• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Status Sosial Ekonomi terhadap Partisipasi Politik Masyarakat (Studi Kasus: Desa Hutauruk Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Status Sosial Ekonomi terhadap Partisipasi Politik Masyarakat (Studi Kasus: Desa Hutauruk Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara)"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT

(Studi Kasus: Desa Hutauruk Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara)

SKRIPSI OLEH

NOVITA POLINA SITOMPUL 030906054

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAKSI

Pengaruh Status Sosial Ekonomi terhadap Partisipasi Politik Masyarakat (Studi Kasus: Desa Hutauruk Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara)

Nama : Novita Polina Sitompul NIM : 030906054

Departemen : Ilmu Politik

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Tony P. Situmorang, MA

Partisipasi Politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang, untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan cara memilih pemimpin secara langsung ataupun tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah. Partisipasi Politik senantiasa mengacu pada semua bentuk kegiatan yang dilakukan dengan cara terorganisir maupun tidak, yang ditujukan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Partisipasi politik dinilai secara berbeda-beda di dalam masyarakat yang berbeda-beda. Dimana hal itu dianggap sebagai tujuan yang perlu dicapai, perluasan partisipasi poilitik melibatkan biaya dan konsesi ditinjau dari segi tujuan – tujuan lain, dan biaya- biaya, serta konsesi-konsesi itu berada di antara masyarakat- masyarakat yang berlainan pada tingkat yang berlainan dari modernisasi atau pembangunan secara keseluruhan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran, sejauh manakah pengaruh status sosial ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat di Desa Hutauruk, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh dari status sosial ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat di Desa Hutauruk ini. Pengaruh itu lebih kepada kualitas partisipasi masyarakat dalam keikutsertaannya berpolitik, dengan kata lain dapat dikatakan status sosial ekonomi akan mengkotakkan masyarakat kedalam niat/motivasi apa yang menimbulkan masyarakat untuk berpolitik.

(3)

ABSTRAKSI

Pengaruh Status Sosial Ekonomi terhadap Partisipasi Politik Masyarakat (Studi Kasus: Desa Hutauruk Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara)

Nama : Novita Polina Sitompul NIM : 030906054

Departemen : Ilmu Politik

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Tony P. Situmorang, MA

Partisipasi Politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang, untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan cara memilih pemimpin secara langsung ataupun tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah. Partisipasi Politik senantiasa mengacu pada semua bentuk kegiatan yang dilakukan dengan cara terorganisir maupun tidak, yang ditujukan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Partisipasi politik dinilai secara berbeda-beda di dalam masyarakat yang berbeda-beda. Dimana hal itu dianggap sebagai tujuan yang perlu dicapai, perluasan partisipasi poilitik melibatkan biaya dan konsesi ditinjau dari segi tujuan – tujuan lain, dan biaya- biaya, serta konsesi-konsesi itu berada di antara masyarakat- masyarakat yang berlainan pada tingkat yang berlainan dari modernisasi atau pembangunan secara keseluruhan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran, sejauh manakah pengaruh status sosial ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat di Desa Hutauruk, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh dari status sosial ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat di Desa Hutauruk ini. Pengaruh itu lebih kepada kualitas partisipasi masyarakat dalam keikutsertaannya berpolitik, dengan kata lain dapat dikatakan status sosial ekonomi akan mengkotakkan masyarakat kedalam niat/motivasi apa yang menimbulkan masyarakat untuk berpolitik.

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Partisipasi Politik masyarakat adalah dimensi yang bisa dikatakan paling banyak dibahas oleh mahasiswa/i Departemen Ilmu Politik, dan tidak dapat dipungkiri pembahasan mengenai Partisipasi adalah persoalan menarik untuk diperbincangkan dan dibahas lebih lanjut dan diharapkan dengan penyajian penelitian ini dapat menambah wawasan baru mengenai partisipasi politik itu sendiri, melalui partisipasi politik yang diartikan sebagai:

Kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi- pribadi, yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah, partisipasi bisa bersifat individual maupun kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadic, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau tidak efektif.1

1

Samuel P. Huntington; Joan M. Nelson, Partisipasi Politik Di Negara Berkembang, Rineka Cipta, Jakarta, 1990, hal.5.

(5)

Pada penelitian ini Peneliti akan coba menggambarkan mengenai pemahaman demokrasi itu secara empiric (procedural democracy) salah satunya dari sudut pandang partisipasi masyarakat. Pada penelitian ini akan dilihat bagaimana status ekonomi dapat mempengaruhi partisipasi seseorang dalam berpolitik. Semua orang akan mempunyai kecenderungan memiliki sifat “manusia ekonomi”, makna manusia ekonomi adalah bagaimana individu mengambil keputusan bagi dirinya ketika dihadapkan pada kelangkaan sumber daya. jika tidak ada kelangkaan, maka tidak ada keputusan ekonomi dengan sifat manusia ekonomi. Tidak ada keputusan ekonomi dalam keadaan dimana sumber daya alam melimpah. Secara tekhnis, konsep ini bisa digambarkan dalam fungsi utilitas dimana individu terus memenuhi kepentingan pribadinya (self interest). Sifat ini bermakna sangat mendasar sehingga tidak ada satu individupun yang bebas dari sifat ini (kecuali yang tidak normal). Self interest adalah sifat yang manusiawi, yang tidak dapat dicabut atau dibatasi semena- mena oleh siapapun.

Pada penelitian ini, agar lebih objektif, peneliti memilih Desa Hutauruk di Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara sebagai tempat penelitian, karena berdasarkan katalog Badan Pusat Statistik (BPS) secara umum jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Sipoholon berada di desa ini, dan secara khusus mata pencarian penduduk tentu lebih beragam dan hal ini akan memebedakan status sosial ekonomi seseorang.

(6)

yang akan ditelitinya”2

2

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Prenada Media, Jakarta, 2005, hal. 53.

, yang mencakup antara lain: 1.penelitian sesuai dengan minat peneliti; 2. penguasaan teori seputar masalah; 3. sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari; 4. cukup banyak penelitian sebelimnya tentang masalah

tersebut; 5. berdasarkan pertimbangan waktu; 6. pertimbangan biaya; 7. situasional masyarakat menyambut baik masalah tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh status sosial ekonomi terhadap partisipasi politiknya, bagaimana masyarakat menggeluti politik ditengah- tengah kemelut pemenuhan kebutuhan hidupnya. Adapun judul penelitian ini adalah: “Status sosial ekonomi dan Partisipasi Politik ”. Dimana penelitian ini merupakan suatu penelitian penjelasan (explanatory atau confirmatory research) pada Desa Hutauruk Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(7)

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran, sejauh manakah pengaruh status sosial ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat di Desa Hutauruk Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara.

1.3.2. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pemerintah sebagai pengambil kebijaksanaan, bagi organisasi politik seperti Partai Politik maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), tentang bagaimana upaya- upaya yang harus dilakukan guna meningkatkan partisipasi politik masyarakat.

2. Bagi Peneliti/ Akademis lain, sebagai masukan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni (IPTEKS), jika melakukan penelitian yang berhubungan.

3. Bagi masyarakat, dapat menambah masukan tentang pentingnya partisipasinya dalam berpolitik.

1.4. KERANGKA TEORI

(8)

peneliti perlu menyususun kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih.” 3

“Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep dan konstruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep Ringkasnya, teori adalah hubungan satu konsep dengan konsep lainnya untuk menjelaskan gejala tertentu. “

Selanjutnya Singarimbun menyebutkan bahwa

4

Berdasarkan buku Samuel P. Huntington dan Joan Nelson 1.4.1. Partisipasi Politik

Partisipasi yang meluas merupakan ciri khas modernisasi politik. Istilah Partisipasi politik telah diartikan dalam berbagai arti, apakah partisipasi politik itu hanya prilaku atau mencakup pula sikap- sikap dan persepsi yang merupakan syarat mutlak bagi perilaku partisipasi.

5

Kedua, yang diperhatikan dari partisipasi politik adalah kegiatan politik warganegara preman, atau lebih tepat lagi, perorangan- perorangan dalam peranan mereka sebagai warganegara preman. Dengan demikian ada hubungan antara partisipasi- partisipasi politik dan orang- orang professional di bidang politik.

, penulis merangkum defenisi inti yang perlu dicatat dalam Partisipasi Politik, yakni sebagai berikut:

Pertama, ia mencakup kegiatan- kegiatan akan tetapi tidak sikap- sikap. Dimana kegiatan politik adalah yang objektif dan sikap- sikap politik yang subyektif.

3

Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Sosial, Gajah Mada University Press, Yokyakarta,1987, hal. 40.

4

Masri Singarimbun; Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survai, Penerbit LP3ES, Jakarta, 1982, hal. 40.

5

(9)

Ketiga, yang menjadi pokok perhatian dalam partisipasi politik adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. Usaha- usaha untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah dapat melibatkan usaha membujuk atau menekan pejabat- pejabat untuk bertindak (atau tidak bertindak) dengan cara- cara tertentu.

