BAB II
GAMBARAN UMUM GEREJA KRISTEN INDONESIA BERASTAGI
Pada bab II ini, penulis akan memaparkan sejarah singkat GKI berastagi
yang disertai dengan sejarah singkat GKI sumut. Hal ini dikarenakan proses
pembangunan cabang gereja yang berasal dari GKI Sumut.
2.1 Sejarah GKI Sumut
Gereja Kristen Indonesia Sumatera Utara atau dikenal sebagai GKI
Sumut ialah suatu organisasi gereja Kristen Protestan diIndonesia yang didirikan
untuk melayani wilayah Sumatera Utara. Gereja ini berhaluan Calvisis atau gereja
reformasi.
GKI Sumut sebelumnya bernama Gereja Gereformeerd Sumatera Utara, lahir dan
berkembang sebagai hasil misi Gereja Gereformeerd Kwitang – Jakarta
tahun 1877. Beberapa pendeta yang aktif melayani pada waktu itu adalah Pdt.
Harrenstein, Pdt.Dr.J.H.Baving, Pdt.W.S.Wlersings.
Kelompok pelayanan ini dimulai 1 Januari 1904 dan terus berkembang,
hingga pada tahun 1913 meluas daerah pelayanannya di wilayah Sumatera Utara
Bagian Utara dan Sumatera Barat. Saat itu di Medan terdapat 9 kepala keluarga
(kk), di Tapanuli 3 kepala keluarga, Sumatera Timur 14 kepala keluarga dan di
Sumatera Barat 7 kepala keluarga. Pelayanan yang semakin berkembang ini, pada
Gereformeerd (Gereformeerd Vereniging) dengan anggota lebih kurang 60 orang.
Tanggal 16 Agustus inilah yang sekarang diperingati oleh GKI Sumut Medan
sebagai Hari Ulang Tahun. Rapat Jemaat pertama kali dilaksanakan pada 24
Oktober 1915. Untuk pembinaan, Majelis Gereja Gereformeerd Kwitang Jakarta
menugaskan Ds. W.S. de Haas sebagai Pendeta Utusan.
Gereja ini pernah dipimpin oleh Pendeta. C. Mak yang melayani sejak
tahun 1928 hingga tahun 1946. Ia menggantikan Pdt. W.S. Wiersings yang pindah
pada 1928. Pada masa pendudukan Jepang (1942 - 1945), Pdt. C. Mak masuk
Camp. Internir sebuah kamp militer di Belawan bersama tawanan orang-orang
eropa di bawah kekuasaan Jepang. Di kamp ini banyak di antara mereka yang
sakit atau meninggal karena kelaparan. Di antara mereka yang berhasil lolos dari
kamp militer tersebut kembali pulang ke negaranya masing-masing, termasuk Pdt
C Mak. Satu di antara anak bungsu dari Pendeta C Mak yakni Geert Mak berhasil
menjadi seorang jurnalis di negeri Belanda. Ia kemudian menuliskan kisah
keluarga dan sejarah hidup ayahnya di dalam buku yang berjudul "My Father’s
Century" dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia "Abad Ayahku". Geert
Mak sendiri merupakan penulis terkenal di eropa, buku karangannya yang lain In
Europe menjadi buku best seller di eropa terjual sampai 400 ribu kopi.
Di Sumatera Utara sendiri, pelayanan perkumpulan Gereformeerd terus
berkembang dan atas persetujuan Gereja Gereformeerd Kwitang Jakarta, pada
tanggal 12 Mei 1917 didewasakan dengan anggota berjumlah 130 orang dan 80
orang merupakan anggota Sidi. Dalam perkembangannya tanggal 15 Mei 1917
yaitu Dr. Harrensteins dari Belanda. Karena kesulitan transportasi dan adanya
kecamuk peperangan di Eropa, Dr. Harrensteins tiba di Jakarta pada 29 September
1918, dan kemudian tiba di Medan pada 10 Oktober 1918. Pentahbisan Dr.
Harrensteins sebagai pendeta, dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 1918
dilayani oleh Pdt. Dr. A.A.L. Rutgers . Pelayanan yang dilakukan oleh Dr.
