• Tidak ada hasil yang ditemukan

peran partai politik sebagai kekuatan da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "peran partai politik sebagai kekuatan da"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

DEMOKRASI DAN DEMOKRATISASI

“Peran partai politik dalam sistem demokrasi di indonesia”

Oleh

IBNU TSANI ROSYADA

071211331008

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)

Latar belakang

Sejarah perkembangan partai partai politik di Indonesia sangat mewarnai perkembangan demokrasi di Indonesia. Hal ini sangat mudah dipahami, karena partai politik merupakan gambaran kekuatan peran rakyat dalam percaturan politik nasional. Berawal dari keinginan untuk merdeka dan mempertahankan kemerdekaan serta mengisi pembangunan, partai politik merupakan sarana yang dapat menyatukan orang-orang yang mempunyai pikiran serupa dan orientasi sehingga pengaruh mereka bisa lebih besar dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan.

Menurut Neuman, (Budiharjo: 2007) partai politik merupakan perantara yang besar yang menghubungkan kekuatan kekuatan-kekuatan idiologi sosial dengan pemerintahn yang resmi. Dalam konteks pelaksanaan Demokrasi, Partai Politik memiliki fungsi sebagai penyalur artikulasi dan agregasi kepentingan politik yang paling mapan dalam sebuah sistem politik modern. Sifat penting dari partai politik menjadi semakin terlihat manakala dihubungkan dengan kepentingan publik yang perlu didengar oleh pemerintah (pelaksana kekuasaan eksekutif) dan parlemen (pemegang kekuasaan legislatif). Alasan utama dari pentingnya keberadaan partai politik dalam proses demokrasi, khususnya demokrasi tidak langsung adalah karena ruang geografis yang semakin luas dan populasi penduduk yang semakin besar dalam wilayah suatu negara, sehingga dalam situasi tersebut masyarakat tidak mungkin menyalurkan aspirasinya secara langsung. Berdasarkan uraian di atas, maka secara sederhana partai politik memiliki tugas untuk menjadi ”jembatan” antara rakyat dan pemerintah, sehingga dengan demikian maka partai politik merupakan salah satu pilar utama dan institusi demokrasi yang penting selain dari lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, pemilihan umum, serta pers yang independen dalam rangka membangun kehidupan politik yang berkualitas dan beradab.

Keberadaban dan kualitas kehidupan politik yang dimaksud adalah bahwa partai politik dengan berbagai peran dan fungsinya diupayakan mampu meredam (bahkan menyelesaikan) berbagai persoalan yang muncul dalam masyarakat modern seperti saat ini. Dengan demikian maka keberadaban yang akan terbangun melalui partai politik dapat terwujud ketika perbedaan pendapat yang berpotensi menimbulkan konflik destruktif secara eskalatif dapat diselesaikan melalui cara-cara dialogis yang konstruktif. Keberadaban dan kualitas kehidupan politik yang dimaksud adalah bahwa partai politik dengan berbagai peran dan fungsinya diupayakan mampu meredam (bahkan menyelesaikan) berbagai persoalan yang muncul dalam masyarakat modern seperti saat ini.

(3)

demokrasi. Partai memainkan peran penghubung yang sangat strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga negara. Bahkan banyak yang berpendapat bahwa partai politiklah yang sebetulnya menentukan demokrasi, seperti dikatakan oleh Schattscheider (1942), “Political parties created democracy”. Karena itu, partai merupakan pilar yang sangat penting untuk diperkuat derajat pelembagaannya (the degree of institutionalization) dalam setiap sistem politik yang demokratis. Bahkan, oleh Schattscheider dikatakan pula, “Modern democracy is unthinkable save in terms of the parties.

Namun demikian, banyak juga pandangan kritis dan bahkan skeptis terhadap partai politik. Yang paling serius di antaranya menyatakan bahwa partai politik itu sebenarnya tidak lebih daripada kendaraan politik bagi sekelompok elite yang berkuasa atau berniat memuaskan ‘nafsu birahi’ kekuasaannya sendiri. Partai politik hanyalah berfungsi sebagai alat bagi segelintir orang yang kebetulan beruntung yang berhasil memenangkan suara rakyat yang mudah dikelabui, untuk memaksakan berlakunya kebijakan-kebijakan publik tertentu ‘at the expense of the general will’ (Rousseau, 1762)atau kepentingan umum (Perot, 1992)

