1 Analisis Potensi Sektor Industri Pengolahan dan Pengaruh Tenaga Kerja
Terhadap Industri Pengolahan di Jawa Timur
Untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Ekonomi Regional
2 DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI 1
ABSTRAKS 2
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Perumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penulisan 6
1.4 Kegunaan Penulisan 6
BAB II : LANDASAN TEORI
2.1 Teori Pembangunan Ekonomi 8
2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi 9
2.3 Teori Pembangunan Daerah 10
2.4 Peran Sektor Industri 11
2.5 Teori Basis Ekonomi 12
2.6 Teori Pertumbuhan Neo-Klasik 13
2.7 Tenaga Kerja 15
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian 16
3.2 Metode Pengumpulan Data 16
3.3 Metode Analisis 16
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Provinsi Jawa Timur 20
4.2 Potensi Sektor Industri Pengolahan 21
3 BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan 30
5.2 Implikasi 31
DAFTAR PUSTAKA 32
4 Analisis Potensi Sektor Industri Pengolahan dan Pengaruh Tenaga Kerja
Terhadap Industri Pengolahan di Jawa Timur
Siti Nur Umami (NIM 04151133087) (Siti.nur.umami-2015.feb.unair.ac.id)
ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat yang dapat dilihat melalui nilai PDRB dan pendapatan perkapita (Anas, 2015). Kontribusi nilai setiap sektor terhadap perekonomian Provinsi Jawa Timur selalu mengalami kenaikan setiap tahun. Salah satu sektor yang memiliki kontribusi tinggi adalah sektor industri pengolahan yang menyumbang sebesar 24.6 % dengan laju pertumbuhan 5.59 % pada tahun 2013 (BPS, 2016). Potensi industri pengolahan sebagai sektor hilir tidak diimbangi dengan dukungan sektor pertanian dan pertambangan atau sektor hulu (Fitriya, 2016). Institue for Development on Economics and Finance (Indef) menilai transformasi struktural dari sektor hulu menjadi sektor industri pengolahan masih tergolong prematur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalis potensi dan tantangan industri pengolahan di Jawa Timur dengan menggunakan data sekunder seperti PDRB ADHK, kontribusi dan jumlah tenga kerja. Metode analisis yang digunakan adalah Location Quotient (LQ), nilai shift share, dan analisis regresi sederhana. Dari penelitian didapatkan hasil sektor industri pengolahan merupakan sektor basis. Berdasarkan hasil perhitungan shift share sangat potensial dilihat dengan meningkatnya perekonomian. Sedangkan menurut hasil analisis regresi sederhana didapatkan hasil positif atau sektor industri pengolahan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja.
5 BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat yang dapat dilihat melalui nilai PDRB dan pendapatan perkapita (Anas, 2015). Kontribusi sektor industri pengolahan pada pertumbuhan ekonomi melalui nilai PDRB menunjukkan nilai yang tinggi sebesar 24.6 % dengan laju pertumbuhan 5.59 % pada tahun 2013 (BPS, 2016). Sektor industri diyakini mampu mengatasi permasalahan perekonomian di negara-negara berkembang, yaitu dengan mengasumsikan bahwa sektor industri mampu menjadi leading sektor bagi sektor lainnya. Sehingga sektor industri dipersiapkan untuk mendorong perkembangan sektor yang terkait, baik keterkaitan kedepan (forward linkage) atau keterkaitan kebelakang (backward linkage) (Dumairy, 1996:230).
Konsepsi pembangunan ekonomi merupakan proses transformasi secara sistematis dan berkelanjutan. Tujuan pembangunan ekonomi yaitu dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan pertambahan penduduk dan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi dan pemerataan pendapatan. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong pembangunan ekonomi diperlukan proses industrialisasi. Proses tersebut mencakup perubahan sosial ekonomi yang mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industry (Ernita dkk.,2013 dan Pramusinta, 2012) .Dalam prosesnya meliputi interaksi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi, dan perdagangan dunia untuk meningkatkan pendapatan dan mendorong perubahan struktur ekonomi (Pramusinta, 2012).
6 Tabel 1.1
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2009-2013
Sumber : BPS, Statistik Indonesia 2014
Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut lapangan usaha mulai tahun 2008 sampai tahun 2013. Dari segi jumlah Produk Domestik Bruto terlihat bahwa mulai tahun 2008 sampai tahun 2013 selalu meningkat yaitu, 2082 456.1 milyar rupiah dan 2 769 053.0 milyar rupiah dengan sektor industri pengolahan berkontribusi sebesar 707 481.7 Milyar rupiah.
