• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Faktor Risiko Mayor dan Minor pada Pasien Penyakit Jantung Koroner dengan Tindakan Kateterisasi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari sampai dengan Juni 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi Faktor Risiko Mayor dan Minor pada Pasien Penyakit Jantung Koroner dengan Tindakan Kateterisasi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari sampai dengan Juni 2015"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang

Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan suatu masalah kesehatan utama baik di negara maju maupun negara berkembang. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian nomor satu dibandingkan penyakit lain. Diperkirakan sekitar 17,5 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskular pada tahun 2012, mewakili sekitar 31 % dari seluruh kematian di dunia. Dari kematian ini, diperkirakan sekitar 7,4 juta meninggal karena penyakit jantung koroner dan 6,7 juta orang dikarenakan penyakit stroke. Berdasarkan data WHO 2015 bahwa kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah ini berasal dari negara yang pendapatannya rendah dan menengah. Ini menggambarkan bahwa penyakit jantung koroner yang merupakan salah satu dari penyakit jantung dan pembuluh darah masih menjadi masalah di dunia.1

Coronary Artery Disease (CAD) atau sering juga disebut sebagai Coronary Heart Disease(CHD) merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menunjukan suatu penumpukan plak di arteri koronaria yang dapat memicu terjadinya serangan jantung.2 Di Indonesia istilah tersebut dikenal sebagai Penyakit jantung Koroner (PJK).

(2)

menjadi salah satu faktor yang dapat mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya serta kecacatan permanen pun menjadi salah satu dampaknya.3

Prevalensi nasional menunjukkan bahwa penderita penyakit jantung koroner berdasarkan diagnosis dokter dari gejala sekitar 1,5%. Kemudian prevalensi penderita penyakit jantung koroner di Sumatera Utara sekitar 1,1 %.Ini menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner di Sumatera Utara mendekati angka prevalensi secara nasional. Maka dari itu, diperlukan adanya suatu pencegahan agar angka tersebut tidak meningkat lagi, seperti mengenali faktor risiko apa saja yang dapat memicu terjadinya penyakit jantung koroner ini secara dini.4

Penyebab PJK masih belum diketahui secara pasti. Pola makan, gaya hidup, obesitas atau kegemukan, merokok dan terpapar asap rokok, obat- obatan, dan riwayat keluarga atau keturunan menjadi faktor risiko untuk terjadinya penyakit tidak menular.3 Secara garis besar faktor risiko PJK dapat dibagi dua. Pertama, faktor risiko yang dapat diubah, yaitu: merokok, hiperlipidemia, hipertensi, obesitas. Kedua, faktor risiko yang tidak dapat diubah, yaitu: Umur, jenis kelamin, riwayat penyakit dalam keluarga.5

Sejumlah penelitian epidemiologis mendapatkan hubungan yang jelas antara keadaan sosial, kebiasaan merokok, pola diet, exercise, dan sebagainya dengan kematian yang bisa dibuktikan melalui berbagai faktor yang bisa memicu terjadinya PJK, seperti antara lain : umur, jenis kelamin, ras, keadaan geografis, keadaan sosial, perubahan massa, kolesterol, merokok, hipertensi, obesitas, latihan fisik, diet, perilaku dan kebiasaan lainnya, stress, diabetes, dan serta keturunan. Penelitian di Sulawesi Utara tahun 2011 menunjukkan bahwa kelompok umur yang terkena PJK paling banyak berumur >59 tahun yaitu sekitar 79%, kemudian berjenis kelamin laki-laki sebanyak 73% dan tidak memiliki riwayat keluarga sebanyak 51% dari sampel sebesar 110 pasien. Umur juga menjadi salah satu faktor terpenting dalam terjadinya PJK.5,6

(3)

faktor risiko mayor terbanyak pada pasien STEMI, NSTEMI, dan APTS adalah hipertensi dengan proporsi masing- masing yaitu: 50,6 % atau sekitar 80 orang, 18,9% atau 29 orang, 11,4% atau 18 orang. Namun, pada penelitian sebelumnya tidak mencari informasi tentang faktor risiko minornya.7

