BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-dua. DM terklasifikasi kepada DM tipe-1, DM tipe-2 dan Gestational Diabetic Mellitus (GDM). (Kumar, 2007)
Secara global, diabetes mellitus merupakan ancaman utama bagi kesehatan manusia. Jumlah penderita diabetes telah meningkat drastis sejak tahun 1985 dan tingkat kasus baru meningkat. Pada tahun 1985, diperkirakan 30 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes, pada tahun 2003, diperkirakan bahwa sekitar 194 juta orang menderita diabetes, dan angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi hampir 350 juta pada tahun 2025.
Prevalensi diabetes lebih tinggi di negara-negara berkembang daripada di negara-negara kembang, namun negara-negara berkembang akan menghadapi epidemi diabetes di masa depan. Peningkatan urbanisasi, westernisasi, dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang telah memberikan kontribusi terhadap kenaikan substansial dalam diabetes. Meskipun diabetes yang paling umum di kalangan orang tua di banyak populasi, tingkat prevalensi yang meningkat di kalangan penduduk muda di negara berkembang.
Diabetes mellitus, apakah tipe 1 atau tipe 2, merupakan faktor risiko yang sangat kuat untuk perkembangan Coronary Artery Diseases (CHD) dan stroke. Penyebab kematian dan kesakitan utama pada pasien Diabetes Melitus (DM) adalah Acute Coronary Syndrome (ACS), yang merupakan salah satu penyulitan makrovaskular pada diabetes mellitus. Penyulitan makrovaskular ini bermanifestasi sebagai aterosklerosis dini yang dapat mengenai organ-organ vital (jantung dan otak). Pada tahun 2010, American Heart Association (AHA) melakukan studi
terbaru yang menemukan sekitar 65% pasien ACS adalah penderita DM tipe 1 dan 2. (Michael E. Farkouh, 2008)
Pada pasien DM, risiko menderita ACS adalah 3 hingga 4 kali. Kerusakan atau lesi pada arteri koroner karena hiperglikemia yang menyebabkan peningkatan fungsi koagulasi yaitu fungsi trombosit ditingkatkan, disfungsi endotel, faktor koagulasi yang abnormal. Apabila fungsi koagulasi meningkat menyebabkan terjadi plak-plak pada dinding pembulah darah. Pecahnya plak dan trombosis, ketika stres fisiologis (misalnya, trauma, kehilangan darah, anemia, infeksi, takiaritmia) meningkatkan tuntutan pada jantung. ACS mengacu pada spektrum presentasi klinis mulai dari yang untuk segmen ST elevasi miokard infark (STEMI) untuk presentasi yang ditemukan di non-ST-segmen elevasi miokard infark (NSTEMI) atau angina tidak stabil. Selain itu, dengan melakukan Angiogram Koroner dapat mengambarkan penyumbatan vaskularisasi koroner dan didapati pasien DM mempunyai penyumbatan vaskular lebih parah dibanding pasien non-DM.
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan menunjukkan, penyakit jantung memberikan kontribusi sebesar 19,8% dari seluruh penyebab kematian pada tahun 1993. Angka tersebut meningkat menjadi 24,4% pada tahun 1998 dan hasil SKRT pada tahun 2001, ACS telah menempati urutan pertama dalam deretan penyebab utama kematian di Indonesia.
(Suyono, 2009)
Laporan World Health Organization (WHO) memperkirakan 17,5 juta populasi meninggal akibat penyakit kardiovaskular pada tahun 2005, dimana angka tersebut mewaliki 30% dari seluruh kematian. Jikalau trends tersebut berlanjut, maka di tahun 2015 diperkirakan sekitar 20juta orang akan meninggal akibat penyakit kardiovaskular (khususnya penyakit jantung koroner). (WHO, 2008)
Hasil dari studi Framingham menemukan bahwa kehadiran diabetes dua kali lipat risiko CVD pada pria dan tiga kali lipat pada wanita. Data serupa telah
dilaporkan oleh Multiple Risk Factor Intervention Trails (MRFIT). Sejumlah observasi lainnya telah mengkonfirmasi risiko peningkatan PJK pada pasien dengan DM. Risiko relatif infark miokard (MI) sebesar 50% pada pria diabetes dan sebesar 150% pada wanita DM dibandingkan dengan pasien non-DM. (Jozo Boras, 2002)
Mengikut penelitian Sally M.Marshall dan kawan-kawan di Institute of Cellular Medicine, Newcastle University -Freeman Hospital, Newcastle didapati bahwa dalam penelitian mereka keparahan aterosklerosis pada pasien DM adalah 45% lebih parah dibandingkan non-DM pada kasus penyakit jantung koroner. (Sally, 2011)
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti amat berminat untuk melakukan penelitian gambaran lesi arteri koroner pasien pasca ACS dengan faktor risiko DM di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah perbandingan lesi arteri koroner pada pasien pasca ACS dengan faktor risiko DM dan non-DM di RSUP H.Adam Malik, Medan?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui perbandingan lesi arteri koroner pasien pasca ACS dengan faktor risiko DM dan non-DM di RUSP H.Adam Malik, Medan.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui perbandingan lesi arteri koroner pasien pasca ACS dengan faktor risiko DM dan non-DM.
2. Mengetahui distribusi frekuensi usia pada penderita ACS di RSUP H.Adam Malik, Medan.
3. Mengetahui distribusi frekuensi jenis kelamin pada penderita ACS di RSUP H.Adam Malik, Medan.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai gambaran keparahan lesi arteri koroner pasien pasca ACS dengan faktor risiko DM dan non-DM.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan pada penelitian lain yang ingin mengembangkan ilmu yang berkenaan.
3. Diharapkan hasil daripada penelitian ini dapat membantu dalam proses pencegahan terkenanya ACS pada pasien DM.