• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Ganti Rugi Terkait Migrasi Layanan Flexi Ke Telkomsel (Studi di PT. Telkom Divre I Sumatera)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Ganti Rugi Terkait Migrasi Layanan Flexi Ke Telkomsel (Studi di PT. Telkom Divre I Sumatera)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Manusia sebagai homo socius diberikan kemampuan untuk berkomunikasi dalam mengatasi lingkungannya. Kemampuan mereka tidak hanya dalam lingkaran kecil kekerabatan, tetapi meluas hingga pemanfaatan potensi alam raya. Tata cara komunikasi yang dilakukan manusia memiliki riwayat tumbuh kembang yang panjang dan beraneka ragam. Hal itu dimulai sejak zaman prasejarah sampai era teknologi satelit dewasa ini1.

Perkembangan kemajuan teknologi dan komunikasi sangat pesat dalam beberapa tahun belakang. Tuntutan zaman yang mengharuskan agar informasi disampaikan serba cepat, tanpa megenal batas jarak dan waktu. Teknologi diperbaharui setiap saat untuk menciptakan kualitas hidup manusia yang lebih baik. Termasuk di bidang telekomunikasi yang berperan vital dalam pertukaran informasi.

Orang-orang dahulu berkomunikasi jarak jauh menggunakan surat, dengan memakan waktu berhari-hari dan ditulis dengan tangan. Ketika ingin mengetahui jawaban surat itu harus menunggu lagi. Kemudian orang-orang menggunakan telepon rumah yang lebih cepat dan murah. Informasi dapat disampaikan tanpa memakan waktu dan jarak yang jauh.

Tiga dekade yang lampau, hubungan telepon masih sangat tergantung pada tersedianya jaringan kabel yang menghubungkan tempat yang satu dengan yang

1

(2)

lainnya, dan sebelum kabel serat optik dipakai untuk membangun jaringan telekomunikasi, kualitas hubungan telekomunikasi melalui kabel benar-benar masih jauh dari memuaskan pelanggan.

Sifat manusia yang semakin mobilitas membuat telepon rumah tidak efektif lagi. Telepon rumah dianggap sulit untuk dibawa dan hanya berada di tempat tertentu saja. Terutama bagi kalangan pengusaha yang menuntut pertukaran informasi yang serba cepat. Maka, saat ini orang-orang menggunakan telepon selular yang mudah dibawa dan digunakan.

Sebagai bangsa yang majemuk bangsa Indonesia mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda. Motivasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya timbul karena masyarakat menginginkan adanya suatu perubahan dalam kehidupannya, dan juga dilandasi keinginan untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Untuk mewujudkan hal tersebut, kebutuhan akan komunikasi sangat diperlukan untuk suatu interaksi antar individu maupun interaksi yang terjadi dalam skala yang lebih besar, yaitu interaksi yang terjadi antara pihak-pihak sebab komunikasi yang terjadi dalam suatu interaksi tidak hanya melibatkan satu pihak saja tetapi juga ada pihak lainnya. Komunikasi dalam interaksi tersebut mempunyai suatu pola pelaksanaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

(3)

Perkembangan telekomunikasi yang sangat pesat terutama terjadi pada abad ke-20. Revolusi teknologi komunikasi mencapai puncaknya dengan mulai dipakainya teknologi satelit untuk kepentingan telekomunikasi, walaupun pada saat yang sama penggunaan teknologi telekomunikasi konvensional, seperti pemakaian kabel-kabel tetap dipertahankan dengan lebih meningkatkan kualitas dan kemampuan hantarnya. Penggunaan kabel serat optik (optic fiber), yang berisi pulsa-pulsa cahaya di atas serat kaca, saat ini makin banyak dipergunakan karena kualitas hantarannya yang baik dan sejumlah kelebihan lainnya. Namun, dewasa ini teknologi satelit untuk penyelenggaraan telekomunikasi masih merupakan primadona, hal ini disebabkan oleh pandangan bahwa untuk pelayanan komunikasi jarak jauh (long-distance communication), penggunaan kabel-kabel kurang begitu efisien.

Telekomunikasi seluler di Indonesia memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kelancaran hubungan pekerjaan, tugas serta komunikasi lainya. Banyak orang yang menganggap bahwa bidang telekomunikasi telah menjadi kebutuhan pokok. Sehingga, sekarang banyak produk berupa barang atau jasa yang ditawarkan pelaku usaha di bidang telekomunikasi.