7 Tabel 1.2
Banyaknya Perusahaan Industri Besar/Sedang Menurut Sub Sektor Kegiatan di Jawa Timur Tahun 2012
No Sub Sektor Industri Pengolahan Jumlah
Perusahaan
Jumlah Tenaga Kerja 1 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 2263 433626 2 Industri Tekstil, Pakaian jadi, dan Barang Kulit 1193 150492 3 Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 356 59512
4 Industri Kertas, dan Barang Cetakan 258 51669
5 Industri dari Batu Bara dan Pengolahan Minyak 20 2340 6 Industri Semen dan Barang Galian Non Logam 340 44812
7 Industri Logam Dasar dan Barang Logam 312 45678
8 Industri Alat Angkutan, Kendaraan, Mesin dan Peralatan
listrik 260 40787
9 Industri Barang Lainnya 184 25371
Sumber : BPS, 2012 (Data diolah)
Peran sektor pengolahan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dapat melalui peningkatan output sektor industri pengolahan. Berdasarkan Tabel 1.2 terdapat penyerapan tenaga kerja. Selain itu, akan meningkatan penggunaan input seperti, bangunan, mesin, peralatan, bahan bakar, dan bahan baku penolong (Data BPS, 2013). Sehingga berdasarkan uraian di atas, maka dapat diperoleh data yang menguatkan penulis untuk melakukan penelitian tentang analisis potensi sektor industri pengolahan dan pengaruhnya terhadap tenaga kerja.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uarian latar belakang penelitian di atas, memberikan gambaran Provinsi Jawa Timur yang mengalami pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan yang diperoleh dikarenakan sektor industri pengolahan yang meningkat positif. Keadaan industri pengolahan di Jawa Timur didominasi oleh industri besar dan sedang.
8 1) Bagaimana potensi sektor industri pengolahan di wilayah Provinsi
Jawa Timur?
2) Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap sektor industri pengolahan di wilayah Provinsi Jawa Timur?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, mengkaji, dan menganalisis :
1) Potensi sektor industri pengolahan di wilayah Provinsi Jawa Timur 2) Pengaruh tenaga kerja terhadap sektor industri pengolahan di wilayah
Provinsi Jawa Timur 1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian dibagi menjadi 2 (dua), yaitu kegunaan secara teoritis dan kegunaan secara praktis.
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan infromasi dalam memahami :
a. Potensi sektor industri pengolahan di Jawa Timur
b. Pengaruh tenaga kerja terhadap sektor industri pengolahan di wilayah Provinsi Jawa Timur
1.4.2 Kegunaan Praktis
a. Meningkatkan pengetahuan bagi penulis dan berbagai pihak terkait potemsi dan peranan sektor industri pengolahan dalam perekonomian wilayah Provinsi Jawa Timur
b. Dapat digunakan bagi pemerintah daerah sebagai bahan masukan dalam menentukan langkah-langkah dan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang menyangkut perekonomian daerah dan sebagai kajian tentang perkembangan perekonomian di Provinsi Jawa Timur
10 BAB II
LANDASAN TEORI 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi
Menurut teori ilmu ekonomi pengertian pembangunan (development) secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi perekonomian yang dalam waktu yang lama bersifat statis, untuk dapat menciptakan dan mempertahankan kenaikan pendapatan nasional bruto atau GNI
(Gross National Income) sebesar 5-7 % atau lebih, indeks ekonomi yang digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan ialah tingkat pertumbuhan kapita
(income per capita) atau GNI per kapita. Indeks ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk memperbesar outputnya dalam laju yang lebih cepat dari pada tingkat pertumbuhan penduduknya (Todaro, 2006:19).
Sementara Goulet (1977) dalam Wirutomo, dkk, (2003:6) mendefinisikan pembangunan dalam definisi yang berbeda sebagai salah satu bentuk perubahan sosial, dimana salah satu bentuk khusus (special case) pembangunan adalah modernisasi, sementara industrialisasi adalah salah satu segi (a single facet) dari pembangunan dalam Kartasasmita (1997). Seperti definisi pembanguan yang disebutkan Goulet sebagai suatu bentuk industrialisasi, Misra (1981) menyebutkan industralisasi sebagai bagian isu dari pembangunan, dimana pembangunan mempunyai tujuh isu penting yang terdiri dari isu pertumbuhan
versus industri, isu pembangunan pertanian versus industri, isu pembangunan pedesaan versus perkotaan, isu teknologi padat modal versus padat karya, isu sentralisasi versus desentralisasi, isu modern versus tradisional, dan isu perencanaan sosial ekonomi versus perencanaan fisik dalam Wirutomo, dkk, (2003:6). Tiga pilar inti pembangunan menurut Todaro (2006: 28-29) sebagai berikut :
11 2) Peningkatan standart hidup yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak hanya untuk memperbaiki kesejahteraan materiil, melainkan juga menumbuhkan harga diri pada pribadi dan bangsa yang bersangkutan.
3) Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka dari belitan sikap menghambat dan ketergantungan, bukan hanya terhadap orang atau negara-negara lain, namun juga terhadap setiap kekuatan yang berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.
Dari ketiga pilar inti pembangunan tersebut, terdapat beberapa teori-teori dari beberapa tokoh perekonomian yang menyampaikan pendapatnya mengenai teori pembangunan. Dalam garis besarnya teori-teori pembangunan ekonomi digolongkan menjadi lima golongan besar yaitu aliran Klasik, Karl Marx, Schumpeter, Neo Klasik dan Post Keynesian (Irawan dan Suparmoko, 1996:15). Menurut aliran klasik yang dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi liberal disebabkan oleh adanya pacuan antara kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk, dan perlu adanya kenaikan jumlah capital untuk investasi.
2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi
12 suatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, perkembangan sektor jasa dan perkembangan produksi barang modal. Nilai kenaikan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besaran pendapatan nasional riil suatu negara.
Beberapa teori mengenai pertumbuhan ekonomi menurut pendapat para ahli yang dikutip dari Tarigan (2010:45-50) yaitu, teori pertumbuhan klasik yang dipelopori oleh Adam Smith yang membahas masalah ekonomi dalam bukunya
An Inquiry Into The Nature and Causes of The Wealth of Nations (1776). Menurut Smith masyarakat diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan kegiatan ekonomi, sistem ekonomi pasar bebas akan menciptakan efisiensi, membawa ekonomi kepada kondisi full employment dan menjamin pertumbuhan ekonomi mencapai posisi stasioner (stationary state). Pemerintah tidak perlu terlalu dalam mencampuri urusan perekonomian, tugas pemerintah adalah menciptakan kondisi dan menyediakan fasilitas yang mendorong pihak swasta berperan optimal dalam perekonomian.
2.3 Pembangunan Ekonomi Daerah
13 Menurut Adisasmita (2008:13), pembangunan daerah merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antarwilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas. Menurut Glasson and Marshall (2007:62), menyebutkan bahwa pembangunan regional termasuk dalam proses multidimensi, seperti pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan pembangunan politik atau administrasi.
Salah satu teori perubahan struktural yang paling terkenal adalah Model-Dua-Sektor Lewis yang dikemukakan oleh W. Arthur Lewis, bahwa pembangunan yang dilakukan akan mencapai suatu keberhasilan ketika pembangunan yang dilakukan mampu untuk mengubah struktur perekonomian yang telah ada. Menurut W. Arthur Lewis dalam Widodo (2006:6), membagi perekonomian menjadi 2 (dua) sektor yaitu :
a. Sektor tradisional yang dicirikan oleh sebuah sistem pedesaan yang subsisten yaitu dipedesaan tersebut terjadi kelebihan tenaga kerja sehinggal produktifitas marginal didesa tersebut sama dengan nol. Menurut Lewis kondisi ini merupakan akibat dari ketidak mampuan sektor produksi didaerah tersebut untuk menampung jumlah tenaga kerja.
b. Sektor industri perkotaan modern yaitu pada sektor ini memiliki tingkat produksi marginal yang cukup tinggi karena jumlah tenaga kerja yang tersedia relatif sama atau lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang diminta oleh sektor produksi.
2.4 Peran Sektor Industri
14 yang pada akhirnya sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita mendorong perubahan struktur ekonomi. Industrialisasi sering juga diartikan sebagai suatu proses modernisasi ekonomi yang mencakup semua sektor ekonomi yang mencakup semua ekonomi yang ada, yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan industri manufaktur (Tambunan, 2001). Walaupun sangat penting bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi, industrialisasi itu sendiri bukan tujuan akhir, melainkan hanya merupakan salah satu strategi yang harus ditempuh untuk mendukung proses pembangunan guna mancapai tingkat pendapatan perkapita yang tinggi.
Industri mempunyai peranan sebagai (leading sector) sektor pemimpin dalam Arsyad (2010:442), maksudnya dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya. Misalkan saja sektor pertanian dan jasa, sebagai contoh pertumbuhan sektor industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi suatu industri. Serta industri tersebut memungkinkan juga berkembangnya sektor jasa, misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga pemasaran atau periklanan, yang kesemuanya itu akan mendukung lajunya pertumbuhan industri.
