BAB 3
- Hotplate stirrer Thermo Scientific
- Magnetic bar
- Seperangkat alat reflux
- Seperangkat alat sentrifugator
- Seperangkat alat uji Scanning Electron Microscope (SEM).
- Seperangkat alat uji Fourier Transform Infrared Spectroscope (FT-IR).
- Seperangkat alat uji Transmission Electron Microscope (TEM).
- Lampu UV
3.2. Bahan
- Limbah kopi Starbucks Coffee
- HNO3(p)
- Kloroform p.a
- Aquadest
- Minyak goreng Bimoli
- Minyak tanah
3.3. Prosedur Penelitian
Penelitian dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu pengolahan limbah kopi menjadi soot
dengan 2 jenis cara; yaitu pembakaran dalam tanur dan pembakaran langsung,
dilanjutkan dengan sintesis partikel karbon dan pemisahan bertahap partikel karbon.
3.3.1. Pembuatan Soot dari Limbah Kopi
Soot dibuat dengan 2 cara, yaitu: 1. Dalam tanur
Dengan mengeringkan limbah kopi dalam oven kemudian dilanjutkan dengan tanur
pada suhu sebelum pirolisis (550oC dan 650oC) untuk menghasilkan soot yang berupa serbuk hitam kemudian dilakukan analisa SEM pada soot yang dihasilkan. 2. Pembakaran langsung
Limbah kopi dibakar langsung dengan bantuan minyak tanah dalam wadah tahan
panas untuk menghasilkan soot yang berupa serbuk hitam kemudian dilakukan analisa SEM pada soot yang dihasilkan.
3.3.2. Oksidasi Partikel Soot
Soot yang diperoleh dioksidasi dengan HNO3 5M dengan cara direflux selama 12 jam dan dijaga suhunya pada 100oC. Hasil reflux kemudian disentrifugasi untuk
memisahkan partikel soot yang telah teroksidasi dengan yang tidak bereaksi dan kemudian dipisahkan HNO3 berlebih dari partikel karbon dengan memanfaatkan
3.3.3. Pemisahan Bertahap Nanopartikel Karbon
Tahapan ini dilakukan dengan kembali melakukan proses pemisahan dengan sistem
ekstraksi dengan pelarut dan sentrifugasi berulang dengan kecepatan sudut yang
berbeda terhadap partikel karbon untuk mendapatkan fluorescent karbon dalam ukuran nanometer.
3.3.4. Karakterisasi F-CNPs
3.3.4.1. Pengujian Fisik Fluoresensi dengan Lampu UV
F-CNPs yang dihasilkan akan memberikan fluoresensi hijau di bawah lampu UV
yang menunjukkan adanya nitrogen dan oksigen yang berikatan di permukan
nanopartikel karbon.
3.3.4.2. Karakterisasi dengan alat Transmission Electron Microscope (TEM)
Karakterisasi dengan alat Transmission Electron Microscope (TEM) merupakan teknik dasar untuk mengvisualisasi carbon-dots, menyediakan informasi morfologis, ukuran distribusi dan kristalinitas dari carbon-dots yang dihasilkan
3.3.4.3. Karakterisasi dengan alat Fourier Transform Infrared Spectroscope (FT-IR)
Pengujian dengan Fourier Transform Infrared Spectroscope (FT-IR) menunjukkan bagaimana nanopartikel karbon berinteraksi dengan infra merah menunjukkan
vibrasi dalam bentuk pita serta memberikan informasi komposisi ikatan yang terjadi
3.4. Bagan Penelitian
3.4.1. Pembuatan Soot dari Limbah Kopi 3.4.1.1. Dalam Tanur
Limbah kopi
Dikeringkan dalam oven pada suhu 120oC hingga diperoleh limbah kopi kering tanpa air tanur dan dikalsinasi pada suhu 550oC selama 4 jam
