BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan substrat yang paling parah akibat pencemaran. Berbagai jenis pencemar yang bnyak measuki badan air, berasal dari:
a) Sumber domestik (rumah-tangga, perkampungan, kota, pasar, jalan) dan sebagainya;
b) Sumber nondomestik (pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan serta sumber-sumber lainnya).
Secara langsung ataupun tidak langsung pencemaran tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas air, baik untuk keperluan air minum, air industri ataupun keperluan lainnya. Berbagai cara dan usaha telah banyak dilakukan agar kehadiran pencemaran terhadap air dapat dihindari, dikurangi atau minimal dapat dikendalikan (Suriawiria, 2005).
maju, segala jenis buangan khususnya dari rumah-tangga, baru akan memasuki badan air setelah melalui pengolahan/pengontrolan yang ketat terlebih dahulu (Suriawiria, 2005).
Adanya gejolak kehidupan di dalam badan air akibat kehadiran benda-benda asing (misalnya dalam bentuk pencemar) akan terjadi kalau terhadap aliran air ditambahkan buangan domestik yang berasal dari rumah-tangga, misalnya, pertama-tama daerah aliran air dapat dibagi menjadi lima daerah :
a) Daerah bersih dan jernih, yaitu daerah aliran yang tidak dikenai oleh pengaruh buangan, antara lain ikan akan hidup secara normal dan baik. b) Daerah keruh dan gelap (berwarna) yang diakibatkan oleh adanya
penambahan buangan, sehingga di dalamnya akan dihuni oleh jenis ikan tertentu secara terbatas (yang tolerans) serta sebagian besar oleh bakteri dan serangga air.
c) Daerah septik, kotor, berbau, yang di dalamnya hanya dihuni oleh serangga air, bakteri, plankton, dan sebagainya.
d) Daerah perbaikan, yaitu akibat kehadiran pencemar domestik yang terdiri dari senyawa organik di dalamnya akan terjadi proses perombakan oleh kelakuan bakteri pengguna organik, sehingga nilai kekeruhan, bau dan septik akan menurun.
e) Daerah bersih dan jernih kembali, sama seprti pada (a) (Suriawiria, 2005). Jarak atau waktu terhadap keadaan air yang telah tercemar tersebut dapat kembali ke sifat asal, bergantung kepada :
a) Bentuk, sifat, dan jumlah pencemar yang masuk;
c) Bentuk, sifat, dan kandungan jasad yang terkandung di dalam badan air (Suriawiria, 2005).
2.1.1 Penggolongan Air
Peraturan pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. 3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air (Effendi,2003).
2.1.2 Air bersih
Air bersih adalah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, namun bakteriologi belum terpenuhi. Air bersih ini dapat bersumber atau diperoleh dari sumur gali, sumur bor, air hujan, air dari sumber mata air. Pemanfaatan air bersih, Secara umum dapat dikatakan penggunaan air bersih sebagai berikut:
- Akan diolah menjadi air siap minum - Untuk keperluan keluarga (cuci, mandi) - Sarana pariwisata (air terjun)
- Sebagai sarana peternakan
- Sebagai sarana olah raga (Gabriel, 2001).
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap daerah berbeda-beda, tergantung pada keadaaan alam dan kegiatan manusia yang terdapat di daerah tersebut. Penduduk yang tinggal di daerah dataran rendah dan berawa seperti di sumatera dan Kalimantan menghadapi kesulitan memperoleh air bersih untuk keperluan rumah tangga, terutama air minum (Susilawati, 2011).
2.1.3 Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih harus memenuhi beberapa persyaratan utama. Salah satu persyaratan tersebut adalah persyaratan bakteriologik. Syaratsyarat bakteriologik adalah:
Air bersih tidak boleh mengandung bakteri patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau Fecal dalam air. Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah terkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2004).