Menurut Teori Ekonomi Pembangunan, semakin tinggi kontribusi sektor Industri terhadap Pembangunan Ekonomi negaranya maka negara tersebut semakin maju. Jika Suatu negara kontribusi sektor industrinya telah diatas 30% maka dapat dikatakan negara tersebut tergolong negara maju (Sukirno Sadono, 2001:442).
2.5 Teori Basis Ekonomi
15 tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi sebagai pendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lain, sedangkan pekerjaan non basis adalah kegiatan yang bersifat endogen (tidak tumbuh bebas) artinya kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat didaerah itu sendiri dan pertumbuhannya tergantung pada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut (Tarigan, 2010:56).
Analisis basis ekonomi adalah berkenaan dengan identifikasi pendapatan basis (Richardson, 1991). Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan, yang selanjutnya menambah permintaan terhadap barang atau jasa di dalam wilayah tersebut, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis. Sebaliknya berkurangnya aktivitas basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir ke dalam suatu wilayah, sehingga akan menyebabkan turunnya permintaan produk dari aktivitas non basis.
2.6 Teori Pertumbuhan Neo-Klasik
Teori pertumbuhan melihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow dikenal dengan model pertumbuhan Solow (Solow Growth Model). Pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pengembangan faktor0faktor produksi. Pandangan ini dapat dinyatakan dalam fungsi berikut:
)
= Tingkat pertumbuhan ekonomi K
= Tingkat pertumbuhan modal L
= Tingkat pertumbuhan penduduk/tenaga kerja T
16 Berdasarkan fungsi tersebut mengenai pertumbuhan atau proses penambahan output yang dihasilkan suatu daerah, maka faktor-faktor yang dapat menentukan pertumbuhan ekonomi, yaitu :
a) Tanah dan kekayaan alam lainnya
b) Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja c) Barang-barang modal dan tingkat teknologi
Teori pertumbuhan klasik kemudian dijelaskan melalui model neo-klasik, yaitu fungsi produksi adalam bentuk Cobb-Douglas.
Y = A Kα Lβ, α + β = 1
Dimana Y adalah PDRB, K dan L adalah modal dan tenaga kerja. 2.7 Tenaga Kerja
17 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan data yang digunakan adalah data time series (runtun waktu) dari tahun 2009 sampai 2013. Penelitian ini dilakukan dengan objek penelitian yaitu Provinsi Jawa Timur dengan membandingkan keadaan perekonomian di Indonesia. Data yang digunakan berupa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan dengan melihat Sub Sektor Industri Pengolahan, yaitu terdiri dari sembilan sub sektor. Sub sektor industri pengolahan yang diperoleh dari Provinsi Jawa Timur dan Indonesia.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Data sekunder ini merupakan data yang diambil dari instansi-instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. Data yang digunakan berupa PDRB sub sektor industri pengolahan yang terdiri dari sembilan jenis industri periode 2009-2013 dan jumlah tenaga kerja dari masing-masing jenis industry dalam sektor industri pengolahan di Provinsi Jawa Timur.
3.3 Metode Analisis
18 Pengolahan dan Pengaruhnya Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Jawa Timur”. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Analisis Location Quotient (LQ)
Metode LQ yaitu membandingkan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor tertentu di wilayah/daerah kita, dibandingkan dengan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang sama secara nasional.
Nt
Li : Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor i di Provinsi Jawa Timur Lt : Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor di Provinsi Jawa Timur Ni : Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor di Indonesia
Nt : Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor di Indonesia
Hasil dari analisis ini adalah apabila LQ > 1 artinya peranan sektor tersebut di daerah itu lebih menonjol dari pada sektor lain di daerah tersebut (Sektor Basis Ekonomi) dan sektor ini menjadi kekuatan daerah untuk mengekspor produksnya ke luar daerah. Sebaliknya, apabila LQ < 1 maka peranan sektor tersebut di daerah itu lebih kecil dari pada sektor lain (Sektor Non Basis Ekonomi) dan sektor ini hanya menjadi pengimpor dari luar daerah.
2. Analisis Shift Share
Lina Suherty (2008) menjelaskan analisis Shift Share sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tarigan (2005,145) analisis ini lebih tajam dibandingkan dengan analisis LQ. Metode LQ tidak memberikan penjelasan atas faktor penyebab perubahan sedangkan metode Shift Share memperinci penyebab perubahan atas beberapa variabel.