Harrensteins mencakup wilayah Medan, Aceh, Tapanuli, Simalungun,
Kisaran/Asahan, Sumatera Barat bahkan sampai Semenanjung Malaya. Mengingat
pelayanan Pdt. Harrensteins sangat luas dan berat, maka pada tahun 1919 Majelis
Gereja memanggil Bp. Dr. J.H. Bavink menjadi tenaga pembantu Pendeta. Namun
Pdt. Dr. J.H. Bavink hanya bertugas hingga 1921, karena dipanggil untuk
melayani Jemaat di Bandung. Akibatnya Pdt. Dr. Harrensteins kembali melayani
sendiri hingga tahun 1923 dan kembali ke Belanda karena kesehatan Ibu
Harrensteins tidak memungkinkan tinggal lebih lama di Indonesia.
Pdt. Dr. Harrensteins digantikan oleh Ds WS Wiersinga yang diteguhkan
tanggal 1 Juli 1923 dan dia melayani hingga 1928. Karena dia pindah, dirinya
digantikan dengan Ds C Mak yang melayani sejak 1928 hinggal 1946. Namun
pada tahun 1942-1945, dia masuk Camp Intenir.
Pada tahun 1930 Gereja Gereformeerd Medan ini mengadakan pelayanan
berbahasa Indonesia / Jawa berkat kerjasama dengan kristen jawa Jakarta yang
mengatas namakan Gereja Kristen Jawa Tengah. Untuk pelayanan tahun 1932
dibangun rumah ibadah yang terletak di Jalan HOS Cokrominoto Medan, dulunya
disebut Jalan Percut. Dengan demikian Gereja Gereformeerd Medan
Tahun 1935, pelayanan meluas hingga ke Pematang Siantar. Tanggal 25
Desember 1938, diteguhkan 2 orang pendeta Indonesia, yakni Ds RS Cokro
Susilo dan Ds Dhanu Pronoto di Medan. Perkembangan jemaat pada waktu itu di
Pematang Siantar 81 orang dewasa, 51 orang anak-anak dan di Medan 91 orang
dewasa dan 40 orang anak-anak.
Pada masa tahun 1957, Gereja Gereformeerd Medan berbahasa Belanda
ditutup dan pengelolaan diteruskan sepenuhnya oleh Gereja Gereformeerd Medan
berbahasa Indonesia / Jawa. Pelayanan dengan menjalin kerjasama dengan Ds
KLF Le Grand yang diutus ke Medan tahun 1962 sebagai tenaga pengkaderan.
Sejak tahun 1962 pelayanan kebaktian dilaksanakan di Jalan K.H.Zainul Arifin,
dulunya disebut Jalan Palang Merah. Sejumlah gereja yang telah didewasakan
adalah Jalan Gn. Simanuk-Manuk Pematang Siantar, Jalan Sinabung Pematang
Siantar, Kwala Bingai, Stabat, Langkat, Nagarejo, Kecamatan Galang Deli
Serdang, Tanjung Rejo Medan, Medan Timur dan Kotarih Deli Serdang,
Berastagi.
Setelah jemaatnya berkembang, maka pada 11 September 1969, Gereja ini
dilembagakan menjadi satu sinode yang berdiri sendiri dengan nama Gereja
Gereformeed Indonesia Sumatera Utara. Kemudian, pada Sinode tanggal 17-19
pada tahun 1974 diputuskan untuk berubah nama menjadi "Gereja Kristen
Gambar 2.1 Logo Gereja Kristen Indonesia (GKI)
Sumber : hhtp://www.google.co.id
Gereja GKI Sumut Medan merupakan salah satu gereja tertua di Medan yang
dibangun pada masa penjajahan Belanda di Indonesia.
2.1.1 Gereja Kristen Indonesia Berastagi
Pada tahun 2005, GKI sinode Sumatera Utara berencana memperluas
jemaatnya hingga ke daerah- daerah di sebagaian besar sumatera utara. Salah satu
pertimbangan yang diputuskan pimpinan gereja adalah di kota berastagi. Dibawah
cabang GKI mandala, akhirya sepakat membuka daerah baru didaerah tersebut.
Bertempat di rumah Pnt A.R Sihotang untuk pertama kali ibadah dilakukan,
diikuti oleh hanya 17 jemaat saja. Selanjutnya dalam ibadah- ibadah tersebut
diadakan dirumah para Panatua maupun diaken didaerah tersebut.
