dimaksudkan bahwa suatu makanan ataupun minuman haruslah dikonsumsi oleh konsumen dengan

membawa dampak yang baik bagi kesehatan si konsumen sendiri. Tanggal

kedaluwarsa tersebut dibuat dan ditentukan oleh pihak pelaku usaha sendiri sesuai

dengan ketahanan produk makanan dan minuman tersebut. Hal tersebut berkaitan

erat dengan masalah tangggung jawab produsen, karena adanya kesadaran dari

para produsen terhadap tanggung jawabnya secara hukum (product liability) akan berakibat pada adanya sikap penuh kehati-hatian baik dalam menjaga kualitas

produk, penggunaan bahan, maupun dalam kehati-hatian kerja.9

8

Hasil wawancara dengan Bapak Abdurrahim, SH, M.Si selaku Kepala Bagian Promosi Bidang Bina Usaha, Ekonomi Kreatif dan Perdagangan Luar Negeri dari Dinas Perdagangan Kota Medan, [Pada tanggal 16 Maret 2017, pukul 13.30 WIB].

9

Prof. Dr. Erman S.H Rajagukguk, LL.M, dkk, Hukum Perlindungan Konsumen,

(Bandung: Mandar Maju, 2000), hal. 42-43.

Pasar swalayan merupakan salah satu distributor yang memasarkan produk

makanan dan minuman dari para supplier, tidak tertutup kemungkinan adanya

barang-barang cacat yang lepas dari pengawasan divisi quality control pihak

supplier yang bersangkutan, rusak dalam proses pengiriman, atau sudah

melampaui masa kedaluwarsa. Pasar swalayan sebagai perusahaan eceran (retail)

tentunya juga harus bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan dalam

memasarkan produk makanan atau minuman sesuai standar nasional Indonesia

termasuk kaitannya dengan produk-produk yang kedaluwarsa, selain itu pasar

swalayan juga harus dapat memberikan penyelesaian yang tidak merugikan

konsumen apabila konsumen mengajukan tuntutan dan atau ganti rugi atas produk

(7)

Akibat dari pengaruh buruknya makanan kedaluwarsa itu telah terjadi di

swalayan yang berada di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Zulham (35

tahun) pada tanggal 24 Januari 2016, menemukan adanya roti kemasan telah

kedaluwarsa yang dijual di Indomaret Jalan S. Parman Kota Medan, Kecamatan

Medan Petisah, Provinsi Sumatera Utara dengan merek bernama Sari Roti. Saat

itu, beliau sedang memilih makanan di rak swalayan tersebut, dan setelah memilih

dan meneliti tanggal kedaluwarsa yang tercantum, terbukti bahwa kemasan roti

tersebut sudah kedaluwarsa. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya tulisan baik

digunakan sebelum pada tanggal 23 Januari 2016. Lalu, beliau menegur karyawan

swalayan, dan karyawan itu langsung menutupi roti kedaluwarsa yang ingin dibeli

oleh Zulham. Setelah kejadian itu, beliau langsung melaporkan hal ini ke Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) sebagai lembaga yang bertugas

menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.10

Kemudian terjadi kembali permasalahan yang timbul akibat makanan

kedaluwarsa, masalah ini ditemukan di Kota Jaya, Provinsi Papua pada saat itu

ditemukan berbagai makanan yang sudah tidak layak konsumsi masih dijual

bebas. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (selanjutnya disebut dengan

