• Tidak ada hasil yang ditemukan

Primordialisme dan Toleransi antar Suku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Primordialisme dan Toleransi antar Suku"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Primordialisme dalam Sudut Pandang Sumpah Pemuda; Sebuah Upaya untuk Kekalkan NKRI

Muhamad Yusup Alwi

SMA Insan Cendekian Alkausar

A. Latar Belakang

Tragedi Tolikara telah menodai toleransi beragama. Lebih dari 38 rumah

dan 63 kios terbakar, 153 jiwa mengungsi (www.republika.com, 2015). Tragedi

itu didahului oleh adanya Surat Badan Pekerja Wilayah Toli (BPWT) Gereja Injili

Di Indonesia (GIDI) tertanggal 11 Juli 2015 kepada umat Islam se-Kabupaten

Tolikara. Surat itu juga ditembuskan kepada Bupati, Ketua DPRD, Kapolres dan

Dandim Kabupaten Tolikara berisi larangan terhadap umat Islam di sana untuk

melaksanakan shalat Idul Fitri. Bahkan dalam surat itu juga tertulis larangan bagi

muslimah memakai jilbab(www.hidayatulloh.com, 2015).

Walaupun, menurut Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri

Soedarmo, peraturan daerah (PERDA) tersebut tak pernah sampai ke pemerintah

pusat. Sehingga jika PERDA melanggar hak asasi atau bertentangan dengan UU

di atasnya, pemerintah pusat akan meminta pemerintah daerah merevisi beleid

tersebut. Namun tetap saja, tragedi Tolikara telah terjadi dan mengoyak

kerukunan beragama serta meruntuhkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Karena hak melaksanakan ibadah atau merayakan hari besar keagamaan

merupakan hak setiap pemeluk agama, terlebih agama Islam sebagai agama yang

resmi di Indonesia.

Atas kejadian tersebut perlu kiranya ditelisik. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Tentu telah banyak sudut pandang dalam menilai tragedi Tolikara, ada yang

menganggap sebagai konflik antar umat agama, konflik pendatang dan pribumi,

maupun konflik antar suku. Namun, sebagai generasi muda dan dalam rangka

memperingati hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober, penulis ingin mencoba

mendudukkan kembali mengenai tragedi Tolikara ini dalam sudut pandang

Sumpah Pemuda.

Pentingnya untuk mengingat kembali tentang komitmen sumpah para

(2)

1928. Saat itu organisasi pemuda dari seluruh daerah menyatukan tekad

perjuangan dan tujuan bersama untuk merebut kemerdekaan dari penjajah

Belanda. Di sisi lain, sangat penting juga mengakomodasi rasa cinta terhadap

suku asal, daerah kelahiran atau bahkan fanatisme keyakinan yang secara naluriah

hadir di setiap insan manusia. Dari titik ini penulis ingin mengkombinasikan

antara perasaan fanatisme atas suku, kedaerahan, keyakinan dan komitmen

persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sebagai sudut pandang dalam mengkaji

tragedi Tolikara. Oleh karena itu, judul tulisan ini adalah “Primordialisme dalam Sudut Pandang Sumpah Pemuda; Sebuah Upaya untuk Kekalkan NKRI.”

B. Primordialisme, Monster atau Malaikat?

Pada faktanya di Tolikara terdapat banyak pendatang dari luar Papua,

sebut saja dari Jawa, Sulawesi dan Madura. Untuk menyambung hidup para

pendatang memiliki pencaharian sebagai pedagang. Mereka memiliki kios-kios

tempat berjualan, lambat laun seiring dengan kerja kerasnya “para pendatang”

mendapatkan kemapanan ekonomi. Akan tetapi, bertolak belakang dengan “warga

pribumi” asli Papua, mereka masih hidup dalam serba kekurangan. Pencaharian

sebagai petani maupun “berburu” tentunya tidak membuat warga asli Papua

seberuntung warga pendatang. Kebetulan, warga pribumi adalah mayoritas agama

kristen, sedangkan warga pendatang penganut agama Islam. Dengan kondisi

sosial seperti ini, sangatlah rentan terjadi konflik baik disebabkan oleh

kecemburuan ekonomi, gesekan antar suku pendatang - pribumi maupun

pertentangan antar penganut agama kristen dan Islam.