Penyakit jantung koroner dapat didiagnosis dengan cara non-invasif dan invasif. Untuk cara non-invasif seperti EKG dan treadmill sampai alat yang canggih seperti MS-CT. Pemeriksaan yang invasif seperti kateterisasi jantung. Prosedur kateterisasi jantung tersebut dikenal dengan tindakan angiografi koroner dengan tujuan untuk menilai pembuluh arteri jantung. Prosedur kateterisasi jantung merupakan teknik yang diakui dunia Internasional sebagai teknik terakurat dan terbaik untuk mendeteksi adanya sumbatan di pembuluh darah jantung.8 Di Kanada, prosedur kateterisasi jantung telah dilakukan sebanyak 69.914, yaitu sekitar 256/100.000 populasi pada tahun 1991 dan mengalami peningkatan sebesar 8,5% pada tahun 1998.9Pada tahun 1998, diperkirakan 1429 prosedur kateterisasi jantung dilakukan per sejuta populasi di Inggris.8Namun di Indonesia tidak semua rumah sakit yang memiliki fasilitas ruang kateterisasi jantung. Salah satu rumah sakit yang memiliki fasilitas kateterisasi jantung di Sumatera Utara adalah RSUP H. Adam Malik Medan. Di RSUP H. Adam Malik telah tercatat mengalami peningkatan jumlah pasien yang menjalani tindakan kateterisasi, yaitu sebanyak 120 pasien pada tahun 2002 hingga menjadi 431 pasien pada tahun 2007.10

Berdasarkan teori-teori dan kenyataan di atas, maka akan mendorong peneliti

untuk mengadakan penelitian “Prevalensi Faktor Risiko Mayor dan Minor

pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Dengan Tindakan Kateterisasi di

RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari sampai dengan Juni 2015”.

1.2. Rumusan Masalah

(4)

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui prevalensi faktor risiko mayor dan minor PJK dengan tindakan kateterisasi jantung pada pasien rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari sampai dengan Juni 2015.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Memperoleh informasi prevalensi pasien PJK yang dikateterisasi jantung di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2015.

2. Memperoleh informasi prevalensi pasien PJK berdasarkan usia.

3. Memperoleh informasi prevalensi pasien PJK berdasarkan jenis kelamin. 4. Memperoleh informasi prevalensi pasien PJK yang memiliki riwayat penyakit

jantung koroner dalam keluarga.

5. Memperoleh informasi prevalensi pasien PJK yang memiliki kebiasaan merokok.

6. Memperoleh informasi prevalensi pasien PJK yang memiliki riwayat hipertensi.

7. Memperoleh informasi prevalensi pasien PJK yang memiliki riwayat diabetes mellitus.

8. Memperoleh informasi prevalensi pasien PJK yang memiliki riwayat hiperlipidemia.

9. Memperoleh informasi prevalensi pasien PJK yang memiliki riwayat obesitas. 10. Memperoleh informasi prevalensi pasien PJK yang memiliki kebiasaan

mengkonsumsi alkohol.

(5)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bidang Penelitian:

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan dan acuan serta perbandingan dengan penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan PJK.

2. Bidang Pendidikan:

Diharapkan melalui proses dan hasil penelitian ini dapat menambah pembelajaran dan pengalaman peneliti sendiri terutama dalam bidang keilmuan serta menjadi sarana untuk melatih berpikir logis dan bisa menyelenggarakan penelitian yang baik dan benar.

3. Bidang Pelayanan Masyarakat:

Referensi

Dokumen terkait

memperjelas ketentuan Pasal 8 dalam Undang- Undang Perlindungan Konsumen, selain itu alasan lainnya adalah masih banyaknya barang impor yang beredar di pasar dalam negeri yang

Mahasiswa diharapkan memahami dan menguasai feature dan operasi EIGRP, mengidentifikasi tujuan serta konfigurasi dasar EIGRP. EIGRP

Akses terhadap penyelesaian permasalahan atas kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan telah menjadi perhatian penting dari Kementerian Perdagangan

Pada penelitian ini terdapat perbedaan yang membedakan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shenoy et al 2011 yaitu, menggunakan analisis bivariat komparatif,

[r]

Pada waktu (cycle) yang sama, terlihat bahwa pada arus yang rendah struktur mikro yang terbentuk didominasi oleh acicular ferrite, dengan beberapa widmanstatten ferrite, dan

Hal ini menunjukkan bahwa variabel earnings , asset growth dan operating cash flow secara simultan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap stock return perusahaan

Hal ini menggambarkan bahwa profesionalisme seorang auditor yang memiliki perilaku profesionalisme yang berdasarkan pada dedikasi terhadap profesi, tanggung jawab profesi,