• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Edible Film Dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan, Gliserin dan Ekstrak Buah Naga Merah (Hylocereus Costaricencis) Sebagai Pengemasan Sosis Sapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembuatan Edible Film Dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan, Gliserin dan Ekstrak Buah Naga Merah (Hylocereus Costaricencis) Sebagai Pengemasan Sosis Sapi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi sekeliling yang tepat bagi bahan pangan dan dengan demikian membutuhkan pemikiran dan perhatian yang lebih besar untuk mengembangkan kemasan yang ramah lingkungan. Semua bahan pangan mudah rusak dan itu berarti bahwa setelah jangka waktu penyimpanan tertentu, ada kemungkinan untuk membedakan antara bahan pangan segar dengan bahan pangan yang telah disimpan dalam jangka waktu tertentu. Perubahan demikian dinamakan sebagai kerusakan bahan pangan. Kerusakan yang terjadi mungkin saja bersifat spontan, namun ini lebih sering disebabkan keadaan di luar dan kebanyakan pengemasan digunakan hanya untuk membatasi antara bahan pangan dan keadaan normal di sekelilingnya untuk menunda terjadinya proses kerusakan dalam jangka waktu yang di inginkan. Ini merupakan waktu dimana bahan pangan harus dikonsumsi atau harus dijual. Ini disebut sebagai daya awet bahan pangan. Penggunaan bahan pengemas yang banyak pada saat ini memiliki banyak kekurangan terhadap bahan pangan (Buckle, 1985).

Edible film, telah digunakan sejak beberapa abad sebelumnya untuk menghindari terjadinya kehilangan kelembapan pada bahan pangan. Penelitian demi penelitian mengenai hal ini telah dilakukan bahkan hingga sekarang. Edible film sangat berhubungan dengan bidang pangan sejak 50 tahun belakangan. Fungsi dari film ini adalah untuk membungkus bahan pangan dengan menggunakan lapisan tipis dari komposisi tertentu. Pada saat ini, edible film

(2)

Kitosan merupakan produk yang dihasilkan dari kulit hewan Crustaceae

yang didapatkan dengan deasetilasi kitin. Kitosan merupakan polisakarida kationik dengan masa molekuler yang besar, kemampuan membentuk lapisan film yang baik serta aktivitas anti mikroba (Zhong,2008). Kitosan merupakan kopolimer β-(1,4)-2-asetamido D-glukosa. Kitosan mampu membentuk pelapis (coating) semipermeabel yang tahan terhadap pertukaran atmosfer, menunda pemasakan dan mengurangi laju transpirasi didalam buah dan makanan (Bourtoom,2008). Pada masa sekarang, polimer dengan bahan-bahan sintetik, biokompatibel, dan biodegradable sangat terbatas dibandingkan polimer alamiah seperti selulosa, kitin, kitosan, dan turunannya. (Kumar,2000). Dalam penggunaannya, kitosan telah dievaluasi untuk beragam penggunaannya di dalam makanan, pengobatan, kosmetik, pertanian, dan industry kimia karena sifat-sifat tidak beracun, biokompatibel, adhesive, dan mudah terurai (Abugoch, 2011). Kehadiran pemlastis dibutuhkan untuk meningkatkan sifat-sifat mekanik dari edible film yang dibuat. Pemlastis yang pada umumnya digunakan untuk edible film adalah, gliserol, sorbitol, dan senyawa-senyawa polihidroksi dengan berat molekuler rendah. Biasanya gliserol dan sorbitol secara luas digunakan sebagai pemlastis karena kestabilan dan kelarutan (Cerqueira, 2011).

Adanya kemasan ramah lingkungan yaitu dengan mengguakan edible packaging. Salah satu pengembangannya adalah edible film. Edible film adalah lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat dimakan dan digunakan untuk melapisi makanan (coating) atau diletakkan antara komponen makanan (film) yg berfungsi sebagai penghalang terhadap perpindahan massa (misalnya kelmbapan oksigen, cahaya, lipida, zat terlarut) dan juga sebagai pembawa zat adiktif untuk meningkatkan suatu mutu makanan.