(4)

informasi melalui modem tanpa kabel, saat ini masih bergantung pada kemampuan operator telepon seluler dalam menyediakan jaringan seluler.

Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di berbagai pelosok dunia, dari mulai peristiwa olahraga, bencana sampai perang, segera dapat diterima atau disaksikan langsung di rumah pada siaran televisi melalui satelit. Panggilan telepon dari satu ujung dunia dapat diterima di ujung lain dengan jelas, seakan-akan hanya dari jarak beberapa kilometer saja. Meskipun teknologi lain (misalnya kabel serat optik) telah banyak menggantikan satelit di beberapa tempat, komunikasi global sebagian besar masih didasarkan atas sistem satelit.

Sejalan dengan semakin padatnya kegiatan para pelaku bisnis maupun masyarakat umum, dan berkembangnya teknologi komunikasi, semakin tinggi pula kebutuhan mereka untuk melakukan komunikasi yang efektif. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa telepon seluler telah menjadi bagian penting dalam keseharian mereka, karena telepon seluler merupakan solusi dalam mempermudah komunikasi tanpa membatasi ruang dan gerak seseorang. Lebih jauh, kini telepon seluler telah dikenal dan digunakan secara luas oleh masyarakat dunia.

(5)

Berdasarkan hal tersebut perusahaan telekomunikasi lalu menyediakan fasilitas tambahan pada telepon yang bertujuan untuk mempermudah berlangsungnya telekomunikasi tapi juga tetap dapat menarik keuntungan dari pengadaan fasilitas tambahan pada telepon tersebut.

Keinginan pelaku usaha untuk menjadi yang terbaik telah meningkatkan persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Maka untuk jangka waktu tertentu sebenarnya persaingan antar pelaku usaha tersebut tidak selalu berakibat positif bagi konsumen. Persaingan yang sehat antar pelaku usaha sesungguhnya tidak salah asalkan dengan diimbangi peningkatan kualitas dan mutu barang dan/atau jasa serta didukung pelayanan yang jujur, baik serta pemberian informasi yang benar dari pelaku usaha kepada konsumen tentu akan sangat bermanfaat dan menguntungkan konsumen. Berbeda jika persaingan usaha hanya didasarkan pada pencarian keuntungan belaka dari pelaku usaha dengan cara yang tidak sehat, maka sudah tentu dapat berakibat buruk bagi konsumen.

(6)

perusahaan telekomunikasi terhadap konsumennya maka perlu diadakan suatu perlindungan bagi konsumennya.

Pelaku usaha dituntut kembali untuk komitmen dalam membangun hubungan dengan pelanggan, karena hal ini para pelanggan bukan hanya setia melainkan layaknya penggemar berat, sehingga selalu menuntut adanya inovasi dan peningkatan fasilitas. Harus diketahui bahwa teknologi suatu produk memiliki pengaruh yang besar terhadap loyalitas konsumen di samping harga, ciri dan bentuk barang. Apabila barang yang diperoleh sesuai dengan harapan nantinya konsumen akan menggunakan berulang kali dan tidak akan meninggalkan produk tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dengan pelanggannya menjadi semakin harmonis, memberikan dasar bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas.

Untuk memonitor kompetisi yang sehat di antara penyelenggara dan proteksi terhadap hak-hak pelanggan telekomunikasi (customer safeguards), maka setiap jaringan dan pelayanan harus memenuhi Standard Kualitas Pelayanan yang sudah ditetapkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 12/PER/M.KOMINFO/4/2008 tentang Standar Kualitas Pelayanan Jasa Telepon Dasar Pada Jaringan Bergerak Seluler (Quality of Service/ QoS). Hal ini juga merupakan salah satu wujud dari komitmen Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) terhadap pencanangan tahun 2009 sebagai tahun Kualitas Pelayanan.2

2

Suryadhi, Ardhi. “Kualitas Layanan Operator Diumbar ke Publik.”