19
component atau komponen national shift), komponen pertumbuhan proporsional (proportional or industrial mix growth component atau
proportional shift) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (regional share growth component atau differential shift). Rumus analisis Shift Share dalam Soepono (1993) adalah sebagai berikut :
Dij = Nij + Mij + Cij
Keterangan :
i = Sektor-sektor ekonomi yang diteliti
j = Variabel wilayah yang diteliti Provinsi Jawa Timur n = Variabel wilayah Provinsi Jawa Timur
D ij = Perubahan sub sektor Industri pengolahan di daerah j (Provinsi Jawa Timur)
N ij = Pertumbuhan nasional sub sektor Industri pengolahan di daerah j M ij = Bauran industri subsektor industri pengolahan di daerah j
C ij = Keunggulan kompetitif sub sektor pertanian di daerah j
Jika Dj > 0, maka pertumbuhan sub sektor i di Provinsi Jawa Timur lebih cepat dari pertumbuhan sub sektor yang sama di Indonesia. Dan bila Dj < 0, maka pertumbuhan sub sektor i di Provinsi Jawa Timur relatif lebih lambat dari pertumbuhan sub sektor yang sama di Indonesia. Bila Pj > 0, maka Provinsi Jawa Timur akan berspesialisasi pada sub sektor di tingkat Nasional tumbuh lebih cepat. Sebaliknya bila Pj < 0, maka Provinsi Jawa Timur akan berspesialisasi pada sub sektor yang ditingkat Nasional tumbuh lebih lambat. a. Komponen Share (Nj)
Komponen Share adalah banyaknya pertambahan lapangan kerja daerah seandainya proporsi perubahannya sama dengan laju pertambahan provinsi selama jangka waktu tertentu.
20 Komponen Net Shift (P+D)j adalah penyimpangan (deviation) dari komponen
Share (Nj) dalam pertumbuhan lapangan kerja daerah. c. Komponen Proportional Shift (Pj)
Komponen Proportional Shift adalah komponen yang digunakan untuk mengukur besarnya Shift Netto yang diakibatkan oleh perubahan PDRB di daerah yang bersangkutan. Komponen ini positif di daerahdaerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara Provinsi tumbuh cepat dan negatif di daerah-daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara Provinsi tumbuh dengan lambat atau bahkan sedang merosot.
d. Komponen Differential Shift (Dj)
Komponen Differential Shift adalah Komponen yang digunakan untuk mengukur besarnya Shift Netto yang diakibatkan oleh sektor tertentu yang lebih cepat di daerah yang bersangkutan dari pada tingkat Provinsi atau nasional.
3. Analisis Regresi Sederhana
Analisis linear sederhana digunakan untuk mendapatkan hubungan matematis dalam bentuk persamaan atar variabel tidak bebas (dependent) dengan variabel bebas (dependent) (Herliana, 2012). Berdasarkan teori produksi cobb-douglas, maka data dari output, gaji, dan input dilakukan transformasi log agar persamaan menjadi linear.
Persamaan model analisis regresi dalam penelitian ini, yaitu :
0log 1log 1 2log 2
logY x x u
Keterangan
Y = Output (Sektor industri pengolahan di Jawa Timur)
21 BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Provinsi Jawa Timur 4.1.1 Keadaan Geografis
Provinsi Jawa Timur membentang antara 111° 0’ BT - 114° 4’ BT dan 7° 12’ LS - 8°48’ LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa. Bagian selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali, dan daerah Barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah. Letak Jawa Timur yang strategis memberikan keuntungan bagi daerah ini karena menjadi penghubung antara wilayah Indonesia bagian barat dengan bagian tengah (Institut Pertanian Bogor, 36).
Secara fisiografis, wilayah Provinsi Jawa Timur dapat dikelompokkan dalam tiga zona: zona selatan-barat (plato), merupakan pegunungan yang memiliki potensi tambang cukup besar; zona tengah (gunung berapi), merupakan daerah relatif subur terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi (dari Ngawi, Blitar, Malang, hingga Bondowoso); dan zona utara dan Madura (lipatan), merupakan daerah relatif kurang subur (pantai, dataran rendah dan pegunungan). Di bagian utara (dari Bojonegoro, Tuban, Gresik, hingga Pulau Madura) ini terdapat Pegunungan Kapur Utara dan Pegunungan Kendeng yang relatif tandus (pusdaling.jatimprov.go.id).