BPOM) di Kota Jaya, Provinsi Papua menemukan 25.702 kemasan pangan yang

Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK) atau kedaluwarsa, sepanjang Ramadhan dan

menjelang Idul Fitri 1436 H. Temuan ini paling banyak beredar di Kota Jaya,

Provinsi Papua dengan total 15.699 kemasan, lalu di Kabupaten Puncak Jaya

3.012 kemasan dan Kabupaten Jayapura sebanyak 2.391 kemasan, dengan nilai

10

(8)

ekonomis lebih dari Rp 156.000.000,00.Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM) di Kota Jaya juga merilis makanan kedaluwarsayang paling rendah izin

edarnya ditemukan di Kabupaten Yapen sebanyak 52 kemasan dengan total harga

sekitar Rp 3.000.000,00. Selain itu, juga di Kabupaten Mimika ditemukan

sebanyak 79 kemasan dengan total nilai ekonomis Rp 696.000,00.11 Balai

Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Makassar melakukan Inspeksi

Mendadak (Sidak) di 3 (tiga) Supermarket besar di wilayah Kecamatan Makassar,

Sulawesi Selatan. Tiga supermarket yang bernama Gelael berada di Jalan Sultan

Hasanudin, kemudian Alam Indah dan Baji Pamai berada di Jalan Ranggong.

Dalam sidak tersebut ditemukan sejumlah makanan kedaluwarsa dan tidak

berlabel Dinas Kesehatan dan BPOM. Sejumlah makanan yang ditemukan

beberapa di antaranya sudah kedaluwarsa dan lainnya tidak memiliki lisensi atau

label dari Dinas Kesehatan dan BPOM dalam kemasan. BPOMMakassar bersama

tim terpadu Pemerintah Kota (Pemkot)Makassarakan terus melakukan

pemantauan dan sidak di berbagai pasar dan tempat jajanan berbuka. Tujunnya,

menghindari adanya praktikpenjualan makanan kedaluwarsa dan mengunakan

bahan kimia pada makanan.12

Ketiga contoh kasus dari kerugian yang dialami oleh konsumen akibat

penjualan makanan kedaluwarsa hanyalah sebagian kecil dari banyaknya kasus

yang ada. Penjualan makanan yang telah kedaluwarsa yang dialami dapat terjadi

beberapa kali. Makanan dan minuman yang sudah kedaluwarsa sangat berbahaya

11

Dikutip dari:

12

(9)

apabila konsumen mengkonsumsinya dengan jumlah yang banyak. Tentu saja ini

akan menimbulkan kerugian bagi konsumen itu sendiri. Namun, tidak semua

konsumen sadar akan kerugian yang ia alami, karena sering menganggap bahwa

makanan dan minuman kedaluwarsa dapat langsung diselesaikan di kasir dengan

cara penggantian barang yang baru dan penggantian sejumlah uang yang setara

dengan harga makanan dan minuman tersebut. Dalam hal ini dimanakah letak

kesalahan tersebut, apakah makanan dan minuman kedaluwarsa ini terjadi karena

kesalahan di pihak pelaku usaha ataupun kepada pihak pramuniaga yang tidak

teliti dalam memeriksa tanggal kedaluwarsa yang tercantum disetiap makanan dan

minuman di rak-rak barang yang telah disediakan, karena pada dasarnya untuk

melakukan pengecekan tanggal kedaluwarsa yang tercantum tidak membutuhkan

waktu yang terlalu lama.

Akibatnya, timbul banyak pertanyaan dari masyarakat mengenai

bagaimana perlindungan hukum yang diberikan oleh pelaku usaha kepada para

konsumen menyangkut makanan dan minuman kedaluwarsa. Timbulnya

pertanyaan tersebut dikarenakan masyarakat sangat mengharapkan adanya suatu

perlindungan hukum untuk melindungi hak-hak mereka sebagai konsumen dan

mendapatkan kepastian hukum. Kepentingan pelaku usaha dalam memperoleh

laba sebanyak-banyaknya dari konsumen membuat pelaku usaha dan konsumen

menjadi semakin tidak seimbang, sebab pelaku usaha memiliki kecenderungan

(10)

mendapatkan sanksi hukum.13 Pemberian sanksi hukum kepada setiap pelaku

usaha yang melanggar hak konsumen adalah upaya negara untuk menciptakan

suatu konsep negara kesejahteraan (welfare state), dimana negara dituntut untuk bertanggung jawab terhadap masalah ekonomi sosial di masyarakat, sehingga

