• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Budaya Organisasi Dan Motivasi Terhadap Semangat Kerja Karyawan (Studi Pada Perkebunan Melati PTPN. II. Perbaungan Serdang Bedagai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Budaya Organisasi Dan Motivasi Terhadap Semangat Kerja Karyawan (Studi Pada Perkebunan Melati PTPN. II. Perbaungan Serdang Bedagai)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

KERANGKA TEORI 2.1 Budaya Organisasi

2.1.1 Pengertian Budaya organisasi

Secara normatif budaya organisasi bergantung bagaimana karyawan

mempersepsikan karakteristik dari suatu organisasi, bukannya dengan apakah mereka menyukai atau tidak budaya itu. Artinya, budaya itu merupakan suatu istilah deskriptif. Budaya organisasi merupakan norma-norma yang diterima

secara bersama dan dianut oleh mayoritas organisasi.

Kreitner dan Kinicki (2003:79) menyatakan : “Budaya organisasi adalah salah

satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implisit oleh kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut merasa, berpikir dan bereaksi terhadap

lingkungannya yang beraneka ragam”.

Pengertian ini menyoroti tiga karakteristik budaya organisasi yang penting. Pertama,budaya organisasi diberikan kepada para karyawan baru melalui

proses sosialisasi.Kedua, budaya organisasi mempengaruhi perilaku karyawan ditempat kerja, dan ketiga budaya organisasi berlaku pada dua tingkat yang berbeda. Masing-masing tingkat bervariasi dalam kaitannya dengan pandangan

keluar dan kemampuan bertahan terhadap perubahan.

Sedangkan Robbins (2001:247) menyatakan ”Budaya organisasi adalah mengacu kepada suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota

(2)

9

Selanjutnya David (2004:145) menyatakan “Budaya organisasi adalah pola

tingkah laku yang dikembangkan oleh suatu internal organisasi yang dipelajarinya ketika menghadapi masalah adaptasi eksternal dan integrasi, yang telah terbukti

cukup baik untuk disahkan dan diajarkan kepada anggota baru sebagai cara untuk menyadari, berpikir dan merasa”.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi

mengungkapakan nilai-nilai inti yang dianut bersama oleh mayoritas anggota organisasi. Budaya organisasi dapat memberikan stabilitas bagi suatu organisasi,

tetapi juga dapat sebagai penghambat terhadap perubahan.

2.1.2 Karakteristik, Unsur, dan Jenis Budaya Organisasi

Karakteristik, Budaya organisasi merupakan kumpulan nilai-nilai yang

diterima dan dijadikan prinsip-prinsip dasar, serta sebagai landasan pada praktek-praktek manajemen, yang diikuti oleh perilaku anggota sehingga meningkatkan

dan menguatkan norma-norma tersebut.

Budaya organisasi menjadi filosofi dalam mengendalikan (to manage) organisasi, seperti dalam memberikan arah bagi kebijakan organisasi pada

pengelolaan karyawan dan nasabah.Lebih lanjut Robbins (2001:150) menyatakan bahwa sebuah sistem makna bersama dibentuk oleh para warganya yang sekaligus

menjadi pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama merupakan seperangkat karakter kunci dari nilai-nilai organisasi. Dalam hal ini Robbins

memberikan 7 (tujuh) karakteristik budaya organisasi sebagai berikut :

(3)

10

2. Perhatian terhadap detail,yaitu sejauh mana karyawan diharapkan

menujukkan kecermatan , analisis dan perhatian terhadap detail.

3. Berorientasi pada hasil, yaitu sejauh mana manajemen memfokus pada

hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut

4. Berorientasi kepada manusia,yaitu sejauh mana keputusan manajemen

memperhitungkan efek pada orang-orang didalam organsasi itu.

5. Berorientasi pada tim, yaitu sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan

sekitar tim-tim, bukannya individu.

6. Agresivitas, yaituberkaitan dengan agresivitas karyawan.

7. Stabilitas, yaitu organisasi menekankan dipertahankannya budaya

organisasi yang sudah baik.

Dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu.Gambaran ini

menjadi dasar untuk perasaaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota menegenai organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan

didalamnya, dan cara para anggota berperilaku.

Para peneliti telah berusaha mengidentifikasi dan mengukur beberapa tipe budaya organisasi dalam rangka mempelajari hubungan

antara tipe efektivitas dan organisasi. Pencarian ini didorong oleh kemungkinan bahwa budaya tertentu lebih efektif diabndingkan denggan

yang lain.

(4)

11

Pertama, Artifact (sesuatu yang dimodifikasikan oleh manusia untuk

tujuan tertentu). Artifact dapat langsung dilihat dari struktur sebuah organisasi dan proses yang dilakukan didalamnya. Artifact merupakan hal

yang paling mudah dilihat dan ditangkap disaat kita memasuki sebuah organisasi karena sesuai dengan apa yang kita lihat, kita dengar dan kita rasakan.