Melihat keadaan tersebut para Panatua, Diaken, dan jemaat mengadakan
musyawarah dengan tujuan terealisasinya pembangunan Gereja Kristen Indonesia
5 November 2005, bertempat di rumah Bapak A.R .Sihotang, dan dihadiri oleh
perwakilan dari GKI Mandala ( Medan ), Maka diambil keputusan untuk
membangun gereja didaerah tersebut.
Pada Tanggal 14 Mei 2006 didirikanlah gereja yang beralamatkan di Jl.
Kabanjahe, Gg berdikari, Berastagi. Gereja tersebut diberi nama Gereja Kristen
Indonesia (GKI) Berastagi. Usai gereja tersebut dibangun, para Panatua maupun
Diaken langsung berkumpul membahas Struktur kepengurusan gereja. Gereja
Kristen Indonesia (GKI) merupakan gereja beraliran Calvinis yang dimana stuktur
tertinggi gereja dipimpin oleh seorang ketua majelis. GKI berastagi menyepakati
bahwa pergantian struktur kepengurusan gereja berubah setiap satu tahun sekali.
Badan Pengurus harian (BPK) yang terdiri dari Ketua majelis, Sekretaris, dan
Bendahara dipilih oleh seluruh umat gereja.
Dengan bertambahnya waktu, GKI berastagi semakin berkembang, hal ini
dapat dilihat dari jumlah jemaat yang semakin bertambah. Menurut data yang
dipoleh dari bapak A. R sihotang, Saat ini jumlah jemaat GKI berastagi berjumlah
+_ 400 orang. Hal ini mengalami pasang surut tiap tahunnya pasalnya adanya
pemuda- pemudi yang hendak keluar kota dengan alasan pendidikan maupun
mencari lapangan pekerjaan.
2.2 Struktur kepengurusan GKI Berastagi
Ket: Bagan Struktur kepengurusan GKI berastagi 2016
Pelayanan Firman dan Sakramen, Peneguhan Sidi, Pemberkatan Nikah,
Pemakaman, Peneguhan Pejabat, dan Penggembalaan.
2. Tugas Khusus Penatua
2.1. Melaksanakan tugas Penggembalaan Jemaat secara terkoordinasi dan
menjaga kemurnian pemberitaan Firman dan ajaran Gereja.
2.2. Wajib menjaga rahasia penggembalaan.
2.3. Wajib menjalankan dengan tertib tugas-tugas pelayanan seperti
tercantum dalam jadwal pelayanan, pelaksanaan Tata Ibadah serta
tugas-tugas secara keseluruhan Gereja, Sektor-sektor, Bagian Jemaat dan Pos
Pelayanan.
2.4. Dalam menjaga kemurnian pemberitaan Firman Tuhan, maka para
Penatua dapat memberikan pendapat, nasihat dan teguran kepada Pelayan
Firman sekiranya dalam pemberitaan tersebut terbukti tidak sesuai
dengan Firman dan ajaran Gereja yang dapat menggoyahkan iman jemaat
dan keutuhan Gereja. Jika nasihat dan teguran dimaksud tidak dapat
diterima Pelayan Firman yang bersangkutan, maka hal tersebut dapat
dibicarakan dalam rapat Pelaksana Harian Majelis Jemaat, Sidang
Majelis Jemaat atau diteruskan ke Majelis Sinode GKI.
2.5. Penatua dapat memberitakan Firman melalui khotbah-khotbah pada
Pengucapan Syukur, Kebaktian Minggu di Gereja, Pemahaman Alkitab
dan lain-lain yang pengaturannya dilaksanakan oleh Pelaksana Harian
Majelis Jemaat.
2.6. Penatua menyertai Pendeta dalam Pelayanan Sakramen.
2.7. Penatua melaksanakan tugas khusus Pendeta apabila Pendeta
berhalangan dan Majelis Jemaat melaporkannya kepada Majelis Sinode.
2.8. Penatua dapat mengajar katekisasi setelah mendapat penunjukan dari
Pendeta/Ketua Majelis Jemaat secara tertulis, dan/atau sudah mengikuti
pembinaan pengajaran katekisasi.