negara berkewajiban melakukan intervensi terhadap masalah ekonomi sosial yang

berkaitan dengan perlindungan hukum bagi konsumen, yang bertujuan untuk

menciptakan masyarakat yang sejahtera.14

Pembaruan hukum harus diartikan sebagai mengadopsi nilai-nilai hukum

yang baru sebagai akibat perubahan nilai-nilai hidup bermasyarakat. Nilai-nilai

hukum yang baru inilah yang merupakan landasan filosofis bagi substansi hukum

yang baru.15 Namun, undang-undang tentang perlindungan konsumen masih perlu

dilengkapi Peraturan Pemerintah, agar dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Demikian pula masih terbuka kemungkinan terbentuknya undang-undang baru

yang pada dasarnya memuat ketentuan-ketentuan yang melindungi konsumen

khususnya terhadap makanan dan minuman kedaluwarsa.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan ini akan

dibahas serta dikaji dan dituangkan dalam bentuk penulisan yang berjudul

”TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN KEDALUWARSA (Studi Kasus Pada UD.Diamond Swalayan Medan)”.

13

Abdul Hakim Barakatullah, Hak-Hak Konsumen, Cet. ke-1, (Bandung: Nusa Media, 2010), hal. 15.

14

Jimly Asshidique, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), hal. 223.

15

(11)

B. Permasalahan

Adapun permasalahan yang diangkat sehubungan dengan judul skripsi ini

adalah sebagai berikut :

1. Apa sajakah jenis-jenis makanan dan minuman yang dijual dan

bagaimana bentuk pengawasan UD. Diamond Swalayan Medan?

2. Bagaimana upaya UD. Diamond SwalayanMedan dalam melakukan

pengawasan terhadap produk makanan dan minuman yang dijual?

3. Bagaimana upaya penyelesaian masalah atas produk makanan dan

minuman kedaluwarsa atas klaim konsumen terhadap produk makanan

dan minuman yang dijual di UD. Diamond SwalayanMedan?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui jenis-jenis makanan dan minuman yang dijual dan

bagaimana bentuk pengawasan UD. Diamond Swalayan Medan.

2. Untuk mengetahuiupaya UD. Diamond SwalayanMedan dalam

melakukan pengawasan terhadap produk makanan dan minuman yang

dijual.

3. Untuk mengetahui upaya penyelesaian masalah atas produk makanan

dan minuman kedaluwarsa atas klaim konsumen terhadap produk

(12)

D. Manfaat Penulisan

Secara garis besar dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka manfaat

penelitian ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah kepustakaan di

bidang perlindungan konsumen pada umumnya, serta dapat dijadikan

sebagai bahan informasi yang memuat data empiris sebagai dasar

penelitian juga menjadi sumbangan pemikiran dan pengembangan

ilmu hukum khususnya tentang hukum perlindungan konsumen atas

beredarnya makanan dan minuman kedaluwarsa.

2. Manfaat Praktis

Sebagai sumber pengetahuan bagi masyarakat, Yayasan Lembaga

Konsumen Indonesia (selanjutnya disebut dengan YLKI), Badan

Legislatif, Pemerintah serta peraturan yang berkaitan dengan hukum

perlindungan konsumen dan memberi masukan dalam menata

Peraturan Perlindungan Konsumen khususnya tentang makanan

kedaluwarsa.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi

(13)

Penelitian yuridis normatif yaitu mengacu kepada norma-norma hukum yang

terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan norma-norma hukum yang

ada dalam masyarakat. Penelitian yuridis normatif dilakukan dengan cara

penelusuran terhadap norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan

perundang-undangan yang mengatur topik yang penulis angkat, serta

memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur

di perpustakaan, jurnal hasil penelitian, majalah, situs internet, dan

sebagainya. Sementara penelitian yuridis empiris adalah penelitian

permasalahan mengenai hal-hal yang bersifat yuridis dan didasarkan atas

fakta-fakta yang diperoleh dari hasil penelitian dengan mengacu kepada

pola-pola perilaku masyarakat yang nyata di lapangan.16

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang

manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah

terutamauntuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu di

dalam memperkuat teori-teori lama, atau didalam kerangka menyusun

teori.17

3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung ke

lapangan melalui wawancara yang dilakukan penulis dengan narasumber

16

Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 105.