Kedua, nilai-nilai yang didukung oleh perusahaan mencakup strategi,

tujuan dan filosofi dasar yang dimiliki oleh organisasi. Nilai ini dapat

dipahami jika mulai menyelami dengan ikut di dalam perusahaan tersebut. Ketiga, Asumsi yang tersirat dan dipegang bersama (shered tacit

assumtions).Asumsi tersirat dapat dijumpai dari menelusuri sejarah

organisasi.

Nilai dari unsur budaya organisasi akan mengarah kepada moral

dan etika menjadi penentu apa yang sebaiknya dilakukan, seperti organisasi perusahaan harus mengutamakan kejujuran, keterbukaan, dan

integritas dalam menjalankan operasional usahanya.

Jenis, budaya organisasi menurut Kreitner dan Kinicki (2003:86) bahwa

secara umum terdapat 3 (tiga) jenis budaya organisasi yaitu :

a. Budaya Konstruksi

Budaya Konstruksi adalah budaya dimana para karyawan didorong

(5)

12

budaya ini mendukung keyakinan normatif yang berhubungan

dengan pencapaian tujuan aktualisasi diri, penghargaan yang manusiawi dan persatuan.

b. Budaya Pasif Defentif

Budaya pasif defentif bercirikan keyakinan yang memungkinkan bahwa karyawan berinteraksi dengan karyawan lain dengan cara

yag tidak mengancam keamanan kerja sendiri. Budaya ini mendorong keyakinan normatif yang berhubungan dengan

persetujuan, konvensional, ketergantungan, dan penghidupan. c. Budaya Agresif Defentif

Budaya agresif defentif mendorong karyawannya untuk

menegerjakan tugasnya dengan kerja keras untuk melindungi keamanan kerja dan status mereka. Tipe budaya ini lebih bercirikan keyakinan normatif yang mencerminkan oposisi, kekuasaan,

kompetitif, dan perfeksionis.

Budaya oganisasi merupakan salah satu faktor yang dapat membedakan

antara perusahaan satu dengan perusahaan (sebagai sistem terbuka) dengan lingkungan eksternal, organisasi menghadapi berbagai persoalan terutama jika lingkungannya tidak stabil dan terus berkembang. Terhadap lingkungan yang

berubah-ubah ini, perusahaan perlu menyesuaikan diri dengan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan.

(6)

13

mempertahankan diri dan terus berkembang. Namun sayangnya, tidak semua

perusahaan ataupun organisasi menyadari betapa pentingnya arti budaya organisasi.

Menurut Tosi, dkk seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264),budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu :

1. Pengaruh umum dari luar yang luas

Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan oleh organisasi.

2. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat

Keyakian-keyakinan dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat

luas misalnya kesopansantunan dan kebersihan.

3. Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi

Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya.Dalam mengatasi baik masalah eksternal dan internal organisasi akan

mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan

(7)

14 2.2 Motivasi

2.2.1 Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari bahsa latin,movere yang berarti dorongan atau daya

penggerak. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau

bekerjasama secara produktif berhasil mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.

Motivasi merupakan suatu indikator atau media pendukung bagi setiap

manusia terutama para karyawan yang bekerja dipersahaan sehingga menimbulkan semangat kerja yang tinggi dan punya tanggung jawab yang penuh

terhadap suatu pekerjaan yang dilakukan.

Pada dasarnya perusahaan melakukan motivasi adalah karena hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja dengan semangat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi

semakin penting karena manajer membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan.

(8)

15

Menurut Flippo dalam Malayu (2004:143) :”Motivasi adalah suatu

keahlian dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus

tercapai.”

Malayu (2004:219) mengemukakan bahwa :”Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau

bekerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya dan upayanya untuk mencapai kepuasan.”

Sedangkan menurut Manullang (2005:194) :”Motivasi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer dalam memberikan inspirasi, semangat dan dukungan kepada orang lain,dalam hal ini karyawan untuk mengambil

tindakan-tindakan. Pemberian dorongan bertujuan untuk menggiatkan orang-orang/para karyawan agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana yang

dikehendaki.”

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulakan bahwa motivasi adalah kemampuan, keterampilan dan keahlian seseorang dalam mengarahkan dan

mendorong orang lain agar mau bekerja lebih baik dan dengan begitu tujuan organisasi/perusahaan dapat tercapai.

Pemberian motivasi yang tepat akan berdampak positif terhadap gairah dan semangat kerja karyawan hingga akhirnya berkat keseriusan dan ketekunan bekerja dapat meningkatkan produktivitas kerjanya.

(9)

16

Pada garis besarnya motivasi yag diberikan bias dibagi menjadi

dua,menurut Hadi Soewarno (2000:204) adalah :

a. Motivasi positif (insentif positif) adalah manajer memotivasi bawahan

dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di atas prestasi standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja bawahan akan meningkat, karena umumnya manusia senang menerima yang

baik-baik saja.