(7)

Pada saat ini landasan hukum yang dipergunakan dalam kegiatan penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi. Undang-undang tersebut menjelaskan berbagai masalah penting yang sekarang membuka jalan bagi swasta untuk bergerak dalam sektor telekomunikasi. Sedangkan landasan hukum yang dipergunakan untuk memberikan suatu perlindungan hukum terhadap pelaku usaha maupun konsumen pengguna jasa telekomunikasi adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Jika berdasarkan prinsip konsumen adalah raja, pelaku usaha dituntut untuk dapat melakukan pelayanan prima bagi kosumen. Layanan prima (service excellence) tersebut diharapkan mampu memuaskan kebutuhan konsumen secara proporsional yaitu memberikan pelayanan yang maksimal kepada konsumen. Namun selama ini juga belum tampak adanya kesadaran di kalangan pelaku usaha bahwa kalau konsumen membayar, mereka mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan yang pantas. Yang terjadi adalah konsumen membayar, tetapi tetap mendapat pelayanan yang buruk.3

Pemberian perlindungan konsumen kepada pengguna atau masyarakat luas wajib diberikan secara sungguh-sungguh dan tegas, tanpa melihat status masyarakat. Siapapun yang dirugikan wajib diberikan perlindungan, baik ganti rugi maupun sanksi-sanksi hukum lainnya. Pasal 15 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi mengatur mengenai perlindungan terhadap pengguna atau masyarakat luas, atas kesalahan dan atau kelalaian

3

Zaim Saidi, Sudaryatmao, Mencari Keadilan ”Bunga Rampai Penegak Hak Konsumen”,

(8)

penyelenggaraan telekomunikasi. Namun, ketentuan mengenai perlindungan itu masih bersifat bias atau kurang jelas, kesalahan dan atau kelalaian dalam bentuk yang mana dan akibat yang bagaimana yang dapat diajukan tuntutan.

Dengan adanya berbagai macam persoalan, maka pengaturan lebih terperinci dan jelas perlu dibuat demi perlindungan semua pihak, baik penyelenggara, pengusaha (produsen) dan pengguna dapat terlindungi, disamping akan memacu perkembangan teknologi telekomunikasi ke arah yang lebih maju dan baik.

Perlunya undang-undang perlindungan konsumen tidak lain karena lemahnya posisi konsumen dibanding posisi produsen. Proses sampai hasil produksi barang atau jasa dilakukan tanpa campur tangan konsumen sedikit pun. Tujuan hukum perlindungan konsumen secara langsung adalah meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen.4

Kedudukan pelaku usaha (penyedia jasa) dan konsumen (pengguna jasa) menjadi tidak seimbang karena konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen hanya dijadikan obyek aktivitas pelaku usaha melalui kiat promosi, iklan, serta penerapan perjanjian standar (baku) sebagai pengalihan tanggungjawab yang semestinya dibebankan kepada pelaku usaha.5

Disisi lain, pelaku usaha semakin berlomba untuk melengkapi dan menambah layanan jasanya dengan menambah atribut atau fitur (feature) yang melekat pada pengguna jasa seperti penggunaan telepon seluler untuk mengakses internet, menjelajahi dunia maya (browsing) dan layanan perbankan (internet

4

Sri Redjeki Hartono, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju, Bandung, 2000,

hal.36

5

(9)

banking). Penambahan fitur/ fasilitas oleh penyedia layanan digunakan untuk meningkatkan nilai tambah valuasi (value chain) disamping keuntungan dari penjualan waktu mengudara (air time).6

Saat ini seiring banyaknya pengguna telepon seluler, konsumen tidak banyak mengetahui mengenai hak dan kewajiban seluruhnya sebagai pengguna. Padahal sebagai pengguna harus mengetahui hak apa yang dimiliki dan kewajiban apa yang harus dilakukan, karena hal tersebut sangat berguna bagi kepentingan konsumen sendiri.

Flexi merupakan salah satu produk penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia. Flexi merupakan salah satu produk yang dimiliki oleh PT. Telkom dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa telekomunikasi. Seiring berjalannya waktu, pengguna Flexi semakin bertambah. Namun dalam pelaksanaannya, PT. Telkom harus menghentikan layanan Flexi dan menggantinya dengan produk layanan dari PT. Telkomsel. Berdasarkan pernyataan dan keterangan diatas itulah sehingga penulis tertarik melakukan penelitian dalam skripsi dengan judul : “PELAKSANAAN GANTI RUGI TERKAIT MIGRASI LAYANAN FLEXI KE TELKOMSEL (STUDI DI PT TELKOM DIVRE 1 SUMATERA”.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Apa penyebab migrasi layanan Flexi ke Telkomsel?