2.9. Penatua aktif dalam pembinaan dan peningkatan pengetahuan Alkitab
dan kegerejaan di lingkungan Pelayanan Kategorial dengan penunjukkan
tertulis Pelaksana Harian Majelis Jemaat.
3. Tugas Khusus Diaken
Kepada Diaken dipercayakan secara khusus tugas Diakonia Sosial / Pelayanan
Kasih sebagai berikut :
3.1.Melayani orang sakit, orang jompo, anak yatim piatu, para janda, para
duda, cacat fisik / mental dan semua orang yang memerlukan perhatian
3.2.Mendata orang-orang tersebut dari wilayahnya masing-masing dan
melaporkannya kepada Koordinator Sektor Pelayanan untuk diteruskan
kepada Pelaksana Harian Majelis Jemaat supaya mendapat perhatian
dan pelayanan lebih lanjut.
3.3.Wajib menjalankan dengan tertib tugas-tugas pelayanan seperti
tercantum dalam jadwal pelayanan, pelaksanaan Tata Ibadah serta
tugas-tugas secara keseluruhan Gereja, Sektor-sektor, Bajem dan Pos
Pelayanan.
3.4. Diaken dapat memberitakan Firman melalui khotbah-khotbah pada
Kebaktian Keluarga, Kebaktian Penghiburan Kedukaan, Kebaktian
Pengucapan Syukur, Kebaktian Minggu di Gereja, Pemahaman Alkitab
dan lain-lain yang pengaturannya dilaksanakan oleh Pelaksana Harian
Majelis Jemaat.
3.5.Diaken menyertai Pendeta dalam Pelayanan Sakramen.
GKI berastagi juga memiliki komisi, dimana komisi berfungsi sebagai
sarana pendukung agar program gereja dapat mencakup kesegala aspek. Adapun
komisi yang ada di GKI berastagi adalah.
1. Komisi Wanita
Hal ini didasari oleh pentingnya wadah maupun sarana yang memfasilitasi
memasak, olahraga, dll. Hal ini juga bertujuan untuk mempererat hubungan
sesama jemaat wanita.
2. Komisi Pria
Hal ini merupakan bidang yang ditujukan untuk kaum pria yang berisikan
sharing, maupun kegiatan- kegiatan positif. Hal ini juga bertujuan agar
mempererat hubungan sesama jemaat pria.
3. Komisi Pemuda
Komisi pemuda diadakan dengan tujuan agar para pemuda/pemudi GKI
berastagi memiliki wadah positif dari gereja. Komisi pemuda merupakan komisi
paling aktif. Hal ini dikarenakan 60% jemaat GKI berastagi merupakan orang-
orang muda.
Kegiatan komisi pemuda sendiri diantaranya: kebaktian setiap selasa malam,
olahraga, latihan koor, dll.
4. Komisi Sekolah Minggu
Sekolah minggu berarti waktu untuk anak-anak berkumpul digereja dan
memuji Tuhan.
Komisi ini merupakan bagian yang selalu ada di setiap gereja. Untuk itu GKI
berastagi juga memiliki Komisi sekolah minggu dimana Ibadah sekolah minggu
diadakan pukul 08.30 wib.
2.3 Waktu dan Tempat Penyajian Musik yang dipakai dalam Ibadah .
(10.30) ditambah dengan ibadah di hari selassa pukul 19.00 wib bertempat di
gereja. Pada Ibadah sekolah minggu hanya menggunakan tambourine sebagai
pengiring nyanyian. Sementara untuk ibadah minggu umum memakai iringan
Minus One. Namun menurut John sinaga selaku pemain keyboard digereja
tersebut, bahwa terkadang nyanyian ibadah minggu diiringi dengan keyboard atau
organ. Hal itu terjadi tidak ditentukan oleh waktu, melainkan suasana gereja.
GKI berastagi beribadah menggunakan bahasa Indonesia.
2.3.1Deskripsi Ibadah
Setiap hari minggu sudah menjadi kewajiban orang Kristen selalu pergi
beribadah ke Gereja, ini terbukti bahwa ada tertulis di Alkitab Keluaran 20 : 8
mengatakan “ingat dan kuduskan lah hari sabat“.