Adapun unsur-unsur didalam motivasi positif adalah :

a) Penghargaan terhadap pekerjaan yang dilakukan b) Pemberian informasi yang tegas dan jelas

c) Adanya perhatian kepada karyawan sebagai seorang individu

d) Menciptakan persaingan yang jujur antar karyawan e) Menunjukkan rasa bangga atas prsetasi bawahan

b. Motivasi standar (insentif negatif) adalah manajer memotivasi

bawahan dengan standar mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam jangka waktu

panjang dapat berakibat kurang baik.

Dalam praktek kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh manajer suatu perusahaan. Pengguna motivasi harus tepat dan seimbang agar dapat

meningkatkan semangat kerja karyawan. Yang menjadi masalah ialah kapan motivasi positif atau motivasi negatif itu efektif untuk merangsang semangat kerja

(10)

17

negatif efektif untuk jangka pendek saja. Dalam hal ini manajer harus konsisten

dan adil dalam menerapkannya.

Secara umum ada dua metode motivasi yang dilakukan oleh pimpinan

suatu perusahaan atau organisasi di dalam memotivasi karyawannya, yaitu :

1. Motivasi langsung (Direct Motivation), adalah motivasi (materiil dan non materiil) yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan

untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Jadi sifatnya khusus seperti memberikan pujian, penghargaan, bonus, piagam dan lain sebagainya.

2. Motivasi tidak langsung (Indirect motivation), adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja/kelancaran tugas sehingga para karyawan betah

dan bersemangat melakukan pekerjaannya. Motivasi tak langsung besar pengaruhnya untuk merangsang semangat bekerja karyawan sehingga produktif. Misalnya kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik ruang kerja

yang terang dan nyaman, suasana dan lingkungan pekerjaan yang baik, penempatan karyawan yang tepat.

2.2.3 Teori Motivasi

Teori-teori motivasi yang akan dikemukakan berikut merupakan hal penting, karena teori motivasi ini dapat memudahkan manajemen perusahaan

untuk menggerakkan, mendorong dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada karyawan.

(11)

18

hal, yaitu dinamakan motivasional (intrinsik) dan pemeliharaan/hygiene

(ekstrinsik).

a. Faktor Motivasional

Faktor motivasioanal merupakan faktor yang menimbulkan kepuasan kepada karyawan. Faktor ini antara lain :

a. Pekerjaan kreatif dan menantang

b. Prestasi c. Penghargaan

d. Tanggung jawab

e. Kemungkinan peluang meningkatkan karir. f. Kemajuan

Apabila dikaitkan dengan teori hierarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow, Faktor motivasional ini terkait dengan kebutuhan pada urutan tingkat atas.

b. Faktor Pemeliharaan/ Hygiene (ekstrinsik)

Faktor pemeliharaan merupakan faktor-faktor yang menimbulkan

ketidakpuasan pada karyawan. Faktor ini antara lain : a. status hubungan antar pribadi dengan atasan, b. bawahan hubungan dengan rekan sejawat,

c. pengawasan dalam administrasi perusahaan, d. kemampuan kerja,

e. kondisi kerja, f. pengupahan,

(12)

19

Untuk memahami dua faktor menurut Hezberg yaitu faktor motivasional

dan faktor pemeliharaan yang mana digunakan untuk memotivasi karyawan, berikut ini diuraikan penjelasan masing-masing

bagian,faktor-faktor tersebut yaitu :

1. Faktor Motivasional (intirnsik) a. Pekerjaan yang kreatif dan menantang

Merupakan kebutuhan yang paling atas kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk tumbuh berkembang sehingga membutuhkan penyaluran

kemampuan dan potensi diri dalam bentuk nyata. Kebutuhan ini biasanya dicapai dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan, dan potensi yang optimal untuk mencapai prestasi karena yang sangat

memuaskan. b. Prestasi

Kondisi internal yang spesifik dan mengarahkan perilaku seseorang ke

sesuatu tujuan. Achievement/prestasi diartikan sebagai kesukssan setelah didahului oleh suatu usaha. Prestasi merupakan dorongan untuk mengatasi

kendala, melaksanakan kekuasaan, berjuang untuk melakukan sesuatu hal yang sulit, sebaik dan secepat mungkin.

c. Penghargaan

Penghargaan merupakan suatu kebutuhan yang berdimensi du, sebagian dimensi kebutuhan penghargaan ini dalah kebutuhan harga diri,

(13)

20 d. Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan kewajiban untuk melakukan tugas serta menggunakan sarana yang telah dipercaya kepada seseorang. Sedangkan

pendapat lain menyebutkan bahwa tanggung jawab merupakan kesanggupan seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengang sebaik-baiknya tepat pada waktunya serta berani

memikul resiko natas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang dilakukannya. Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa melakukan suatu

pekerjaan yang diberikan kepadanya didasari rasa tanggung jawab atas pekerjaannya yang dilaksanakan dengan tepat waktu dan sebaik-baiknya. e. Kemungkinan peluang peningkatan karir