Rumusan masalah

1. Bagaimana peran partai politik di Indonesia, sejak awal kemerdekaan, orde lama, orde baru dan era reformasi?

Pembahasan

Peran Partai Politik sebagai dalam Sistem Demokrasi di Indonesia

Peranan partai politik yang secara sederhana dapat diartikan sebagai representation of idea, yaitu bertindak untuk mewakili kepentingan-kepentingan warga, memberikan jalan kompromi bagi pendapat/tuntutan yang saling bersaing, serta menyediakan sarana kompromi bagi suksesi kepemimpinan politik secara damai dan legitimate. (Budiharjo, 2007)

Dalam konteks parpol sebagai “jembatan” komunikasi antara rakyat dan pemerintah (yang berkuasa), maka partai politik melalui jajaran struktural partai pada berbagai tingkatan administratif harus secara aktif menjadi bagian dalam kehidupan sosial dan politik dalam suatu entitas masyarakat tertentu.

(4)

persiapan pemilihan umum (pre election) maupun pada masa setelah pemilihan umum (post election).

Pada masa sebelum pemilihan umum sampai dengan pelaksanaan pemilihan umum partai politik bertugas untuk memperoleh suara sebanyak-banyaknya untuk memperoleh jumlah kursi yang banyak di lembaga legislatif pada semua tingkatan, mulai dari DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Sedangkan pada masa pasca pemilihan umum sampai dengan pelaksanaannya di periode selanjutnya, partai politik idealnya tetap harus melakukan kegiatan-kegiatan yang diarahkan pada tujuan organisasi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pemilihan umum di periode selanjutnya. Dengan demikian partai politik memiliki peranan dan kekuatan politik yang besar dalam system pemerimtahan demokrasi.

Awal kemerdekaan

Pada awal kemerdekaan, partai politik belum berperan secara optimal sebagai wadah menyalurkan aspirasi politik rakyat. Hal ini terlihat dari timbulnya gejolak dan ketidakpuasan sekelompok masyarakat yang merassa aspirasinya tidak terwadahi dalam bentuk gerakan-gerakan separatis seperti proklamasi Negara islam Indonesia oleh kartosuwiryo tahun 1949. Dari peristiwa tersebut dapat disimpulkan bahwa partai politik sebagai sarana penyalur aspirasi masih memiliki kekuatan politik yang lemah.

Sejak proklamasi kemerdekaan indonesia tanggal 17 Agustus 1945 ruang demokrasi yang luas untuk kepartaian terbuka lebar akan tetapi pada saat PPKI sebagai dewan konstituante memutuskan membentuk satu partai tunggal dengan pertimbangan bahwa sistem multi partai akan memecah belah rakyat dan akan menimbulkan kekacauan dengan demikian di bentuklah Partai Nasional Indonesia.Tujuan utama pendirian partai ini adalah untuk memperkuat persatuan bangsa dan negara serta membela republik indonesia yang berdaulat, adil dan makmur .Inilah kebutuhan di dirikannya Partai Nasional Indonesia akan tetapi ketika terjadi protes rakyat dan elit politik yang tidak setuju dengan satu partai tunggal maka pemerintah melalui wakil presiden M. Hatta mengeluarkan maklumat yang pada intinya berisi memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik. Maklumat itu kemudian dikenal dengan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945. Partai politik yang muncul setelah Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 dikeluarkan antara lain Masyumi, Partai Komunis Indonesia, Partai Buruh Indonesia, Parkindo, Partai Rakyat Jelata, Partai Sosialis Indonesia, Partai Rakyat Sosialis, Partai Katolik, Permai, dan PNI serta partai - partai kecil lainnya.

Dari terbukanya ruang demokrasi ini pemilu di anggap satu-satunya solusi untuk memilih pemimpin atau mengatur berbagai kebijakan negara dalam mengurus serta membagi kewenangan pemerintahan.