Keempat, menurutnya bahwa partisipasi politik mencakup semua kegiatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pemerintah, tak peduli apakah kegiatan itu benar- benar mempunyai efek. Seorang partisipan politik dapat berhasil atau tidak akan dapat berkuasa atau tidak. Dalam pengertian ini, maka kebanyakan partisipan politik mempunyai kekuasaan yang kecil saja, dan hanya beberapa partisipan saja yang mencapai sukses yang cukup besar dalam politik.

(10)

bahwa tingkat partisipasi politik di suatu Negara bervariasi sejalan dengan tingkat pembangunan ekonominya”6

Partisipasi politik itu hanya perilaku, atau mencakup sikap- sikap dan persepsi- persepsi (misalnya persepsi seseorang tentang relevansi politik bagi urusannya sendiri). Jika ditelusuri lagi secara spesifik, di dalam bukunya akhirnya didefenisikan bahwa partisipasi politik tidak hanya mencakup kegiatan yang oleh pelakunya sendiri dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah, akan tetapi juga kegiatan yang oleh orang lain di luar si pelaku dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. Yang pertama dapat dinamakan partisipasi otonom, yang terakhir partisipasi yang dimobilisasikan. Masalah niat, dan persoalan yang berkaitan dengannya, yakni motivasi- motivasi partisipasi politik merupakan hal yang kompleks dan kontroversial.

Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam bukunya menuliskan lebih lanjut, bahwa partisipasi politik telah digunakan dalam berbagai arti, adapun pengertian tersebut adalah sebagai berikut:

7

Banyak orang bertindak, seperti: memberikan, demonstrasi yang merupakan jenis partisipasi tidak merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan keinginan sendiri melainkan dikarenakan adanya perintah orang lain yang disebut istialh “Ward Boss”, istilah ini digunakan untuk orang- orang yang dengan menggunakan paksaan, persuasi, atau rangsangan- rangsangan materi mereka yang digunakan untuk memobilisasi orang- orang lain dalam usaha mengejar sasaran mereka. Dalam beberapa studi secara eksplisif tidak menganggap tindakan yang dimobilisasi atau yang dimanipulasikan sebagai partisipasi politik. Contohnya: memberikan suara dalam pemilihan- pemilihan dimana

6

Samuel P. Huntington, Ibid, hal. 59.

7

(11)

warganegaranya tidak dapat memilih diantara calon- calon karena hanya ada satu calon tunggal.

Banyak tanggapan mengenai apa itu partipasi politik, jadi jelaslah, bahwa banyak partisipasi di dalam sistem- sistem politik yang demokratis dan kompetitif mengandung suatu unsur tekanan dan manipulasi. Dalam penelitian ini, partisipasi yang dimobilisasi dan yang otonom bukan merupakan kategori- kategori dikotomis yang dapat dibedakan dengan satu tujuan satu sama lain. Yang benar keduanya adalah satu spectrum, terdapat perbedaan yang bersifat arbiter dan batas- batasnya tidak jelas. Maka dalam penelitian ini, peneliti akan melihat partisipasi politik masyarakat yang terlihat atau yang dilakukan baik secara otonom maupun dimobilisasi yang ukurannya dapat dilihat dari bentuk partisipasi politik itu sendiri.

1.4.1.1. Pengertian Partisipasi Politik

Sebagai defenisi yang umum, sesuai dengan yang diartikan oleh Miriam Budiarjo8

8

Miriam Budiarjo, Partisipasi dan Partai Politik, PT Gramedia, Jakarta, 1982, hal. 12.

(12)

ditujukan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah memilih penguasa Negara atau para pemimpin politik dan pemerintahan.

Partisipasi Politik masyarakat berkaitan erat dengan demokrasi suatu Negara.9

“Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum”

Demokrasi adalah tatanan politik yang memiliki liberalisasi dan partisipasi yang tinggi. Karya Moore (1940-an) menjelaskan inti dari transformasi yang lebih dikenal dengan istilah “modernisasi” adalah industrialisasi kapitalis dan komersialisasi pertanian. Kelas sosial utama yang diperhatikan Moore adalah kelas Priyayi, pemilik tanah, petani dan borjuis kota. Tesis yang diajukan Moore adalah bahwa proses demokratisasi suatu bangsa sangat dipengaruhi ketiga kelas sosial itu, dengan Negara pada masa berlangsungnya proses modernisasi.

Selain itu, menurut Herbert Mc.Closky dalam international encyclopedia of the sosial science.

10

“Partisipasi politik adalah kegiatan pribadi warga negara yang legal yang sedikit banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi seleksi pejabat- pejabat Negara dan atau tindakan- tindakan yang diambil oleh mereka.”

Menurut Norman H. Nie dan Sidney Verba dalam Handbook of political science:

11

9

Mohtar Mas’oed, Negara, Kapital dan Demokrasi, Pustaka Pelajar, Yokyakarta, 2003, hal. 43.

10

Miriam Budiarjo, op cit, hal. 183. (yang dikutipnya dari Herbert Mc. Closky, “Political Participation” Internasional Encylopedia of the science, The Macmillan Company and the Free Press, New York, 1972, hal. 252.)

11

Norman H.Nie, Political Participation, Handbook og Political Science, Fred 1, Reading (Mass:

(13)

1.4.1.2. Bentuk- Bentuk Partisipasi Politik

Bentuk partisipasi politik masyarakat menurut Miriam Budiarjo adalah:

Partisipasi Politik dapat bersifat aktif dan pasif, bentuk yang paling sederhana dari partisipasi politik aktif adalah ikut memberikan suara dalam pemilu, turut serta dalam demonstrasi dan memberikan dukungan keuangan dengan memberikan dukungan keuangan dengan memberikan sumbangan. Sedangkan bentuk partisipasi pasif adalah bentuk partisipasi yang sebentar- sebentar. Misalnya bentuk diskusi, politik informal oleh individu- individu dalam keluarga masing- masing, di tempat kerja, atau diantara sahabat- sahabatnya.12

• Partisipasi politik aktif mencakup kegiatan warganegara mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berbeda kepada pemerintah, mengajukan saran perbaikan untuk meluruskan kerjasama, membayar pajak, dan ikut dalam kegiatan pemilihan pimpinan pemerintah.

Menurut Ramlan Surbakti, bentuk partisipasi dibedakan menjadi partisipasi aktif dan partisipasi pasif.

• Sedangkan Partisipasi pasif antara lain berupa kegiatan menaati peraturan pemerintah, memahami dan melaksanakan begitu saja setiap keputusan pemerintah.13

1.4.1.3. Jenis- Jenis Perilaku dalam Partisipasi Politik

Menurut Milbrath dan Goel, membedakan partisipasi politik menjadi beberapa kategori prilaku:

• Apatis, adalah orang yang menarik diri dari proses politik

• Spektator, yaitu berupa orang- orang yang setidaknya pernah ikut dalam Pemilu.

12

Miriam Budiarjo, op.cit, hal. 10.

13

(14)

• Gladiator, yaitu orang yang selalu aktif terlibat dalam proses politik

• Pengkritik, yaitu orang- orang yang berpartisipasi dalam bentuk konvensional.14

Skema suatu jenis partisipasi politik menurut Michael Rush dan Philip Althof dari yang tertinggi sampai terendah:

Menduduki jabatan politik atau administratif. Mencari jabatan politik/ administratif

Keanggotaan aktif suatu organisasi politik Keanggotaan pasif suatu organisasi politik

Keanggotaan aktif suatu organisasi semu politik (quasi political) Keanggotaan pasif suatu organisasi semu politik (quasi political) Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya

Partisipasi dalam diskusi politik informal, minat umum dalam politik Votting (pemberian suara)

Apathi total

(Sumber: Adaptasi dari buku Michael Rush; Philip Adolf, Pengantar Sosiologi Politik;1993;124)

Menurut Samuel P. Huntington, jenis- jenis prilaku politik antara lain sebagai berikut:

• Kegiatan Pemilihan, mencakup suara, akan tetapi juga sumbangan- sumbangan dalam kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempenagruhi hasil proses pemilihan.

• Lobbying, mencakup upaya- upaya perorangan atau kelompok untuk menghubungi pejabat- pejabat pemerintahan dan pemimpin- pemimpin

14

(15)

politik dengan maksud mempengaruhi keputusan- keputusan mereka mengenai persoalan yang menyangkut sejumlah besar orang.

• Kegiatan organisasi, menyangkut partisipasi sebagai anggota atau pejabat dalam suatu organisasi yang tujuannya yang utama dan eksplisit adalah mempengaruhi keputusan pemerintah.

• Mencari koneksi (contacting), merupakan tindakan perorangan yang ditujukan terhadap pejabat- pejabat pemerintahan dan biasanya dengan maksud memperoleh manfaat bagi hanya satu atau segelintir orang.