Kebutuhan untuk mengembangkan merupakan kebutuhan yang paling tinggi bagi setiap orang. Dengan menggunakan kecakapan, kemampuan dan potensi optimal untuk mecapai prestasi kerja yang sangat

memuaskan.Kebutuhan ini merupakan realisasi lengkap potensi seseorang secara penuh. Keinginan sseorang untuk mencapai kebutuhan sepenuhnya

dapat berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam suatu organisasi kesempatan meningkatkan melalui pendidikan atau pelatihan. Usaha untuk memberikan kesempatan bagi karyawan guna memenuhi kebutuhan.

f. Kemajuan

Setiap orang senang akan kemajuan dan tidak seorang pun yang

(14)

21

kebutuhan ini adalah pemberitahuan mengenai kemajuan yang dilakukan

oleh pimpinan.

2. Faktor Pemeliharaan (Ekstrinsik) a. Status

Kebutahan akan status atau kedudukan ini terkait dengan keinginan

manusia untuk dihormati dan dihargai orang lain sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan ingin punya pengakuan serta status,

sesame rekan kerja dan masyarakat lingkungan. Dalam sebuah perusahaan, kebutuhan ini tercermin dalam sebuah simbol status, semakin tinggi kekuasaan atau jabatan seseorang dalam sebuah perusahaan semakin tinggi

pula akan harga diri.

b. Hubungan antar pribadi dengan atasan, bawahan dengan rekan sejawat. Hubungan interpersonal merupakan hubungan antar karyawan pada

perusahaan atau instansi. Hubungan antar karyawan setingkat atau seprofesi yang baik akan mendukung pekerjaan mereka. Hubungan antara

karyawan setingkat akan menimbulkan saling kerjasama. Saling membantu, sedangkan hubungan antar atasan dengan karyawan di bawah akan menjadi komando yang serasi. Artinya karyawan pada bagian bawah

tidak hanya diperintah akan tetapi merasa sengang melakukan seua pekerjaan yang diberikan oleh atasannya. Jadi, dengan hubungan

(15)

22

c. Pengawasan, kebijakan dalam administrasi perusahaan.

Setiap organisasi akan selalu berusaha untuk meningkatkan motivasi kerja pegawainya untuk semaksimal mungkin, dalam batas kemampuan

organisasi tersebut. Dengan adanya motivasi kerja yang maksimal pada pegawai diharapkan akan menghasilkan kerja yang lebih baik sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Untuk itu pimpinan perlu mencari upaya

yang tepat untuk dapat meningkatkan motivasi kerja pegawai.

d. Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan.

Menilainya, mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pekerjaan

sesuai dengan semula. Pegawai yang tidak komitmen terhadap tujuan organisasi dan mudah terganggu dalam bekerja membutuhkan pengawasan yang tinggi. Dengan demikian melalui pengawasan secara efektif maka

kesalahan-kesalahan kerja akan dapat ditekan.

Bila dalam pekerjaan tadi sedikit sekali kesalahan atau bahkan tidak ada

sama sekali. Maka pegawai dalam organisasi akan termotivasi untuk bekerja lebih baik lagi. Sebalikanya apabila proses pengawasan kerja tidak diperhatikan juga pegawai akan kehilangan motivasi dan bekerja

seenaknya.

Dengan begitu maka pencapaian tujuan pekerjaan tidak tercapai dengan

(16)

23

motivasi kerja dapat ditingkatkan dengan motivasi kerja yang stabil dan

cenderung meningkat, maka produktivitas kerjaan juga dapat ditingkatkan. e. Kemampuan kerja

Kemampuan kerja adalah yang dibawa sejak lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang menyelesaikam pekerjaan/melakukan suatu yang bersifat mental atau fisik. Selanjutnyadari definisi tentang

kemampuan tersebt dapat disimpulkam bahwa kemampuan pegawai berkaitan dengan kesanggupan pegawai untuk melaksanakan dan

menyelesaikan tugas dan pekerjaanya yang didukung dengan segenap daya, kecakapan yang dimiliki pegawai baik yang bersifat fisik maupun mental. Tingkat kemampuan pegawai akan ditentukan leh tinggi

rendahnya pendidikan dan pengalaman yang dimiliki pegawai tersebut. Kemampuan pegawai yang tinggi dilatar belakangi oleh pendidikan yang tinggi dan pengalaman kerja yang banyak.

f. Kondisi kerja

Kondisi kerja adalah persyaratan, keadaan. Sedangkan kerja diartikan

sebagai kegiatan melakukan sesuatu atau yang dilakukan, perbuatan mencari nafkah, mata pencaharian. Jadi kondisi kerja adalah persyaratan yang harus dipenuhi dan mempengaruhi manusia dalam melakukan

sesuatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. g. Pengupahan, kehidupan pribadi.

(17)

24

hygiene. Pada faktor hygiene adalah faktor-faktor yang menimbulkan rasa

tidak puas pada pegawai terdiri dari kebijaksanaan dan administrasi perusahaan, supervisor, hubungan antara pribadi, kondisi kerja dan gaji.