Dimasukkan dalam tanur dan dikalsinasi pada suhu 650oC selama 4 jam
Soot dengan lapisan bubuk putih
Dipisahkan bubuk putih dengan soot hitam dengan HCl 2 N dan
disentrifugasi dengan kecepatan sudut 4000 rpm selama 10 menit
Didekantasi dan
Soot dengan lapisan bubuk putih
Dipisahkan bubuk putih dengan soot hitam dengan HCl 2 N dan disentrifugasi dengan kecepatan sudut 4000 rpm selama 10 menit
3.4.1.2. Pembakaran Langsung
Limbah kopi
Dilumuri dengan minyak tanah dalam wadah tahan panas
Dibakar langsung dengan nyala api
Ditutup wadah
Dibiarkan pembakaran berlangsung hingga sekitar 20 menit dan dijaga agar nyala api tidak mati
Soot hitam
Diambil soot yang menempel pada dinding wadah dan tutup wadah
Dikarakterisasi dengan SEM
3.4.2. Oksidasi Partikel Soot
Dimasukkan ke dalam labu leher tiga 25 mg karbon soot
Supernatan coklat cerah Endapan
Dimasukkan magnetic stirrer Ditambahkan 15 ml HNO3 5M
Direflux pada suhu 100oC selama 12 jam
Didinginkan
Disentrifugasi dengan kecepatan sudut 3000 rpm selama 10 menit
Ditambahkan aseton
Disentrifugasi dengan kesecepatan sudut 14000 rpm selama 10 menit
Endapan hitam partikel karbon
Filtrat
Dilarutkan dengan 5 – 10 ml aquadest
3.4.3. Pemisahan Bertahap Nanopartikel Karbon
3.4.4. Karakterisasi F-CNPs
Larutan partikel karbon
Endapan Filtrat
Ditambahkan dengan campuran klorofom, etanol dan air
Disentrifugasi dengan kecepatan sudut 3000 rpm selama 10 menit
Dilarutkan dengan 2ml aquadest Disentrifugasi dengan kesecepatan sudut 6000 rpm selama 10 menit
Diulangi tahapan diatas dengan variasi kecepatan sudut 7000 rpm – 16000 rpm hingga tidak ada endapan yang terbentuk
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Hasil Analisa Morfologi Soot dengan alat Scanning Electron Microscope (SEM)
Hasil analisa morfologi soot dengan tiga perlakuan yang berbeda menggunakan alat
Scanning Electron Microscope (SEM) ditunjukkan pada Gambar 4.1.a yang
menunjukkan morfologi soot dengan pembakaran dalam tanur pada suhu 550oC, Gambar 4.1.b menunjukkan mofologi soot dengan pembakaran dalam tanur pada suhu 650oC dan Gamabr 4.1.c menunjukkan morfologi soot dengan pembakaran langsung.
Gambar 4.1. (a) Hasil SEM soot dalam tanur pada 550oC (b) Hasil SEM soot dalam tanur pada 650oC (c) Hasil SEM soot dari
pembakaran langsung
a b
4.1.2. Hasil Uji Fisik Fluoresensi dengan Lampu UV
Pengujian fluoresensi dilakukan secara fisik melalui pengamatan dibawah lampu
UV. Fluorescent Carbon Nanoparticles (F-CNPs) yang dihasilkan melalui oksidasi asam nitrat encer akan menghasilkan fluoresensi dibawah lampu UV seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4(a) F-CNPs di bawah lampu UV (b) Asam nitrat encer di bawah lampu UV
4.1.3. Hasil Analisa Ukuran Distribusi Partikel F-CNPs dengan Alat Transmission Electron Microscope (TEM)
Hasil analisa ukuran distribusi partikel F-CNPs dengan Transmission Electron Microscope (TEM) ditunjukkan oleh Gambar 4.6.a dan 4.6.b.