• Tindakan kekerasan (violence), juga dapat berupa partisipasi politik yakni upaya untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah dengan jalan menimbulkan kerugian fisik terhadap orang- orang atau harta benda. Kekerasan dapat ditujukan untuk mengubah pimpinan politik (kudeta, pembunuhan), mempengaruhi kebijaksanaan- kebijaksanaan pemerintah (huru-hara, pemberontakan), atau mengubah seluruh system politik (revolusi).15

1.4.1.4. Faktor – faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat Faktor- faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat16

1. Faktor Sosial ekonomi. Status sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan pekerjaan.

, antara lain :

2. Faktor Politik, yang meliputi: a. Komunikasi Politik, komunikasi politik adalah suatu komunikasi yang mempunyai konsekuensi politik baik secara aktual maupun potensial, yang mengatur kelakuan manusia dalam keberadaan suatu konflik. b. Kesadaran Politik, kesadaran politik menyangkut pengetahuan, minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarkat dan politik. c. Pengetahuan Masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan. d. Kontrol masyrakat terhadap kebijakan

15

Samuel P. Huntington, op. cit, hal.16-18.

16

(16)

public yakni masyarakat menguasai kebijakan public dan memiliki kewenangan untuk mengelola suatu objek kebijakan tertentu.

3. Faktor fisik individu dan lingkungan faktor fisik individu sebagai sumber kehidupan termasuk fasilitas serta ketersediaan pelayanan umum. Faktor lingkungan adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya,keadaan, kondisi dan makhluk hidup, yang berlangsungnya berbagai kegiatan interaksi sosial antar berbagai kelompok beserta lembaga dan pranatanya. 4. Faktor nilai Budaya, nilai budaya politik atau civic culture merupakan

basis yang membentuk demokrasi, hakekatnya adalah politik baik ketika politik maupun teknik atau peradaban masyarakat. Faktor nilai budaya menyangkut persepsi, pengetahuan, dikap dan kepercayaan politik. Kebijakan, Implementasi dan evaluasi dampaknya. Kebijakan adalah bagian keputusan politik yakni program prilaku untuk mencapai tujuan pemerintah- masyarakat.

1.4.2. Status Sosial Ekonomi

“Status ekonomi sosial adalah kedudukan seorang warga Negara dalam pelapisan sosial yang disebabkan oleh pemilikan kekayaan. Pemilikan kekayaan di dalam masyarakat sebagai dasar di dalam menentukan tinggi rendahnya status sosial ekonomi individu dalam masyarakat.”17

Minat politik bertambah bersamaan dengan bertambahnya kondisi sosial ekonomi. Hal ini diungkapkan Samuel- Nelson dalam bukunya. Semakin tinggi faktor sosial ekonomi, maka ia pun semakin tertarik terlibat dalam politik

17

(17)

pembangunan desa seara motorik, dan perhatian yang lebih besar dalam pembangunan desa serta lebih banyak untuk mempengaruhi keputusan program pembangunan yang diambil oleh pemerintah desa.

Hubungan yang erat dan pengaruh yang positif, kuat dan signifikan antara faktor sosial ekonomi dengan partisipasi politik masyarakat terutama di desa pada khususnya sesuai dengan apa yang dibahas nantinya dalam skripsi ini. Indikator pendapatan tentu berkaitan langsung dengan pekerjaan yang mempengaruhi pola partisipasi masyarakat dan ini mempengaruhi pola pikir secara tidak langsung demikian juga pendidikan. Di kebanyakan Negara, pendidikan tinggi sangat mempengaruhi partisipasi politik, karena pendidikan lebih tinggi dapat memberikan informasi tentang politik dan persoalan politik, bisa mengembangkan kecakapan menganalisis dan menciptakan minat dan kemampuan berpolitik juga di banyak Negara, lembaga pendidikan dan kurikulumnya sengaja berusaha mempengaruhi proses sosialisasi politik kaum muda. Di samping itu orang yang berpendapatan dan mempunyai pekerjaan yang tinggi lebih aktif daripada yang berstatus rendah.

(18)

yang demokratis terletak dalam keterbelakangan sosio- ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu penting pembangunan sosio- ekonomi yang cepat, yang akan menaikkan kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan dalam masyarakat itu dan dengan begitu memungkinkan suatu distribusi kekayaan yang lebih adil, memajukan kestabilan politik, dan meletakkan landasan bagi partisipasi politik yang lebih luas dan sistem pemerintahan yang lebih demokratis.

1.5. HIPOTESIS

Ternyata memang ada asumsi bahwa status sosial ekonomi mempengaruhi partisipasi politik masyarakat, hal ini tercermin dalam tingkah laku (pola hidup) masyarakat yang cenderung kepada penentuan kebutuhan pribadi dibandingkan dengan partisipasinya dalam berpolitik.

Dengan bertitik tolak dari anggapan dasar tersebut maka dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai hipotesis yaitu:

“Adanya pengaruh status sosial ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat, dimana semakin rendah tingkat sosial ekonomi maka akan semakin rendah pula partisipasinya dalam berpolitik”

Hipotesis tersebut di atas dapat dirumuskan dalam bentuk geometrik sebagai berikut:

Variabel Bebas (x) Variabel terikat (y) STATUS SOSIAL

EKONOMI

(19)

Sedangkan Indikator- indikator yang perlu diperhatikan dari setiap variable adalah:

Indikator- indikator dari status sosial ekonomi, antara lain: - Pekerjaan

- Tingkat Pendapatan - Tingkat Pendidikan

Indikator- indikator dari partisipasi politik, dilihat dari hirarki partisipasi politik yang paling terendah antara lain:

- Kegiatan Pemilihan - Lobbying

- Kegiatan organisasi - Mencari koneksi - Tindakan kekerasan

1.6. DEFENISI KONSEP

“Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting dan merupakan defenisi yang dipakai para ahli untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial ataupun alami.”18

Kedudukan yang dimiliki oleh masyarakat/ individu di tengah- tengah masyarakat itu atau dengan pengertian lain Sistem Sosial Ekonomi adalah 1.6.1. Status Sosial Ekonomi

18

(20)

merupakan seperangkat nilai yang menempatkan seseorang pada kedudukan tertentu, yaitu

- Pekerjaan - Pendapatan - Pendidikan

Status sosial ekonomi dimaknai sebagai kondisi seseorang dalam lingkungan sosial masyarakat tentang bagaimana kesempatan – kesempatan yang dimilikinya dalam pelapisan sosial, yaitu yang diukur dari tingkat pendapatan, pekerjaan dan pendidikannya.

1.6.2. Partisipasi Politik

Partisipasi Politik dimaknai sebagai tingkat keikutsertaan seseorang dalam kegiatan untuk mempengaruhi ataupun juga dipengaruhi dalam kebijakan politik Negara.

1.7. DEFENISI OPERASIONAL

Defenisi operasional yaitu unsur yang sangat membantu komunikasi antar penelitian, yang merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur. Dengan membaca defenisi operasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan mengetahui pengukuran variabel, sehingga dapat mengetahui baik buruknya pengukuran tersebut.19

19

(21)

Adapun defenisi operasional yang diuraikan adalah sebagai berikut: 1.Status sosial ekonomi, dengan indikatornya, antara lain:

a. Tingkat pendidikan, jenjang pendidikan formal meliputi:

- Jenjang pendidikan dasar meliputi Sekolah Dasar (SD), sekolah luar biasa (SLB) tingkat dasar, dan sekolah menengah pertama (SMP).

- Jenjang pendidikan menengah meliputi sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (a.l. SMEA, STM, SMIP, SPG, SGA, termasuk sekolah kejuruan yang dikelolah oleh Departemen selain Depdiknas).

- Jenjang Pendidikan Tinggi meliputi, program gelar mencakup pendidikan Sarjana dan program non-gelar mencakup pendidikan Diploma.

b. Tingkat Pendapatan yaitu jumlah penghasilan yang diperoleh atas pekerjaan yang dilakukan.

c. Pekerjaan yang dimiliki,yaitu dilihat dari bagaimana kedudukan/ pekerjaan itu dihargai di masyarakat.

2. Partisipasi politik merupakan tindakan/kegiatan yang dilakukan seseorang maupun sekolompok untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik. Indikatornya, adalah sebagai berikut:

(22)

b.Partisipasi dalam perumusan kebijakan Pemerintah

c. Mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi untuk mempengaruhi pembuat kebijakan dalam perumusan kebijakan.

d.Melakukan tekanan terhadap Pembuatan kebijakan.

1.8. METODOLOGI PENELITIAN 1.8.1. Jenis/ Desain Penelitian

Adapun jenis penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. “Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif analisis bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, serbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi”20.

Dalam penelitian ini penulis memakai metode deskriptif analitis sebagai prosedur pemecah masalah yang diselidiki, dengan menggunakan keadaan/ objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta- fakta yang tepat sebagaimana adanya.