Apabila faktor-Faktor hygiene ini diperbaiki maka tidak ada pengaruh terhadap sikap kerja yang positif, tetapi kalau dibiarkan tidak sehat maka pegawai hanya merasa kecewa. Faktor hygiene melukisakan

hubungan kerja dengan konteks atau lingkungan dimana pegawai melaksanakan pekerjaanya. Seperti disebutkan diatas bahwa salah satu

faktor hygiene yaitu kondisi kerja perlu mendapat perhatian dan diperbaiki karena pengaruh terhadap motivasi kerja pegawai, dimana apabila motivasi positif maka berpengaruh pada peningkatan prestasi kerja

sebaliknya apabila motivasi kerja negatif maka prestasi kerja pegawai pun akan menurun.

Dengan berlandaskan teori Hezberg tersebut maka yang perlu

mendapat perhatian disini adalah faktor kondisi kerja perusahaan. Kantor merupakan tempat para pegawai atau karyawan melaksanakan kegiatan

yang sangat penting, baik itu yang menyangkut tentang pekerjaan yang berkaitan dengan ketata usahaan dan administrasi ataupun pemasaran. Kantor hendaknya ditata dengan baik sehingga dapat menimbulkan

suasana nyaman, kantor juga hendaknya mempunyai tata warna, dinding dan lantai yang serasi dengan peralatan kantor itu sendiri serta

(18)

25

diperhatikan dan diatur sebaik-baiknya oleh setiap manajer perusahaan

yang modern.

Dengan memperhatikan kondisi kerja yang baik, maka salah satu

faktor yang dapat menimbulkan rasa tidak puas dapat teratasi. Kondisi kerja yang dapat dirasakan oleh para pegawai biasanya menimpanya langsung., misalnya merasa gerah, bising, sumpek, dan silau. Dalam suatu ruangan yang panas, gerah

dan bising serta adanya hubungan yang kurang harmnis antar pegawai dengan pimpinan dimana para pegawai tidak mungkin dapat bekerja dengan baik dan

tenang.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi kerja yang

mendukung terlaksananya suatu pekerjaan dengan baik dan lancer perlu diperhatikan dan dijaga denga sebaik-baiknya karena hal ini dapat berkaitan

dengan prestasi kerja pegawai dengan pencapaian tujuan perusahaan.

2.3 Semangat Kerja

2.3.1 Pengertian Semangat Kerja

Gambaran tentang penegrtian semangat kerja pada hakekatnya adalah merupakan perwujudan dari pada moral yang tinggi. Moral kerja yang tinggi merupakan semangat dan kegairahan kerja. Semangat kerja menggambarkan suatu

(19)

26

dalam melaksanakan tugasnya, karena baik tidaknya pekerjaan pegawai

dipengaruhi oleh semangat dan kegairahannya dalam bekerja.

Menurut Burhanuddin (1994:271) semangat kerja atau “morale” adalah

“Kepuasan secara keseluruhan yang diperoleh seseorang dari pekerjaanya, kelompok kerja, pimpinan organisasi dan lingkungan”. Hal senada juga disampaikan oleh Nitisimito, semangat kerja adalah” Melakukan pekerjaan secara

lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan diharapkan lebih cepat dan lebih baik”. Sedangkan kegairahan adalah ”Kesenangan yang mendalam terhadap

pekerjaan yang dilakukan”. Ini berrti bahwa dengan meningkatnya semangat dan kegairahan kerja, pekerjaan akan lebih cepat diselesaikan, absensi akan dapat diperkecil, kemungkinan kepindahanpun kecil terjadi. Semua ini juga

mengandung ati bahwa cepat dan baiknya pekerjaan ditentukan oleh semangat kerja yang tinggi.

Menurut Manullang (2005:183), ada 2 cara untuk mendefinisikan semangat kerja sebagai berikut :

1) Semangat Kerja adalah kondisi dari sebuah kelompok dimana ada tujuan

yang jelas dan tetap yang dirasakan menjadi penting dan terpadu dengan tujuan individu.

2) Semangat Kerja adalah pemilik atau kebersamaan, Semangat kerja

merujuk kepada adanya kebersamaan. Hal ini merupakan rasa pemahaman dengan perhatian terhadap unusr-unsur dari pekerjaan seseorang, kondisi

(20)

27

Unsur penting dari semangat kerja adalah adanya keinginan untuk mencapai

tujuan dari sebuah kelompok tertentu. Sebuah contoh yang tepat dari semangat kerja adalah adanya kepahlawanan dalam perang, ketika seseorang menyerahkan

nyawanya, maka tubuhnya dapat mempunyai sebuah kesempatan atau dapat mencapai sebuah tujuan.

Pengertian-pengertian tersebut dapat dapat diuraikan bahwa semangat kerja

merupakan gambaran sikap pribadi individu maupun kelompok terhadap pekerjaan yang dilakukan dalam meraih tujuan. Karena sikap merupakan

kesediaan untuk bertindak yang berarti masih berbentuk kesiapan atau kecenderungan dan tidak terlihat oleh orang lain, maka semangta kerja lebih

bersifat individual.

