RANCANGAN AWAL SISTEM PENENTUAN
PENURUNAN UKT MAHASISWA FILKOM
Disusun oleh:
Kalbuadi Joyoputro 145150200111028
TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
I. LATAR BELAKANG
Sebelum memasuki semester baru atau sebelum pembayaran UKT mahasiswa, jajaran Dekanat dibantu dengan Advokesma BEM FILKOM menindaklanjuti permohonan penurunan UKT dari mahasiswa FILKOM. Baik itu dari mahasiswa baru maupun mahasiswa tahun ke-dua keatas.
Pada saat pengambilan keputusan verifikasi penurunan UKT, seringkali terjadi kesalahan dalam menentukan apakah mahasiswa tersebut layak diturunkan UKT -nya atau tidak. Ada mahasiswa yang ternyata layak untuk diturunkan UKT-nya tetapi malah tidak diturunkan dan begitu sebaliknya. Cukup susah memang untuk mengambil keputusan yang tepat dan cepat. Belum lagi banyaknya data mahasiswa yang harus kita telaah untuk melakukan verifikasi. Maka dari itu saya membuat suatu sistem yang nantinya akan membantu pihak Dekanat beserta Advokesma BEM FILKOM dalam melakukan verifikasi penurunan UKT dengan cepat dan tepat sasaran.
II. PENANGANAN TANPA SISTEM DATA MINING
Sebelum ada suatu sistem otomatis untuk penentuan penurunan UKT, Advokesma BEM FILKOM beserta Dekanat memiliki beberapa aturan/syarat yang sangat flexible dan kadang-kadang sedikit rancu saat menentukan apakah mahasiswa tersebut pantas atau tidak untuk diturunkan golongan UKT-nya. Bahkan sesekali kami melibatkan perasaan dalam pengambilan keputusan tersebut.
Beberapa aturan/syarat yang kami buat tersebut antara lain:
• Jika mahasiswa tersebut yatim/piatu/yatim piatu, maka UKT-nya akan turun
1 golongan
• Jika orang tua mahasiswa tersebut ada yang sedang menderita sakit parah,
maka UKT-nya akan turun 1
• Jika keluarga mahasiswa tersebut mempunyai mobil, maka UKTnya tidak
turun
• Jika tagihan dan daya listrik di rumah mahasiswa tersebut dianggap besar
(>=1300 VA) maka UKTnya tidak turun
• Jika masuk FILKOM lewat jalur SPMK, maka UKTnya tidak turun
III. PERMASALAHAN
1. Dekanat dan Advokesma BEM FILKOM seringkali kurang tepat dalam
menentukan apakah mahasiswa tersebut layak diturunkan UKT-nya atau tidak. Misal, ada mahasiswa yang masuk lewat jalur SPMK tidak kami kabulkan permohonannya, karena telah dianggap mampu, padahal faktanya tidak seperti itu. Ini bisa terjadi karena kami melewatkan banyak faktor yang seharusnya dipertimbangkan.
2. Lambatnya dalam mem-proses berkas mahasiswa yang mengajukan penurunan.
Bisa dikarenakan oleh banyaknya pemohon yang harus kita proses tiap harinya dan atau karena pertimbangan yang banyak tersebut. Seringkali baru dapat kami tentukan turun atau tidak saat telah mendekati batas akhir pembayaran UKT.
3. Aturan-aturan yang kami buat tersebut, kadang-kadang malah menambah kesulitan
kami dalam menentukan penurunan UKT. Semisal, keluarga mahasiswa tersebut memiliki mobil dan daya listrik di rumahnya 1300 VA, tetapi penghasilan orang tuanya dianggap kecil dan memiliki tanggungan keluarga yang besar, ini tentunya akan membuat kami dilema dalam mengambil keputusan
IV. RANCANGAN SISTEM
4.1.Metode
Saya menerapkan metode naïve bayes untuk sistem penentuan penurunan UKT ini.
4.2.Atribut
1. Seleksi masuk (SBMPTN, SNMPTN, SPMK)
2. Golongan UKT saat pengajuan (Gol 1, 2, 3, 4, 5, 6)
3. Nominal penghasilan orang tua
4. Nominal pembayaran listrik per bulan
5. Nominal bayar air
6. Nominal PBB
7. Jumlah motor
8. Jumlah mobil
9. Apakah ada orang tua yang meninggal? (ya atau tidak)
10.Apakah ada orang tua yang sakit parah? (ya atau tidak)
11.Jumlah saudara kandung yang masih sekolah
13.Hasil (turun/tidak) Sample data:
4.3.Tools
Saya menggunakan program klasifikasi yang saya buat sendiri dengan menggunakan bahasa java pada IDLE Netbeans. Saya menggunakan data real dari hasil rekap permohonan penurunan UKT mahasiswa FILKOM tahun ajaran 2015/2016.
Tentunya saya menerapkan algoritma berdasar dari rumus naïve bayes.
• Rumus untuk atribut dengan data kontinyu
• Rumus untuk atribut dengan data diskrit