1.8.2. Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini, agar lebih objektif, peneliti memilih desa Hutauruk di Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara sebagai tempat penelitian, karena berdasarkan katalog Badan Pusat Statistik (BPS) secara umum jumlah penduduk terbanyak berada di desa ini, dan secara khusus jumlah mata pencarian lebih beragam.

20

(23)

1.8.3. Populasi dan Sampel Penelitian 1.8.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang mempunyai karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah populasi terbatas.

“Populasi terbatas, yaitu populasi yang memiliki sumber data yang jelas batas- batasnya secara kuantitatif”21

5. Lainnya : 28 orang + TOTAL 889 orang Populasi 1.8.3.2. Sampel

Maka populasi yang diambil adalah keseluruhan objek penelitian yang memiliki beberapa karakter tertentu yang berhubungan dengan penelitian yakni seluruh masyarakat Desa Hutauruk yang sudah memiliki pekerjaan.

Berdasarkan katalog Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Sipoholon, diperoleh 889 penduduk yang telah memiliki pekerjaan di Desa Hutauruk ini, adapun jumlah penduduk menurut lapangan pekerjaannya, antara lain:

1. Pertanian : 698 orang 2. Industri : 5 orang 3. PNS/ABRI : 121 orang 4. Perdagangan: 37 orang

Cara pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan sistem Propability Sampling yakni cara pengambilan yang dilakukan secara acak atau

21

(24)

random, yang digolongkan lagi ke dalam cara pengambilan acak secara Stratified random sampling (pengambilan sampel secara acak berlapis)22, dimana populasi telah dibagi atas lapisan atau stratum (jamaknya disebut strata) dan agar sampelnya juga mencerminkan lapisan pada populasi sehingga representative, maka cara pengambilan sampel dilakukan dari setiap lapisan secara acak. Walaupun istilah lapisan/ strata mengandung arti adanya tingkatan, stratified random sampling dapat diterapkan pada populasi atas golongan (misalnya: pekerjaan) yang tidak menunjuk tingkatan (seperti misalnya: jenis kelamin,agama). Dalam bukunya Metode Penelitian Survai, Singarimbun dituliskan bahwa “Beberapa peneliti menyatakan besarnya sampel, tidak boleh kurang dari 10% dan ada peneliti lain yang menyatakan bahwa besarnya sampel minimum 5 % dari jumlah satu- satuan elementer (elementary units) dari populasi”23

5. Lain lain : 28 orang, diambil ± 10 % yakni : 3 orang + TOTAL 90 orang sampel

. Maka dengan melihat derajat keseragaman dari populasi yang telah dibagi ke dalam elemen- elemen, maka peneliti mengambil 10% dari setiap elemen, yang terdiri dari:

1. Pertanian : 698 orang, diambil ± 10 % yakni : 70 orang 2. Industri : 5 orang, diambil ± 10 % yakni : 1 orang 3. PNS/ABRI : 121 orang, diambil ± 10 % yakni : 12 orang 4. Perdagangan: 37 orang, diambil ± 10 % yakni : 4 orang

22

Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, PT Remaja Ros Dakarya, Bandung, 2004, hal.62.

23

(25)

1.8.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada dasarnya merupakan suatu kegiatan operasional agar tindakannya masuk pada penelitian yang sebenarnya.

Pada penelitian ini penulis akan mengunakan metode: 1. Pengumpulan Data Primer

Yaitu: Data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian (field research) untuk mencari data- data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti, yang dilakukan melalui:

a) Metode angket, Seringpula disebut dengan metode kuesioner atau dalam

bahasa inggris disebut questionnaire (daftar pertanyaan). “Metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang

disusun secara sistematis, kemudian diberikan untuk diisi oleh responden. Setelah diisi,angket dikirim kembali atau dikembalikan ke petugas atau ke peneliti.”24

24

Irawan Soehartono, op cit, hal. 123.

(26)

b) Metode wawancara atau interview, adalah suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan responden atau orang yang diwawancara. “Inti dari metode wawancara ini ini, bahwa di setiap penggunaan metode ini selalu ada pewawancara, responden, materi wawancara, dan pedoman wawancara (yang terakhir ini tidak mesti ada)”25

2. Pengumpulan Data Skunder

Yaitu: Pengumpulan data yang dilakukan melalui studi kepustakaan, yaitu menyadur dari buku- buku, jurnal ilmiah, peraturan perundang- undangan yang relevan dengan penelitian.

1.8.5. Teknik Analisa Data

Dalam Penelitian ini teknik analisa data yang dipergunakan adalah deskriptif, yaitu suatu analisa yang berusaha memberikan gambaran yang terperinci berdasarkan kenyataan yang ditemui di lapangan. Kemudian data yang ada dikelompokkan dan disajikan dalam bentuk tabel-tabel dan uraian. Jadi penulis hanya menganalisa dengan cara menggambarkan data yang diperoleh dengan mengadakan dan memberi interpretasi.

. Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara guna melengkapi jawaban dalam kuesioner. wawancara tidak menggunakan pertanyaan yang terstruktur namun dapat dipastikan pertanyaan dalam penelitian ini yang berkaitan dengan penyusunan kategori jawaban dalam angket.

25

(27)

1.9. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I : PENDAHULUAN

(28)

penelitian dicantumkan juga ciri- ciri dari jenis penelitian deskriptif analisis ini; Lokasi Penelitian akan dirincikan mengenai lokasi penelitian mulai dari sejarahnya, luas wilayah, penduduk dan ragam mata pencarian;Tekhnik Pengumpulan Data, di sini akan dibuat secara rinci alat pengumpul data yang lazim digunakan dalam suatu penelitian, yaitu: kuesioner/ angket, wawancara, dan akan dicantumkan nantinya isi kuesione/ angket ; Populasi dan Sampel/ Informan, dalam hal ini akan dimuat populasi secara keseluruhan yakni penduduk dalam satu desa yang diteliti kemudian diambil sample berdasarkan pertimbangan- pertimbangan yang layak dipergunakan untuk mendekati keterwakilan suatu populasi; Analisa Data mencakup tentang model dan cara menganalisis data yang diperoleh dari penelitian

BAB II : DESKRIPSI LOKASI

Sejarah singkat terbentuknya desa; Keadaan Geografi dan keadaan Alam; Demografi desa Hutauruk; Desa hutauruk dalam sosial budaya, mencakup tentang fasilitas Kesehatan, Pendidikan, Agama, Adat istiadat dan tentang program Keluarga Berencana ; Pemerintahan Desa.

BAB III : PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

(29)

BAB IV : PENUTUP

Kesimpulan, berisi rangkuman atau inti yang diperoleh dalam penelitian; Saran- Saran berisi pemikiran peneliti tentang upaya- upaya yang baiknya dilakukan yang berkenaan dengan permasalahan dalam penelitian

(30)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI

2.1.SEJARAH SINGKAT TERBENTUKNYA DESAHUTAURUK

Desa Hutauruk adalah salah satu Desa dari 11 Desa dan 1 Kelurahan di Kecamatan Sipoholon, dimana pada tahun 1946 Wilayah Kecamatan Sipoholon dilepas dari Kecamatan Tarutung sehingga Wilayah Kecamatan Sipoholon dibagi atas 7 ( tujuh ) Kenegerian dan salah satu diantaranya adalah Negeri Hutauruk. Pada tahun 1952 ke Negerian Hutauruk Kecamatan Sipoholon kembali dibagi menjadi 4 ( empat ) dilingkungan yang di kepalai oleh Kepala Kantor atau Kepala Desa yakni Desa Hutauruk Parjulu, Desa Lumban Rihit, Desa Hutagurgur Partangga dan Desa Lumban Soit. Kemudian melalui SK Gubernur Sumatera Utara Nomor 140/ 3144 / Tahun 1992, tanggal 27 Oktober 1992 keempat Desa yakni Desa Hutauruk Parjulu, Desa Lumban Rihit, Desa Hutagurgur Partangga dan Desa Lumban Soit digabung menjadi 1 ( satu ) Desa yakni Desa Hutauruk.

2.2. LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM

• Dilihat dari letak ketinggian sudut geografis, desa Hutauruk terletak di

dataran tinggi yaiut 300- 1500 meter di atas permukaan laut.

• Desa Hutauruk terdiri dari 6 buah dusun + 1 lorong, dengan jumlah

penduduk 3934 jiwa dengan kepadatan penduduk 285 jiwa/km², dengan batas desa adalah sebagai berikut:

(31)

- Sebelah Selatan : Desa Hutabarat Kecamatan Tarutung - Sebelah Barat : Desa Hutapea Kecamatan Adian Koting

• Jarak desa Hutauruk ke Ibukota Kecamatan adalah 2,5 km

• Luas Wilayah Kecamatan Hutauruk dilihat dari jenis tanahnya dapat kita

lihat pada tabel

Tabel 2.1.