Semangat kerja merupakan sikap perseorangan atau sikap kelmpok orang-orang terhadap pekerjaan dan lingkungan pekerjaan. Hal ini jelas bahwa setiap pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya memerlukan semangat kerja tinggi

dalam suasana batin yang menyenagkan, nagi terciptanya usaha utnuk berpartisipasi dalam segala kegiatan.

2.3.2 Indikator Semangat Kerja

Semangat kerja membutuhkan perhatian yang teratur, diagnosis dan pengobatan yang layak seperti halnya dengan kesehatan. Semangat kerja agak

sukar diukur karena sifatnya abstrak. Semangat kerja merupakan gabungan dari konsisi fisik, sikap, perasaan, dan sentiment karyawan. Untuk mengetahui adanya

(21)

28

berusaha untuk mengambil tindakan yang lebih dini. Menurut Nitisimito (1996),

indikasi yang menunjukkan kecenderungan umum rendahnnya semangat kerja adalah rendahnya produksivitas, tingkat absensi yang tinggi, labour turnover yang

tinggi, tingkat kerusakan yang tinggi, kegelisahan di mana-mana, tuntutan yang sering kali terjadi, dan pemogokan. Berdasarkan ndikasi menunjukkan kecenderungan rendahnya semnagta kerja, maka karakteristik semangat kerja

karyawan dapat diketahui dari tiga indikator, yaitu budaya organisasi, kompensasi dan motivasi.

Dalam budaya organisasi, tercermin tentang pola kerja yang berbentuk karena adanya kebiasaan di organisasi. Kebiasaan itu dapat berupa disiplin, saling

kerjasama secara tim dan lain sebagainnya. Selanjutnya memberikan kompensasi dalam upaya untuk meningkatkan semangat kerja karyawan dapat tercukupi. Sedangkan motivasi ini adalah penghargaan yang dilakukan oleh perusahaan

terhdapa karyawan yang memiliki semangta kerja tinggi dan mampu untuk mencapai target tujuan perusahaan secara maksimal.

Setiap perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan semangat kerja karyawan dengan berbagai cara, hal ini erat kaitannya dengan anggapan bahwa semangat kerja yang tinggi akan memberikan peranan pada produktivitas yang

tinggi pula, karena itu maka selayaknya perusahaan berusaha selalu meningkatkan semangat kerja.

(22)

29

dilaksanakannya lebih cepat dan lebih baik. Karena semangat kerja karyawan

tidak tidak pernah diyakini tetap, karena bisa mengalami pasang surut. Oleh karena itu, tidak mungkin mengharapkan semangat kerja dan perilaku karyawan

tetap prima.

Menurut D. Hasley (1988:67) Semangat kerja dapat diukur melalui presensi pegawai di tempat kerja, tanggungjawabnya terhadap pekerjaan, disiplin

kerja, kerja sama dengan pimpinan atau teman sejawat dalam organisasi serta tingkat produktivitas kerja.Untuk memahami unsur-unsur semangat kerja berikut

diuraikan penjelasan masing-masing unsur:

1) Presensi

Presensi merupakan kehadiran pegawai yang berkenaan dengan tugas dan kewajibannya. Pada umumnya instansi / lembaga selalu mengharapkan

pegawainya untuk datang dan pulang tepat waktu, sehingga pekerjaan tidak tertunda. Ketidakhadiran seorang pegawai akan berpengaruh terhadap

produktivitas kerja, sehingga instansi/ lembaga tidak bisa mancapai tujuan secara optimal.

Presensi atau kehadiran karyawan dapat diukur melalui :

(23)

30

c) Kehadiran pegawai apabila mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan

atau acara dalam instansi.

2) Disiplin Kerja

Disiplin kerja merupakan ketaatan seseorang terhadap suatu peraturan yang berlaku dalam organisasi yang menggabungkan diri dalam organisasi itu atas dasar adanya kesadaram dan keinsafan, bukan karena adanya paksaan. (IG.

Wursanto. 1985:67)

Disiplin merupakan suatu kekuasaan yang berkembang dalam penyesuaian diri

dengan sukarela kepada ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan dan nilai-nilai dari pekerja. (Moekijat, 1997 : 67)

Dan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan

kemauan dan kepatuhan untuk bertingkah laku sesuai dengan peraturan yang ada di instansi yang bersangkutan.