2.1.4 Sumber Air Bersih
a. Air Permukaan
Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface water) dan air tanah (ground water). Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa, dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheds atau drainage basins. Air yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air disebut limpasan permukaan dan air yang mengalir di sungai menuju laut disebut aliran air sungai (Effendi, 2003).
b. Air Tanah
Air tanah (ground water) merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah ditemukan pada akifer. Pergerakan air tanah sangat lambat, kecepatan arus berkisar antara 10-10-10-3 m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari lapisan tanah, dan pengisian kembali air. Karena pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran (Effendi, 2003).
c. Air Sumur
yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi, yang mempunyai kedalaman 12-40 meter (Gabriel, 2001).
d. Air Mata Air
Air mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan air sumur (Sutrisno, 2004).
2.1.5 Kriteria Kualitas Air
Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari sebaiknya adalah air yang memenuhi kriteria sebagai air bersih. Ada pernyataan air jernih belum tentu bersih. Air bersih merupakan air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Persyaratan ini telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui Permenkes RI/416/Menkes/Per/IX/1990.
Parameter mikrobiologik ada dua parameter, yakni:
a. Koliform tinja; air yang mengandung koliform tinja berarti air tersebut telah tercemar oleh tinja. Tinja ini sangat potensial untuk menularkan penyakit yang berhubungan dengan air.
b. Koliform total; bila air mengandung bakteri kelompok ini akan dapatmengakibatkan penyakit-penyakit saluran pencernaan. Kuman koliformtotal tidak sepenuhnya apatogen, beberapa tipe menyebabkan disentri pada bayi (Waluyo, 2011).
2.1.6 Air Reservoir
Reservoir merupakan bangunan beton berdimensi 50 m x 40 m x 4 m yang
berfungsi tempat penyaluran air ke pelanggan. Air yang mengalir dari filter ke
reservoir dibubuhi chlor disebut post chlorination yang bertujuan untuk
membunuh mikroorganisme patogen. Sedangkan penambahan larutan kapur jenuh bertujuan untuk menetralisasi pH air. IPA Sunggal memiliki 2 buah reservoir (R1 dan R2) dengan kapasitas total 12.000 m3.
2.1.7 Syarat-Syarat Air Minum
Dari segi kualitas, air minum harus memenuhi : a. Syarat fisik
- Air tak boleh berwarna - Air tak boleh berasa - Air tak boleh berbau
- Suhu air hendaknya di bawah sela udara ( sejuk ± 25oC) - Air harus jernih
b. Syarat kimia
Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.
c. Syarat-syarat bakteriologik
Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit(patogen) sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan coli melebihi batas-batas yang telah ditentukan yaitu 1 Coli/100 ml air.
2.2 Mikroba
tanaman air lainnya yang tidak termasuk kelompok mikroba. Kehadiran mikroba di dalam air, dapat menguntungkan tetapi juga dapat mendatangkan kerugian (Waluyo, 2011).
2.2.1 Mikroba yang menguntungkan
1. Kehadiran plankton (fitoplankton & zooplankton) di dalam air merupakan makanan utama ikan-ikan kecil, sehingga keberadaannya tanda kesuburan pada perairan. Misal: Chlorella, Scenedesmus, Hydrodictyo, Pinnularia, dan lain-lain.
2. Banyak bakteri dan cendawan di dalam badan air berfungsi sebagai dekomposer, artinya mempunyai kemampuan merombak atau menguraikan senyawa yang berada di dalam badan air.
3. Mikroalga berklorofil dapat berfotosintesis berpotensi menghasilkan oksigen. Dalam air, kegiatan fotosintesis tersebut akan menambah kadar oksigen di dalamnya, sehingga nilai kerutan oksigen (DO = Dissolved Oxygen) akan naik.
4. Kehadiran hasil uraian senyawa hasil rombakan bakteri atau fungi, digunakan atau dimanfaatkan jasad-jasad lain, antara lain mikroalga, bakteri dan fungi. Sehingga dalam hal ini jasad-jasad pengguna dinamakan konsumer atau jasad pemakai. Tanpa adanya jasad pemakai, kemungkinan besar penimbunan hasil uraian tersebut mengakibatkan keracunan terhadap jasad lain, khususnya ikan (Waluyo, 2011).
2.2.2 Mikroba yang merugikan
terdapat mikroba penghasil toksin yang berbahaya, misalnya Clostridium (anaerob), Pseudomonas, Salmonella, Staphylococcus (aerobik).