(5)

bentuk gerakan-gerakan separatis seperti proklamasi Negara Islam oleh Kartosuwiryo tahun 1949, terbentuknya negara-negara koloni baru belanda yang bernuansa kedaerahan.Negara-negara baru ini sengaja diciptakan oleh Belanda untuk memecah belah persatuan dan kesatuan. Namun mengapa hal itu terjadi dan ditangkap oleh rakyat di wilayah itu? Jawabannya adalah bahwa aspirasi rakyat berbelok arah mengikuti aspirasi penjajah, Karena tersumbatnya saluran aspirasi yang disebabkan kapasitas sistem politik. Negara baru buatan belanda ini sesungguhnya merupakan politik “devide at impera” Belanda. Belum cukup memadai untuk mewadahi berbagai aspirasi yang berkembang. Di sini boleh dikatakan bahwa rendahnya kapasitas sistem politik, lebih disebabkan oleh karena sistem politik masih berada pada tahap awal perkembangannya.Artinya kondisi ini bisa di maklumi

Era orde lama

Di zaman pemerintahan orde lama peran partai politik sebagai penyalur aspirasi rakyat masih belum terlaksana sesuai yang diharapkan. Partai politik cenderung terperangkap oleh kepentingan partai dan kelompoknya masing-masing dan bukan kepentingan rakyat secara keseluruhan. Sebagai akibatnya adalah terjadinya ketidak stabilan system kehidupan politik dam kemasyarakatan yang ditandai dengan ketidakstabilan system politik. Namun di awal era ini atau pada masa demokrasi terpimpin partai politik memiliki kekuatan yang sangat besar dalam system pemerintahan, karena pada massa itu presiden sukarno menjadikan politik sebagai panglima, sering terjadinya pergantian cabinet pada masa demokrasi liberal 1950-1959 menunjukkan bahwa partai politik sangat memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan.

Namun pada masa demokrasi terpimpin tahun 1959 pasca dekrit presiden kekuatan partai politik mengalami penurunan karena keputusan politik pada masa itu banyak ditentukan oleh presiden. Berdasarkan penpers no. 7 tahun 1959 tanggal 31 desember 1959, kehidupan partai politik ditata ulang dengan menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh partai politik, partai politik yang tidak memenuhi syarat dibubarkan. Dengan dikeluarkanya penpers itu, maka parttai politik yang masig dapat bertahan anatara lain, PNI, Masyumi, Partai NU, PKI, Partai katolik, PARKINDO, PSI, Partai Murba, Partai IPKI, PSII, dan Partai Perti. Dalam keadaan seperti itu, kekuatan politik yang ada pada waktu itu adalah presiden dan ABRI, serta beberapa partai terutama PKI (Badrika, 2006).

Era orde baru

(6)

pemerintahan orde baru ternyata kurang memeperhatikan aspirasi politik rakyat dan cenderung merupakan sarana legitimasi penguasa dan kelompok tertentu.

Pada masa ini partai politik hampi tidak memiliki peranan berarti, politik sama sekali tidak ditempatkan sebagai kekuatan politik namun lebih pada mesin politik pemerintah dan sebagai asseoris demokrasi.

Era reformasi

Di masa inilah partai politik,mendapatkan ruang yang luas untuk mewujudkan wujud diri sebagai organisasi yang memiliki peran dan fungsi memobilisasi rakyat atas nama kepentingan-kepentingan politik sekaligus memberi legitimasi pada proses-proses politik, di antaranya adalah tentang “suksesi” kepemimpinan nasional. Namun harapan ini membentur pada konflik antara partai politik dimana dalam pemilu 1999, terjadi penolakan terhadap Habibie juga Megawati Soekarnoputri dari satu kelompok terhadap kelompok yang lainnya.Ini artinya partai politik menyuarakan kepentingan rakyat akan tetapi secara dalam hubungan dengan partai berada dalam masaha ketidak profesionalan. Penolakan terhadap Habibie sebagai representasi penolakan terhadap “Orde Baru”, yang memiliki kaitan kuat dengan Soeharto. Sementara terhadap Megawati, penolakan dilakukan oleh partai-partai Islam beserta Golkar yang memanfaatkan isue “haram” presiden wanita. Gerakan “asal bukan” Habibie atau Megawati yang akhirnya melahirkan bangunan aliansi partai-partai Islam (PAN,PPP,PBB, dan Partai Keadilan) yang dikenal kala itu sebagai kelompok “Poros Tengah”.

Bangunan aliansi yang dilakukan poros tengah yang kemudian menyeret PKB untuk menghianati PDI Perjuangan dan mengusung K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi Presiden Republik Indonesia setelah Habibie. Namun dalam perjalanannya, keakraban Amien Rais (sebagai pemimpin poros tengah) dan Gus Dur terberai kembali akibat dari perbedaaan-perbedaan kepentingan politik yang dilakukan masing-masing.