Tingkat kedisiplinan kerja pegawai dapat diukur melalui :

a) Kepatuhan pegawai terhadap peraturan dan tata tertib di instansi. b) Kepatuhan pegawai terhadap intruksi yang datang dari atasan.

c) Bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

d) Memakai pakaian seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku

(24)

31 3) Kerjasama

Kerjasama merupakan tindakan konkret seseorang dengan orang lain (Winardi, 1975:51). Kerjasama juga diartikan sebagai suatu sikap dari individu maupun

kelompok terhadap kesukarelaannya untuk bekerja sama agar dapat mencurahkan kemampuannya secara menyeluruh. (Pariata Westra, 1980: 49). Keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi tergantung pada orang-orang yang terlibat di

dalamnya. Untuk itu penting adanya kerjasama yang baik diantara semua pihak dalam organisasi, baik dengan atasan, teman sejawat, maupun bawahan.

Untuk mengukur tingkat kerjasama digunakan kriteria sebagai berikut:

a) Kesadaran pegawai untuk bekerjasama dengan atasan, teman sejawat, maupun bawahannya.

b) Adanya kemauan untuk membantu teman yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan.

c) Adanya kemauan untuk memberi dan menerima kritik serta saran dari

orang lain.

d) Bagaimana tindakan seseorang apabila mengalami kesulitan dalam

melaksanakan pekerjaannya.

4) Tanggung jawab

(25)

32

Tanggung jawab juga merupakan kewajiban seseorang untuk melaksanakan

segala sesuatu yang telah diwajibkan kepadanya, dan jika terjadi kesalahan yang disebabkan karena kelalaiannya, maka seseorang dapat dituntut atau dipersoalkan.

Tingkat tanggung jawab seseorang dapat melalui:

a) Dapat dituntut atau dipersoalkan. Kesanggupan dalam melaksanakan perintah dan kesanggupan dalam bekerja.

b) Kemampuan menyelesaikan tugas dengan tepat dan benar.

c) Melaksanakan tugas atau perintah yang diberikan dengan sebaik-baiknya.

d) Mempunyai kesadaran bahwa pekerjaan yang diberikan bukan hanya untuk kepentingan instansi, tetapi juga untuk kepentingan dirinya sendiri.

5) Produktivitas Kerja

Produktivitas adalah rasio antara produksi yang dapat dihasilkan dengan keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan untuk keperluan produk itu. (Slamet

Saksosno, 1988:133).

2.3.3 Pentingnya Semangat Kerja

Organisasi dalam bidang manapun pada hakekatnya merupakan sesuatu

organik yang dinamis. Hal ini memberikan implikasi pada organisasi untuk bisa menselaraskan tujuan yang sudah ditetapkan sejalan dengan tujuan masing-masing individu. Untuk mewujudkan hal tersebut, perhatian utama pihak

pimpinan adalah bagaimana mendayagunakan anggota organisasi untuk bekerja sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu

(26)

33

dalam mengerjakan tugas semata, akan tetapi dipengaruhi oleh faktor

psikologisnya yaitu adanya semangat pada dirinya, yaitu semangat kerja. Anggapan ini seperti yang dikemukakan oleh Nawawi sebagai berikut

”Produktivitas kerja itu dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain berkenaan dengan metode (cara kerja, alat-alat, keterampilan) keahlian personal, termasuk

didalamnya moral kerja dari personal yang menjalankan pekerjaan tersebut”.

Pegawai/ pekerja akan bersedia bekerja dengan penuh semangat apabila ia merasa bahwa kebutuhanya, baik fisik maupun non fisik terpenuhi melalui

keterlibatannya dalam proses produksi pada perusahaan yang bersangkutan. Adapun persyaratan yang memungkinkan pegawai atau pekerja untuk bersedia bekerja dengan penuh semangat banyak macamnya. Salah satu diantaranya adalah

keterampilan pegawai/pekerja dalam melaksanakn kewajiban dan tanggung jawabnya.

Uraian tersebut menunjukkan betapa pentingnya faktor semangat kerja yang dimiliki individu di dalam organisasi. Faktor semangat kerja merupakan faktor yang mempengaruhi produktivitas manusia yang pada akhirnya

berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Suatu organisasi dituntut untuk menciptakan suatu kondisi yang menyebabkan orang-orang atau anggota organisasi berusaha semaksimal mungkin

meningkatkan semangat kerjanya. Sedangkan semangat kerja merupakan suatu unsur yang sangat penting sehubungan dengan produktivitas kerja seperti yang

(27)

34

berpengaruh pada produktifitas kerja yang dapat dicapai oleh seorang petugas

dalam bidang kerja tertentu”.

Pada umumnya, seorang pegawai akan mengalami kepuasan kerja apabila

mempunyai kebebasan dalam menentukan pekerjaan yang ingin dilakukannya dengan cara yang diinginkannya.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan reerensi

dalam penelitian ini antara lain dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 2.1

No Peneliti Tahun Judul Hasil penelitian

1.

Juni Kristanty (Universitas Jember)

2011 Pengaruh Kepemimpinan

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji pengaruh variable

independent terhadap variabel dependent adalah analisis jalur (path

analysis).