6

(10)

2. Bagaimana tanggung jawab PT. Telkom dalam pelaksanaan ganti rugi terkait migrasi layanan Flexi ke Telkomsel?

3. Bagaimana prosedur pelaksanaan pembayaran ganti rugi terkait migrasi layanan Flexi ke Telkomsel?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan pembahasan dalam penulisan skripsi penulis yang berjudul

“Pelaksanaan Ganti Rugi Terkait Migrasi Layanan Flexi ke Telkomsel Studi di PT

Telkom Divre I Sumatera” adalah sebagai pemenuhan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Selain itu, penulisan skripsi ini juga bertujuan antara lain:

1. Untuk mengetahui penyebab migrasi layanan Flexi ke Telkomsel.

2. Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab PT. Telkom dalam pelaksanaan ganti rugi terkait migrasi layanan Flexi ke Telkomsel.

3. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pembayaran ganti rugi terkait migrasi layanan Flexi ke Telkomsel.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

(11)

pemikiran ini juga dapat menambah data kepustakaan di bidang konsumen pada umumnya, dan di bidang jasa telekomunikasi pada khususnya, serta dapat dijadikan sebagai bahan yang memuat data empiris sebagai dasar penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Pembahasan terhadap permasalahan ini dapat memberikan gambaran kepada masyarakat selaku konsumen dalam membela hak-haknya terhadap masalah penggunaan jasa telekomunikasi. Selain itu, pembahasan ini dapat memberikan kontribusi bagi pemikiran terkait dalam rangka menciptakan pengaturan dan pengembangan dalam sistem perlindungan konsumen dalam penggunaan jasa telekomunikasi. Selain itu, diharapkan dapat memberikan masukan bagi PT. Telkom dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi yang lebih baik.

E. Metode Penelitian

Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah segala cara dalam rangka ilmu tersebut, untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan. Tanpa metode ilmiah, suatu ilmu pengetahuan itu sebenarnya bukan suatu ilmu tetapi suatu himpunan pengetahuan saja tentang berbagai gejala yang satu dengan gejala yang lainnya.7

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari suatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya kecuali itu maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum

7

(12)

tersebut untuk kemudian suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan.

Metodologi memiliki peranan dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu diantaranya :8

1. Menambah kemampuan para ilmuwan untuk mengadakan atau melaksanakan penelitian secara lebih baik atau lengkap.

2. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk meneliti hal – hal yang belum diketahui.

3. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan penelitian interdisipliner.

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini dengan tujuan agar dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang digunakan antara lain :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan pembahasan skripsi ini adalah penelitian normatif yaitu mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan masyarakat. 9 Metode ini juga digunakan agar dapat melakukan penelusuran terhadap norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan perlindungan konsumen yang berlaku, serta memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur

8

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2006, hal.7

9

(13)

di perpustakaan, jurnal hasil penelitian, koran, majalah, situs internet dan lain sebagainya.10

Karena penyusunan skripsi ini juga melalui proses penelitian lapangan, maka penelitian ini juga menggunakan metode penelitian empiris. Penelitian empiris yaitu penelitian lapangan yang berasal dari data primer yang didapat langsung dari masyarakat sebagai sumber utama dengan melalui pengamatan (observasi), wawancara, ataupun penyebaran kuisoner. Dalam hal penelitian empiris ini, penulis memperoleh data primer melalui wawancara langsung dengan legal staff di PT. Telkom Divre I Sumatera. 2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh suatu pembahasan sesuai dengan apa yang terdapat didalam tujuan penyusunan bahan skripsi, maka jenis penulisan yang diterapkan adalah untuk mendapatkan data yang akurat dan relevan, pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research).

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Bahan hukum dikumpulkan dengan menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dan studi dokumen dari berbagai sumber yang dianggap relevan, antara lain perusahaan terkait dengan perjanjian kerjasama operasi yang diangkat dalam penelitian ini. Sumber bahan hukum sekunder yang berupa artikel, jurnal ilmiah,

10

(14)

buku - buku hukum yang berkaitan dengan hukum perikatan didapat melalui Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Sebagai data penunjang dalam penelitian ini juga didukung dengan penelitian lapangan (field research) untuk mendapatkan data primer guna akurasi terhadap hasil yang dipaparkan, yaitu berupa wawancara. Wawancara dilakukan sebagai alat pengumpulan bahan hukum tambahan selain daripada bahan hukum yang didapatkan dari perpustakaan. Wawancara dilakukan dengan informan yang dipandang bersangkutan, yaitu dengan pihak PT. Telkom sebagai perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi.

c. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Telkom Divre I Sumatera yang berkedudukan hukum di Jl. H.M Yamin No. 2 Medan. Oleh karena itu, penulis memperoleh bahan hukum dari lokasi penelitian yang dimaksud.

d. Jenis Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder didukung oleh data primer.