4.1.2 Kependudukan
22 4.2 Potensi Sektor Industri Pengolahan
4.2.1 Perekonomian Jawa Timur
Perekonomian Jawa Timur (Jatim) menunjukkan perlambatan pada triwulan II 2014. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini tercatat sebesar 5,9% (yoy), melambat 0,5% (yoy) dibandingkan triwulan I 2014 (6,4% , yoy) ). Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional yang tercatat sebesar 5,1% (yoy). Saluran perlambatan ekonomi KTI pada Jatim terindikasi berpengaruh melalui sektor non Industri dengan lag 2 (dua) periode. Tercatat kinerja sektor pertambangan, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa mengalami perlambatan di kisaran 0,3% - 4,3% (yoy) (Bank Indonesia, 2015).
Penurunan cukup dalam pada sektor jasa disebabkan oleh penghentian belanja bantuan sosial dan hibah. Selain itu, adanya penambahan Batas Usia Pensiun (BUP) turut berpengaruh pana penurunan jumlah pegawai negeri yang direkrut. Penurunan kinerja subsektor tanaman bahan makanan dan peternakan disebabkan karena belum masuknya musim panen serta kenaikan biaya input pertanian (pupuk), sehingga memperlambat kinerja sektor pertanian. Namun, perlambatan ini masih tertahan oleh laju pertumbuhan 2 (dua) sektor utama Jatim, yaitu sektor Industri Pengolahan dan sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) (Bank Indonesia, 2015).
4.2.2 Industri Pengolahan Di Jawa Timur
23 sektor industri semen dan barang galian yang meningkat sebesar 2,91% menjadi 6,72% (yoy), industri makanan, minuman dan tembakau yang tumbuh sebesar 0,98% menjadi 6,12% (yoy), industri tekstil meningkat sebesar 0,98% menjadi 11,67% (yoy), serta industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya yang meningkat sebesar 0,54% menjadi 6,97% (yoy) (Bank Indonesia, 2015)
Pada kajian ekonomi regional yang dilakukan Bank Indonesia pada tahun 2014 menyebutkan bahwa, Penurunan kinerja di sektor industri pengolahan terjadi pada sub sektor industri alat angkut mesin dan peralatannya, industri logam dasar, serta industri kertas. Pada triwulan II 2014, ketiga sektor tersebut hanya mampu tumbuh menjadi masing-masing sebesar 7,83% (yoy), 11,26% (yoy) dan 6,53% (yoy). Perlambatan di sub sektor industri alat angkut dan peralatannya disebabkan karena perlambatan ekonomi KTI, sehingga penggunaan alat angkut mesin dan peralatannya yang diimpor dari Jawa Timur cenderung menurun. Sementara itu, perlambatan di sub sektor industri logam seiring dengan perlambatan sektor konstruksi, baik pembangunan properti residensial maupun realisasi proyek infrastruktur Pemerintah yang cenderung terbatas.
Tabel 4.1
Banyaknya Perusahaan Industri Besar/Sedang Menurut Sub Sektor Kegiatan di Jawa Timur Tahun 2012
No Sub Sektor Industri Pengolahan Jumlah
Perusahaan
Jumlah Tenaga Kerja 1 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 2263 433626 2 Industri Tekstil, Pakaian jadi, dan Barang Kulit 1193 150492 3 Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 356 59512
4 Industri Kertas, dan Barang Cetakan 258 51669
5 Industri dari Batu Bara dan Pengolahan Minyak 20 2340 6 Industri Semen dan Barang Galian Non Logam 340 44812 7 Industri Logam Dasar dan Barang Logam 312 45678 8 Industri Alat Angkutan, Kendaraan, Mesin dan Peralatan
listrik 260 40787
9 Industri Barang Lainnya 184 25371
24 Meskipun terdapat perlambatan diberbagai sub sektor industry pengolahan, namun sektor pengolahan memiliki kontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dapat melalui peningkatan output sektor industri pengolahan. Berdasarkan Tabel 1.2 terdapat penyerapan tenaga kerja. Selain itu, akan meningkatan penggunaan input seperti, bangunan, mesin, peralatan, bahan bakar, dan bahan baku penolong (Data BPS, 2013). Sehingga berdasarkan uraian di atas, maka dapat diperoleh data yang menguatkan penulis untuk melakukan penelitian tentang analisis potensi sektor industri pengolahan dan pengaruhnya terhadap tenaga kerja.