Variabel independent dalam penelitian ini adalah kepemimpinan dan

(28)

35

variabel dependent adalah kompetensi karyawan. Berdasarkan hasil penelitian dengan uji hipotesis diperoleh informasi bahwa variabel kepemimpinan (X1) memiliki pengaruh secara signifikan terhadap budaya organisasi (Z) dengan nilai

β = 0,386 dan signifikansi

0,000, variabel manajemen perubahan (X2) memiliki pengaruh secara signifikan terhadap budaya organisasi

(Z) dengan nilai β = 0,330

dan signifikansi 0,000. Variabel kepemimpina (X1) memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kompetensi karyawan (Y)

dengan nilai β = 0,246 dan

signifikansi 0,007, variabel manajemen perubahan (X2) memiliki pengaruh secara signifikan

kompetensi

karyawan (Y) dengan nilai

β = 0,278 dan signifikansi

(29)

36 memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kompetensi

karyawan (Y) melalui budaya organisasi (Z) dengan nilai β = 0,030. Dan Variabel

manajemen perubahan (X2) memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kompetensi karyawan (Y) melalui budaya organisasi

(Z) dengan nilai β = 0,029.

2014 Analisis pengaruh kepemimpinan

signifikan terhadap Kinerja Pegawai Biro Universitas Muhammadiyah Sumatera, sedangkan

Budaya Organisasi berpengaruh tidak

(30)

37

Kepemimpinan memiliki arah yang positif terhadap kinerja sedangkan

BudayaOrganisasi

memiliki arah negatif. (2) Kepemimpinan dan Budaya Organisasi secara serempak berpengaruh terhadap kinerja pegawai biro UMSU.

Kepemimpinan dan Budaya Organisasi kurang kuat untuk mempengaruhi Kinerja Pegawai Biro UMSU.Sistem Reward tidak mempengaruhi hubungan antara Kepemimpinan dan

Budaya Organisasi dengan Kinerja Pegawai Biro UMSU. Hal ini di mungkinkan karena Reward yang diberikan kepada pegawai biro UMSU bukan berdasarkan beban kerja namun

berdasarkan masa kerja, golongan dan jabatan serta tingkat kehadiran pegawai.

3. Abdul Rahman 2011 Analisis Budaya Berdasarkan hasil

(31)

38

maka didapat hasilnya adalah model persamaan regresi linier sederhana Y= 3,907 + 0,237X dan

koefisien determinasi pengaruh budaya perusahaan terhadap pencapaian tujuan

perusahaan pada PTPN IV Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi Sumatera Utara sebesar 37,1%

4.

Marliana B. Winanti (Dosen Program Studi

2011 Pengaruh Budaya Organisasi dan adalah 1). Budaya organisasi dan motivasi

secara simultan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

2). Budaya organisasi dan motivasi secara parsial berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Hal ini

(32)

39 5. Halomoan

sinaga,SE (Universitas Medan Area)

2011 Analisis budaya organisasi, kompensasi dan motivasi terhadap semangat kerja karyawan

Terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadap semangat kerja karyawan

Terdapat pengaruh yang signifikan kompensasi dengan semangat kerja karyawan

2.5 Kerangka Pemikiran

Menurut Sugiyono (2002:49) memberikan pengertian kerangka konseptual

atau kerangka berfikir, “yaitu merupakan sintesa tentang hubungan antara variable yang disusun dari berbagai teori yang telah di deskripsikan”.

Dalam penelitian ini dapat dibuat suatu kerangka pemikiran yang dapat

menjadi landasan dalam penelitian dan penulisan yang pada akhirnya dapat diketahui variabel-variabel yang paling dominan mempengaruhi semangat kerja.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah budaya organisasi dan motivasi sebagai variabel independen atau bebas. Sedangkan yang menjadi variabel dependen atau terikat adalah semangat kerja. Kerangka pemikiran ini

(33)

40

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

H1 H3

H2

Keterangan:

H1 : Hipotesis 1 H2 : Hipotesis 2 H3 : Hipotesis 3

: Mempengaruhi Budaya Organisasi

( X1)

Semangat Kerja ( Y ) Motivasi

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Kepercayaan diri adalah suatu sikap yang dimiliki oleh seorang individu menyangkut keyakinan, kesanggupan, dan keberanian terhadap kemampuan diri sendiri untuk

Konsekuensi sangat penting dari globalisasi adalah setiap bangsa dituntut memiliki kesiapan kultural untuk melakukan inte- grasi terhadap sistem internasional tanpa

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Pensertifikatan dan Sewa Tanah Pemerintah

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Besaran Uang Persediaan Pada Satuan Kerja

secara fungsional dan operasional dalam upaya menyebarluaskan atau untuk mempublikasikan tentang suatu kegiatan atau aktifitas instansi bersangkutan yang.. ditujukan baik

Sistem Kontrol Elektromekanik dan Elektronik3. Sistem

The design of the facade on the balance of symmetry as the philosophy of life, Islam is seen from the opening 1 (one) door through the construction (based on the

Jika bilangan terbesar di tambah 12 maka ketiga bilangan tersebut membentuk deret geometri. Bilangan terkecil dari ketiga bilangan