Perlu dipahami juga bahwa keunikan warga Papua adalah adanya

keterikatan yang kuat antar anggota suku. Atau dapat dikatakan memiliki

kecenderungan untuk mempertahankan keutuhan sukunya terkadang berlebihan,

dalam istilah sosiologi adalah primordialisme. Primordialisme itu sendiri

merupakan faktor penting untuk memperkuat ikatan golongan suatu kelompok

kebudayaan yang bersangkutan. Namun, ada kalanya akan menilai suku lain dari

kacamata budayanya dengan menganggap kelompoknya lebih tinggi dari

(3)

Primordialisme dapat berdampak positif maupun negatif. Banyaknya unsur

kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa di seluruh kepulauan Indonesia dapat

memperkaya khazanah kebudayaan nasional. Kecintaan terhadap budaya-budaya

daerah seperti adat istiadat, kesenian daerah dan kekayaan kulinernya merupakan

sebuah sikap yang diperlukan dan harus dipupuk. Maka dari itu primordialisme

adalah “malaikat” buat bangsa ini. Akan tetapi ketika rasa cinta yang berlebihan terhadap daerah asal, tidak perlu tumbuh, karena akan menghambat modernisasi

dan proses pembangunan. Lebih jauh lagi, akibat terlalu kuatnya primordialisme

dapat memicu potensi konflik antara suku-suku bangsa dan menghancurkan

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam hal ini primordialisme

adalah “monster” buat integrasi bangsa.

C. Sumpah Pemuda, bukan Sumpah buat Pemuda

Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 merupakan peristiwa sejarah

yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Pada waktu itu, organisasi pemuda

yang berasal dari berbagai daerah dengan perbedaaan bahasa, agama, suku

bangsa, adat istiadat, dan budaya berkumpul dalam sebuah kongres pemuda.

Mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu menjadikan Indonesia negara yang

merdeka dan bebas dari segala bentuk penjajahan (www.wikipedia.com, 2015).

Kemudian, hasil kongres tersebut melahirkan tiga tekad para pemuda yang

dikenal dengan Sumpah Pemuda yaitu:

1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air

Indonesia.

2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa

Indonesia.

3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa

Indonesia.

Sumpah Pemuda merupakan bukti bahwa bangsa besar akan lahir. Dengan tekad

inilah komitmen perjuangan rakyat Indonesia semakin terarah hingga berhasil

mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.

Kini nilai-nilai sumpah pemuda perlu tetap dilestarikan supaya persatuan

dan kesatuan bangsa Indonesia dapat tetap terjaga dengan baik. Beberapa nilai

(4)

Tabel 1. Nilai-Nilai Sumpah Pemuda

No Nilai Sumpah Pemuda Sikap dalam Kehidupan Bermasyarakat 1. Persatuan dan kesatuan  menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan

benar.

 menghormati suku bangsa yang lain yang ada di Indonesia

 menghormati kebudayaan daerah lain.  menghormati penganut agama yang lain. 2. Rela berkorban bagi bangsa dan

negara

 ikut kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar.  menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan;  membantu tetangga yang mengalami kesulitan;  memberikan bantuan untuk korban bencana alam 3. Kesetiaan terhadap bangsa dan

negara

 menempatkan persatuan dan kesatuan serta keselamatan dan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.  memiliki disiplin diri, disiplin sosial dan disiplin

nasional yang tinggi;

 bangga sebagai bangsa Indonesia dan tanah air Indonesia;

 berani menegakkan kebenaran dan keadilan.; 4. Bangga sebagai bangsa indonesia  menghormati jasa para pahlawan;

 menghormati keberagaman bangsa Indonesia;  membawa nama harum Indonesia dalam

percaturan Internasional.

Nilai-nilai yang terkandung dalam sumpah pemuda seperti disebutkan

dalam Tabel 1., tentunya harus dihayati dan diamalkan dalam kehidupan

sehari-hari oleh seluruh rakyat Indonesia, baik orang tua maupun kaum muda. Supaya

bangsa ini tidak mundur, tetapi terus membangun manusia Indonesia yang

bermartabat baik di dalam negeri maupun di dunia internasional.

D. Membumikan Sumpah Pemuda

Setelah mengkaji kronologi dari tragedi Tolikara, bahwa primordialisme

yang berlebihan sangatlah memiliki dampak yang destruktif buat bangsa

Indonesia. Dan dengan kembali menelaah sejarah Sumpah Pemuda, maka

semangat para pendiri negeri ini, yang gigih memperjuangkan persatuan dan

kesatuan, demi terwujudnya kemerdekaan perlu ditanamkan pada generasi muda

sekarang dan nanti.