Pada keterberaian ini pula yang meruntuhkan legitimasi politik Gus Dur sebagai Presiden, walaupun disisi lain, terdapat berbagai kepentingan politik yang ikut meramaikannya seperti kepentingan politik militer, PDI Perjuangan, kelompok penguasa “korporatisme” nasional yang dihegemoni Soeharto atau Orde Baru, termasuk kepentingan modal asing atau Negara lain (seperti Amerika Serikat, Uni Eropa) yang terusik atas beberapa kebijakan ekonomi nasional yang dilakukan Kabinet Gus Dur serta dari kelompok kepentingan ideologis yang radikal untuk mengubah konsepsi Indonesia menjadi berkarakter politik Islam atau demokrasi Liberal.

(7)

Maka dari sistem yang mendua, MPR periode 1999-2004 melakukan perubahan terhadap UUD 1945 dalam kekuasaan politik Soeharto tindakan amandemen merupakan tindakan yang diharamkan walau terdapat beberapa amandemen yang ditengarai tidak sejalan dengan keinginan rakyat terutama mengenai pasal-pasal politik yang krusial, bahkan beberapa pasal-pasal yang diamandemen meletakan pada bentuk “konspirasi” demi kepentingan dan penyelamatan terhadap kelompok-kelompok tertentu. Dan tidaklah menjadi aneh jika dimasa Megawati (pasca Gus Dur) dalam pidato kenegaraannya 16 Agustus 2001 mengusung “komisi konstitusi”, yang berkembang di Sidang Tahunan MPR 2001 dan memunculkan perbedaan tajam antara sikap “konservatisme” di majelis karena kegagalannya membentuk komisi dan tidak mampu melakukan perubahan-perubahan atas pasal-pasal krusial. Padahal tanpa komisi konstitusi independent akan menjadi kesulitan untuk dapat menghasilkan dasar-dasar berbangsa dan bernegara yang lebih demokratis serta mencerminkan kepentingan rakyat.

Kemudian dalam kepemimipinan Megawati Soekarno purti kekuatan kepartaian terus menguat terutama persaingan politik antara aliran politik nasionalis dan aliran politik agamis. Golongan Karya bagaimanapun juga mempunya hubugan historis yang tidak perna berbarengan degan PDI - Perjuangan.Kekuatan nasionalis terpecah menjadi dua bagian.Peluang ini di manfaatkan kelopok nasionalis lainnya untuk menaikan citra politik masanya dengan melakukan pembusukan dari luar terhadap partai-partai lama yang berkuasa .Dalam pemilihan Umum 2004 Partai Nasionalis aliran nasionalis – religus yakni demokrat memenagkan pemilihan presiden secara langsung. SBY – JK Golkar memainkan JK sebagai calon dari partai Golkar dan kolaborasi yang menarik mernjadi kekuatan yang cukup sepurna dan Persoalan lain adalah degan adanya partai politik yang terlalu banyak dalam pemilu setelah selesai pemilihan umum presiden dan legislatif dan eksekutif di puat daerah propinsi,kabupaten/kota mengalami masalah yang berkebanjangan yang kemudian berdampak pada tindakan-tindakan kekerasan yang terjadi hamper di seluruh Indonesia.Dengan sejumlah masalah yang banyak dalam dalam pemilihan-pemilihan umum partai politik di Indonesia mendapat riuang yang besar dan menda[patkan pemasukan dari para kandidikat yang maju menjadi calon di legislattif maupun di eksekutif.Peran partai politik semakin kuat dabn semakin tidak terkontrol dalam pemilihan umum 2009 Partai politk tetap menjadi lembaga yang sakral untuk menentukan karir politik para politisi yang hendak mencalonkan diri.Karena partai politik sudah menjadi lembaga yang moderat di pemilihan umum 2009 untuk pemilihan presiden SBY merangkul orang netral dan sebagai ekonom dan itu adalah suatu strategi yang menarik sehingga dalam pemilihan umum 2009 SBY - Boediyono menang dalam pemilihan umum 2009 dan yang menjadi pertanyaan hingga hari ini partai demokrat menang dalam pemilihan umum 2009 dari mana kemenagan itu dan bagaimana kemenagan itu sampai hari ini pertanyaan itu menjadi misterius dan belum ada jawabannya.Kasus Cikias di angkat dalam rangkaian menjawab pertanyaan itu akan tetapi kasus cikias menghilang begitu saja.Kasus Ceanturypun demikian ,Kasus Mafia Pajakpun demikian dan berbagai kasus korupsi di masa kepemimpina SBY-JK dan SBY-Boediyono saat ini.