Berbunyinya lonceng Gereja, menandakan Ibadah akan segera di mulai dan
setiap jemaat pada saat itu berdoa di dalam hati untuk meminta Tuhan hadir di
hati masing-masing. Petugas pelayanan Gereja yaitu pengkhotbah, pembaca warta
, kolektan, user , pemain musik/ operator sampai dengan songleader menempati
tempat dan waktu yang sudah ditentukan.
2.3.1.1 Tata Ibadah GKI BERASTAGI
Tata ibadah di Gereja Kristen Indonesia (GKI) berastagi adalah sebagai
Berikut
1. Warta Jemaat
3. PW : (sesuai dengan Tema )
4. Nyanyian Pembuka No : _________
5. Votum :
mau mengaku dosanya dihadapan-Nya dengan tulus. Firman Tuhan berkata
( bacakan ayat tentang pengampuan). Demikian berita anugerah dari
Tuhan. ( Jemaat bersalaman sambil mengucapkan satu kepada yang lain
“salam damai”.
11.Nyanyian Jemaat :
12.Petunjuk Amanat Hidup baru : ( Ayat ditentukan, dan dibaca secara
responsoria dengan lambang PF: Pengkhotbah, J : Jemaat).
13.Doa Epiklese oleh Liturgos
14.Pembacaan Alkitab : Ayat Alkitab oleh pengkhotbah. ( Diakhiri: Amin +
ucapan “ Yang berbahagia ialah, mereka yang mendengarkan firman Allah
dan yang memeliharanya”. Hosiana nyanyikan 3x.
15.Khotbah : Sesuai dengan tema.
16.Persembahan pujian :
17.Pengakuan Iman Rasuli : Marilah bersama dengan umat Allah dimasa lalu,
Kristus menyatakan Iman kita menurut pujian dari kidung jemaat no. 13:
1-3
18.Doa syafaat + Doa Bapa kami.
19.Nyanyian jemaat : ______________
20.Persembahan Syukur : Dasar persembahan, Nyanian persembahan, dan doa
persembahan.
21.Bernyanyi No. ________________
22.Pengutusan & Berkat : (Penyampaian berkat dari Tuhan kepada jemaat).
23.Jemaat mengatakan amin dan menyanyikan ( Haleluya 5x, amin 3x).
2.3.2 Alat Musik yang dipakai
Sejak tahun 2006, GKI berastagi telah menggunakan Keyboard sebagai
Pengiring ibadah minggu. Namun sejak tahun 2012, GKI berastagi menggunakan
musik “minus one” sebagai pengiring nyanyian. Hal ini merupakan saran dari
Ketua majelis saat ini yaitu bapak Pnt, A R Sihotang untuk menggunakan
menggunakan musik yang telah dibuat dan disimpan dalam format MP3. Bapak A
R Sihotang menjelaskan bahwa musik minus one sebagian besar dibuat oleh adik
dari bapak Pnt A.R Sihotang yaitu Tiroy Sihotang.
Dengan minus one sebagai musik pengiring nyanyian, GKI berastagi tidak
menggunakan alat musik dalam ibadahnya terkecuali terjadi perubahan
menggunakan iringan musik live dengan menggunakan keyboard. Adapun
perangkat pendukung yang dibutuhkan agar minus one yang berupa Mp3 dapat
1. Laptop
Laptop adalah komputer bergerak yang berukuran relatif kecil dan ringan, beratnya berkisar dari 1–6 kg, tergantung pada ukuran, bahan, dan spesifikasi
laptop tersebut. Sumber daya laptop berasal dari baterai atau adaptor A/C yang
dapat digunakan untuk mengisi ulang baterai dan menyalakan laptop itu sendiri.
Baterai laptop pada umumnya dapat bertahan sekitar 1 hingga 6 jam sebelum
akhirnya habis, tergantung dari cara pemakaian, spesifikasi, dan ukuran baterai.
Laptop terkadang disebut juga dengan computer notebook atau notebook saja
(Wikipedia). Laptop digunakan untuk memutar file musik minus one yang sudah
tersimpan didalamnya. Laptop di GKI berastagi ada dua buah, yang bermerek
ACER dan ASUS. Laptop Acer digunakan memasang musik minus one,
sementara laptop ASUS digunakan untuk menampilkan lirik nyanyian di Infokus.