1) Data Primer

(15)

2) Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan guna mendapatkan landasan teoritis terhadap segi-segi hukum perjanjian kerjasama. Selain itu tidak menutup kemungkinan diperoleh melalui bahan hukum lain, dimana pengumpulan bahan hukumnya dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, serta menelaah data yang terdapat dalam buku, literatur, tulisan-tulisan ilmiah, dokumen-dokumen hukum dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan objek penelitian. Bahan-bahan hukum tersebut berupa: a) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat,

meliputi seluruh peraturan perundang undangan yang relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitian antara lain terdiri atas:11

(1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(2) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

(3) Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

(4) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa Alternatif (5) Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika

No.30 Tahun 2014 tentang Penataan Pita Frekuensi

11

(16)

Radio 800 MHz untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler

(6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen

b) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan batas hukum primer, dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer.12

c) Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.13

F. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini didasarkan kepada ide, gagasan maupun pemikiran penulis secara pribadi dari awal hingga akhir penyelesaian. Ide maupun gagasan yang timbul karena melihat keadaan yang berkembang mengenai bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen dalam hal pelaksanaan ganti-rugi migrasi layanan Flexi ke Telkomsel dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi. Artinya, tulisan ini bukanlah merupakan hasil ciptaan ataupun penggambaran dari karya tulis orang lain. Kalaupun ada pendapat atau kutipan dari penulisan ini, hal tersebut merupakan semata-mata sebagai faktor pendukung dan pelengkap dalam

12

Ibid, hal. 67

13

(17)

usaha menyusun dan menyelesaikan penulisan ini, karena hal ini memang sangat dibutuhkan dalam menyempurnakan penulisan ini.

G. Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan karya ilmiah maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Untuk mempermudah penulisan skripsi ini diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab-bab yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan ini adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan pendahuluan yang merupakan pengantar di dalamnya terurai mengenai latar belakang, perumusan masalah, kemudian dilanjutkan dengan tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, keaslian penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN

KONSUMEN

Merupakan bab yang membahas tentang tinjauan umum mengenai perlindungan konsumen dimana didalamnya diuraikan mengenai pengertian perlindungan konsumen, asas dan tujuan perlindungan konsumen serta prosedur penyelesaian sengketa perlindungan konsumen.

BAB III : TINJAUAN UMUM MENGENAI PARA PIHAK

(18)

pengertian konsumen, hak dan kewajiban konsumen, pengertian telekomunikasi, pelaku usaha jasa telekomunikasi, dan tanggung jawab pelaku usaha jasa telekomunikasi.

BAB IV : PELAKSANAAN GANTI RUGI TERKAIT MIGRASI

LAYANAN

Merupakan bab yang membahas tentang pelaksanaan ganti-rugi terkait migrasi layanan flexi ke telkomsel, dimana di dalamnya menguraikan tentang penyebab terjadinya migrasi layanan, bentuk tanggung jawab perusahaan, serta prosedur pelaksanaan pemberian ganti-rugi.

BAB V : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Kelemahannya adalah PT Bank ABC di Indonesia belum dikenal luas khususnya dikalangan SME, tidak semua kantor cabang di Indonesia berada di kota atau dilokasi yang

Urutan penyembuhannya adalah dengan merasakan cakra terlebih dahulu, dilanjutkan dengan merasakan organ atau bagian badan yang berhubungan dengan gangguan kesehatan atau rasa

Angkutan umum bus Damri trayek Ngaliyan- Pucanggading di kota Semarang merupakan salah satu jenis moda angkutan umum penumpang transit, yaitu angkutan umum penumpang

Jika dilihat dari hasil penelitian secara keseluruhan dapat diketahui bahwa pada umumnya siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal materi bilangan pecahan.

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. One of its oldest unit is Offset Unit. Offset Unit is a printing division which focuses on producing

Ida Ayu Brahmasari dan Agus Suprayetno dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja

Dari hasil uji normalitas menggunakan one-sample Kolompgrov-smirnov diperoleh nilai 0,954 untuk variabel nominal bagi hasil yang lebih dari 0,05, untuk varibel simpanan

Dalam suatu industri munculnya pesaing baru merupakan ancaman yang perlu diperhatikan,tetapi di dalam industri rokok di indonesia tidak terdapat pesaing baru