Luas Wilayah Desa Hutauruk (Ha)

NO WILAYAH LUAS (Ha) PERSENTASE

1 Tanah Sawah 257 18,6

2 Tanah Kering 856 62

3 Bangunan Pekarangan 44 3,2

4 Lain 223 16,2

TOTAL 1.380 100

(32)

2.3. DEMOGRAFI DESA HUTAURUK

Klasifikasi Penduduk berdasarkan umur dapat kita lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.2.

Distribusi Penduduk Desa Hutauruk (Menurut Umur)

Sumber: Laporan Kepala Desa Hutauruk

(33)

2.4. DESA HUTAURUK DALAM SOSIAL BUDAYA 2.4.1. Kesehatan

Sarana dan Prasarana kesehatan yang ada di Desa Hutauruk, adalah terdiri dari 2 Puskesmas Pembantu dan 5 Posyandu. Puskesmas Pembantu dan Posyandu fasilitasnya belum begitu lengkap, maka pasien biasanya akan dirujuk ke RS.

Umum Tarutung (yang terletak di Ibukota Kabupaten) yang berjarak ± 2,5 Km, yang bisa ditempuh hanya dengan waktu 10- 15 menit.

Tenaga kesehatan yang ada di Desa Hutauruk ini, menurut Katalog BPS Sipoholon terdiri dari Bidan 8 orang dan Perawat 2 orang. Berdasarkan data tenaga kerja kesehatan tersebut dapat dikatakan bahwa fasilitas kesehatan yang ada di desa Hutauruk ini masih sangat kurang, namun dilihat dari jarak desa ini ke Rumah Sakit Umum Tarutung yang berjarak ± 2,5 Km bisa dikatakan tidak terlalu jauh dengan fasilitas kesehatan, sehingga memudahkan akses pelayanan kesehatan yang baik dapat terlaksana dengan cepat dan mudah.

2.4.2. Pendidikan

Bahwa pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan saat ini adalah dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya. Ini berarti bahwa pembangunan itu harus menyentuh seluruh masyarakat Indonesia.

Untuk mencapai kesemuanya itu, pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa pada umumnya, dan daerah pada khususnya.

(34)

akan semakin tinggi pula aspirasinya terhadap pembangunan, dan dengan demikian hal ini akan membawa dampak yang positif terhadap pembangunan.

Jumlah Sekolah di Desa Hutauruk ini, SD Negri sebanyak 5 sekolah dan SMP Negri sebanyak 1 sekolah, SMU dapat dijumpai di beberapa desa yang berada dekat dengan desa Hutauruk ini yang jaraknya ± 1- 3 Km, jadi dapat ditempuh dengan mudah. Berdasarkan Laporan dari Kepala Desa Hutauruk, pada umumnya penduduk desa Hutauruk telah terbebas dari buta huruf, lebih jelasnya dapat diklasifikasikan menurut tingkat pendidikannya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3.

Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

NO Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1

(35)

2.4.3. Agama

Sebagian besar penduduk Hutauruk menganut agama Kristen, adapun perinciannya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4.

Penduduk Berdasarkan Agama

NO AGAMA JUMLAH PERSENTASE

1 Islam 51 1,3

2 Katolik 177 4,5

3 Kristen 3706 94,2

4 Hindu - -

5 Budha - -

Total 3934 100

Sumber: Katalog BPS Sipoholon

Di desa ini penduduk yang menganut agama yang berbeda, hidup saling rukun dan tidak ada pembedaan antara mayoritas maupun minoritas.

2.4.4. Adat Istiadat

(36)

bersikap hati- hati kepada saudara semarga, dan Elek marboru artinya sifat membujuk kepada saudara perempuan.

Dalihan Natolu menjadi pedoman bermasyarakat dalam kehidupan sehari- hari bagi orang batak, terutama pada pesta- pesta adapt seperti upacara ฀dapt perkawinan, kelahiran, meninggal dan lain- lain.

2.4.5. Keluarga Berencana

Program KB pada Desa Hutauruk ini sudah mulai diminati atau sudah mulai dicanangkan dalam setiap keluarga di Sipoholon. Hal ini dapat kita lihat dari jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) menurut umur istri:

o < 20 tahun = - o 20-29 tahun = 61 o > 30 tahun = 322 383 orang

(37)

2.4.6. Perekonomian

Penduduk Desa Hutauruk sebagian besar adalah petani, hal ini dapat kita lihat dari :

Tabel 2.5.

Penduduk Berdasarkan Pekerjaan NO Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase

1

(38)

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Dalam BAB ini, penulis menyajikan data yang diperoleh selama melaksanakan penelitian di Desa Hutauruk Kecamatan Sipoholon. adapun data atau informasi yang disajikan yaitu data yang diperoleh penulis melalui kuesioner/angket dengan sistem pertanyaan terbuka.

Teknik pengumpulan melalui angket dengan sistem terbuka ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada responden untuk memberi jawaban, dimana jawaban-jawaban dari responden tersebut akan dibuat penulis kedalam kategori-kategori, 90 angket yang sudah terisi dapat diambil sebagai sampel untuk melihat variasi jawaban.

Selain angket, dalam pengumpulan data peneliti juga menggunakan metode wawancara, wawancara yang dilakukan berhubungan dengan setiap pertanyaan dalam angket guna mempertegas kategori-kategori yang akan ditetapkan.

Dalam penyajian data ini, jawaban yang diperoleh dari responden akan disajikan dalam bentuk tabel tunggal, yang berisi kategori-kategori jawaban, jumlah responden yang menjawab serta persentasenya. kemudian analisis data akan digunakan tabel silang, guna melihat jelas hubungan antar variabel.

Adapun hasil penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu: 1. Identitas responden.

2. Variabel penelitian

(39)

3.1. TABEL TUNGGAL 3.1.1. Identitas Responden

Data meliputi jenis kelamin, dan umur.

Tabel 3.1.

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin jumlah Persentase

1 Laki Laki 48 53,3

2 Perempuan 42 46,7

Total 90 100

Sumber: Hasil Penelitian 2007

(40)

Usia responden pada penelitian ini berkisar pada usia 17 sampai dengan 70 tahun. Bisa dikatakan usia ini yang masih berpotensi untuk bekerja. untuk lebih jelasnya kita dapat melihat distribusinya dalam bentuk tabel.

Tabel 3.2.

Distribusi Responden Berdasarkan Umur No Umur Responden Jumlah Persentase

1 < 20 Tahun 2 2,2

2 21-25 tahun 4 4,4

3 26-30 tahun 11 12,2

4 31-35tahun 20 22,2

5 36-40 tahun 30 33,3

6 41-45 tahun 10 11,2

7 46-50 tahun 6 6,7

8 >50 tahun 7 7,8

Total 90 100

Sumber: Hasil Penelitian 2007

(41)

bahwa anak adalah kekayaan bagi orang tuanya. maka usia yang bekerja lebih kecil dari 20 tahun sedikit jumlahnya karena masih menempuh pendidikan, baik di dalam maupun di luar Desa hutauruk.

3.1.2. Pekerjaan

Responden menurut mata pencaharian/ pekerjaan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.3.

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentase

1 Petani 60 66,7

2 Perkebunan 4 4.-,5

3 Peternak 7 7,8

4 Industri 1 1,1

5 PNS 11 12,2

6 TNI-POLRI 1 1,1

7 Pedagang 4 4,5

8 Lainnya - Supir

- Pemecah batu

1 1

1,1 1,1

TOTAL 90 100

(42)

Tabel 3.3. menunjukkan bahwa pekerjaan mayoritas masyarakat desa Hutauruk adalah di bidang pertanian hal ini dapat dilihat bahwa 70 responden bekerja dibidang pertanian, diantaranya 60 orang sebagai petani sawah, 7 orang sebagai petani di perkebunan kopi, dan 3 orang sebagai peternak. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa masyarakat yang memiliki perkebunan kopi adalah masyarakat yang memiliki kedudukan tinggi di masyarakat dan peternak kedudukannya mendapat kedudukan dengan kategori sedang di masyarakat dibandingkan petani yang bekerja di persawahan.

3.1.3. Tingkat Pendapatan

Data mengenai pendapatan meliputi penghasilan perbulan,pendapat masyarakat mengenai apakah pendapatan mencukupi atau tidak, mengenai pekerjaan sampingan dan status tempat tinggalnya.

Berikut akan disajikan mengenai penghasilan responden perbulan.

Tabel 3.4.

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan (per bulan) NO Kategori Penghasilan Jumlah Persentase

1 < Rp. 500.000 49 54,4

2 Rp.500.000-Rp.1.000.000 22 24,4

3 > Rp.1.000.000 19 21,2

TOTAL 90 100

(43)

Tabel 3.4. menunjukkan bahwa penghasilan responden banyak yang lebih kecil dari Rp. 500.000 yakni 49 orang responden, hal ini menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat Desa Hutauruk masih terbilang rendah. Maka untuk lebih lanjut, peneliti menanyakan kepada responden apakah penghasilan mereka tersebut mencukupi kebutuhan mereka sehari- hari atau tidak, maka dapat dilihat pada tabel.