2. Audio Jack
Adalah Sebuah kabel (jack) stereo yang berguna untuk menangkap audio dari laptop dan dikeluarkan ke perangkat suara lainnya. Misalnya headset untuk mendengarkan perorangan maupun dihubungkan ke mixer agar suara laptop terhubung ke speaker yang memiliki suara lebih besar
Keyboard adalah sebuah alat musik yang memiliki bilah- bilah nada atau
tuts dalam susunan khusus dan dimainkan dengan menggunakan jari tangan.
Susunan tombol – tombol keyboard searah dengan logika berpikir manusia, yaitu
bagian kiri bernada rendah dan bagian kanan bernada tinggi. Keyboard dapat
memainkan beragam suara seperti suling, gitar, terompet, saxophone, biola, suara
– suara beberapajenis perkusi dan lain – lain. Keyboard yang digunakan Di GKI
Berastagi berjenis Yamaha
2.3.3 Nyanyian
Nyanyain yang dipakai oleh Gereja Kristen Indonesia berastagi sama
dengan GKI pusat. Yaitu terdiri dari : Kidung jemaat, Pelengkap Kidung Jemaat
dan Nyanyian kidung baru.
1. Kidung Jemaat adalah sebuah buku himne yang dipakai di dalam
kebaktian gereja di Indonesia. Buku ini disusun dan sekarang diterbitkan
oleh Yayasan Musik Gereja di Indonesia. Penerbitan perdana pada tahun
1986 oleh Badan Penerbit Kristen (BPK) Gunung Mulia. Jumlah lagu
dalam buku ini adalah 478. Kidung jemaat juga memiliki buku pelengkap
yang bernama Pelengkap Kidung Jemaat.
2. Pelengkap Kidung Jemaat (disingkat PKJ) adalah buku nyanyian rohani
(himne) yang dibuat untuk melengkapi Kidung Jemaat. Lagu-lagu dalam
Pelengkap Kidung Jemaat biasa digunakan dalam perayaan ibadah di
berbagai gereja Kristen. Buku ini terdiri dari 308 lagu yang di dalamnya
sudah empat kali menerbitkan Pelengkap Kidung Jemaat dan yang
terakhir diterbitkan pada tahun 2007. Saat ini sudah diterbitkan
Pelengkap Kidung Jemaat versi 4 suara.
3. Nyanyikanlah Kidung Baru (disingkat NKB) adalah sebuah buku
nyanyian yang dipakai dalam gereja oleh umat. Buku nyanyian ini sudah
ada sejak lama, bahkan ratusan tahun dan masih bertahan hingga saat
sekarang. Buku himne dan nyanyian ini diterbitkan oleh Badan Pengerja
Majelis Sinode (BPMS) Gereja Kristen Indonesia pada tahun 1991 untuk
melengkapi kebutuhan lagu-lagu pujian yang sebelumnya tertampung
dalam Kidung Jemaat maupun Suplemen Nyanyian GKI Jabar, Jateng,
Jatim pada 1962. Buku ini terdiri atas 230 Kidung, Kidung Pertama Hai
Kristen Nyanyilah, dan ditutup dengan Hymne GKI Berderaplah Sat.
Lagu- lagu dalam Kidung Jemaat, Pelengkap Kidung Jemaat, Nyanyiankanlah
Kidung Baru dibagi menurut tema dan liturgi gereja. Hal ini mempermudah
menentukan lagu yang tepat utuk dinyanyikan saat beribadah. Adapun beberapa
tema yaitu: (1) Menghadap Allah yang terdiri dari pujian- pujian dan pembukaan
ibadah, pengakuan dosa. (2) Pelayanan firman yang dibagi menjadi pembacaan
Alkitab, lagu penciptaan dan pemeliharaan, perjanjian lama, kelahiran Yesus,
masa Prapaskah, hingga lagu- lagu tentang kenaikan. (3) Respon terhadap
pelayanan firman dibagi menjadi keyakinan iman serta ucapan syukur lewat
persembahan. (4) Pelayanan Khusus yang lagu dinyayikan pada saat Baptisan
kudus dan peneguhan sidi, perjamuan kudus, pernikahan,peristiwa istimewa
pergantian tahun, musim dan panen, bangsa dan negara. (6) Penutupan ibadah