Tabel 4.2
Produk Domestik Bruto Regional Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Subsektor Industri Pengolahan Provinsi Jawa Timur (Miliar Rupiah),
2009-2013
Sumber : BPS, 2014 (Data diolah)
4.2.3 Analisis Dan Pembahasan
4.2.3.1 Analisis Potensi Location Quotient (LQ)
Hasil analisis dengan metode Location Quotient dapat di interpretasikan sebagai berikut :
25 2. Jika LQ lebih kecil dari (<1), berarti peranan sektor i tersebut di daerah yang bersangkutan lebih kecil atau tidak menonjol dari pada peranan sektor i tersebut pada perekonomian yang lebih tinggisehingga sektor i yang dimaksud bukan sebagai sektor basis. Perekonomian wilayah atau sektor tersebut hanya mampu melayani perekonomian secara lokal (non basis).
3. Jika LQ sama dengan (=1), berarti peranan sektor i yang dimaksud di daerah yang tersebut sama dengan peranan sektor tersebut pada perekonomian yang lebih tinggi sehingga jika sektor i tersebut dikembangkan maka hasilnya tetap akan sama
Berikut adalah hasil perhitungan LQ (Location Quotient) yang ada Provinsi Jawa Timurdengan tujuan melihat sektor basis dan non basis khususnya pada sektor industri pengolahan.
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan LQ (Location Quotient) Sub Sektor Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013
No Sub Sektor LQ Provinsi Jawa Timur
2009 2010 2011 2012 2013
1. Pertanian 0.87 0.88 0.89 0.91 0.93
2. Pertambangan dan Penggalian
3.74 3.57 3.44 3.45 3.41
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 1.77 1.75 1.74 1.75 1.76 Sumber : BPS, 2014 (data diolah)
26 konstruksi, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, pesawat dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa. Berdasarkan tabel 4.2 diatas hasil perhitungan Location Quetiont (LQ) Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2014 menunjukkan industri pengolahan merupakan sektor basis.
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan LQ (Location Quotient) Sub Sektor Industri Pengolahan Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013
Sumber : BPS, 2014 (Data diolah)
Berdasarkan tabel 4.4 hasil perhitungan Location Quetiont (LQ) sub sektor industri pengolahan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2009-2013 terdapat lima sub sektor yang menjadi basis, yaitu industri makanan, minuman, dan tembakau, industri kertas, percetakan dan penerbitan, industri barang galian non logam, logam dasar, dan pengolahan lainnya. Industri kertas, percetakan, dan penerbitan dan industri pengolahan lainnya memiliki nilai LQ tertinggi sebesar 3,97 %. Sub sektor industri pengolahan yang menjadi basis artinya dapat memenuhi kebutuhan di Jawa Timur serta dapat mengekspor ke daerah lain.
No Subsektor Industri Pengolahan 2009 2010 2011 2012 2013
1 Makanan, Minuman, Tembakau 1.82 1.87 1.83 1.83 1.88
2 Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit 0.31 0.33 0.32 0.31 0.31
3 Kayu dan Sejenisnya 0.58 0.59 0.64 0.68 0.69
4 Kertas, Percetakan dan Penerbitan 3.40 3.54 3.67 4.01 3.97
5 Kimia, Minyak Bumi Karet dan
Plastik 0.73 0.73 0.76 0.76 0.81
6 Barang Galian non Logam 1.07 1.07 1.15 1.09 1.16
7 Logam Dasar 2.63 2.76 2.60 2.68 2.62
8 Barang dari Logam, Mesin dan
Peralatan 0.11 0.10 0.10 0.09 0.09
9 Pengolahan lainnya 3.36 3.58 3.61 3.70 3.97
27 4.2.3.1 Analisis Potensi Shift Share
Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Pertambahan PDRB Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013
Sumber : BPS, 2014 (Data diolah)
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2009 hingga 2013 PDRB Jawa Timur seluruh sektor mengalami penambahan. Sektor industri pengolahan dan perdagangan, hotel, dan restoran memiliki kontribusi tertinggi pada perolehan PDB dan PDRB.
N o
Lapangan Usaha/Sektor
PDB Indonesia (miliar rupiah) PDRB Jawa Timur (miliar rupiah)
2009 2013 Pertambahan 2009 2013 Pertambahan
28 Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Analisis Shift Share (SS) Sektoral Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013 (Miliar rupiah)
Sumber : BPS, 2014 (Data diolah)
Berdasarkan perhitungan diatas pergeseran proporsional (Proporsional Shift) secara keseluruhan sub sektor di Provinsi Jawa Timur memiliki nilai positif atau mengalami peningkatan dan mendapatkan PDRB sebesar Rp 1.72.960.187. Melalui perhitungan pergeseran diferensial (Differential Shift) perekembangan ekonomi yang terdapat di Provinsi Jawa Timur mempunyai daya saing tinggi atau menunjukkan kemajuan perekonomian Indonesia dengan mendapatkan hasil Rp 2.572.423.900.