Untuk membumikan Sumpah Pemuda diperlukan empat Soko Guru, demi

(5)

Pertama Pancasila, merupakan suatu perjanjian luhur yang harus dijadikan

pedoman bagi bangsa. Sila kedua - kemanusiaan yang adil dan beradab-

bangsa yang harus berbudi luhur dan mengembangkan persaudaraan. Sila

ketiga menegaskan bahwa bangsa Indonesia merupakan negara kebangsaan

yang memiliki kehendak untuk bersatu.

Kedua Multikulturalisme mengakui perbedaan-perbedaaan dalam individu

maupun kelompok.

Ketiga NKRI untuk menghilangkan keraguan terhadap pecahnya suatu negara,

diperlukan komitmen untuk mempertahankan keutuhan bangsa.

Keempat Bhinneka Tunggal Ika, bangsa Indonesia merupakan bangsa yang

terdiri atas berbagai suku bangsa, adat istiadat, bahasa daerah, serta agama

yang berbeda-beda. Setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai

perbedaan-perbedaan antara suku yang satu dengan suku yang lain.

Melalui empat Soko Guru ini akan diperoleh hikmah buat negeri ini yaitu

timbulnya sikap toleran dan saling menghargai antar perbedaan, baik perbedaan

suku, bahasa, agama, dan sebagainya. Sehingga akan tercipta

1) kehidupan bermasyarakat akan lebih tentram dan damai sejahtera

2) persatuan dan kesatuan bangsa indonesia akan terwujud

3) pembangunan negara akan lebih mudah tanpa terhambat oleh

kelompok-kelompok yang menentang.

E. Penutup dan Kesimpulan

1. Tragedi Tolikara telah mencedrai toleransi beragama di Indonesia

2. Primordialisme yang berlebihan sangatlah kental dalam kasus Tolikara

sehingga memiliki dampak yang destruktif buat persatuan dan kesatuan

bangsa Indonesia.

3. Diperlukan untuk menelaah kembali sejarah Sumpah Pemuda, agar

semangat para pendiri negeri ini tertanam pada generasi muda sekarang

dan nanti.

4. Ada empat Soko Guru, demi menjaga kekekalkan Negara Kesatuan

Republik Indonesia, yaitu: Pancasila; Multikulturalisme; NKRI; dan

(6)

5. Generasi muda sangat perlu untuk mempelajari perjuangan pendiri bangsa

ini untuk dihayati dan dicontoh untuk menjaga keutuhan NKRI.

F. Daftar Pustaka

1.

http://www.mikirbae.com/2015/03/pengamalan-nilai-sumpah-pemuda-dalam.html. diakses Selasa, 29 sep 2015; jam 10.18 am

2. https://nindisabrina.wordpress.com/2014/05/28/konflik-antar-suku-bangsa diakses Rabu, 13 oktober 2015, jam 10.54

3.

http://biz.kompas.com/read/2015/07/18/144157128/Ketua.DPD-RI.Insiden.Papua.Menegaskan.Perlunya.Meningkatkan.Solidaritas.Antar.Umat

Gambar

Tabel 1. Nilai-Nilai Sumpah Pemuda

Referensi

Dokumen terkait

a) Peserta Rapat adalah para pemegang saham atau kuasanya yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan dan atau pemilik saldo saham Perseroan sub

19.3 Pembuktian kualifikasi untuk menilai pengalaman yang sejenis dan besaran nilai pekerjaan yang sesuai dengan nilai pekerjaan yang akan dikompetisikan dilakukan dengan

Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan adalah proses pengumpulan informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek pengetahuan dan aspek

faktor komunitas meliputi kemiskinan dan keterbatasan kesempatan kerja (Everall, 2006). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep diri dengan segala aspek yang

Judul : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN HAND HYGIENE DI RS.. Mengetahui, Ketua

Muhammadiyah Malang (Bhs. Indonesia) The Utilization Of Local Intangible Cultural Potential In East Java As Content Development Model Of Soft Skill And Character Education

The Correlation between Lecturers' Soft Skills a nd Classroom Management In English Education Department Teacher Training and Education Faculty Muria Kudus

•   South Africa: children living with an old age pensioner or receiving a child grant are 3-5 cm taller.. •   Children receiving the