2. Bakteri besi, misal Crenothrix atau Sphaerotilus mempunyai kemampuan untuk mengoksidasikan senyawa ferro (Fe2+) menjadi ferri (Fe3+). Bakteri ini dapat merubah warna air bila disimpan, biasanya di daerah pemukiman baru yang tadinya bekas pesawahan.
3. Menimbulkan bau busuk pada air, bila air tersebut disimpan. Hal ini disebabkan adanya bakteri belerang, misalnya Thiobacillus atau Chromatium yang mempunyai kemampuan mereduksi sulfat menjadi H2S.
Kondisi demikian biasanya di pemukiman baru yang asalnya pesawahan. 4. Mikroalga sering mengakibatkan blooming (bunga air), biasanya
mikroalga yang berperan Anabaena flos-aquae dan Microcystis aerugynosa. Dalam keadaan ini, maka yang akan terjadi adalah:
a. Ikan-ikan kecil menjadi mati, disebabkan karena mikroalga menghasilkan toksin yang dapat meracuni ikan.
b. Terjadi korosi terhadap logam, karena di dalam massa mikroalga penyebab blooming di dapatkan bakteri Fe atau bakteri S penghasil asam yang korosif (Waluyo, 2011).
2.2.3 Bakteri Eschericia coli
Escherichia memiliki ciri sebagai berikut, yaitu berbatang pendek. Habitat
utamanya adalah usus manusia dan hewan. pH minimal untuk pertumbuhan Escherichia coli adalah 4,4. Escherichia coli dipakai sebagai organisme
indikator, karna jika terdapat dalam jumlah yang banyak menunjukkan bahwa pangan atau air telah mengalami pencemaran (Gaman,1992).
2.3 Penyiapan media
2.3.1 Metode Pembiakan Mikroba
Untuk mempelajari metode pembiakan mikroba, maka selain dibahas cara menanam mikroba jugadibahas tentang media yang digunakan untuk menanamnya. Perlu diketahui bahwa berdasarkan jenisnya media pembiakan untukbakteri itu terbagi menjadi tiga macam, yaitu: padat (solid), setengah padat (semi solid), dan cair (liquid) (Hasyimi,2010).
1. Pembiakan pada media padat
Pembiakan pada media padat terdiri dari media padat berbentuk plate (diwadahkan dalam petridish) dan media padat dalam tabung.
Penanaman pada media padat berbentuk plate
Penggunaan cara dengan media padat ini bertujuan untuk menyebarkan koloni bakteri dan spesimen merata pada permukaan plate, sehingga bakteri mudah dipisahkan atau diisolasi satu dengan yang lainnya.
Secara garis besarnya cara kerja sebagai berikut:
2. Setelah ose dingin, ose digunakan untuk mengambil spesimen kemudian dituaskan pada salah satu ujung permukaan media.
3. Dengan ose yang lain (sterile), dipulaskan yang kering dengan digores-goreskan lagi kekanan dengan salah satu ujung ose, selanjutnya dengan sisi ujung ose yang lain dari yang pertama, digores-goreskan pula kekanan seperti yang pertama.
4. Dengan ose yang dimiringkan, goresan kedua digores-goreskan kembali kekanan, kemudian dengan sisi ose yang lain, ose dimiringkan untuk melakukan goresan ketiga dan diratakan kekanan dan bawahnya. 5. Ose disterilkan dengan dibakar, dikembalikan ketempatnya. Media
segera dimasukkan ke inkubator 37oC selama 24 jam. Pembacaan untuk pembiakan media plate
Untuk pembacaan ciri-ciri koloni dapat diperhatikan petunjuk-petunjuk sebagai berikut:
1. Ukurannya: Dapat disebutkan diameternya (dalam milimeter) atau dengan istilah kecil sekali, kecil, sedang, besar, dan besar sekali.