29 Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Analisis Shift Share (SS) Sub Sektor Industri Pengolahan Jawa Timur Tahun 2009-2013 (Juta rupiah)
No Subsektor Industri
Berdasarkan perhitungan diatas pergeseran proporsional (Proporsional Shift) secara keseluruhan sub sektor industri pengolahan di Provinsi Jawa Timur memiliki nilai negatif atau mengalami kemunduran dan mendapatkan penurunan PDRB sebesar -59.000.818,7. Melalui perhitungan pergeseran diferensial (Differential Shift) perekembangan ekonomi yang terdapat di Provinsi Jawa Timur mempunyai daya saing tinggi atau menunjukkan kemajuan perekonomian Indonesia dengan mendapatkan hasil 3.049.630.
Sub sektor tekstil, pakaian jadi, dan kulit, serta barang dari logam, mesin, dan peralatan mendapatkan hsil positif sehingga mempunyai daya saing baik dan keunggulan kompetitif. Perekonomian Provinsi Jawa Timur mendapatkan hasil positif pada Dij dalam kurun waktu 2009 hingga 2013 karena pertambahan nilai absolut dan keunggulan kinerja perekonomian daerah menunjukkan sebesar Rp
30 4.3 Pengaruh Tenaga Kerja di Sektor Industri
Tabel 4.7
Hasil Regresi Sederhana (Koefisien)
Sumber : Survei Industri, 2013 (Data diolah)
Persamaan model analisis regresi dalam penelitian ini, yaitu :
0log 1log 1 2log 2
logY x x u
Keterangan
Y = Output (Sektor industri pengolahan di Jawa Timur)
x1 = Gaji Tenaga Kerja (Sektor industri pengolahan di Jawa Timur) x2 = Input modal (Sektor industri pengolahan di Jawa Timur)
31 BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
5.1 Kesimpulan
Kontribusi sektor industri pengolahan pada pertumbuhan ekonomi melalui nilai PDRB menunjukkan nilai yang tinggi sebesar 24.6 % dengan laju pertumbuhan 5.59 % pada tahun 2013 (BPS, 2016). Berdasarkan hasil perhitungan Location Quetiont (LQ) sub sektor industri pengolahan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2009-2013 terdapat lima sub sektor yang menjadi basis, yaitu industri makanan, minuman, dan tembakau, industri kertas, percetakan dan penerbitan, industri barang galian non logam, logam dasar, dan pengolahan lainnya. Industri kertas, percetakan, dan penerbitan dan industri pengolahan lainnya.
Selain itu, Sub sektor tekstil, pakaian jadi, dan kulit, serta barang dari logam, mesin, dan peralatan mendapatkan hasil positif dalam analisis shift share (SS) sehingga mempunyai daya saing baik dan keunggulan kompetitif. Perekonomian Provinsi Jawa Timur mendapatkan hasil positif pada Dij dalam kurun waktu 2009 hingga 2013 karena pertambahan nilai absolut dan keunggulan kinerja perekonomian daerah menunjukkan sebesar Rp 9.844.672,8.
32 5.2 Implikasi
Berdasarkan penelitian diatas, perekonomian Provinsi Jawa Timur ditopang dari sub sektor tekstil, pakaian jadi, dan kulit, serta barang dari logam, mesin, dan peralatan. Sehingga dalam hal tersebut pemerintah dapat mengoptimalkan ketersediaan fasilitas untuk menunjang keberlanjutan proses industri. Misalnya, peningkatan ketersediaan fasilitas transportasi untuk mempermudah mobilitas barang hingga kemudahan alur birokrasi dalam proses produksi.
33 DAFTAR PUSTAKA
Kniivilä, Matleena. Industrial Development And Economic Growth:Implications For Poverty Reduction And Income Inequality. Pellervo Economic Research Institute, Helsinki, Finland.
Kusminarti, Enik, dan T. Hadi, E.Santoso. 2015. Analisis Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap Industri Pengolahan Di Jawa Timur. Artikel Ilmiah Mahasiswa
Obioma, Bennett Kenechukwu, dkk. 2015. The Effect Of Industrial Development On Economic Growth (An Empirical Evidence In Nigeria 1973-2013). European Journal of Business and Social Sciences, Vol. 4, No. 02
Rompas, Jui, dkk. 2015. Potensi Sektor Pertanian Dan Pengaruhnya Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. Volume 15 No. 04