Tabel 3.5.

Distribusi Kesinambungan antara Pendapatan dengan Pengeluaran

NO Kategori Jumlah Persentase

1 Sangat mencukupi 1 1,1

2 Mencukupi 30 33,3

3 Tidak mencukupi 59 65,6

Total 90 100

Sumber: Hasil Penelitian 2007

(44)

Dinas Kesehatan, ia mengatakan bahwa penghasilannya sangat mencukup i kebutuhan hidupnya, dikarenakan ia masih lajang dan belum memiliki tanggungan karena ia masih tinggal dengan orangtua, selain itu ia adalah anak bungsu, dimana saudaranya yang lain telah berkeluarga.

Untuk melihat apakah ada usaha dari responden untuk menutupi jumlah pengeluarannya yang lebih besar dari pendapatannya, kita dapat melihat tabel berikut.

Tabel 3.6.

Distribusi Responden yang Mempunyai Pekerjaan Sampingan

No Kategori Jumlah Persentase

1 Ya, saya mempunyai

pekerjaan sampingan

27 30

2 Kadang- kadang saya kerja sampingan

32 35,6

3 Tidak punya pekerjaan sampingan

31 34,4

Total 90 100

Sumber: Hasil Penelitian 2007

(45)

sampingan jika ada kebutuhan hidup terdesak yang harus segera dipenuhi, hal ini menunjukkan bahwa di desa ini cukup banyak pekerjaan yang dapat dilakukan, sebagai contoh pekerjaan yang sampingan yang dilakukan adalah pemecah batu, pendulang pasir dan menjaga perkebunan.

Kemudian peneliti juga menanyakan mengenai status rumah yang menjadi tempat tinggal dari setiap responden, dan perinciannya dapat kita lihat pada tabel.

Tabel 3.7.

Distribusi Responden Berdasarkan Status Tempat Tinggal

No Kategori Jumlah Persentase

1 Ya, rumah milik sendiri 33 36,7

2 Menyewa/ mengontrak 40 44,4

3 Masih menumpang 17 18,9

Total 90 100

Sumber: Hasil Penelitian 2007

(46)

berumahtangga. Seperti contohnya yang diungkapkan J. Sianturi, seorang petani, yang memiliki rumah sendiri yang kondisinya sangat sederhana, berdasarkan wawancara diketahui bahwa ia berprinsip, jika seorang batak sudah berumah tangga diusahakanlah untuk hidup mandiri, karena berumah tangga adalah bukti kedewasaan dan tanggungjawab dalam kehidupannya, apalagi ia merasa malu jika tetangga tau. Jika sudah berumah tangga masih tinggal dengan orangtua, meskipun ia memiliki 2 orang anak, dimana salah seorang anaknya putus sekolah dan membantunya bekerja di sawah, tapi untuk orang yang sudah berkeluarga tapi masih menumpang dengan orangtua, ia menyebut “seperti parasit saja”.

3.1.4. Tingkat Pendidikan

(47)

Tabel 3.8.

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No Kategori Jumlah Persentase

1 Tidak sekolah 3 3,3

2 SD 19 21,1

3 SLTP 32 35,6

4 SLTA 28 31,1

5 Perguruan Tinggi 8 8,9

Total 90 100

Sumber: Hasil Penelitian 2007

Tabel 3.9.

Distribusi Responden tentang Keikutsertaan dalam Penataran/ Pelatihan

No Kategori Jumlah Persentase

1 Ya, pernah 36 40

2 Tidak pernah 54 60

TOTAL 90 100

Sumber: Hasil Penelitian 2007

(48)

3.1.5. Tingkat Partisipasi Politik

Data ini diambil untuk mengetahui bagaimana tingkat partisipasi politik masyarakat desa Hutauruk Kecamatan Sipoholon. Berikut adalah tabel tentang keikutsertaannya dalam pemilihan umum.

Tabel 3.10.

Intensitas Responden Berdasarkan Keikutsertaannya dalam Pemberian Suara

No Kategori Jumlah Persentase

1 Ya selalu 69 76,7

2 Kadang- kadang 19 21,1

3 Tidak 2 2,2

Total 90 100

Sumber: Hasil Penelitian 2007

(49)

Tabel 3.11.

Intensitas Responden Menghadiri Kampanye

No Kategori Jumlah Persentase

1 Sering 41 45,5

2 Kadang- kadang 33 36,7

3 Tidak Pernah 16 17,8

Total 90 100

Sumber: Hasil Penelitian 2007

Tabel 3.11. menunjukkan bahwa mayoritas responden yakni 74 responden pernah mengikuti kampanye, hal ini menggambarkan kondisi bahwa selain masyarakat Desa Hutauruk antusias atau tertarik mengikuti Pemilihan umum, mereka juga tertarik untuk mengetahui visi dan misi dari setiap calon, partai yang akan mereka pilih.

(50)

Tabel 3.12.

Distribusi Responden Berdasarkan Perannya dalam Kampanye

No Kategori Jumlah Persentase

1 Juru kampanye 7 7,8

2 Hanya sebagai massa 67 74,4

3 Tidak mengikuti

kampanye sama sekali

16 16

Total 90 100

Sumber: Hasil Penelitian 2007

Tabel 3.12. menunjukkan bahwa masyarakat Desa Hutauruk banyak yang mengikuti kampanye..

Berikut akan disajikan mengenai data keikutsertaan responden terhadap partisipasinya dalam pemberian sumbangan dana yang dilakukan untuk kegiatan pemilihan salah satu calon.

Tabel 3.13.

Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Sumbangan Dana dalam Kegiatan Pemilihan

No Kategori Jumlah Persentase

1 Ya, pernah 13 14,4

2 Tidak pernah 77 85,6

Total 90 100

(51)

Berikut akan disajikan data berupa bagaimana partisipasi masyarakat terhadap Pemilu, apakah pernah sebagai panitia atau tidak.

Tabel 3.14.

Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan sebagai Panitia dalam Pemilihan Umum

No Kategori Jumlah Persentase

1 Ya, pernah 25 27,8

2 Tidak pernah 65 72,2

Total 90 100

Sumber: Hasil Penelitian 2007

Pada tabel berikut ini akan disajikan tentang bagaimana peran masyarakat dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah, apakah ada usaha untuk ikut campur dalam pengambilan kebijakan atau tidak.

Tabel 3.15.

Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan untuk mengambil Kebijakan Pemerintah Desa

No Kategori Jumlah Persentase

1 Ya, pernah 27 30

2 Tidak pernah 63 70

Total 90 100

(52)

Tabel 3.15. menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak ikut campur dalam merumuskan kebijakan pemerintah, dalam hal ini kebijakan pemerintah daerah pada umumnya dan pemerintahan desa secara khususnya. Responden dalam hal ini memang kurang memahami harus bertindak seperti apa untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah, karena biasanya para responden menganggap bahwa kebijakan pemerintah biasanya dikeluarkan tanpa ada meminta saran terlebih dahulu kepada masyarakat. Maka dengan melihat kondisi tersebut peneliti kemudian menanyakan intensitas responden dalam mengikuti diskusi- diskusi public (umum) yang diselenggarakan pemerintah. Data dapat kita lihat pada tabel.

Tabel 3.16.

Intensitas Responden Berdasarkan Kehadiran Mengikuti Diskusi yang dilakukan Oleh Pemerintah Desa

No Kategori Jumlah Persentase

1 Ya, sering 19 21,1

2 Kadang- kadang 34 37,8

3 Tidak pernah 37 41,1

Total 90 100

Sumber: Hasil Penelitian 2007

(53)

mereka memandang penting kegiatan tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.17.

Intensitas Responden Berdasarkan Kehadiran dalam mengikuti Kegiatan/ Rapat di Desa

No Kategori Jumlah Persentase

1 Sering 25 27,8

2 Kadang- kadang 54 60

3 Tidak pernah 11 12,2

Total 90 100

Sumber: Hasil Penelitian 2007

Tabel 3.18.

Distribusi Responden Berdasarkan Keanggotaan dari suatu Partai Politik

No Kategori Jumlah Persentase

1 Sebagai pengurus 7 7,8

2 Sebagai anggota aktif 6 6,7

3 Sebagai anggota tapi tidak aktif

25 27,8

4 Tidak sebagai pengurus ataupun sebagai anggota

52 57,7

Total 90 100

(54)

Selanjutnya peneliti menanyakan tentang bagaimana responden untuk ikut sebagai tim sukses salah satu calon dalam pemilihan umum, datanya dapat kita lihat pada tabel 3.19.

Tabel 3.19.

Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaannya sebagai Tim Sukses Salah Satu Calon dalam Pemilihan Umum

No Kategori Jumlah Persentase

1 Ya pernah 13 14,4

2 Tidak pernah, akan tetapi nanti di pemilihan 2009 saya bersedia jika ada calon yang visi dan misinya saya anggap baik

4 4,4

3 Tidak pernah, karena tidak diperkenankan dalam peraturan kepegawaian

5 5,6

4 Tidak pernah, karena tidak tertarik samasekali

68 75,6

Total 90 100

(55)

Tabel 3.20.

Distribusi Responden Berdasarkan Upaya- Upaya yang dilakukan Jika Kebijakan Pemerintah Tidak Sesuai dengan keinginan Mereka

No Kategori Jumlah Persentase

1 Mendatangi sendiri pejabat yang bersangkutan untuk mengusulkan kebijakan seperti apa yang seharusnya dilakukan

3 3,3

2 Mendatangi pejabat yang bersangkutan bersama dengan beberapa orang / sekelompok orang (aksi damai)

22 24,5

3 Mengirimkan/ melayangkan surat kepada pejabat bersangkutan berisi aspirasinya

1 1,1

4 Tidak ada upaya sama sekali 64 71,1

Total 90 100

(56)

3.2. TABEL SILANG

Dalam analisa tabel silang, dilihat hubungan ataupun pengaruh antara status sosial ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat Desa Hutauruk Kecamatan Sipoholon.

Status Sosial Ekonomi meliputi Pekerjaan, Pendapatan dan Pendidikan. Kategori dibuat dalam tingkat: Tinggi,Sedang dan Rendah. Dengan pertimbangan untuk dapat diukur, maka peneliti membuat kategori dengan penilaian yang tetap dan bukan penilaian menurut perseorangan, penilaian itu adalah sebagai berikut ini.

Kategori dalam tingkat pendidikan dibagi ke dalam tiga bagian yaitu antara lain:

1. Tinggi : Responden yang menempuh pendidikan terakhir sampai pada perguruan tinggi.

2. Sedang : Responden yang menempuh pendidikan terakhir sampai dengan SLTP hingga SLTA.

3. Rendah: Responden yang menempuh pendidikan SD dan tidak bersekolah Kategori dalam tingkat pendapatan dibagi ke dalam 3 bagian, yaitu antara lain:

1. Tinggi : Responden yang mempunyai tingkat penghasilan lebih besar dari Rp.1.000.000

2. Sedang :Responden yang mempunyai penghasilan antara Rp. 500.000- Rp.1.000.000

(57)

Kategori dalam tingkat pekerjaan dibagi menjadi 3 bagian, menurut kedudukannya di masyarakat, antara lain:

1. Tinggi : Responden yang bekerja sebagai PNS, TNI-POLRI, Industri dan Petani yang memiliki Perkebunan.

2. Sedang : Responden yang bekerja di bidang Peternakan dan sebagai Pedagang.

3. Rendah: Responden yang bekerja sebagai petani, dan lain- lain (supir dan pemecah batu)

(58)

Tabel 3.21.

Pengaruh, Hubungan Status Sosial Ekonomi Terhadap Keikutsertaan dalam Pemilihan Umum

Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Tingkat Pekerjaan Total

T

Sumber: Hasil penelitian 2007

(59)

diungkapkan beberapa ibu yang menjadi responden, bahwa mereka selalu menyuruh anak mereka yang sedang merantau untuk pulang ke desa jika pemilihan kepala desa sedang berlangsung, dengan alasan nama anak mereka yang berusia 17 tahun ke atas telah terdaftar sebagai calon pemilih, melalui perbincangan lebih lanjut, banyak responden yang menyatakan bahwa ongkos transport anak mereka yang merantau tersebut bahkan akan diganti atau dibiayai oleh calon kepala desa yang bersangkutan. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa pemberian suara dalam Pemilihan Umum di desa ini, merupakan partisipasi politik masyarakat yang paling tinggi, dan hampir seluruh responden tertarik untuk mengikuti Pemilihan Umum, ada 2 responden dari golongan status sosial ekonomi rendah yang tidak pernah mengikuti Pemilihan Umum, 1 responden adalah Dewi Hutauruk, ia bekerja sebagai pemecah batu, 1 responden lainnya bekerja membantu ibunya di sawah, keduanya putus sekolah karena faktor ekonomi, namun meski begitu, mereka tidak pernah mengikuti pemilihan umum bukan dikarenakan pekerjaan mereka melainkan dikarenakan faktor usia mereka yang belum genap berumur 17 tahun saat Pemilihan umum sedang diadakan.

(60)

Tabel 3.22.

Hubungan, Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Keikutsertaan Masyarakat Mengikuti Kampanye

Keikutsert aan dalam

kampanye

Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Tingkat Pekerjaan Total

T

Sumber: Hasil penelitian 2007

Tabel 3.22. menunjukkan 53,3 % saja masyarakat desa Hutauruk yang tidak pernah mengikuti kampanye, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh status sosial ekonomi yang rendah tidak sepenuhnya menghalangi masyarakat untuk mengikuti kegiatan kampanye, keinginan masyarakat untuk mengikuti kegiatan kampanye, dikarenakan motivasi dari keikutsertaan mereka tersebut, kegiatan kampanye ini justru dijadikan hiburan bagi masyarakat desa, kampanye yang dilakukan di lapangan terbuka yang mendatangkan keramaian dan menyajikan hiburan yang menjadi tontonan masyarakat desa yang memang jarang ada keramaian di desa.

(61)

bagaimana visi dan misi calon ataupun partai, masyarakat dapat menikmati suasana keramaian yang jarang terjadi di desa tersebut. Bahkan salah satu responden yang pekerjaannya sebagai petani Ny. Nesti mengatakan, bahwa ketika ada kegiatan kampanye ia dapat mengkais keuntungan dan memiliki pekerjaan sampingan yang berpenghasilan lumayan, karena ia sekalian menjajakan makanan pada saat kampanye berlangsung.

Jadi dapat dilihat pada tabel, untuk partisipasi masyarakat dalam mengikuti kampanye, faktor status sosial ekonomi rendah tidak menghalangi masyarakat untuk turut serta dalam menghadiri kegiatan- kegiatan kampanye yang diadakan di desa mereka.

Untuk Jawaban yang tidak pernah mengikuti kampanye samasekali, biasanya dikarenakan faktor kemalasan saja, walaupun ada beberapa responden yang menjawab, tidak mengikuti kegiatan kampanye karena kesibukan pekerjaannya atau usaha untuk pemenuhan kebutuhan ekonominya. 1 responden yang bekerja di rumah makan (dalam kategori pedagang) Ny. Melda Hutasoit mengatakan bahwa ia memiliki usaha warung makan mie yang lumayan laris, apalagi warungnya yang berada dekat dengan lapangan, tempat dimana kampanye sering berlangsung, jadi ketika ada kampanye, warungnya akan banyak disinggahi oleh warga yang mengikuti kampanye, maka ketika kegiatan kampanye berlangsung, ia lebih sibuk untuk mengurusi dan melayani pembeli di warungnya dibandingkan mengikuti kampanye.

(62)

akan dipilihnya dalam Pemilihan Umum, hal ini terutama dijawab untuk pemilihan kepala desa di desa itu sendiri, dimana ada beberap warga yang memang sudah dekat dengan calon yang akan dipilihnya ataupun sudah mengenal baik calon yang akan dipilihnya (dalam contoh di sini adalah calon kepala desa), maka responden merasa tidak perlu lagi mengikuti kampanye- kampanye.

Tabel 3.23.

Hubungan, Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Peran dalam Kegiatan Kampanye.

Perannya dalam kampanye

Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Tingkat Pekerjaan Total

T

Sumber: Hasil Penelitian 2007

(63)
(64)

Tabel 3.24.

Hubungan, Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Pemberian Sumbangan dalam Kegiatan Pemilihan

Pemberi

Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Tingkat Pekerjaan Total

T

Sumber: Hasil Penelitian 2007

Tabel 3.24. menunjukkan bahwa ada pengaruh ataupun hubungan dari msyarakat yang status sosial ekonominya rendah dengan tingkat partisipasinya dalam pemberian sumbangan dana dalam kegiatan Pemilu. Masyarakat yang status sosial ekonominya rendah pada umumnya berpendapat bahwa sumbangan dana dalam kegiatan pemilu tidaklah diperlukan, karena justru masyarakatlah yang harusnya diberi sumbangan, seperti yang diungkapkan oleh Bety br Hutauruk, bahwa ketika ada kegiatan pemilihan umum, ada sedikit rezeki yang ia peroleh, karena beberapa pasangan calon memberi kaos gratis dan ongkos transport untuk anak mereka yang berada di luar kota (untuk pemilihan kepala desa)

(65)

kesadaran, bahwa dalam hal memajukan desa diperlukan upaya bersama atau atas dasar kesadaran sendiri, bukan karena ada bujukan ataupun rayuan berupa materi ataupun kata- kata. Masyarakat desa yang pernah memberi sumbangan pada umumnya adalah mereka yang memang terlibat aktif dalam suatu partai politik.