(8)

Perbandingan peran partai poitik di era, kemerdekaan, orde lama, orde baru dan era baru

Melihat perkembangan peran partai politik sejak era kemerdekaan hingga era reformasi sangat

Rekomendasi

Melihat peranan partai politik yang sangat signifikan dalam sisitem demokrasi di Indonesia, perlu adanya perbaikan dalam tubuh partai politik Indonesia. Peran yang sedemikian besar dalam demokrasi di Indonesia justru berbanding terbalik dengan kinerja partai politik saat ini, yang hanya focus pada perebutan kekuasaan dan kepentingan kelompok yang hanya bekerja pada saat menjeang pemiihan umum serta mengabaikan fungsi utama partai politik. Oleh karena itu diharapakan partai politik mampu menjalankan fungsi sebagai sarana komunikasi politik, sarana sosialisasi politik, serta rekuitmen politik.

Sebagai sarana komunikasi politik, kader-kader partai politik yang ada legisatif harus selalu intensive dalam melakukan komunikasi dengan masyarakat yang diwakilinya, mereka harus melakukan pertemuan rutin dengan para konstituen sehingga wakil rakyat yang ada di legislative benar-benar mewakili suara rakyat. Dalam hal ini partai politik memiiki peran untuk mengontrol kader-kadernya sehingga peran partai poitik sebagai jembatan atau sarana komunikasi antar rakyat dan pemerintah berjalan dengan baik.

Sedangkan sebagai sarana sosialisasi politik, partai politik harus selau aktif memberikan sosialisasi terhadap masyarakat akan kepedulian dan kesadaran politik, dalam hal ini partai politik tidak hanya bekerja ketika tahun-tahun menjelang pemilu saja, tapi partai politik juga terus bekerja sepanjang tahun karna partai politik bertanggung jawab dalam melakukan pendidikan politik terhadap seluruh warga negara demi kemajuan sistem demokrasi yang ada.

Sebagai sarana rekuitmen politik, ini merupakan fungsi partai politik yang paling penting dalam sistem demokrasi, baik buruknya suatu pemerintahan tergantung actor-aktor yang menjalankanya. Oleh karena itu partai politik harus selektif dalam melakukan rekuitmen, tidak hanya melakukan hal pragmatis demi kepentingan kelompok saja. Diharapkan partai politik mampu menyeleksi dan mendidik kader-kader yang militan yang siap untuk mengabdikan dirinya terhadap pemerintahan sehingga pemerintahan yang ada benar-benar dikendalikan oleh orang-orang yang berkualitas bukan orang-orang karbitan.

(9)

Kesimpulan

Daftar isi

Badrika, I wayan. 2006. Sejarah, Jakarta: Erlangga.

Budiharjo, Miriam. 2007. Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, Jakarta edisi revisi.

Schattscheider. 1942. Party Government,Farrar & Rinehart, New York.

Rousseau, Jean Jacques.1762. The social contract Or principles of political right, Translated by G. D. H. Cole, public domain Rendered into HTML and text by Jon Roland of the Constitution Society.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mengunakan populasi total dengan alat pengumpulan datanya adalah skala yang diisi oleh orangtua, yakni Compassion Scale untuk mengungkap compassion orangtua

Otonomi pendidikan tinggi, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, meningkatnya kompetisi antar perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri, berkembangnya

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah pelaksanaan layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Self management dapat meningkatkan Tingkah Laku Prososial Pada

Dan dari segi proses kegiatan pembelajaran peneliti menyimpulkan bahwa dengan tipe make a match ini dapat memberikan manfaat bagi santri, diantaranya adalah: (1) mampu

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) profil acara Mario Teguh Golden Ways; (2) sinopsis jalannya acara Mario Teguh Golden Ways; (3) cakupan

1.5 Struktur Organisasi Karya Tulis Ilmiah

Adanya persamaan dalam novel tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kedua pengarang, yaitu Yosep Iskandar dan Langit Hariadi Kresna dalam proses kreatifnya mengacu

Anak panah oranye = Angiogenesis; Anak panah hitam= pendarahan; Anak panah pink = blastema; Anak panah biru tua= pendarahan akibat ikan terjatuh; Anak panah biru muda = pembuluh