17

(14)

dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan 3 (tiga) narasumber,

pertama, dengan Kepala Pengawas Penjual (Head Supervisor Sales) dari UD.

Diamond Swalayan Medan kemudian yang kedua, dengan Wakil Ketua dari

Badan Penyelesaian Sengketa (BPSK) Kota Medan dan yang ketiga, dengan

Kepala Bagian Promosi Bidang Bina Usaha, Ekonomi Kreatif dan

Perdagangan Luar Negeri dari Dinas Perdagangan Kota Medan yang

berhubungan dengan masalah konsumen di UD. Diamond Swalayan Medan.

Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi

kepustakaan, meliputi peraturan perundang-undangan, buku-buku, artikel

hukum dari internet, media massa dan kamus serta data yang terdiri atas:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni

seperti Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 180/Men.Kes/Per/IV/1985 Tentang Makanan Daluwarsa,

Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan,

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa.

b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer, seperti: hasil-hasil penelitian, karya dari

kalangan hukum, hasil penelitian, laporan-laporan dan sebagainya

(15)

c. Bahan hukum tersier, yang berkaitan dengan judul skripsi yang

memberi petunjuk-petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum

primer dan sekunder, kamus, ensiklopedia, majalah, koran, makalah,

dan sebagainya yang berkaitan denganpermasalahan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini antara lain menggunakan metode-metode sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan (Data Sekunder)

Dilakukan dengan mempelajari berbagai sumber bacaan yang

berhubungan dengan masalah yang penulis teliti seperti buku-buku

hukum, makalah hukum, surat kabar, artikel hukum dari internet,

pendapat para sarjana hukum dan bahan-bahan lainnya.

b. Studi Lapangan (Data Primer)

Penelitian dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan pihak

yang terkait dalam hal ini adalah Kepala Pengawas Penjualan (Head

Supervisor Sales) dari UD. Diamond Swalayan Medan, Wakil Ketua

dari Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Medan (BPSK),

serta Kepala Bagian Promosi Bidang Usaha, Ekonomi Kreatif dan

Perdagangan Luar Negeri dari Dinas Perdagangan Kota Medan,

sebagai informan serta pihak yang berhubungan dengan masalah

konsumen di UD. Diamond Swalayan Medan.

(16)

Untuk mengolah data yang didapatkan dari penelusuran

kepustakaan, studi dokumen, dan penelitian lapangan maka hasil penelitian

ini menggunakan analisa kualitatif. Analisis kualitatif ini pada dasarnya

merupakan pemaparan tentang teori-teori yang dikemukakan, sehingga dari

teori-teori tersebut dapat ditarik beberapa hal yang dapat dijadikan

kesimpulan dan pembahasan skripsi ini.

E. Keaslian Penulisan

Adapun penulisan skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis

Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan dan Minuman

Kedaluwarsa (Studi Kasus Pada UD. Diamond Swalayan Medan)” ini

merupakan hasil pemikiran, gagasan serta ide dari penulis sendiri. Penulisan

skripsi ini tidak sama dengan penulisan skripsi lainnya. Oleh karena itu,

keaslian dari penulisan ini terjamin adanya. Kalaupun ada terdapat judul

skripsi terdahulu yang menyerupai, terdaftar di Perpustakaan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara yaitu yang berjudul “Tanggungjawab

Swalayan Macan Yohan Akibat Perbuatan Menjual Produk Daluarsa Kepada

Konsumen Ditinjau dari UU No 8 Tahun 1999” dan “Tinjauan Yuridis

Terhadap Perlindungan Konsumen Atas Beredarnya Makanan Kadaluwarsa“.