(66)

Tabel 3.25.

Hubungan, Pengaruh Status Sosial Ekonomi terhadap Keikutsertaan Sebagai Panitia dalam Pemilu

Keikutser

Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Tingkat Pekerjaan Total

T

Sumber: Hasil Penelitian 2007

Tabel 3.25. menunjukkan bahwa memang ada hubungan ataupun pengaruh status sosial ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat dalam partisipasinya sebagai panitia dalam Pemilihan Umum. Masyarakat dengan status sosial ekonomi tinggi dan sedang, mayoritas menjawab pernah ikut sebagai panitia dalam Pemilihan Umum, sedangkan yang berstatus sosial ekonomi rendah yang menjawab pernah sebagai panitia adalah panitia dalam lingkup pemilihan kepala desa saja, tidak sampai pada pemilihan umum nasional, bahkan sebagian besar responden yang berstatus sosial ekonomi rendah mengatakan bahwa mereka tidak pernah dimintakan kesediaannya untuk menjad panitia dalam Pemiliahan Umum apapun, baik nasional maupun pemilihan di desa mereka sendiri.

(67)

dibutuhkan banyak waktu lebih untuk mempelajari tugas apa yang harus dilakukan selaku panitia, hal ini jugalah yang menjadi alasan bahwa ada responden yang dengan status sosial ekonomi yang tinggi namun tidak mau berpartisipasi sebagai panitia dalam kegiatan pemilihan umum, hal ini seperti yang diungkapkan oleh seorang pemilik perkebunan kopi yang namanya tidak dicantumkan dalam angket, mengatakan bahwa kesibukannya mengolah perkebunannya menyebabkan tidak berpartisipasinya dia dalam kepanitiaan pemilihan umum, dikarenakan waktunya yang tidak cukup banyak untuk mengemban tugas sebagai panitia dalam pemilihan umum, ia merasa tidak perlu ikut dan memaksakan diri untuk mempunyai waktu, karena tugas sebagai panitia pemilihan umum menurutnya adalah tugas yang besar tanggungjawabnya. Jadi dia tidak mau terlibat menjadi panitia hanya untuk dikatakan pandai atau hebat oleh orang lain, “nanti terakhir jadi sok pande- pandean” katanya.

(68)

Tabel 3.26.

Hubungan, Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Peranan Masyarakat dalam Perumusan Kebijakan Pemerintah

Keikutser

Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Tingkat Pekerjaan Total

T

Sumber: Hasil Penelitian 2007

(69)

Tabel 3.27.

Hubungan, Pengaruh Status Sosial Ekonomi terhadap Partisipasi Masyarakat Mengikuti Diskusi Publik/Umum yang Dilakukan oleh

Pemerintah

Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Tingkat Pekerjaan Total

T

Sumber: Hasil Penelitian 2007

(70)
(71)
(72)

kepala desa, untuk mengetahui aspirasi rakyat harus menggunakan pendekatan secara kekeluargaan.

Tabel 3.28.

Hubungan, Pengaruh Status Sosial Ekonomi terhadap Partisipasi Masyarakat dalam Mengikuti Rapat ataupun Kegiatan di Desa

Intensitas

Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Tingkat Pekerjaan Total

T

Sumber: Hasil penelitian 2007

(73)

Justru ada beberapa responden yang berstatus sosial ekonomi tinggi ataupun sedang yang tidak pernah mengikuti rapat dikarenakan kesibukannya dalam mengolah usahanya, selain faktor kesibukan juga karena faktor usia, dimana penduduk yang masih muda dan belum berumahtangga kurang mendapat penghargaan dari masyarakat, maka biasanyamasyarakat yang sudah bekerja namun belum memiliki keluarga biasanya tidak pernah mengikuti kegiatan ataupun rapat- rapat di desa ini.

(74)

Tabel 3.29.

Hubungan, Pengaruh Status Sosial Ekonomi terhadap Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Keanggotaannya dalam Suatu Partai Politik

Keanggo taan dalam

partai politik

Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Tingkat Pekerjaan Total

T

Sumber: Hasil Penelitian 2007

(75)

karena banyaknya kepentingan yang berbeda di masyarakat ini yang tentunya beragam- ragam yang menyebabkan tidak adanya kebulatan suara.

Faktor yang menyebabkan banyaknya masyarakat yang tidak menjadi anggota Partai Politik, lebih dikarenakan faktor jenis kelamin, pada umumnya responden perempuanlah yang menjawab, bahwa mereka tidak tertarik untuk menjadi anggota Partai Politik, namun melalui perbincangan lebih lanjut diketahui, bahwa meskipun kaum perempuan tersebut tidak terdaftar sebagai anggota partai politik, tetapi suami mereka ikut terlibat dalam keanggotaan Partai Politik, baik itu menjadi anggota yang tidak aktif, anggota yang aktif maupun menjadi pengurus dalam suatu partai.

(76)

Tabel 3.30.

Hubungan, Pengaruh Status Sosial Ekonomi terhadap Partisipasi Masyarakat menjadi Tim Sukses Salah Satu Calon.

Keikutsertaan sbg tim sukses salah satu calon

Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Tingkat Pekerjaan Total

T

Sumber: Hasil Penelitian 2007

(77)
(78)

berkaitan dengan keterlibatan Pegawai Negri ini menjadi tim sukses dalam Pemilihan Umum. Beberapa Pegawai Negri mengatakan bahwa tidak diperkenankannya keterlibatan pegawai negri dalam keanggotaan suatu partai, juga termasuk di dalamnya larangan untuk tidak berperan sebagai tim kampanye, karena hal tersebut merupakan kegiatan aktif yang membuat sifat netralitas PNS diragukan. Sesuai dengan PP/12 Tahun 1999 Tentang: Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Pegawai Negri Sipil yang menjadi Anggo ta Partai Politik, Terutama pada pasal 7 dinyatakan bahwa , memang pegawai negri tidak diperbolehkan menjabat menjadi anggota suatu partai apapun, untuk menjaga sifat netral, jika dilanggar, maka akan dikenakan sangsi yang tegas. Namun ada juga pandangan Pegawai Negri itu sendiri yang menyatakan, untuk berperan sebagai tim sukses tidak menjadi persoalan. Di sini ada perbedaan pendapat, namun peneliti belum memperoleh kebenarannya, apakah memang menjadi tim sukses termasuk di dalam peraturan pemerintah No. 12/1999 tersebut.

(79)

Tabel 3.31.

Hubungan, Pengaruh Status Sosial Ekonomi dengan Partisipasi Masyarakat untuk Upaya yang Dilakukan Dalam Merubah Suatu Kebijakan

Upaya yang

Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Tingkat Pekerjaan Total

T

Sumber: Hasil Penelitian 2007

(80)

tidak sesuai dengan keinginan masyarakat, banyak masyarakat, terutama dari masyarakat yang status sosial ekonominya rendah, yang justru menjelek- jelekkan pejabat yang bersangkutan, bukan mengkritik kebijakan yang dibuatnya.

Pada tabel tunggal penyajian data untuk kategori upaya- upaya yang dilakukan oleh warga dalam merubah kebijakan, menunjukkan bahwa tindakan masyarakat yang tidak melakukan apa- apa atau tidak ada upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengubah suatu kebijakan memiliki jumlah yang mayoritas, namun dalam penelitian ini didapatkan suatu informasi dari kepala desa, bahwa meskipun masyarakat banyak yang tidak melakukan apa- apa untuk merubah kebijakan dalam desa namun sifat masyarakat desa yang dalam artian ruang lingkup desa, jika ada kebijakan camat atau kepala desa yang dianggap tidak berkenan di hadapan mereka, banyak warga yang menjadikan hal tersebut menjadi bahan pembicaraan dan menjelek- jelekkan pejabat yang bersangkutan.

Gambar

Tabel 2.1.
Tabel 2.2.
Tabel 2.3.
Tabel 2.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pada tingkat partisipasi politik masyarakat yang dipengaruhi latar belakang jenis pekerjaan (PNS,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan irigasi Desa Silaitlait yaitu irigasi tahap perencanaan diperoleh hasil skor 14,54

Menurut Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000:46-47) menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut : Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang

KPU mempunyai tugas kewenangan sebagai berikut : Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum; Menerima, meneliti dan menetapkan Partai-partai Politik

opinion leader yang bergerak dalam suatu garis organisasi atau hirarki, jika di Uni. Soviet opinion leader memang dilatih dan diorganisasikna dalam

dituakan atau yang biasa disebut sebagai Opinion Leader dalam Masyarakat

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kondisi ekonomi rumah tangga di desa Batunadua masih rendah dimana mereka bekerja sebagai petani yang memeiliki lahan yang kurang

Dapat disimpulkan bahwa variabel Sosialisasi Politik Melalui Media Massa memiliki hubungan yang positif terhadap Partisipasi Politik pada pemilu legislatif 2014 di