(3)
(4)

hal ini disebabkan karena proses pencampuran yang lebih stabil sehingga permukaan film yang dihasilkan merata dan tidak mudah patah jika di tarik serta pada penambahan 3,5 g tepung tapioca,2% kitosan, 10 g Ekstark jambu biji dan 2 ml gliserin dihasilkan Edible Film pada titik jenuh. Menurut loisa Lorensia sinaga (2013) yang berjudul “Karakterisasi Edible Film Dari Ekstrak Kacang Kedelai Dengan Penambahan Tepung Tapioka Dan Gliserol Sebagai Bahan Pengemas Makanan” menghasilkan edible film yang terbaik pada ketebalan edible film 0,228 mm. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul :”Karakterisasi Edible Film Dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan, Gliserin, Dan Ekstrak Buah Naga Merah (Hylocereus Costaricencis) Sebagai Pengemasan sosis”.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana karakterisasi edible film dari campuran tepung tapioka, kitosan, gliserin, ekstrak buah naga merah (Hylocereus Costaricencis)

meliputi ketebalan, kuat tarik, keregangan, uji SEM, uji FTIR 2. Apakah edible film yang dihasilkan dapat bersifat sebagai antibakteri.

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan, dalam penelitian ini, masalah dibatasi sebagai berikut:

1. Buah naga merah yang digunakan berasal dari jenis dan varietas buah naga merah dengan nama latin (Hylocereus Costaricencis) berasal dari pasar buah medan

(5)

5. Ekstrak buah naga merah yang ditambahkan adalah sebanyak 10 g, 20 g. 30 g, 40 g, 50 g, kitosan yang ditambahkan adalah sebanyak 2%, gliserin yang ditambahkan adalah sebanyak 2 g .

6. Parameter yang diteliti adalah sifat mekanik (ketebalan, persen pemanjangan film/ elongation dan kuat tarik/ tensile strength), dan sifat fisik (analisa scanning electron microscope/ SEM dan analisa Spectroscopy FT-IR.

7. Analisa sifat edible film sebagai antibakteri dengan metode kirby bauer dan TPC

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui karakteristik dari edible film yang dihasilkan. 2. Untuk mengetahui sifat edible film sebagai antibakteri.

1.5 Manfaat Penelitian

Menghasilkan edible film sebagai bahan pengemas makanan yang bersifat mudah terdegradasi secara alami serta ramah lingkungan

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian bersifat eksperimental laboratorium, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(6)

penambahan gliserin, kemudian didiamkan hingga mengental, dicetak di atas plat akrilik, dikeringkan didalam oven pada suhu ± 300C selama ± 2 hari.

- Edible Film yang dihasilkan dilakukan pengukuran ketebalan dengan menggunakan jangka sorong.

- Edible Film yang dihasilkan dilakukan pengukuran massa edible film

sebelum dan sesudah direndam dalam gelas beaker yang berisi akuades. - Edible Film yang dihasilkan kemudian dilakukan pengujian kuat tarik dan

kemuluran menggunakan alat Torsee’s Electronic System Tokyo Testing Machine.

- Edible Film yang dihasilkan dilakukan analisa SEM dengan penentuan secara mikroskopi.

Referensi

Dokumen terkait

Pada Penulisan Ilmiah ini penulis mencoba untuk membahas tentang Quantum Komputer yang merupakan penggabungan antara ilmu fisika dan ilmu komputer yang dapat menghasilkan

Perlu kami informasikan bahwa biaya perjalanan (pp) kelas ekonomi, akomodasi dan konsumsi peserta akan ditanggung oleh Ditjen Sumber Daya IPTEK dan Pendidikan

Dengan ini saya menyatakan bahwa data yang saya isi adalah benar dan apabila kemudian hari ternyata data tersebut tidak benar/palsu, maka saya bersedia menerima sanksi apapun

First you will play the tour recording again to figure out how long each segment of the tour takes. A segment could be a 360 degree view of the World Trade Centre. Re-record a

[r]

Menimbang : bahwa untuk mendukung keberhasilan program prioritas Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi yang diwujudkan dalam bentuk

Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Antara Pendekatan RME Dan Open Ended .... DAFTAR

potensi keuntungan atau imbal hasil yang berlipat adalah bahwa nasabah akan ter-.. ekspose secara menyeluruh terhadap downside risk dari produk