Gambar 4.6. (a dan b) Hasil TEM untuk pengukuran distribusi partikel F-CNPs
a b
4.1.4. Hasil Analisa Gugus Fungsi dengan Alat Fourier Transform Infrared Spectroscope (FT-IR)
Hasil analisa gugus fungsi F-CNPs yang dihasilkan dengan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FT-IR) ditunjukkan oleh Grafik 4.1. dengan peak dan intensitas yang diperoleh ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Grafik 4.1. Hasil FT-IR F-CNPs
Tabel 4.1. Peak dan intensitas FT-IR F-CNPs
4.2. Pembahasan
4.2.1. Perbandingan Morfologi Soot dengan Alat Scanning Electron Microscope (SEM)
Hasil analisa morfologi soot dengan tiga perlakuan berbeda dengan menggunakan
Scanning Electron Microscope (SEM) menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Pada pembakaran limbah kopi dalam tanur pada suhu 550oC dan 650oC
menunjukkan adanya pori berukuran makro dan membentuk agregat kasar. Pada
suhu 550oC, hasil SEM memberikan 7 pori per 10 cm (Gambar 4.7.a) sedang pada
suhu 650oC, hasil SEM memberikan 18 pori per 10 cm (Gambar 4.7.b). Pada
pembakaran langsung, hasil SEM soot memiliki ukuran pori yang jauh lebih kecil, dimana per 10 cm, terdapat banyak pori – pori kecil (Gambar 4.7.c).
Gambar 4.7. (a) Pori soot dalam tanur pada 550oC per 10 cm (b) Pori soot dalam tanur pada 650oCper 10 cm (c) Pori soot dari
pembakaran langsung per 10 cm
Dari perbandingan ketiga hasil SEM untuk soot dengan tiga perlakuan yang berbeda, maka didapatkan perlakuan pembakaran langsung menghasilkan soot yang
a b
lebih sesuai sebagai fluorescent carbon nanoparticles (F-CNPs) dengan memiliki luas permukaan pori yang lebih kecil.
4.2.2. Hasil Uji Fisik Fluoresensi dengan Lampu UV
Soot dari limbah kopi dengan perlakuan pembakaran langsung di refluks dengan
asam nitrat encer akan membentuk supernatant berwarna coklat terang dengan
endapan hitam. Supernatant mengindikasikan adanya partikel karbon yang menjadi
lebih kecil dan larut dalam air selama proses refluks. Supernatant yang berwarna
kuning kecoklatan ini akan memberikan fluoresensi berwarna hijau di bawah lampu
UV (Ray, Saha, Jana, & Sarkar, 2009).
4.2.3. Ukuran Distribusi Partikel F-CNPs dengan Alat Transmission Electron Microscope (TEM)
Melalui analisa TEM, karakterisasi nanopartikel yang dihasilkan dapat dievaluasi
melalui ukuran distribusi partikel, dimana nanopartikel satu dimensional adalah
berukuran 1 – 100 nm (Bhatia, 2016). Hasil TEM F-CNPs yang dilakukan
memberikan ukuran distribusi partikel 7,4 – 23,7 nm, sehingga dapat disimpulkan
bahwa F-CNPs yang disintesis melalui oksidasi soot limbah kopi dengan pembakaran langsung dalam asam nitrat encer telah berhasil dilakukan.
4.2.4. Analisa Gugus Fungsi dengan Alat Fourier Transform Infrared Spectroscope (FT-IR)
Analisa FT-IR menunjukkan bagaimana materi berinteraksi dengan radiasi infra
merah. Pada karbon nanopartikel spectrum FT-IR harus menunjukkan stretching
O-H pada puncak sekitar 3000 – 3500 cm-1, stretching sp2 dan sp3 C-H pada daerah 2500 – 3000 cm-1, C=C pada daerah 2000 – 1500 cm-1 serta adanya C-O-C simetris
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan:
1. Limbah kopi dapat dijadikan sebagai soot untuk pembuatan F-CNPS melalui oksidasi dengan asam nitrat encer dengan karakteristik yang
mendekati F-CNPs dari soot lilin.
2. Melalui perbandingan morfologi soot dari tiga perlakuan yang berbeda, didapati soot dengan pembakaran langsung memberikan luas permukaan pori yang lebih kecil sehingga akan menghasilkan F-CNPs dengan
karakteristik yang lebih baik dibandingkan dengan soot dari pembakaran dalam tanur.
3. F-CNPs dari limbah kopi yang dihasilkan masih berukuran besar untuk
skala nano dan intensitas stretching dari FT-IR yang masih tergolong lemah. Selain itu, uji fisik dari lampu UV masih menghasilkan fluoresensi hijau
bening.
5.1. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh maka
disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan aktivasi pada soot limbah
kopi untuk memaksimalkan proses refluks. Serta melakukan karakterisasi