2. Permukaannya: Smoth (halus), rough (kasar), cekung, cembung, bergranula dan sebagainya.
3. Bentuknya: Bulat, bergelombang, berbagi, menjalar.
4. Sifatnya: Mucoid (berlendir), haemolitis, anhaemolitis, haemodigestis. Penanaman pada media padat di dalam tabung
Adapun cara penanaman bakteri pada media ini adalahsebagai berikut: 1. Dengan ose yang sudah steril, diambil bakteri yang akan ditanam. 2. Tabung dibuka tutupnya, mulut tabung kemudian dibakar sebentar
selanjutnya ose yang ada bakterinya digores-goreskan secara zig-zag pada permukaan media.
3. Setelah dibakar, kemudian mulut tabung ditutup kembali lalu ose dibakar kembali.
Pembacaan hasil pada media padat di dalam tabung
Pembacaan hasil pada media padat di dalam tabung itu tergantung kepada media yang ditanaminya. Apabila untuk memperbanyak koloni, hanya dilihat apakah ada pertumbuhannya atau tidak, tetapi diperuntukkan identifikasi, maka dilihat ada tidaknya perubahan warna serta ada tidaknya koloni bakteri yang tumbuh (Hasyimi,2010).
2. Penanaman pada media semi solid
Tujuan dari penanaman dengan media semi cair inipada umumnya untuk melakukan identifikasi bakteri. Adapun cara melakukannya adalah sebagai berikut:
a. Dengan ose yang telah steril, diambil bakteri yang telah ditanam secukupnya.
b. Tutup tabung dibuka, mulutnya dibakar kemudian ose ditusukkan sampai ke dasar tabung.
Pembacaan pada media semi solid
Dilihat apakah ada pertumbuhan atau tidak, ada tidaknya perubahan warna. Apabila perlu ditambah dengan reagen tertentu untuk mengetahui terbentuknya suatu zat (Hasyimi, 2010).
3. Penanaman pada media cair
Penanaman dengan media cair bertujuan untuk memperbanyak dan mengidentifikasi bakteri, misalnya penanaman bakteri pada media nutrient broth. Adapun cara menanamkannya adalah sebagai berikut:
1. Dengan ose yang sudah steril diambil bakteri yang akan ditanamkan. 2. Tutup tabung media dibuka kemudian mulutnya dibakar sebentar,
selanjutnya ose yang sudah berisi bakteri tersebut digoreskan pada dinding tabung media bagian dalam sehingga terkena cairan media. 3. Mulut tabung dibakar sebentar, kemudian ditutup kembali dan osenya
dibakar supaya steril kembali.
Pembacaan hasil penanaman pada media cair
2.4 Koliform
Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu, dan produk-produk susu. Adanya bakteri koliform di dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Fardiaz, 1993). 2.4.1 Pembagian Koliform
Bakteri koliform dapat dibedakan atas dua grup yaitu: (1) koliform fekal, misalnya Escherichia Coli.
(2) koliform nonfekal, misalnya Enterobacter aerogenes.
E. Coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan maupun
manusia, sedangkan E. Aerogenes biasanya ditemukan pada hewan atau tanaman-tanaman yang telah mati (Fardiaz, 1993).
2.4.2 Sifat-Sifat Koliform
Sifat-sifat bakteri koliform adalah:
1. Mampu tumbuh baik pada beberapa jenis substrat dan dapat mempergunakan berbagai jenis karbohidrat dan komponen organic lain sebagai sumber energi dan beberapa komponen nitrogen sederhana sebagai sumber nitrogen.
2. Mempunyai sifat dapat mensintesa vitamin.
3. Mempunyai interval suhu pertumbuhan antara 10-46,5°C. 4. Mampu menghasilkan asam dan gas gula.
5. Dapat menghilangkan rasa pada bahan pangan.
2.5 Teknologi Pembersihan Air
Pengolahan air baku (air alami) menjadi bersih dapat dilakukan dnegan beberapa cara :
1. Cara Sederhana
Cara sederhana ini adalah air yang terkumpul sebelum disalurkan ke jamban atau ke tempat lainnya yang memerlukan,ditampung terlebih dahulu didalam sebuah bak penampung. Penampungan dimaksud agar bahan-bahan yang menyebabkan air tersebut keruh, misalnya oleh lumpur dan sebagainya akan terendapkan terlebih dahulu didalam bak tersebut (Suriawiria, 2005).
