BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, biaya pelayanan kesehatan semakin meningkat sebagai akibat berbagai faktor, diantaranya perubahan pola penyakit dan pola pengobatan, peningkatan penggunaan teknologi canggih, meningkatnya tuntutan pasien dan perubahan ekonomi secara global. Di lain pihak ketersediaan biaya kesehatan masih terbatas, karena kemampuan pemerintah masih terbatas dan peran masyarakat masih belum maksimal. Sementara itu sesuai dengan kebijakan pemerintah diharapkan untuk dapat lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Untuk mengantisipasi tantangan tersebut diperlukan penelitian untuk diaplikasikan dalam peningkatan efisiensi atau penggunaan dana secara rasional (Rahmadina, 2010).
tidak tepat. Penulisan resep dan penggunaan antibiotika yang tidak tepat cenderung meluas (Lestari, dkk., 2011).
Dampak negatif yang sangat berbahaya dari penggunaan antibiotika secara irrasional adalah dengan muncul dan berkembangnya kuman-kuman kebal antibiotika atau terjadinya resistensi antibiotika. Dengan demikian mengakibatkan pengobatan menjadi tidak efektif, peningkatan morbiditas maupun mortalitas pasien dan meningkatnya biaya parawatan kesehatan. Dampak tersebut harus dievaluasi bersama dengan cara yang efektif, antara lain dengan menggunakan antibiotika secara rasional, dan melakukan monitoring penggunaan antibiotika terutama di rumah sakit yang merupakan tempat paling banyak ditemukan penggunaan antibiotika (Lestari, dkk., 2011).
Salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang yang penatalaksanaannya membutuhkan terapi antibiotika adalah pneumonia. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2007 menunjukkan bahwa tahun 2007 kematian pada balita tertinggi adalah akibat pneumonia yaitu 4,6 per 1000 balita. Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyebabkan peradangan akut parenkim paru - paru dan pemadatan eksudat pada jaringan paru. Bakteri penyebab utama adalah Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus untuk bakteri yang tergolong gram positif dan Haemophilus influenza, Klebsiella pneumoniae, Mycobacterium tuberkulosis untuk bakteri yang tergolong gram negatif
(Suharjono, dkk., 2009).
merupakan risiko tinggi untuk pneumonia, hal ini tergantung kepada keadaan penderita dan berdasarkan tempat mereka berada. Pada orang - orang yang tinggal di rumah sendiri insidens pneumonia berkisar antara 25 - 44 per 1000 orang dan yang tinggal di tempat perawatan 68 - 114 per 1000 orang (Anonim, 2011).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dan United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) tahun 2006 dalam
“pneumonia: The Forgotten Killer of Children”, Indonesia menduduki peringkat ke- 6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa. Diperkirakan sekitar sepuluh dari total kasus kematian pada anak yang menderita pneumonia di dunia disebabkan oleh bakteri pneumococcus (Anonim, 2011).
Tujuan farmakoekonomi adalah memberikan informasi yang dapat membantu para pengambil keputusan dalam menentukan pilihan atas beberapa alternatif pengobatan yang tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis. Kini informasi farmakoekonomi dianggap sama pentingnya dengan informasi yang terkait khasiat dan keamanan obat dalam menentukan pilihan obat yang akan digunakan. Farmakoekonomi dapat diaplikasikan baik dalam skala mikro misalnya untuk mementukan pilihan terapi seorang pasien dalam suatu penyakit, maupun skala makro misalnya dalam menentukan obat yang akan disubsidi atau yang akan dimasukkan kedalam formularium (Eisenberg, dkk., 1994).
akan dipilih adalah berdasarkan discounted unit cost dari masing-masing alternatif program sehingga program yang mempunyai discounted unit cost terendahlah yang akan dipilih oleh para pengambil keputusan (Tjiptoherijanto dan Soesetyo, 2008).
Hasil akhir perhitungan cost effectiveness dapat juga berupa cost effectiveness average ratio (CEA ratio) yang rasio antara perkiraan biaya
kegiatan tertentu dengan jumlah efek atau hasil (out put). Jadi, keputusan akhir dalam memilih antara alternatif kegiatan adalah membandingkan cost effectiveness average ratio (CEA ratio) dari tiap-tiap kegiatan (Phillips, 2009).
Penggunaan antibiotika yang tidak rasional akan meningkatkan pengeluaran biaya baik bagi pasien maupun bagi rumah sakit dan pemerintah. Hal ini memicu perlunya gambaran cost effectiveness pada pengobatan pneumonia. Harga antibiotika termasuk mahal dibandingkan obat lain, jika pemberian dan penggunaan antibiotika tidak rasional akan memperlama kesembuhan pasien, sehingga memperbesar biaya rawatan pasien. Untuk itu perlu dilakukan analisis farmakoekonomi penggunaan antibiotika pada pasien pneumonia rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik (RSUP HAM).
1.2 Kerangka Pikir Penelitian
Adapun kerangka pikir penelitian ini ditunjukkan pada bagan dibawah ini:
Variabel bebas Variabel terikat
Variabel bebas adalah yang mempengaruhi varibel terikat. Pada penelitian ini variabel bebas adalah:
a. Biaya langsung medis berupa biaya perawatan (pasien yang menggunakan
Jaminan Kesehatan Masyarakat), biaya laboratorium (pemeriksaan urin dan darah rutin), biaya tindak medis, dan biaya obat
b. Nilai WBC (White Blood Cell)
Variabel terikat adalah yang dipengaruhi oleh variabel bebas dan akan berubah karena variabel bebas (Saryono, 2008).
Dalam hal ini variabel terikat adalah Length Of Stay (LOS) atau kesembuhan pasien yang di lihat dari lama rawat inap pasien di rumah sakit.
1.3 Perumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian adalah: a. apakah terdapat variasi demografi pada pasien pneumonia yang di rawat
inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik?
b. apakah ada perbedaan efektivitas biaya diantara pasien pneumonia pengguna antibiotika yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik?
Nilai WBC (White Blood Cell) Biaya Langsung Medis
Length Of Stay
c. apakah ada perbedaan penggunaan model terapi antibiotika diantara pasien pneumonia yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik? 1.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah:
a. terdapat variasi berdasarkan jenis kelamin, usia, lama rawat inap, dan penggunaan model terapi pada pasien pneumonia yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat HAji Adam Malik.
b. ada perbedaan efektivitas biaya diantara pasien pneumonia pengguna antibiotika yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik. c. ada perbedaan penggunaan model terapi antibiotika diiantara pasien
pneumonia yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan hipotesis, tujuan penelitian ini adalah untuk:
a. mengetahui demografi pasien pneumonia rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.
b. mengakses model pengobatan pada pasien pneumonia rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini:
a. bagi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien pneumonia Rumah Sakit Umum Pusat haji Adam Malik.
b. bagi manajemen Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, diharapkan dapat memberikan gambaran pengetahuan tentang analisis biaya penggunaan antibiotika dan biaya pengobatan secara umum untuk pneumonia di rawat inap, serta untuk mengetahui hubungan jenis antibiotika dengan lama rawatan pasien dan tingkat kesembuhan.
c. dapat dijadikan bahan pertimbangan terhadap pemberian antibiotika pada pasien pneumonia rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.