Akan tetapi pembahasan utama dari skripsi ini berbeda dari kedua skripsi

tersebut diatas, jika ada beberapa hal seperti pendapat ataupun kutipan dari

penulisan ini semata-mata hanya untuk menunjang sebagai faktor pelengkap

(17)

skripsi ini. Sehingga penulisan skripsi ini masih asli serta dapat

dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini akan mempermudah penulisan dan penjabaran

penulisan skripsi dengan memberikan gambaran yang lebih jelas. Penelitian ini

dibagi menjadi lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang, yaitu apa yang melatar belakangi

penulis mengangkat judul ini. Permasalahan, yaitu hal-hal yang menjadi

permasalahan dalam skripsi ini. Tujuan penulisan, yaitu maksud dari

penulis menulis skripsi. Manfaat penelitian, yaitu apa yang menjadi

manfaatnya bagi penulis dan setiap pembaca. Metode penelitian, yaitu

metode yang penulis gunakan dalam mengkaji setiap permasalahan.

Keaslian penulisan, yaitu penegasan bahwa skripsi ini dapat dijamin

keasliannya dan bukan merupakan bentuk plagiat dari penulisan lain.

Sistematika penulisan, yaitu uraian ringkas dari skripsi ini.

Bab II Tinjauan Umum Tentang Konsumen dan Perlindungan Hukum Bagi

Konsumen

Bab ini menguraikan tentang sejarah dan pengertian konsumen dan

(18)

perlindungan konsumen dan sejarah perlindungan konsumen, dan asas

dan tujuan hukum perlindungan bagi konsumen.

Bab III Tinjauan Umum Perlindungan Konsumen Terhadap Makanan dan Minuman yang Telah Kedaluwarsa

Bab ini membahas dan menguraikan tentang pengertian kadaluwarsa dan

makanan dan minuman yang kedaluwarsa, akibat yang ditimbulkan

mengkonsumsi makanan dan minuman kedaluwarsa, bentuk

perlindungan hukum bagi konsumen atas produk yang telah kedaluwarsa,

pertanggungjawaban produsen atau pelaku usaha terhadap makanan dan

minuman kedaluwarsa.

Bab IV Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan dan Minuman Kedaluwarsa yang Dijual Di UD. Diamond Swalayan Medan

Bab ini berisi mengenai sejarah singkat profil UD. Diamond Swalayan

Medan, jenis-jenis makanan dan minuman yang dijual dan bentuk

pengawasan UD. Diamond Swalayan Medan, upaya UD. Diamond

SwalayanMedan dalam melakukan pengawasan terhadap produk

makanan dan minuman yang dijual, upaya penyelesaian masalah atas

produk makanan dan minuman kedaluwarsa atas klaim konsumen

terhadap produk makanan dan minuman yang dijual di UD. Diamond

SwalayanMedan.

(19)

Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hal yang dibahas dan

diuraikan dalam bab-bab sebelumnya sebagai hasil analisis penulisan atas

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 sampai dengan Oktober 2016 bertempat di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Gedeh, Desa Sukamulya, Kecamatan

Untuk menggambarkan rekaman trend fluktuasi suhu udara di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan yang terjadi selama kurun waktu 30 tahun terakhir dari Tahun 1980 – 2009..

Namun atas pertimbangan bahwa makna yang tersirat dalam nama itu hanya mencakup satu segi dari kegiatan penelitian laut, sedangkan tugas lembaga ini jauh lebih luas dari itu,

Desa Kampung Beru Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar merupakan daerah yang 10% lahannya ditanami tebu dan masyarakatnya adalah petani tebu, ini

Untuk mengetahui perubahan gugus fungsi yang terjadi selama sintesis selulosa xanthat, maka dilakukan karakterisasi FTIR pada raw material (ampas tebu), selulosa hasil

Studi Eksperimen ini dilakukan dilaboratorium dengan membuat sejumlah benda uji untuk ditest sehingga didapat data-data yang diperlukan, setelah data-data tersebut

Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik responden yang me- rupakan faktor – faktor risiko ter- jadinya postpartum blues yaitu umur, paritas, pendidikan,