2. Cara Saringan Pasir Lambat
Saringan pasir lambat dapat dibedakan dengan saringan pasir cepat dari : a. Kecepatan penyaringan
b. Diameter efektif media pasir sebagai penyaring
kecepatan penyaringan di dalam saringan pasir lambat adalah 0,2-0,5 m3/jam, sedangkan pasir cepat yaitu 5-7 jam,diameter efektif pasirnya antara 0,15-0,35 mm dan pasir cepat 0,6-1,0 mm. Kecepatan penyaringan pada saringan pasir lambat sangat kecil sehingga periode pembersihan saringan dapat berlangsung dalam bilangan waktu minggu atau bulan (dibandingkan saringan pasir cepat dalam bilangan waktu hari) (Suriawiria, 2005).
3. Cara Koagulasi
dilakukan dengan penambahan bahan kimia. Bahan kimia yang umum digunakan adalah Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3.18 H2O) yang juga dikenal dengan nama
tawas (Suriawiria, 2005). 4. Biofilter
Biofilter sebagai salah satu cara didalam pengolahan buangan dengan menggunakan tanaman memiliki rizhosfera mempunyai kemampuan untuk menguraikan benda-benda organik ataupun anorganik di sekitar akarnya, mempunyai kemampuan untuk :
a. Menurunkan nilai BOD (Kebutuhan Oksigen Biokimia) ataupun COD (Kebutuhan Oksigen Kimia) air buangan;
b. Meningkatkan nilai DO (Kelarutan Oksigen) air buangan;
c. Menguraikan bena-benda organik ataupun anorganik di dalam air buangan;
d. Reduksi terhadap beberapa jenis ion logan seperti Na+ dan Mg2+ yang terkandung di dalam air payau;
e. Perubahan nilai pH pada air buangan;
f. Penurunan kandungan logam berat, khususnya dalam bentuk Hg, Pd dan Zn di dalam air buangan (Suriawiria, 2005).
Untuk mengetahui kemampuan atau jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai biofilter, dapat dilakukan percobaan dengan menggunakan :
a. bak air bertahap b. bak air datar
yang akan diukur. Misalnya reduksi BOD/COD, kandungan ion logam, dan sebagainya – peningkatan nilai DO, perubahan nilai pH, dan sebagainya atau pada jarak tertentu dari bak (Suriawiria, 2005).
Penggunaan di lapangan, bak pengolahan berbentuk kolam, dengan ukuran panjang 10 meter, lebar 6-8 meter dan kedalaman kolam 1 meter yang diisi dengan tanah campur pasir 25-30 meter, tebalnya dari bagian dasar serta ketinggian air dari dasar antara 50-60 cm.
Maksud campuran tanah dengan pasir ialah agar sifat porositas (resapan) air lebih baik, sehingga kontak antara air buangan dan akar tanaman akan lebih baik lagi (Suriawiria, 2005).
2.6 Metode Most Probable Number (MPN)
Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam contoh biasanya digunakan metode Most Probeble Number (MPN) dengan cara fermentasi tabung ganda.
Metode MPN dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba jenis tertentu yang terdapat di antara mikroba-mikroba lainnya. Sebagai contoh penggunaan Lactose Broth dan tabung durham dapat digunakan untuk menghitung jumlah bakteri yang dapat memfermentasi laktosa membentuk gas, misalnya bakteri koliform (Fardiaz, 1993).
Most Probable Number dalam bidang kesehatan masyarakat dari
diperoleh suatu larutan dimana tidak dijumpai sel lagi yaitu dikatakan steril (Buckle dkk, 1985).
Keuntungan dari metode MPN ini adalah:
1. Dapat dibuat sangat peka dengan penggunaan volume inokulum contoh yang lebih besar dari 1,0 ml/tabung.
2. Bahan-bahan dapat dipersiapkan untuk tugas lapangan.
3. Media pertumbuhan selektif dapat digunakan untuk menghitung jenis mikroorganisme yang diharapkan di antara jenis-jenis lainnya yang ada dalam bahan pangan tersebut.